Because I'm Stupid
.
Hai minna-san! Aku coba publish fic ini, dan pastinya all about NaLu!
Well, aku gak begitu yakin sih sama fic ini soalnya idenya dadakan banget baru hari ini.
Tapi... lumayan kan Sambil nunggu 'My Guardian' mampir dulu ya baca fic ini. #pletok Hehe
Yosh! Selamat membaca~! xD
.
I do not own Fairy Tail, Hiro Mashima does.
Mind to RnR? Arigarou!
.
"Sekolah yang bodoh... bahkan dengan murid-muridnya yang tidak kalah bodoh..." Umpat Lucy yang sedang membaca sebuah buku pelajaran. Mata coklatnya menyusuri kelompok kata yang tersusun rapi di buku itu. Ia duduk bersandarkan pohon di samping lapangan sekolah – yang saat ini sedang di gunakan untuk bermain bola oleh murid laki-laki.
Lucy Heartfilia, seseorang wanita berambut blonde yang tidak banyak berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Namun, ia adalah penyandang gelar murid terpintar di SMA Fairy. Karena prestasinya yang gemilang dan kecerdasan yang di atas rata-rata, serta kemahirannya di bidang atletik pun tidak perlu di ragukan, membuat orang lain segan mendekatinya. Tidak ambil pusing, Lucy memilih untuk menutup diri dan acuh terhadap pandangan orang lain kepadanya. Ia tidak menyukai keributan, orang yang manja atau cengeng dan di atas semua itu - orang yang bodoh.
Sorakan sorakan para murid perempuan yang sedang menonton mereka membuat konsentrasi Lucy buyar tak karuan, sehingga dampaknya adalah ia tidak berhenti mengumpat dan kesal. Mengapa ia tidak memilih pergi ke perpustakaan? Bukannya ia tak mau, perpustakaan tentu adalah tempat favoritnya. Namun, Entah karena alasan apa, perpustakaan sedang ditutup sementara. Itulah faktor yang menambah Lucy semakin geram.
"Lu-chan. Boleh aku duduk disini?" Tanya seorang wanita bertubuh mungil dengan nada ramah.
Lucy menatapnya kemudian tersenyum sekilas, "Tentu saja Levy-chan." Sahutnya.
Dia adalah Levy McGarden. Sahabat Lucy –sahabat satu-satunya- di sekolah ini. Mereka berbagi hobi yang sama sehingga bisa di katakan mereka memiliki ketertarikan yang sama, dalam hal ini; buku. Kau bisa menyebut mereka kutu buku; tidak heran bagi Lucy, karena dia adalah murid terpintar di sekolah ini.
"Whoa, kau menendangnya terlalu kencang, Natsu!" Ujar seseorang tiba-tiba dari tengah keramaian di lapangan itu. Belum sempat Lucy menoleh ke arah Suara...dan...
DUKK!
Sebuah bola mendarat tanpa hambatan di kepala Lucy.
"L-Lu-chan! Kau tidak apa-apa?" Tanya Levy khawatir karena Lucy masih diam menunduk memegangi kepalanya. Levy melihat kesekeliling dan mendapati seorang laki-laki hendak memungut bola yang baru saja mengenai sahabatnya itu. "Hey, kau! Lain kali berhati-hatilah!" Levy menaikkan intonasinya.
"Maaf ya... aku tidak sengaja..." Lelaki itu, Natsu, memasang tampang bersalahnya kearah Lucy. Lucy menatapnya seolah ingin memakannya hidup-hidup. Dia memang selalu merasa jengkel dengan siswa laki-laki di sekolahnya.
Tempat 'pelarian' favoritnya kini sedang tutup sementara, kebisingan yang tak terelakkan, ditambah sebuah hantaman bola mengenai kepalanya, hal yang cukup untuk membuat Lucy naik pitam. "DASAR TAK PUNYA OTAK..." adalah kata yang terlontar dari mulutnya. Lucy membawa bola yang di pegang Natsu dan menendangnya hingga tak di sangka tepat memasuki gawang. Tanpa merasa puas sedikitpun, Ia menatap Natsu dengan tatapan membunuhnya.
Natsu nyengir seketika dan melangkah mundur perlahan sampai akhirnya menjauh.
"Menyeramkan... Dia mengatakan aku tidak punya otak." Gajeel mengangguk mengiyakan perkataan Natsu, lalu melirik Lucy yang kini sedang menatap tajam kearah mereka.
"Ya mungkin itulah pandangan orang PINTAR terhadapmu, ckck." Ucap Gajeel penuh penekanan.
Merekapun berlari lagi ke tengah lapangan.
"Hahh... itulah mengapa aku tidak suka orang yang bodoh. Mereka tidak bisa di andalkan." Keluh Lucy pada sahabatnya. "Tidak adakah Lelaki hebat yang tidak kekanak-kanak-an seperti itu? Seorang direktur perusahaan besar yang papan atas, tampan dan genius dan cool?" Ucap Lucy panjang lebar menyebutkan pria idamannya.
Levy hanya menelan ludahnya, "Lu-chan... bukankah sebaiknya kau pergi ke ruang perawatan?" Saran Levy.
Melihat kekhawatiran terpampang di wajah sahabatnya itu Lucy menggeleng pelan, "Umm... tidak Levy-chan aku baik-baik saja. Jangan khawatir." Ucap Lucy tersenyum.
"Kau serius?" Tanya levy memastikan. "Jangan menyepelekan hal kecil." Tambahnya.
"Aku serius, Levy-chan." Ucap Lucy dengan tatapan meyakinkan.
"Haah... baiklah, sebentar lagi istirahat selesai, aku kembali ke kelasku ya. Bye, Lu-chan!" Ucap Levy melambaikan tangannya. Lucy mengangguk dan membalas lambaian tangannya.
Lucy sebenarnya merasakan sedikit pusing di kepalanya namun ia tidak menggubrisnya dan segera menutup bukunya dan beranjak dari tempat itu.
"Aku tidak bisa terlihat lemah di hadapan siapapun, tidak, tidak sama sekali." Batin Lucy.
.
-Jam pelajaran terakhir-
.
Lucy dengan serius mencatat apa yang sedang guru terang kan di papan tulis. Rumus-rumus yang berhamburan memenuhi papan tulis, kini telah memenuhi buku catatan Lucy. Hingga guru itu membuat soal untuk di jawab dan meminta salah satu siswa di kelas untuk mengerjakannya di depan - hasilnya hening, tidak ada satupun siswa yang mau mengerjakan soal itu. Mengapa? Matematika, untuk sebagian besar murid, menghindarinya adalah hal yang perlu dilakukan.
"Tidak ada yang mau kedepan? Baiklah, bapak akan memanggil... Lucy Heartfilia." Ucapnya.
Mendengar namanya di panggil, Lucy beranjak dari tempat duduknya, "Hai." Ia berjalan ke arah papan tulis. Ia mengerjakan soal itu tanpa kesulitan dan dalam hitungan detik, Lucy telah menyelesaikannya. Teman sekelasnya hanya bisa terkesan dan sekaligus berterima kasih karena telah mengambil soal kutukan itu. Lucy menyimpan kapur ketempatnya dan hendak kembali ke bangkunya. Tiba-tiba langkahnya gontai.
Are...? Batinnya menyadari ia berhenti melangkah.
"Ada apa Lucy, kau tidak enak badan?" Tanya Pak Guru melihat wajah Lucy yang berkeringat.
"Aku tidak apa-apa, sensei. Aku akan berhati-hati lain kali." Ucap Lucy tersenyum dan berjalan normal ke tempat duduknya.
Ekor mata Natsu sejak tadi tertuju pada Lucy yang baru saja duduk. Bangku mereka terpaut 2 meja. Natsu duduk di pojok kelas dan berada di posisi paling belakang. Ia menghela napas dan bergumam dalam hati, "bertindak terlihat tetap kuat, uh?" batinnya.
.
.
.
-Sepulang Sekolah-
.
Lucy melangkah pelan ke luar dari kelasnya. Seperti biasa tanpa ada yang menemani, ia tidak akan mengeluh, itu sudah menjadi hal lumrah baginya. Ia mengeratkan pegangan pada buku di tangannya.
"Ck, ternyata hantaman bola itu cukup keras, aku tidak boleh meremehkannya. Dan terimakasih bertkat bola-sialan itu, kini aku merasa pusing." Umpat Lucy dalam batinnya.
Ia memutuskan untuk pergi ke Ruang perawatan, setidaknya ia berharap ada sesuatu yang bisa mengurangi pusingnya. Belum sempat ia melangkah, Lucy merasa kehilangan keseimbangannya.
"Uff,..." Seseorang menopang tubuh Lucy. "Hampir saja..." Ucap Natsu lega.
"K-Kau!" Ucap Lucy yang kini tengah di gendong oleh Natsu dengan bridal-style.
"Kau harus pergi ke ruang perawatan." Sergah Natsu mengabaikan tatapan tidak menyenangkan yang datang dari Lucy.
Aku memang akan kesana, bodoh! Batin Lucy.
"Turunkan aku, turunkan aku!" Ucap Lucy memberontak memukul-mukul tubuh Natsu.
"Baik-baik... aku akan menurunkanmu." Ucap Natsu datar. Lucy menatapnya seolah berkata 'syukurlah dan cepat.' Namun tetap diam. "Ya aku akan menurunkanmu, tapi tidak sekarang." Tambahnya mempercepat langkah menuju ruang perawatan.
A-Apa apaan orang bodoh ini? Ucap Lucy dalam hatinya.
"Kau bertindak seenaknya! Kau adalah orang terakhir di dunia ini yang terpikirkan olehku akan membantuku! Natsu Dragneel!" Ujar Lucy ketus.
"Dan orang terakhir itu kini ada di hadapanmu, Lucy Heartfilia." Natsu tersenyum satire.
"Dasar lelaki BODOH dan TAK PUNYA OTAK!" Gerutu Lucy. Wajahnya memerah.
"Jadi, Kau menutupi rasa malumu dengan menghinaku, Lucy? Haha kau lucu sekali." Batin Natsu, lalu terkekeh.
.
.
.
-To Be Continued-
Sooooo? Gimana ceritanya, minna? hehe
Tinggalkan reviewnya ya. Apakah aku harus lanjutin ini atau enggak?
My Guardian tetep jadi prioritas utama kok, ini cuma sampingan #loh ? xD
tapi aku harap minna suka ya, kalo responya kurang, aku hiatusin dulu ini fic (?) dan fokus ke My Guardian.
But whatever, thank you for supporting me! Love ya, dan see you! xD