Hey hoooo! Minna-san! I miss you so much!

gomenasai baru update T.T

okey, aku jujur udah nulis FF ini dari berbulan-bulan yang lalu tapi belum sempat di publish. /plak

Semoga masih inget yaaa hehe, arigatou gozaimasu buat readers yang masih reviews dan memberikan sarannya. love yaaa.

Enjoy read and please Review, review dari minna yang selalu membuat aku semangat buat ngelanjutin ceritanya xD

.

.

Because I'm Stupid

Chapter 5 : Together

.

.

-07.15 P.M Rosemary Restaurant-

Ayah Natsu, Igneel, mengangkat gelasnya –sebagai isyarat bahwa ia akan bersulang. Sementara Jude yang duduk di sampingnya mengangguk mengerti dan mengindahkan isyarat dari Igneel. Mereka berdua bersulang, tawa renyah terdengar di Ruangan VVIP salah satu Restaurant bergengsi yang ada di Magnolia itu. Karena negosiasi antara kedua direktur tersebut berjalan melebihi harapan. Mereka berdua sepakat akan bekerja sama, kini relasi Hokugin Financial Group resmi bertambah. Heartfilia Group telah menyanggupi segala bentuk kerjasama yang telah disepakati.

Disela-sela perbincangan mereka Jude bergurau, "Sudah lama sekali aku tidak tertawa lepas seperti ini, Igneel." Ucap Jude dengan nada ramah, tanpa harus terbatasi oleh obrolan formal dan membosankan, ia terdengar lebih santai ketika berbicara dengan Igneel.

Igneel tertawa lagi mendengar pernyataan Jude, "Ya, tidak jauh berbeda denganku, Jude. Mengingat umur kita saat ini, bukankah kita sudah cukup tua?" Canda Igneel dengan senyuman khasnya.

Jude menyesap minumannya, "Sudah cukup tua untuk segera memikirkan pewaris dari perusahaan kita tepatnya." Jude menambahkan.

Tatapan Igneel melunak dan mulai menerawang ke langit-langit restaurant, "Tak perlu aku pikirkan lagi, sudah pasti aku akan mewariskan perusahaan ini pada putraku, Natsu." Igneel tersenyum tipis.

Jude menatapnya mengerti. Bisa di bilang Jude dan Igneel memiliki persamaan. Istri mereka telah tiada, dan hanya ada 1 orang berharga yang mereka miliki, anak mereka. Lucy yang merupakan putri dari Jude Heartfilia dan Natsu yang merupakan putra dari Igneel. Keduanyapun sebenarnya banyak menghabiskan waktu untuk bekerja agar tidak terlalu terlarut dalam kenangan-kenangan dari wanita yang paling mereka sayangi itu.

"Aku sebenarnya ingin mewariskan perusahaanku pada putriku, namun sepertinya dia tidak begitu tertarik dengan urusan perkantoran." Ucap Jude membayangkan Lucy yang selalu menolak untuk datang ke perusahaan ayahnya, bukannya ia tidak bisa, hanya saja Lucy selalu enggan untuk melakukannya, padahal ia sangat kompeten. Namun Jude menghargai apa yang putrinya inginkan.

Igneel menegakan tubuhnya, "Itu mengingatkanku, Putrimu kurasa seumuran dengan putraku."

Jude mengangkat sebelah alisnya, "Benarkah? Bukankah putramu itu telah menjadi wakil presiden direktur di HFG ?" Tanya Judo.

"Ya, dia anak berbakat padahal masih sangat muda dia bersekolah di SMA Fairy." Jelas Igneel yang tidak menyadari bahwa mereka mulai membicarakan anak-anaknya.

"SMA Fairy kau bilang? Putriku, Lucy juga bersekolah disana." Ujar Jude.

"Yare yare… benar-benar kebetulan, apakah mungkin mereka sudah saling mengenal?" Igneel tertawa lagi setelah mengetahui kebenaran itu. "Kapan-kapan, Kau dan Putrimu, Aku dan Natsu harus menyempatkan waktu untuk makan malam. Setuju?" Tanya Igneel.

Jude mengangguk mantap, "Tentu saja, Igneel." Jude tersenyum, sekarang mereka tidak terlihat seperti direktur yang sedang makan malam karena urusan bisnis, namun lebih terlihat sebagai kedua sahabat.

.

.

- 08.28 PM, Meeting Room, Hokugin Financial Group –

Natsu baru saja selesai menutup rapat koordinasi dengan para kepala cabang Perusahaan HFG. Ia duduk bersandar di kursinya setelah orang terakhir meninggalkan ruangan rapat itu. Pria paruh baya yang sejak tadi menjadi asistennya pun membungkuk kemudian meninggalkan Natsu, karena ia sadar pasti wakil presiden direktur muda tersebut sudah sangat lelah dan membutuhkan istirahat sejenak.

Pemuda berambut merah muda dan spiky itu mencoba meraih gelas yang terisi air mineral di dalamnya, namun mungkin karena kurang fokus, gelas tersebut jatuh ke lantai dan pecah.

"Apa yang aku lakukan mengotori ruang rapat." Natsu menggerutu pada dirinya sendiri. "Dasar bodoh." Tambahnya yang membuat ia mengingat Lucy, orang yang selalu menyebutnya bodoh. Natsu kemudian tersenyum kecil.

Drrtt… Drrrtt…

Ponsel Natsu bergetar, membuat Natsu segera merogoh saku celananya, ia kemudian mendapati sebuah pesan, dan betapa terperanjatnya lelaki bermata onyx itu ketika melihat isi pesannya. Natsu segera mengambil kunci mobilnya dan berlari sekuat tenanga menuju garasi tempat mobilnya di parkir. Para karyawan hanya menatapnya heran, tidak biasanya sang wakil direktur terburu-buru seperti itu, dan entah mengapa wajahnya terlihat sangat cemas. Sesuatu yang kurang baik mungkin terjadi, karena mereka sama sekali tidak pernah melihat ekspresi Natsu yang seperti itu.

To: Natsu Dragneel

From: Anonymous

Bagaimana jika kita melakukan permainan petak umpet, Natsu-san?

Aku tidak tahu kau akan menemukanku atau tidak.

Tapi, kau pasti bisa menemukan Lucy Heartfilia bukan?

Oh~ apa yang akan kau lakukan sekarang?

Jangan membuatnya menunggu~

kau tidak tahu'kan apa yang mungkin akan terjadi pada gadis itu jika kau terlambat?

Itulah pesan yang masih terpampang di ponsel milik Natsu. Natsu melempar ponselnya ke kursi sebelahnya, layar ponselnya yang baru saja padam menyala lagi. Ia men-unlock screenya dan disana terdapat foto Lucy yang sedang tidak sadarkan diri, tergeletak di sebuah jembatan di atas sungai. Pemuda itu kemudian memukul setirnya dan mendaratkan keningnya disana. Hatinya berkecamuk, pikirannya kacau, bagaimana bisa dia sangat teledor? Namun Natsu tahu ini bukanlah saat yang tepat untuk mengumpat. Ia segera menginjak gas mobilnya seketika dengan amarah yang bisa meledak kapan saja.

"Jembatan itu adalah jembatan yang menghubungan kota Magnolia dengan kota sebelahnya. Jarak dari HFG menuju Jembatan perbatasan itu sekitar 20 KM. Dan… dengan kecepatan 80 KM/jam aku akan tiba disana dalam waktu 15 menit. Tunggu aku Lucy!" Batin Natsu pada dirinya sendiri dia ingin tiba secepat mungkin untuk menyelamatkan Lucy.

.

.

-Unmei Bridge, 08.39 P.M-

Lelaki di balik jaket kulit berwarna hitam itu menyeringai, membayangkan bagaimana geramnya Natsu ketika datang kesana.

"Ini sangat menyenangkan sekali, Rogue, Aku tidak pernah melihat ekspresi Natsu-san yang seperti itu. HAHAHA!" Ucap pemuda berambut pirang itu setelah melihat video cctv yang telah di pasang di perusahaan HFG, Pemuda itu dan Temannya yang bernama Rogue itu telah menyadap sistem protection di sana.

Rogue hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis, "Lalu Sting… apa yang akan kau lakukan pada gadis ini?" Tanya Rogue menunjuk Lucy yang tengah tergeletak tidak sadarkan diri.

Lelaki itu berjalan perlahan mendekati Lucy dan duduk berpangku lutut di sampingnya, "Kurasa aku akan menggunakannya untuk memancing Natsu Dragneel. Gadis ini juga akan terlibat dalam permainan kita." Ucap Sting mengangkat dagu Lucy. "Hoo, Gadis ini cantik juga." Tambahnya terkekeh.

"Tidak lama lagi Natsu Dragneel akan tiba disini, apa rencana kita selanjutnya?" Tanya Rogue.

"Tentu saja aku akan menghabisinya, tapi jika langsung membunuhnya itu tidak seru. Aku akan sediakan permainan yang menyenangkan untuk kalian, Natsu Dragneel dan Lucy Heartfilia." Sting melepas pegangannya dari dagu Lucy. Lucy tidak bergeming sedikitpun. Efek obat bius yang telah ia hisap sepertinya cukup memakan waktu yang lama sebelum sepenuhnya menghilang.

"Kurasa itu memang pantas ia dapatkan." Rogue berkomentar.

"Untuk ucapan selamat datang aku akan sedikit mengejutinya. Sekarang kita pergi dari sini dulu dan biarkan Lucy Heartfilia seperti ini." Timpal Sting.

Rogue mengangguk karena telah memahami rencana Sting. Mereka berdua berjalan ke bagian bawah jembatan mulai menjalankan rencananya.

.

.

-Unmei Bridge, 08.43 P.M-

Kecepatan 80 KM/Jam tetap Natsu pertahankan agar ia sampai disana sesuai perhitungan. Ia segera menginjak rem-nya ketika lampu mobilnya mendapati tubuh Lucy yang masih tidak berpindah dari tempat sebelumnya. Suara decitan yang merupakan akibat dari gesekan ban dan aspal terdengar sebelum Natsu dengan cepat menuruni mobilnya dan segera menghampiri Lucy.

Ekspresi khawatir terpampang nyata di wajah tampannya, "Lucy! Lucy! Sadarlah!" Ucap Natsu menepuk pelan pipi Lucy dan mengguncangkan tubuhnya dengan memegang pundaknya. Namun di dalam hati ia sedikit merasa lega karena Lucy tidak terluka sedikitpun dia hanya pingsan. Natsu membuka jas hitam yang ia kenakan, kini ia hanya berbalutkan kemeja biru dan tak lupa dengan dasi yang berwarna senada dengan jasnya. Ia memakaikan jas miliknya pada Lucy yang saat itu masih mengenakan dress yang ia lihat saat terakhir bertemu dengannya di perusahaan.

Tatapan dari mata onyxnya menajam, kemudian ia meletakan tubuh Lucy dengan hati-hati dan menunduk. Tanpa menoleh Natsu berkata, "Jadi, sampai kapan kalian akan bersembunyi?" Ucapnya dengan nada yang tenang seolah segala kekhawatirannya telah sirna.

Sting dan Rogue bertukar pandangan, mereka tercekat sesaat namun ada ekspresi kepuasan di wajah Sting. Mereka berdua memakai helmnya, Sting menaikkan resleting jaket kulitnya hingga lehernya.

Tap, Tap…

Langkah kedua lelaki –yang merupakan biang keladi dari semua ini –terdengar. Natsu tidak sedikitpun terkejut ataupun bergerak dari tempatnya. Sementara Sting dan Rogue siap melancarkan serangannya.

Natsu kemudian berdiri dan berbalik, mendapati sebuah tangan berjarak beberapa inci dari wajahnya siap untuk menghajarnya tapi ia menangkisnya dengan telapak tangannya. Tidak hanya itu saja, Sting mengangkat tongkat baseball besinya yang sebentar lagi akan mendarat di pundak Natsu, namun lagi-lagi dengan refleks Natsu yang cepat dan tidak terduga, lelaki pewaris HFG itu dapat menghindarinya. Natsu memusatkan kekuatannya di kedua kepalan tangannya. Dalam waktu beberapa detik musuhnya telah mendapatkan pukulan hebat yang cukup membuat tubuh mereka meringis di saat menerimanya. Bahkan tak ada waktu bagi mereka untuk menangkis pukulan tersebut. Rogue dan Sting terdorong cukup jauh, namun mereka tetap berdiri memegangi perut mereka yang merupakan tempat dimana Natsu mendaratkan pukulannya dengan sempurna.

Sting dan Rogue tidak mengeluarkan sepatah katapun. Mereka hanya bisa menatap Natsu dari balik eyeshield helm yang mereka kenakan.

"Kalian adalah orang yang selama ini selalu menyerang ayahku… dan sekarang kalian telah melibatkan Lucy. Sampai matipun tidak akan kumaafkan!" Teriak Natsu yang kini telah menyingsingkan lengan kemejanya.

Ia berlari kearah mereka berdua dan menghantamkan tendangannya ke Rogue yang berjarak dekat dengannya, Rogue berdiri tepat di depan Natsu. Tendangan yang di terima Rogue menyebabkan tubuhnya terpental menabrak pagar jembatan dan sebuah pistol jatuh dari pegangan tangannya. Natsu mengerutkan dahinya, bisa-bisanya orang-orang seperti mereka membawa senjata seperti itu. Mereka terlihat seumuran dengannya meskipun Natsu tidak bisa melihat wajah mereka.

Merasa tersudutkan, bahkan dengan 2 lawan 1, Sting membuka resleting jaket kulit hitamnya dan mengeluarkan sebuah pistol yang sejak tadi bersemayam di balik pakaiannya. Sting mengangkat senjatanya mengarahkannya pada Lucy, ia dengan perlahan menarik pelatuk pistolnya….

'kau telah mendesakku hingga aku tidak punya pilihan Lagi, Natsu…' Batin Sting dalam hati.

DOR!

Mata Onyx Natsu membulat ketika menyadari tindakan Sting, tanpa pikir panjang Natsu membentangkan kedua tangannya, menjadikan tubuhnya sebagai tameng, berharap bahwa gerakannya cukup cepat sebelum peluru yang baru saja orang misterius itu lesatkan mengenai tubuh dari gadis yang ia sayangi.

.

.

-Rosemarry Restaurant, 09.25 P.M-

"Ahahaha, Jadi begitu? Kurasa dia anak yang keras kepala." Ucap Igneel menanggapi cerita Jude tentang putrinya.

Jude menghela nafas berat, "Ia memang sulit di atur, dia juga tidak pandai bersosialisasi, satu-satu temannya yang ku kenal adalah Levy dari keluarga McGarden." Ujar Jude.

Igneel masih tertawa sebelum mulai berbicara, "Kurasa itu tidak masalah, aku yakin putrimu itu adalah gadis cantik dan jenius." Tanggap Igneel mengangguk-ngangguk dan membayangkan putrid Jude.

Kali ini Jude yang tertawa, "Hahaha, ya dia sangat cantik dan dia mirip sekali dengan mendiang Istriku, Layla." Tawa Jude berubah menjadi senyuman.

Igneel tersenyum, "Sudah pasti dia sangat cantik. Tapi putraku Natsu, dia tidak begitu buruk dalam hal akademik, tapi sebenarnya dia hanyalah pemuda konyol yang selalu bertindak bodoh sehingga dia tidak begitu peduli dengan nilai atau apapun itu. Aku sering berjumpa dengan kawan-kawannya yang aneh, mungkin dia memang selalu bergaul dengan orang seperti mereka. Tapi itu bukanlah masalah besar." Jelas Igneel. ".. dan yang membuatku jengkel, dia adalah pria yang tidak peka, Dia sangat clueless, ketika sudah berkaitan dengan wanita." Tambahnya.

"Itu wajar, kurasa Natsu hanya belum terlalu mengerti."

.

.

*Lucy Pov*

Aku tidak tahu dimana aku berada, namun ketika aku dengan perlahan membuka mataku aku hanya melihat kegelapan. Itulah pemandangan pertama yang aku temui setelah membuka matakaku. Aku benci ini –kegelapan. Nafasku seperti terenggut habis, sebenarnya ruangan apa ini? Ketika aku hendak berdiri, aku baru sadar jika tanganku, terborgol pada kursi yang kini aku duduki. Kursi ini terbalik sehingga dadaku bersandar pada sandaran kursi kayu ini. Aku menggerakkan kakiku, namun lagi-lagi terhambat karena ternyata kakiku juga terikat oleh tali. SIal. Sekarang apa lagi. Aku belum bisa meredakan ketakutanku dalam kegelapan ini tapi aku sudah di hadapkan dengan posisi terjepit seperti ini?

Ah, benar. Sebelumnya aku di bekap oleh seorang pria ber-helm. Dia membiusku, jika aku bertemu dengannya lagi, aku akan membuatnya menyesal telah membuatku seperti ini. Pikiranku yang bergelut sendiri ketika ekor mataku menangkap bayangan seseorang di depanku, jaraknya sekitar 2 meter dari pandangan mataku. Berkat kegelapan ini aku tidak langsung menyadari siapa orang itu, tangannya juga terborgol dan kakinya terikat sama sepertiku. Tetapi yang berbeda adalah, pria itu menunduk, atau mungkin tertidur pada sandaran kursi. Aku menyipitkan mataku berharap penglihatanku sedikit menajam agar aku bisa mengetahui orang yang bernasib sama denganku. Rambut itu, postur tubuh itu, pria itu, ya, aku sangat mengenalnya. Bahkan aku merasakan aroma tubuhnya disekitarku. Tunggu –i-ini adalah jas miliknya? Jas milik Natsu Dragneel ini kini membaluti tubuhku yang gemetar, aku masih tidak bisa menepis ketakutanku pada kegelapan benar-benar menyedihkan. Yang lebih penting, Mengapa si bodoh itu ada disini? Ketakutanku sedikit meredam. Entah mengapa aku merasa sedikit tenang jika dia ada di dekatku –tidak maksudnya syukurlah ada seseorang disini, aku bisa menanyakan padanya apa yang terjadi bukan?

Sedikitnya aku berterimakasih kepada kegelapan ini karena telah menyembunyikan rona merah di wajahku, sekarang akulah yang terlihat bodoh.

Aku mencoba memanggil namanya, "Natsu…" ucapku pelan, yang di panggil namanya sama sekali tidak bergerak. Baiklah, ini tidak lucu. "Natsu! Bangun!" Ucapku kali ini dengan intonasi yang meninggi.

Tubuhnya perlahan bergerak, aku tahu karena bahunya terangkat, kini giliran kepalanya yang terangkat, ia masih memejamkan mata kirinya. "Lu..cy?" Tanyanya.

(Teng teng teng teng! Kepada kedua murid, pelajaran akan segera dimulai, jangan ada yang tidur disini!)

Aku dan Natsu saling bertukar pandang ketika mendengar suara itu. Kulihat Natsu menatap kesekeliling, akupun mengikuti arah matanya memandang, di sudut ruangan dekat langit-langit ruangan terdapat sebuah speaker dan kamera pengintai. Apa maksud dari semua ini?

Aku mengalihkan pandangan mataku pada Natsu, ia berusaha melepaskan diri dari kursi, meskipun tangannya terikat ia tak henti menggeliat untuk bisa terbebas dari sana. Aku hanya bisa menatapnya heran, karena Natsu tidak mengeluarkan sepatah katapun, sebaliknya ia terlihat tenang, tatapan matanya dingin seolah ia telah menahan emosinya agar tidak meledak.

(Jangan menghabiskan energimu. Seorang yang jenius seperti kalian seharusnya tahu bahwa di ruangan yang sempit ini oksigen merupakan hal yang berharga bukan?)

Aku menatap Natsu terkejut sekaligus cemas. Kulihat ia mengamati sekelilingnya dan memejamkan mata. Jika yang orang itu katakan benar maka di ruangan ini…

"Ruangan ini… berukuran 5x4 Meter. Oksigen mengambil sekitar 20% dari luas ruangan." Ucapnya yang membuatku mengerjap terkejut karena yang di katakannya itu tidak ada yang salah.

Aku menatapnya dan berkata, "Orang pada umumnya bernafas dengan menunggunakan 160 CC oksigen…berarti…"

Mata onyx Natsu kini tertuju kearahku, ia kemudian tersenyum. "Ya, Berarti… dalam waktu 40 jam, jika kita tidak bisa keluar dari sini, kita akan mati-"

"-karena kekurangan oksigen." Sambungku.

Natsu mengangguk dan menatap jam tangannya. "01.30 P.M, uh?" Ucapnya yang terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Mengkalkulasikan waktu kita terperangkap disini sekitar jam 9.30 P.M kemarin malam. Maka kita hanya memiliki sisa waktu 24 jam lagi untuk melarikan diri dari sini." Ucap Natsu yang lagi-lagi membuatku tersentak. Kurasa gelar murid terpintar Ke-3 yang di raihnya bukan hanya isapan jempol belaka.

Aku mengangguk, jantungku berdegup kencang menyaksikan sisi Natsu yang tidak pernah kulihat seperti ini. Sial, ini bukan waktu yang tepat untuk menatapnya dengan perasaan kagum Lucy!

(Oh! Hebat-hebat… Tidak dapat dipungkiri kalian adalah murid-murid yang pintar. Membiarkan para genius mati begitu saja bukankah itu sangat disayangkan? Oleh karena itu, aku telah memberikan kalian kunci borgolnya. Temukanlah sendiri!)

Suara itu terdengar lagi membawaku menuju kenyataan. Kunci? Aku melihat ke sekitarku. Tidak ada. Tapi aku baru sadar aku mengenakan sebuah kalung? Sejak kapan? Setelah kulihat lebih dekat ternyata ini adalah kunci.

Aku segera menarik kunci yang terkalungi di leherku, dan memasukannya pada lubang kunci di borgolku. "Ini tidak berhasil, Natsu!"

Natsu menyipitkan matanya, "Bukan, pasti pria brengsek itu hanya melakukan trik murahan. Lucy, aku akan memparkan kunciku padamu, dan cobalah apakah itu kunci yang cocok atau bukan." Natsu melempar kuncinya, namun sayangnya karena borgolku yang masih terikat, aku sulit menangkapnya sehingga kunci itu terlempar melewati ku.

Aku menggigit bibirku, "B-Bagaimana ini?" Tanyaku padanya.

Natsu menggeleng, "Tidak apa-apa, Lucy. Kau bisa melempar kunci milikmu padaku."

Disituasi segenting ini Natsu masih bisa tersenyum dan bersikap tenang. Hah, apakah mungkin aku saja yang terlalu berlebihan menanggapi semua ini.

*Lucy Pov End*

Lucy melempar kuncinya pada Natsu, tapi sayang sekali, sebelum Natsu dapat menggapainya, kunci itu jatuh, ya jarak lemparnya kurang jauh. Lucy menatap Natsu bersalah, Namun Natsu menggeleng lagi. "Jangan khawatir…" Ucapnya sambil menjatuhkan kursi yang ia duduki ke lantai, otomatis tubuhnya juga terbawa.

BRUGH!

"Natsu!" Seru Lucy menyaksikan pergerakan tiba-tiba Natsu. Ia menghembuskan nafas lega ketika Natsu berhasil mengambil kunci di hadapannya dan ternyata memang benar. Kunci itu dapat membuka borgolnya. Natsu sontak melampar borgolnya ke samping, membuka tali yang mengikat kakinya dan segera berjalan melewati Lucy, ia membawa kunci untuk membuka borgol Lucy.

Borgol Lucy terlepas, Natsu berlutut di depannya untuk membuka tali yang mengikat kaki Lucy. Guratan merah tercipta di wajahnya, membuatnya memalingkan wajah. "Kau masih saja melakukan hal yang bodoh." Gerutu Lucy yang di sambut grin milik Natsu.

"Sebaiknya sekarang kita hubungi pihak yang berwajib." Saran Lucy merogoh tasnya untuk membawa ponselnya. Natsupun melakukan hal yang sama.

Tetapi ternyata, sambungan terputus, karena ruangan ini kedap sinyal. Ponsel mereka tidak berguna. Natsu mengeratkan peganggannya ke ponsel, seolah dapat meremukkannya kapan saja. Ia kemudian memasukan ponselnya ke saku celananya.

"Bagaimana ini, Natsu? Kita tidak bisa menghubungi siapapun. Ponsel kita tidak berfungsi disini. Kurasa ini juga bagian dari rencana pria itu. Dengan begini, tidak akan ada yang tahu bahwa kita terkurung disini." Ucap Lucy sembari menyelipkan surai pirangnya ke belakang telinganya.

(Itu benar sekali. Jika kalian tidak ingin menunggu maut menjemput kalian disini. Larilah dengan kekuatan sendiri. Ah~ Pernahkah bermain 'Minesweeper'? Petak pertambangan disini benar-benar dapat meledak. BOOM!)

Natsu dan Lucy menoleh seketika mendapati salah satu dinding diruangan itu terbuka, memperlihatkan sebuah petak-petak berbentuk segi empat tersebar di lantai. Benar-benar seperti Minesweeper. Natsu yang menyaksikannya kemudian menendang meja yang terdapat dus-dus entah apapun isininya –mengakibatkan meja itu terguling –Ia melakukannya sebagai ungkapan kekesalan. "Kau ingin membunuh kami dengan ledakan?!" Ucapnya geram. Sementara Lucy meletakkan tangan kanannya di atas dadanya. Ia tahu ini bukan bercandaan semata. Mereka benar-benar bisa mati disini.

(Aku dengar Lucy-san memiliki ingatan yang bagus dan Natsu-san, anda memiliki 'Photographic Memory' kan?)

Natsu mendengus, "Photographic Memory itu tidak terbukti ada di dunia ini." Tukasnya.

(Hoo, benarkah, Jaa, soal ini pasti mudah untuk kalian. Kita mengetahui bahwa (pi) merupakan sebuah konstanta dalam matematika yang merupakan perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya. Kalian membutuhkan 20 langkah untuk dapat melewati minesweeper ini. Jadi, Nilai dalam 20 tempat decimal adalah? Ingat, jangan salah melangkah, atau ledakan yang kalian dapatkan. Selamat berjuang!)

Lucy dan Natsu terduduk di depan Petak Tambang bertuliskan angka berwarna merah di atasnya. Mereka mulai berpikir.

"3, 1415926535897932384." Ucap mereka serempak. Lucypun melemparkan senyum pada Natsu.

"Mulai dari sini, sampai akhir dari Mines Land, tepat 20 langkah." Ucap Lucy sembari menunjuk deretan petak tersebut.

"Langkah pertama adalah petak nomor 1, kemudian 4…" Natsu berdiri bersiap untuk melangkah sesuai dengan yang telah mereka perhitungkan.

Lucy melirik petak-petak tersebut, "Tunggu, bagaimana dengan nomor yang muncul lebih dari satu kali?"

"Cukup injak petaknya satu kali, namun susunannya harus tetap terurut." Balas Natsu.

"Petak no. 1 kemudian no 4...5..9..2..6...3...8...7... dengan begitu totalnya adalah sembilan langkah..." Lucy mengerutkan dahinya.

"Ya, aku yakin itulah tujuannya, nomor dalam petak ini tidak berurutan, jika kita melangkah sesuai nomor-nomor yang kau sebutkan barusan, kurasa tidak akan ada masalah." Ucap Natsu.

Lucy terlihat memiliki banyak pertimbangan, "Resikonya terlalu tinggi... Petak ini akan meledak, Natsu." Ucapnya tak bisa menyembunyikan kecemasannya.

"Aku akan melakukannya. Lucy kau tunggu saja disini. Seharusnya tidak apa-apa. Setelah aku tiba di ujung aku akan mematikan sistemnya dan kembali lagi kesini untuk menyelamatkanmu." Ujar Natsu yang hendak melangkah.

Lucy tiba-tiba meraih bahunya, "Tunggu!"

Natsu menoleh, menghentikan langkahnya. "Ada apa, Lucy?"

"Salah menginjak satu langkah saja berakibat fatal. Aku…" Gadis bersurai pirang itu khawatir.

"Jangan khawatir, Lucy. Kita akan menyelesaikan ini semua. Tidak akan terjadi apa-apa." Ucap Natsu mencoba menenangkan Lucy yang terlihat gusar.

Lucy bukannya takut di tinggalkan sendirian namun ia takut jika terjadi apa-apa pada Natsu sementara dia hanya bisa diam saja menuggu bantuan. Lucy menggigit bibirnya.

Natsu menghela nafas setelah melihat ekspresi wajah Lucy, "Kalau begitu, Ayo, kita pergi berdua." Ujar lelaki berwajah tampan itu tiba-tiba.

Lucy menatapnya, "Eh?"

Natsu memberikan senyuman khasnya, "Ikuzo! Lucy..." Pemuda berambut spiky itu mengulurkan tangannya kepada Lucy.

Lucy sempat ragu namun ia meraih uluran tangan Natsu. "Bersiaplah untuk ku hajar jika kau gagal kali ini, bodoh!" Ucap Lucy kemudian, menyembunyikan perasaan malunya.

Mereka berada di tepi mines land. Natsu menginjak petak pertama dengan kaki kanannya kemudian di susul dengan kaki kirinya –aman – tidak ada yang terjadi, tidak ada ledakan. Natsu menghela nafas lega dan mengisyaratkan Lucy untuk mengikuti langkahnya.

"Sepertinya kita melupakan sesuatu, Natsu..." Ujar Lucy, Sweatdrops.

Alis mata natsu terangkat, "apa itu, Lucy- ah.. Ukuran 1 petak ini hanya muat untuk satu orang, eh?" Ucap Natsu masih menggenggam tangan Lucy. "Kurasa memang seharusnya aku pergi sendiri–"

"Tidak." Lucy memotong pembicaraan. "A-Aku akan tetap bersamamu, m-maksudku ini tidak seperti aku mengkhawatirkanmu atau apa, aku hanya takut kau melakukan hal bodoh, bila lantai ini meledak s-setidaknya kita bersama."

"Tidak." Sergah Natsu. "Aku tidak akan membiarkanmu terluka, aku tidak akan membiarkan lantai ini meledak." Ucap Natsu mantap.

Lucy tercekat sesaat namun ia melanjutkan kalimatnya. "K-Kau jangan salah sangka! A-Aku tidak ingin menjadi pecundang yang hanya bisa diam melihatmu berjuang sendiri..." Gumam Lucy panjang lebar, membuat Natsu tersenyum lembut, membuatnya ingin memeluk gadis yang selalu menjadi yang no.1 di hatinya itu.

"Hai' hai'..." Natsu mengangguk cepat. "Baiklah, Kalau begitu, injak kakiku Lucy." Saran Natsu.

"HEEEHHH?" Lucy terbelalak, wajahnya memerah.

"Petak ini hanya cukup untuk satu orang bukan? Jika kaki kita keluar petak dan menginjak petak yang salah tamatlah riwayat kita, Lucy. Ayo kita melangkah 'bersama' seperti yang kau inginkan." Ucap Natsu terkekeh pelan setelah memberikan penekanan pada kata 'bersama'.

Lucy menelan ludahnya, ia berpikir dalam hati ternyata lelaki ini bisa membalas omongannya, licik sekali Natsu Dragneel. Tanpa berkata Lucy melangkah perlahan, kaki kanannya menginjak kaki kiri Natsu dan kaki kirinya menginjak kaki kanan Natsu. Lucy berpijak di kaki Natsu dan mereka berdiri berhadapan, tidak punya pilihan lain, Lucy melingkarkan kedua lengannya di leher Natsu. Membuat Natsu terperanjat dalam hati, tentu dia tidak memperlihatkannya.

"Baiklah, petak selanjutnya adalah No.4... kau bisa melihatnya, Lucy?" Ucap Natsu menatap Lucy kemudian mengalihkan pandangannya ke petak yang hendak mereka tuju.

Lucy mengangguk pelan, untuk menatap Natsu ia perlu mengangkat kepalanya karena dalam jarak sangat dekat seperti ini, Lucy baru menyadari bahwa Natsu lebih tinggi darinya. "Ya..." Jawabnya.

"Bagus... Kita mulai..."

Natsu sesungguhnya tidak mampu lagi menahan segala perasaannya. Lihatlah apa yang sedang terjadi, gadis yang ia inginkan kini sedang berada tepat di depannya, tidak, bahkan sangat dekat sehingga dia dapat meraihnya. Hembusan nafas Lucy yang hangat menabrak dinding lehernya, sementara dagu Natsu menyentuh dahi sang gadis. Natsu mencoba untuk tetap fokus meskipun sangat sulit. Lucy di sisi lain, tidak bisa menyembunyikan debaran jantungnya yang semakin lama semakin berpacu kencang. Wajahnya kemerahan, sesekali ia melirik sang pemuda, menanyakan dalam hati apakah dia menyadari suara degupan jantungnya ini? Untuk pertama kalinya, Lucy merasa ia perlu berterimakasih pada suasana yang gelap ini, karena dapat menyembunyikan ekpresinya yang menurutnya tidak pantas di lihat oleh Natsu. Ia juga tidak tahu mengapa ia bereaksi seperti ini.

.

.

- 03.40 P.M Hokugin Financial Group Main Hall –

Igneel terlihat bergegas menuju lantai dasar Perusahaan miliknya tersebut. Pria yang merupakan ayah Natsu itu baru saja memasukan ponselnya. Para karyawan seketika menunduk dan membungkuk ketika Igneel melewati mereka. Ekspresinya tetap tenang namun ketika kau melihatnya lebih jeli terdapat kekhawatiran disana.

"Igneel." Suara yang tidak asing terdengar membuat Igneel menghentikan langkahnya untuk melihat sang pemilik suara.

Igneel menghembuskan nafas, "Jude, kau sudah tiba? Bagaimana sudah ada kabar dari putrimu?" Tanya Igneel langsung pada pointnya.

Jude menggeleng, ekspresi kecewa terpampang jelas di wajahnya. "... kurasa aku akan mendapatkan sebuah gelengan juga ketika aku menanyakan hal yang sama padamu."

"Aku sudah mengecheck langsung ke ruang keamanan, disana aku mencari rekaman CCTV pada waktu Lucy meninggalkan HFG. CCTV merekam putrimu di bawa oleh seseorang berpakaian serba hitam. Dan tepat setelah Rapat Koordinator yang di hadiri Natsu selesai, Natsu segela bergegas meninggalkan gedung ini. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi."

"Kurasa Natsu sedang bersama dengan putriku, mereka mungkin telah saling mengenal. Aku telah menghubungi polisi untuk melacak keberadaan mereka, namun sepertinya polisi belum menemukannya."

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka?" Igneel terlihat gusar.

"Selagi menunggu berita dari polisi, ayo kita pergi ke suatu tempat Igneel."

.

.

"Langkah ke 9, langkah terakhir... Natsu..." Lucy menghembuskan nafas berat ketika mengucapkan kalimatnya. Ada dua kemungkinan yang menjadi sebabnya. Pertama karena ia gugup, yang kedua karena oksigen dalam ruangan ini semakin menipis.

Natsu mengangguk, menyadari hembusan nafas Lucy yang melemah, namun kondisinya juga tidak jauh berbeda dengan Lucy. "Sejauh ini kita bisa melakukannya, kita pasti bisa menaklukan minesweeper ini, percaya padaku, Lucy."

"Aku tidak punya pilihan lain selain mempercayaimu, baka." Lucy mendengus perlahan. Natsu kemudian mengukir senyuman tipis.

"Akan lebih baik jika setiap petak yang salah tidak memiliki detonator. Akan merepotkan jika setiap petak berisi bom bukan?"

"Tch, bodoh. Akan lebih buruk jika pria keparat itu yang memiliki detonatornya, bahkan bila kita tidak salah menginjak petak, ia bisa saja mengaktifkan detonatornya, dan boom! nyawa kita ada di genggamannya."

Gigi Natsu beradu kesal mengetahui fakta tersebut, apapun yang mereka lakukan akan berakhir sesuai dengan rencana pria tersebut. "Itu sama saja, jika kita menginjak satu saja petak yang salah dan ternyata terdapat bom di setiap petak yang lain, ledakan dari satu kotak akan memicu ledakan bom yang lainnya. Keparat! Semoga ia tidak berniat memperbesar skala ledakan. Sial!"

PLAK!

Lucy menjepit wajah Natsu dengan kedua telapak tangannya, cukup keras sampai membuat Natsu mengerjap kaget seketika dan menatap gadis bersurai pirang yang terlihat kurang senang mendengar gerutunya.

"Dengarkan aku, Office Boy Dragneel..." Ucap Lucy dengan nada meledek. "Tidak akan ada ledakan apapun. Jangan keluarkan kebodohanmu di saat genting seperti ini. Fokuslah!" Seru Lucy melihat Natsu yang tiba-tiba kalut.

Lucypun merasakan hal yang sama, namun entah mengapa ia merasa akan tetap aman karena Natsu ada bersamanya. Natsu telah berjuang keras sejauh ini. Natsulah yang telah mengarahkan semua tindakan mereka selama tersekap di gudang ini. Untuk apa dia meragukan Natsu? Untuk apa Natsu merasa ragu di akhir karena ia telah berhasil sejauh ini?

"Lucy..." Ada banyak yang ingin pemuda berwajah tampan itu katakan, namun yang keluar hanyalah nama sang gadis yang telah menenangkan pikirannya.

Lucy melingkarkan tangan kirinya ke leher Natsu tangan kanannya menunjuk petak terakhir bertuliskan No.7. "Itu langkah terakhir..." Ucapnya kemudian seraya menatap ke arah yang ia tunjuk.

Natsu pun mengangguk dan mulai melangkah, pandangan mereka berdua berpusat pada petak itu. Jantung saling berpacu, intensitas kegugupan meningkat namun mereka tetap melangkah bersama, dan akhirnya, kaki kanan Natsu menginjak petak itu, diikuti kaki kanannya dan masih tetap dengan kaki Lucy yang berpijak di atasnya, mereka akhirnya berdiri di petak no.7.

Tidak terjadi apa-apa, dan itu berarti mereka berhasil. Masih tak percaya dengan keberhasilan mereka, Natsu dan Lucy masih menunduk menatp kebawah, melihat kearah kaki mereka berpijak. Lucy tersenyum begitu pula Natsu.

Lucy menengadahkan kepalanya untuk menatap Natsu, Natsu menunduk untuk menatap Lucy. Namun karena keduanya melakukan hal tersebut bersamaan membuat jarak diantara mereka menyempit, dalam hal ini, bahkan permukaan bibir dari kedua remaja tersebut bersentuhan. Natsu terbelakak, Iris mata Lucy membesar seraya ia dengan refleks melangkah mundur untuk membuat jarak. Natsu yang menyadari tindakan tiba-tiba Lucy segera memeluknya dan menghempaskan tubuh mereka ke samping. Detonator aktif memicu bom di dalamnya dan...

BOM!

Hanya suara reruntuhan yang terdengar setelah itu. Kepulan asap memenuhi ruangan. Skala ledakannya tidak terlalu besar, namun cukup kuat untuk merubuhkan pilar-pilar di sekelilingnya.

Natsu dan Lucy terhempas ke samping sebagai efek ledakan, mereka mendarat dengan tubuh Lucy yang berada di bawah dan Natsu berada di atasnya, Natsu melindungi Lucy dari reruntuhan.

Lucy memejamkan kedua matanya erat, karena jika ia membuka matapun ia tidak bisa melihat apapun, selain kepulan asap dan debu reruntuhan. Reruntuhan? ia tidak merasakan apapun dari ledakan dahsyat tersebut, ia bahkan tidak merasakan kerasnya lantai karena tangan Natsu masih sepertinya melindungi kepalanya, Lucy seketika membuka matanya. Mendapati pria bodoh yang berada di atasnya masih memeluknya.

"Natsu...?" Ucapnya pelan setelah penglihatannya menjernih.

Kepala Natsu yang semula berada di bahu Lucy mulai terangkat. Grin nya yang khas tampak membuat Lucy tak bisa berbuat apapun selain tersenyum lebar, lega mengetahui bahwa pemuda itu setidaknya masih hidup. "Lucy kau tidak apa-apa? Ada yang luka?" Tanyanya tiba-tiba, bola matanya mengerling, menatap gadis yang berada di bawahnya.

"Hey, aku tidak apa-apa, tenanglah..." Jawab Lucy melihat reaksi Natsu yang terlihat khawatir.

Tes. Tes.

Cairan menetes ke pipi Lucy yang berdebu, Lucy menggukanan tangannya untuk menyentuh cairan di pipinya itu. Ia tersentak ketika mengetahui bahwa ternyata itu adalah darah. Gadis genius itu sontak terkejut dan mencari dimana darah tersebut berasal. Ternyata, tidak lain dan tidak bukan, darah tersebut mengalir dari balik rambut spiky berwarna merah muda milik Natsu, darah tersebut menuruni pelipis Natsu, kemudian melewati mata kanannya yang membuat sang Wakil Presdir HFG perlu untuk memejamkan mata kanannya. Darah itu dengan bebas menuruni pipi Natsu dan mendarat di pipi Lucy yang memang berada di bawah Natsu, mengingat posisi mereka yang berjajar dan saling berhadapan.

Natsu tersenyum lega, "Syukurlah.. jika kau baik-baik saja... Lucy..." Nafasnya tersengal.

Itulah kalimat terakhir yang terucap dari bibir Natsu sebelum akhirnya kedua matanya terpejam dan tubuhnya roboh di atas tubuh Lucy. Lucy bahkan tak sempat mengucapkan apapun. Tubuh Lucy bergetar ia perlahan memeluk tubuh pemuda yang tidak sadarkan diri itu.

"N-Natsu! NATSU! Sadarlah! T-Tidak, NATSU!" Teriak Lucy, tangisannya pecah.

-To Be Continued-

.

.

okay that's it! author ngasih chapter yang panjang nih, maaf ya klo ceritanta gak jelas atau ngrbosenin :'D

jangan kapok buat terus baca karya aku ya minna-san. Oh iya buat FF aku yang My Guardian, aku usahain lanjut klo masih ada peminatnya wkwk

.

.

btw, author mau curhat, FF banyak tertunda karena author lagi sibuk nyusun skripsi, doain ya supaya di lancarin.

masa bikin FF bisa nyampe berchapter2 tapi nulis skripsi susah? wkwk

doain aku ya minna-san. terimakasih buat supportnya di cerita ini.

aku tunggu review,kritik, saran dan masukannya.

see you soon! ^^