Naruto © Masashi Kishimoto
LOVE ME written by Putri Dina Puspita Sari (Onime no Uchiha Hanabi-hime)
I just adapted this movie into fanfict, I don't really know what will you say about it. I just take the plot, and maybe it become strange because of me, and I've made many change of the script, don't blame me. Movie/Thriller director by Rick Bota (TV's Beauty and The Beast; TV's Supernatural; TV's The Vampire Diaries)
Hope you enjoy it. And, some characters maybe out of what Masashi created. But, I do my best for it. Just read and review.. Maybe I'm counting on the flame, remember use normal people's words.
Summary:
Haruno Sakura jatuh cinta pada seorang pemuda pendiam yang kaya raya, Uchiha Sasuke. Semuanya menjadi rumit ketika ia, teman-temannya, dan juga keluarganya mengetahui bahwa Sasuke diduga pelaku kejadian menghilangnya gadis berusia 16 tahun di kota tetangga. Sasuke bersumpah dia tidak melakukan perbuatan itu. Bisakah cinta mereka terus hidup di tengah investigasi dan huru-hara? Yang terpenting, bisakah Sakura terus hidup melewati semua?
Dedaunan pohon kota Konoha di Mizu Avenue terlihat begitu kecoklatan di akhir musim gugur dan begitu tenang tertiup angin. Matahari begitu cerah, seolah semua hal yang dilakukan para penduduknya mengawali hari ini akan berjalan dengan lancar dan tenang.
Seorang gadis berambut blonde dengan ransel di punggungnya berjalan diiringi melodi musik dari headset iPodnya di pinggiran Mizu Avenue yang lengang di pagi hari itu. Beberapa pepohonan besar ia lewati dengan senyuman.
Sebuah mobil Ford Mustang model lama berwarna hitam berkilau muncul dari tikungan yang tadi gadis itu sempat lalui. Suara mobil itu agaknya membuat gelisah sang gadis. Ia mencabut headsetnya dan berjalan dengan tempo lebih cepat dari sebelumnya.
Ford itu berjalan tepat di sisi sang gadis.
Baby blue sang gadis menatap ke dalam Ford yang sama sekali tidak ada pengemudinya. Perasaan takut, cemas, dan khawatir membuat gadis itu agak gemetar, tapi ia tidak menghentikan langkahnya dan berteriak minta tolong. Ia malah mempercepat langkahnya dan berseru ke dalam mobil. "Aku tidak akan masuk."
Namun Ford itu sepertinya tidak mengerti, atau memang begitu adanya. Ford itu hanya terus berjalan di sisi gadis itu dengan suara khas mobil sport tersebut yang meraung lembut. Namun raungan itu malah membuat gadis itu semakin gelisah. "Bisakah kau pergi?" ucap gadis itu kentara sekali ia merasa tak nyaman.
Mobil Ford itu melaju dengan kecepatan tetap, gadis itu melambatkan langkahnya. "Pergi!" serunya kesal. Mobil Ford itu terus melaju dan perlahan meninggalkan gadis itu tepat di pertigaan jalan. Dengan sigap gadis itu berbelok menuju jalan lain keluar Mizu Avenue dan masuk jalan kecil yang kanan-kirinya masih rimbun dengan semak dan ilalang. Ia berlari menuju ke semak-semak dan beberapa kali menengok ke belakang, ketakutan akan mobil misterius itu mengikutinya bukannya tidak beralasan. Mobil itu tidak ada pengemudinya. Teror macam apa yang terjadi sekarang.
Suara gemerincing kereta barang yang berada di jembatan agak membuat gadis itu terlonjak kaget. Ia melihat sekitar memastikan dirinya tidak diikuti siapapun selain bayangan dirinya sendiri. Gadis itu mencari perlindungan di bawah jembatan yang dilalui kereta barang dengan amat lambat.
Sebuah suara langkah kaki membuat gadis itu membalikkan badannya dan—"Aaaa!" teriakkan gadis itu membaur dengan decitan suara rem kereta barang yang menggema di bawah kolong langit yang biru cerah.
3 bulan kemudian...
HILANG!
Yamanaka Ino
[Gambar foto Ino]
Umur: 16 tahun
Rambut: pirang panjang
Tinggi: 162 cm
Hubungi polisi setempat jika anda menemukan
Gadis dengan ciri-ciri yang disebutkan.
Now my eyes are wide open
Now that everything's been stolen
And I'm here to get it back from you
Sebuah kamar yang terlihat sekali kamar seorang remaja dengan deretan foto shoot film serta poster merekat dengan acak di tembok kamarnya yang tidak terlalu terang. Remaja gadis itu mengenakan rompi sekolahnya sambil mendengarkan alunan musik sendu berjudul Under My Bed dari Meiko. Gadis itu menjerat rambut merah mudanya yang tidak begitu panjang, meninggalkan poninya melengkung cantik membingkai wajahnya yang mulus.
See I ain't wasting no more time
I gotta take back what's mine
And what else am I supposed to do
Ia kemudian duduk di kursi dan mengamati miniatur di atas meja yang penuh sesak dengan barang, miniatur itu merupakan replika kecil sebuah kamar dari foto shoot sebuah film lama koleksinya. Membuat miniatur dari sebuah foto adalah hobinya sejak lama. Digapitnya miniatur sebuah kursi dari kotak bekas sepatu yang mirip sekali dengan aslinya itu menggunakan pinset, sebuah senyum mengembang dari wajah manis sang gadis. Ia kemudian menyomot beberapa biskuit yang tergeletak manis di atas piring yang disediakan ibunya.
I told you time and again
That you never win
I told you time and again
Gadis itu kemudian menyiapkan peralatan sekolahnya. Seakan tak bisa jauh dari miniatur kesayangannya, kali ini mata emeraldnya mengintip ke dalam miniatur kamar itu dari lubang kecil yang menjadi jendela miniatur itu. Sebuah senyum bangga sekali lagi terpancar di wajahnya.
But you keep doing the same old thing
When I thought that you would change
I told you time and again
Dengan berat hati meninggalkan miniatur kebanggaannya, gadis itu mengambil handphone serta headsetnya, kemudian memberi sentuhan pada penampilannya, yaitu kalung dengan matanya yang berupa cincin. Melihat penampilannya yang sudah sesuai keinginannya, gadis itu pun menjumput tasnya dan pergi sekolah. Awal masuk sekolah setelah libur musim dingin.
Here I am, with my heart on the floor
And my love out the door
You should be knocking
Mobil Honda Integra berwarna maroon terparkir dengan sempurna di lapangan parkir Konoha International Academy. Dengan senyuman gadis merah jambu itu keluar dari mobilnya dan memasuki halaman sekolah.
Konoha International Academy adalah salah satu sekolah bertaraf Internasional di kota Konoha. Bangunannya begitu klasik dengan bagian depan berbentuk kastil Eropa abad 19. Namun untuk bagian dalamnya, sekolah ini lebih dari cukup untuk diberi gelar sekolah modern. Di dalamnya terdapat siswa-siswi menengah pertama dan menengah atas.
But there it goes
I got nothing to show for
It's the pictures I posed for
But I keep them in a box under my bed
Gadis merah jambu tadi, namanya adalah Haruno Sakura. Ia duduk dengan teman-temannya menikmati matahari musim semi pertama mereka di sekolah.
"Jadi, siapa yang setuju Sakura membiarkanku menyonteknya saat tes kalkulus?" seorang pemuda dengan kulit pucatnya menatap ke arah Sakura dan seorang temannya, Karin, yang duduk di sebelah Sakura. Ia lalu berjalan menghampiri keduanya setelah melepaskan diri dari sketsa manga yang sedang ia kerjakan beberapa bulan belakangan, sembari mengangkat tangan kanannya. "Angkat tanganmu."
"Tentu saja aku," seorang pemuda lain yang berdiri tak jauh darinya mengangkat tangan kirinya sedangkan tangan kanannya melingkari pinggang seorang gadis.
"Angkat lebih tinggi," ucap Sai, pemuda berkulit pucat itu.
"Kau ingin mati ya?" Sakura menyela dengan malas.
"Hanya di tanganmu," jawab Sai menggoda.
Sakura tertawa kecil kemudian.
"Hm, rasanya enak dan harum. Apaitu?" tanya pemuda yang tadi mengangkat tangannya setuju dengan usul Sai. Pemuda ini berambut merah dengan model agak spike, ia bernama Gaara. Dan saat ini ia sedang berbicara dengan gadis di hadapannya, gadis dengan rambut cokelat pendek yang tergerai lembut, Matsuri.
"Lips glossku. Kau mau?" jawab gadis—entahlah, ia masih gadis atau sudah (janda)?—itu mendekatkan wajahnya pada Gaara.
Gaara mengangguk singkat dan mereka berdua—Gaara dan Matsuri—berciuman di depan umum. Mungkin begitu cara mereka mengekspresikan cinta mereka? Siapa yang tahu dan perduli.
"Oh, God," Karin mendesah malas melihat kelakuan dua temannya itu.
"Aww," Sakura terperanga. Ia baru tahu kalau kedua temannya itu sudah melakukan hal sejauh itu. Maksudnya, berciuman di depan umum. Kenapa mereka tidak sekalian saja bercinta di tengah lapangan? "Terkadang aku ingin jatuh cinta," ucap Sakura.
"Tidak. Kau tidak ingin," jawab Karin cepat.
"Yeah, tidak. Tidak ingin. Ugh," ucap Sakura setelah agak lama melihat Gaara dan Matsuri yang berciuman dan mulai geli sendiri.
"Siapa pacar terakhirmu?" Karin kemudian bertanya.
"Shinichi Kudo, kelas delapan," jawab gadis bersurai merah jambu itu agaknya bangga. "Untuk suatu alasan, aku hanya menunggu untuk perasaan semacam doki-doki, kau tahu?—" Sakura mulai mengarang cerita.
"Dia mencoba menyelamatkan dirinya sendiri karena takut kejombloannya terkuak," sela Sai dan duduk di samping Sakura.
Sakura tertawa. "Ayolah, Sai. Itu namanya angan-angan," ucap Sakura kemudian merangkul lengan Sai.
Karin yang melihat betapa dekatnya Sakura dan Sai pun berkomentar. "Lalu, aku pikir kalian berdua punya semacam hubungan lebih dari—sekedar—teman bicara."
"Karin?" Sakura menatap Karin seolah kita sudah bicarakan ini.
"Apa? Aku pikir kau pernah bilang bahwa—"
"Tolong hentikan," ucap Sakura bersikeras.
Sai yang duduk di samping Sakura hanya tersenyum-senyum. Kemudian ia berdiri dan kembali pada sketsa manganya.
"Maaf," gumam Karin dan mengangkat bahunya.
"Jadi apa yang terjadi pada Manga Girl?" setelah lama bertaut bibir dengan bibir, Matsuri kemudian ikut nimbrung.
"Tunggu, kalian pacaran?" tanya Sai penasaran pada Matsuri dan Gaara.
Matsuri tertawa kecil. "Yeah—"
Gaara hanya tersenyum dan membuang pandangannya.
"Hey, aku dapat gundukkan kotak sepatu untukmu," ujar Matsuri.
Sebuah senyum mengembang indah di bibir Sakura.
"Mom pelesir ke toko murah," bisik Matsuri menambahkan.
"Sweet!" seru Sakura senang. Kemudian perhatiannya teralihkan pada halaman depan sebuah koran lokal. "Ugh, kalian dengar ini?" Sakura memperlihatkan halaman depan koran itu pada teman-temannya. Koran itu menunjukkan foto seorang gadis dengan rambut pirang panjang yang dijerat ekor kuda, poni gadis itu menutupi sebelah matanya. "Mereka menelusuri hutan itu lagi," ucap Sakura.
"Serius, dia kemungkinan kabur," timpal Matsuri.
"Dia tidak kabur," tiba-tiba Karin berucap.
Matsuri yang bergelayut pada lengan Gaara agak bingung dengan ucapan Karin, begitu halnya dengan Gaara sendiri menatap ke arah Karin. Sakura kemudian melakukan hal yang sama.
"Apa?" Karin heran ditatap demikian.
Bel tanda masuk berdering.
Mereka semua membereskan barang mereka dan bersiap masuk kelas.
"Dia adalah terror kota yang akan mencekik kalian," Gaara berucap dengan nada menakut-nakuti. "Dia bisa siapa saja," tambahnya lagi masih dengan nada menakut-nakuti. "Dia bisa saja—" Gaara melihat sekitarnya dengan was-was, kemudian ia menggendong Matsuri—yang kemudian Matsuri berteriak kaget dan tertawa geli.
Sakura, Sai, dan Karin tertawa melihat tingkah keduanya. Kemudian langkah mereka membawa mereka ke dalam gedung sekolah.
Here I am, with my heart on the floor
And my love out the door
There it goes, I got nothing to show for
except pictures I posed for
But I keep them in a box under my bed
"Mengerikan, kau tahu? Dia bisa saja di antara kita," ucap Sakura dalam perjalanan ke kelas.
"Yeah, tapi tidak," sahut Karin sekenanya.
Sai tak banyak bicara, hanya berjalan bersama dengan kedua gadis di sampingnya.
"Itu sangat aneh. Yeah, aku hanya berharap mereka menemukan pelakunya," ucap Sakura. Namun ketika mereka berbelok menuju koridor lain, Sakura tersandung sesuatu dan jatuh.
"Kau bak-baik saja?" Sai segera menghampiri Sakura.
"Yeah, lututku remuk," jawab Sakura sambil berusaha menahan sakit, ia kemudian duduk dan membenarkan sepatu serta kaus kakinya.
"Kau yakin baik-baik saja?" tanya Sai lagi.
"Aku baik-baik saja," kentara sekali Sakura agak kesal. Dan kini ia tahu harus melimpahkan kekesalannya pada siapa.
"Hey, Sasuke, apa kau tidak lihat di mana kau duduk?" Karin menegur seorang pemuda yang duduk dengan santai, kaki selonjor dan telinga yang tertutup headset.
"Serius," ucap Sakura dengan nada yang tajam. Emeraldnya menatap lurus pada onyx Sasuke. Malas berdebat di hari pertama sekolah, Sakura pun mencoba mengabaikan dan berusaha berdiri.
Sasuke kemudian berdiri dan menatap lurus emerald Sakura. "Kenapa tidak kau coba berjalan dengan mata terbuka?" apa ini penghinaan pada mata sipit? Apa mata Sakura kurang lebar?
"Lalu kenapa tidak kau coba berjalan dengan kakiku di atas pantatmu?" jawab Sakura, ketika Sasuke berjalan melewati Sakura begitu saja.
"Si brengsek itu harusnya tetap tinggal di sekolah lamanya," ujar Karin, merapikan poni Sakura yang terlihat kacau.
Entah kenapa Sakura seolah terhipnotis oleh onyx itu, ia tak melepaskan pandangannya pada Sasuke. Sampai Sasuke menoleh ke belakang dan menatap kembali Sakura. Mempertemukan onyxnya dengan emerald Sakura sekali lagi.
"Kau benar baik-baik saja?" tanya Sai lagi.
"Yeah, aku baik-baik saja, Sai," sahut Sakura masih menatap punggung Sasuke yang terus menjauh dan menghilang di balik kerumunan siswa-siswi.
~LOVE ME~
Suara mengerik serangga terdengar nyaring di kala malam. Apalagi malam itu Haruno Sakura tak membiarkan musik apapun mengalun memenuhi kamarnya. Ia sedang sepenuhnya konsentrasi dengan miniatur kesayangannya. Mengecat beberapa perabot kecil itu dengan kuas.
Tiba-tiba pintu kamar Sakura terbuka. "Okay, ibu pergi sekarang," seorang wanita tua dengan wajah muda muncul dari ambang pintu.
"Love you," sahut Sakura masih fokus dengan miniaturnya.
Ibu Sakura itu pun menyempatkan untuk masuk ke dalam kamar anaknya, untuk memberikan kecupan penuh cinta. "Ibu tinggalkan beberapa uang di meja—"
Sakura hanya mengangguk-angguk.
"Apa yang kau lakukan dengan bajumu?" tanya ibu Sakura memperhatikan ada bercak merah pada kemeja putrinya.
"Tidak apa. itu hanya cat," sahut Sakura setelah melirik sekilas ke arah bercak yang membuat ibunya menjadi agak panik. Mungkin ibunya pikir itu adalah bercak darah.
"Oh, Sakura, kau tahu ibu belum bisa membelikanmu yang baru? Rendam itu nanti."
"Okay."
Setelah puas bertemu dengan putrinya untuk hari ini, ibu Sakura pun beranjak pergi untuk bekerja. Namun sebelum ia meninggalkan kamar Sakura, ia memberi peringatan pada Sakura. "Dan jauhi es krimku, atau aku akan menendang bokong besarmu."
Sakura terkikik. "Yeah, yeah," ucapnya dan melanjutkan mencat miniatur-miniatur mungilnya.
~LOVE ME~
Pagi itu Sakura berjalan sendiri di koridor tanpa ditemani teman-temannya. Ia sibuk meronggoh kantong-kantong kecil di tasnya untuk menemukan kunci lokernya.
"Perhatian, para murid. Tim lacrosse akan ada pertemuan di lapangan setelah sekolah. Terima kasih," ucap seorang wanita dari alat pengeras suara.
Sakura masih menggeledah kantong tasnya untuk menemukan kunci lokernya. Sampai ia berdiri di depan lokernya. Ketika Sakura mendapatkan kuncinya, seseorang bersandar pada salah satu loker yang berderet panjang di samping lokernya.
"Uchiha Sasuke," ucap pemuda itu.
Sakura menatap Sasuke dan tersenyum. "Aku tahu siapa kau."
Sasuke terlihat mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Ia mengeluarkan sebuah CD, yang berada dalam wadah CD berwarna biru malam. "Ini untukmu," ucap Sasuke.
Sakura menatap onyx Sasuke, ia suka onyx itu, Sakura sedang menimbang-nimbang dan akhirnya ia ambil CD itu. "Apa ini?" tanya Sakura bingung.
"Baca saja liner notes nya," jawab Sasuke. Onyxnya tak lepas memandang emerald Sakura. Kemudian ia pergi melenggang begitu saja. Meninggalkan Sakura yang saat ini tersenyum dengan senyuman yang—seperti gadis kecil yang baru saja mendapatkan boneka Barbie edisi terbatas.
Sakura menatap punggung Sasuke, lagi untuk hari ini, yang kemudian menghilang di ujung koridor. Ia kemudian membuka wadah CD itu dan melihat sebuah tulisan di atas CDnya 'Sorry for my BIG FEET!—Sasuke'. Sebuah senyum kembali terukir di bibir Sakura.
~LOVE ME~
Malam harinya, dalam kamar yang temaram, Sakura menyalakan CD Playernya dan memasukkan CD pemberian Sasuke pagi tadi. Kemudian musik mengalun, musik pop yang tidak terlalu pelan, namun juga tidak lamban. Sakura tersenyum mendengarkan lirik demi lirik lagu itu.
I'm getting tired
Don't want to pretend
Wanna show you off
They think they know us
They don't know us
Tidak seperti sekolah kebanyakan. Konoha International Academy tidak memiliki kafetaria yang berada di dalam gedung, kafetaria sekolah ini berada di luar. Jadi para siswa-siswinya makan di bawah sinar matahari, jika cerah, dan makan di dalam kelas, jika hujan. Hanya murid tahun ketiga yang boleh makan di luar sekolah, maksudnya meninggalkan sekolah untuk makan di restoran terdekat, atau kedai jika ingin murah.
You're looking down love
Don't want to pretend
Wanna show you off
They think they know us
Sakura merebahkan dirinya di atas rerumputan hijau sambil mencomot roti yang ia bawa dari rumah. Telinganya tersumpal headset yang mengalunkan lagu-lagu dari kaset pemberian Sasuke.
Give it a night
We'll work it out
We can be nice
Ah ah ah
"Wow! Apa yang kita punya di sini?" tiba-tiba Sai muncul dan mengambil CD dari tangan Sakura.
"Kembalikan!" ucap Sakura dan mengambilnya paksa. Kemudian ia menyimpannya di tempat aman.
"Kau serius? Benda itu sudah kuno. Pria itu adalah Lex Luthor—orang kaya brengsek," ucap Sai sambil membuka bungkus rotinya.
Sakura kemudian menoleh ke arah Sai. Sakura tahu, Sai adalah orang kaya, kedua orang tuanya adalah pengusaaha. "Kau sendiri orang kaya."
Sai menelan roti yang tadi sempat ia gigit dan kunyah. "Yeah, tapi aku tidak brengsek."
Sakura mengangkat kedua alisnya dan tertawa kecil.
"Dan jangan berkencan dengan laki-laki itu, sungguh."
"Sungguh?" Sakura menimpal. "Mungkin kau harus ikuti cara dia melakukan pendekatan, karena ide romantis dari seseorang yang ku kenal hanyalah membuat Sloppy Joes (semacam sandwich dari US) dan menonton anime atau kartun," Sakura menambahkan.
"Best date ever," jawab Sai dengan mulut penuh roti.
Sakura hanya tertawa kecil.
"Di samping itu, 'The Lonely Phantom and The Vixen' terlaris nomor satu, hello. Kau pasti membuang manga itu," ujar Sai dengan nada agak kecewa.
"Aku tidak membuangnya. Dan tidak akan pernah," sahut Sakura.
Tiba-tiba Matsuri muncul dan menimpa Sai. "Tidak akan pernah apa?" ia ikut nimbrung.
"Ada apa?" tanya Sai tersenyum dan menyenggol sedikit badan mungil Matsuri.
"What's up people?" tanya Matsuri.
Sai dan Sakura saling berpandangan aneh. Kemudian Matsuri langsung menyelipkan dirinya di antara Sakura dan Sai, ia kemudian menikmati bekal makan siangnya juga.
~LOVE ME~
Sore harinya di Ichiraku Deluxe, sebuah café tempat Sakura dan teman-temannya biasa bersantai bersama, Sakura dan Karin sedang mengerjakan tugas mereka.
Namun sepertinya Sakura terlalu terbuai dengan lagu-lagu yang diberikan Sasuke padanya, sampai ia tak bisa melepas headsetnya dan memperhatikan track list lagu-lagu yang diputar iPodnya.
Karin menatap Sakura dan sedikit tersenyum, Sakura pun membalas senyum Karin, namun masih enggan berkutat dengan buku tugasnya. Karin memperhatikan Sakura yang sama sekali tidak fokus dengan buku tugasnya pun mencondongkan tubuhnya menghampiri Sakura yang duduk di hadapannya. Lalu ia mencabut salah satu headset dari telinga Sakura. "Kau harusnya belajar, young lady," ucap Karin dengan senyum jahil dan duduk kembali.
"Oh," gumam Sakura dan melirik bukunya. "English sucks ass," ucap Sakura sambil memanyunkan bibir mungilnya.
Karin tertawa kecil, lalu kembali mengerjakan tugas sekolahnya.
Sakura kemudian memainkan pulpennya. "Jadi—" Sakura memberi jeda. "Uchiha Sasuke," ucap Sakura dengan nada tada! Ini dia Uchiha Sasuke!
"Yeah, ada apa dengannya?" tanya Karin tak mengalihkan pandangannya dari buku di hadapannya.
"Dia membuatkanku sebuah mixed CD," ucap Sakura dengan senyum bahagia.
"What?" Karin menatap Sakura dan tertawa.
"Dan itu benar-benar, seperti, sangat bagus," ucap Sakura malu-malu.
"Yeah, pastinya," jawab Karin tersenyum dan kembali pada tugasnya.
Sakura kemudian memperhatikan wajah Karin. "Tunggu."
"Apa?" Karin menatap Sakura bingung.
"Kau cemburu?" tebak Sakura.
Karin terbelalak dan menggeleng cepat. "Tidak!" sahutnya cepat. "Sebelumnya. Aku di sekolah menengah pertama dengannya. Serius, Sakura, dari semua orang, jangan dengannya. Dia itu—raging dick," ucap Karin, diakhiri dengan bisikkan. "Okay?"
Sakura kemudian mengangguk. "Okay," anggukkannya seolah yeah baiklah terserah kau.
"Okay," Karin melanjutkan pekerjaannya setelah yakin Sakura memulai tugasnya.
Sakura melirik Karin dan kembali menyumpali telinganya dengan headset.
Karin yang melihat tingkah Sakura menggeleng, kentara sekali dalam hatinya ia berucap, dasar bocah ini.
~LOVE ME~
Hari sabtu pagi di Broken Blossoms, sebuah bioskop tua yang buka jam 07.00 dan 09.00, tempat Sakura bekerja di akhir pekan. Dengan mengenakan pakaian santai, kaos oblong berwarna hitam dan jins biru malam Sakura merapikan roll-roll film ke alat proyektor untuk siap memutarnya, ia lalu ke roll suara dan menyalakannya agar film yang terputar ada suaranya. Kemudian film terputar, sebuah alunan musik piano terdengar dari ruang kontrol. Sakura mencek jadwal film dan memberi tanda pada film yang sudah diputar. Kemudian ia menatap ke arah layar, di sana tampak proyeksi film yang tengah diputar, film lama yang masih hitam-putih. Bunyi khas proyektor yang memutar roll-roll film pun membuat Sakura tersenyum dan tertarik untuk duduk menonton di bangku pengunjung.
Pengunjung bioskop tua itu bisa dihitung dengan jari.
Sakura duduk di baris tengah. Menikmati film yang sebenarnya sudah puluhan kali ia tonton. Tapi Sakura terlihat masih menikmatinya.
"Hey," tiba-tiba seseorang menepuk pundak Sakura, yang membuatnya agak terlonjak.
Sakura menengok ke belakang. Seorang pemuda duduk di baris belakangnya, tubuh pemuda itu mencondong ke depan, dan wajahnya tepat ia letakkan di sisi wajah Sakura. "Kau menguntitiku?" tanya Sakura pada pemuda itu. Ia lalu kembali menatap layar besar di hadapannya.
Pemuda itu mendekatkan wajahnya pada Sakura. Kemudian ia menjawab. "Ya." Tatapannya tak lepas dari Sakura, mata hitam kelamnya begitu lembut menangkap setiap gerak-gerik kecanggungan Sakura. Pemuda itu memakai pakaian serba hitam, jins hitam, kaus hitam, dan jaket kulit hitam. Kemudian ia melompat ke bangku di sebelah Sakura. Ia memandangi Sakura begitu lembut. "Hi," gumamnya. Terlihat kentara sekali betapa Uchiha Sasuke sangat tertarik pada Haruno Sakura.
Sakura menoleh perlahan, lalu tersenyum. "Hi," sapanya balik dengan pelan. Kemudian kembali memperhatikan film di hadapannya, walau ia tak fokus pada jalannya film.
~LOVE ME~
Sebuah Volvo C70 tahun 2009 berwarna biru malam membelah jalanan yang terlihat berserakan bunga-bunga sakura menuju sebuah rumah klasik yang berada di atas bukit yang dikelilingi pepohonan sakura dan semak-semak yang tertata rapi. Dan sebuah Honda Integra milik Sakura mengikuti di belakang Volvo itu.
Tepat di depan rumah itu sudah terparkir BMW silver, dan Volvo itu pun memarkirkan diri di sebelah BMW tersebut. Mobil Sakura terparkir jauh di belakang Volvo dan BMW tersebut.
Sasuke keluar dari dalam Volvo dan menghampiri mobil Sakura. Tak lama setelah Sakura keluar, Sasuke berkomentar. "Pernahkan siapapun mengatakan bahwa kau berkendara sangat lamban?"
Sakura terperanga mendengar komentar pemuda tak banyak bicara itu. "No, actually."
Sasuke agak menghela nafas, karena menurutnya punggungnya terasa agak pegal terlalu lama dalam mobilnya itu. "Ayo, masuk," ajak Sasuke dan berjalan masuk ke dalam rumah klasik itu lebih dulu.
Sakura mengikuti darimendengar komentar pemuda tak banyak bicara itu. "an?"emarkirkan diri di sebelah BMW tersebut. Honda saku sakum sand belakang. Agak berlari kecil karena ia agak sulit mengimbangi langkah Sasuke yang lebar-lebar.
Dari kejauhan, sebuah mobil sedan, yang di dalamnya terdapat seorang pria muda dan seorang wanita tengah mengamati.
"Hm. Siapa yang satu ini, Sasuke?" ucap pria itu dari balik teropongnya.
Wanita di sebelahnya hanya mengamati dengan mata telanjang sambil mencomot cracker.
"Letakan cracker itu, Kushina," ucap pria itu. "Pinggangmu jadi terlihat agak gemuk," tambahnya.
"Masih banyak bun di oven, smart-ass," sahut Kushina masih mencomoti crackernya, lalu tersenyum menatap Minato. "What's your excuse?"
Minato menghela nafas, lalu mengamati ke rumah Sasuke lagi dengan teropongnya. "Apa kau benar-benar berpikir aku gemuk?" tanya Minato kemudian melirik Kushina.
Kushina hanya tersenyum dan melirik Minato balik.
To be Continue
A.N:
Aku Cuma mau bilang, kalian harus baca cerita ini sampai habis. Karena kalian pasti terkejut-kejut dengan hasil akhirnya... yeah, bagi yang sudah nonton film ini mungkiin akan berpikiran lain. Awalnya memang membosankan, tapi itulah, siapa yang tahu akhirnya? Bukankah sama seperti hidup kita? kita menjalaninya hal yang sama setiap hari, tapi akhirnya? Siapa yang tahu?
Aku hanya menyarankan.
Buat yang sudah menonton LOVE ME, mungkin tahu banyak sekali percakapan yang aku ubah, karena mentranslate itu, hello, nggak mudah sob! Membuat arti yang bener-bener nyambung dan masuk ke dalam cerita itu kaya maksain jari pake cincin 2000 perak yang kekecilan. Sumpah. Nggak gampang ndlesepinnya.
Untuk selanjutnya tergantung kalian. Terima kasih...