"BLACK ROSE"
-= Sherry Dark Jewel Present =-
Disclaimer: Yang pasti bukan Yuki…Yuki Cuma nulis Fic ni doang.. Yuki Cuma minjem nama doang... Jangan marah ya Oppadeul...
Author : Yuki
Rate : T
Pairing : akan muncul nanti seiring bertiupnya angin#plakk.. tenang pasti YUNJAE dooonnggg... tapi mereka akan melewati berbagai rintangan untuk bisa bersatu.
Genre : Crime/Friendship/Romance(bakal lama)/Family.
Warning : OOC, OC, AU, Mungkin ada Typo(s) , dan disini pakek POV JaeUmma dan YunAppa..
Summary : Sama seperti Mawar Hitam.. aku berusaha menghapus dirimu dari ingatanku dan memulai kehidupan yang baru... tapi saat aku mulai nyaman dan melupakanmu.. kau kembali muncul dikehidupanku..
.
Cerita ini hanya Fiksi belaka
.
Gak Suka..?
Ya...
Jangan Baca...
Gampangkan..
.
Buat yang tetep mau Baca...
.
Happy Reading..
.
Prologue
Why..?
Aku tak bisa apa-apa sekarang, Yunho menghiyanatiku. Seharusnya aku mendengarkan ucapan Junsu tentang Yunho. Aku hanya dipermainkan olehnya saja.
Lalu sekarang yang kubisa hanya meringkuk di atas ranjang dan berusaha sekuat tenaga agar tak menangis.
"Babo...Babo..."
Aku hanya bisa merutukkin nasibku, aku telah terlanjur mencintainya. Tapi ia dengan mudah membuangku begitu saja setelah ia bosan.
KRIETTT
"Joongie.." mendengar suara Umma yang menghampiriku membuatku cepat-cepat menghapus airmata yang sedari tadi tertahan di kelopas mataku. Tak membiarkannya jatuh. Aku tak ingin membuat Umma sedih.
Aku mendudukkan diri diranjang lalu memandang Umma dengan senyuman. Meski aku tahu itu hanya senyuman kecut. "Umma.."
"Joongie.. ada apa hemm..? kau ada masalah..?" tanya Umma setelah mendudukkan diri si sebelahku. Aku tak mungkin mengatakan masalahku, aku hanya tak ingin Umma bersedih karena masalahku, atau yang paling parah Umma akan pergi melabrak Yunho. Meski Yunho menghianatiku tapi aku tak bisa membencinya, mungkin. Aku teramat cinta padanya, tapi penghianatan itu juga tak bisa kulupakan begitu saja. Aku Bimbang.
"Katakan pada Umma.. Sayang.."
"A-ak-u tak apa-apa Umma.."
Umma memandangku lagi, lalu tersenyum padaku. "Joongie.. Jika Joongie sudah siap untuk bercerita.. Umma akan mendengarkannya. Umma hanya tak ingin mendengar apa yang terjadi padamu dari orang lain. Umma ingin mendengarnya dari dirimu sayang" Umma lalu berdiri dari duduknya. Aku hanya menunduk, apa aku harus mengatakannya.
"Tenangkan dirimu dulu sayang.. Umma akan ke bawah menyiapkan makan malam" Umma pun beranjak keluar kamarku. Tapi sebelum menutup pintu kamar Umma kembali memandangku.
Pandangan kami pertemu
Umma tersenyum getir, apa ia tau? Apa wajahku bisa dengan mudah terbaca? Tapi kemudia ia tersenyum lembut. "Umma akan menunggumu untuk makan malam nanti. Jadi turunlah untuk makan Malam.. Su-ie pasti juga menghawatirkanmu Sayang"
"Dan Namja pun tak dilarang untuk menangis"
Pintu putih gading itu tertutup. Bersamaan dengan setetes air mata yang sedari tadi kutahan.
Umma..
Su-ie..
Aku tak bisa seperti ini, Umma dan Su-ie menghawatirkanku. Ku usap mataku lagi mencoba menghapus air mata yang akan jatuh. Minimal aku harus kuat di depan semua.
Appa.. apa yang harus Joongie lakukan sekarang..?
.
.
.
Aku pun memutuskan untuk turun makan malam. tak enak juga dengan Umma dan Su-ie yang pasti menungguku di ruang makan.
"Hyungie..." Aku hanya tersenyum tipis melihat Junsu-adikku-terjingkat bahagia saat ia melihatku turun dari kamar. Aku tahu Junsu sangatlah khawatir padaku, dia pun merasa bersalah karena dialah yang mengenalkan Yunho padaku.
Dulu ia selalu mencegahku menjalin hubungan dengan Yunho-teman satu les dancenya. Junsu yang supel, tentu saja dengan muda berteman dengan siapapun terutama Yunho yang adalah seniornya di tempat lesnya. Dan umur mereka terpaut tiga tahun. Sedangkan aku dan Junsu terpaut dua tahun.
"Su-ie..Umma..Malam.."
"Malam Joongie/Hyungie.."
"Kau sudah baikan Joongie..?" Umma memaksakan senyumnya, meski aku tahu Umma tengah sedih dan Khawatir padaku. Apakah Umma sudah tau? Mungkinkah Su-ie yang cerita padanya apa yang terjad padaku..?
Tidak tidak..Su-ie tak mungkin melakukannya kan.
"Ayo Hyungie.. Kita makan.. Lihat Umma buat Sup rumput laut dan Kimchi.." Aku tahu mereka berusaha menghiburku, aku merasa bahagia disini, mereka lah hartaku. Aku tak mau mengecewakan mereka. Bahkan menyakiti mereka. Keluargaku.
Aku pun memakan makanan yang ada didepanku dengan lahap. Aku tak akan mengecewekan mereka dan membuat khawatir mereka.
Ingin rasanya aku menangis haru sekarang. Aku bisa merasakan kasih sayang dari mereka. Tapi aku tak mungkin menangis disini. Aku harus menahannya.
Ada sesuatu yang menganjal. Ada yang hilang..
"Umma.."
"Ya Joongie..? Kau ingin tambah lauknya?"
"Tidak Umma.. Appa mana Umma.." Aku lihat senyum lembutnya tadi telah berubah sedikit masam.
"Ya..Umma..Appa belum pulang? Biasanya jam segini udah pulangkan?"
"Su-ie..Joongie..Appa masih ada pekerjaan, tapi dia bilang akan lembur" Jawaban Umma sedikit meragukanku aku hanya mengerutkan dahiku, mencari jawaban mengapa Umma berbohong. Umma menyembunyikan sesuatu dariku dan Junsu..
"Oh..Begitu" Suara Su-ie menyudahi pikiran pikiran anehku, aku tak boleh menduga-duga sesuatu tanpa bukti. Aku kembali tersenyum. Dan makan malam kami pun berlanjut, aku menghilangkan semua pikiran burukku.
.
.
.
Malam dingin.. sekarang Sepuluh menit sebelum pukul sebelas malam. Aku masih berdiri di beranda kamarku. Menimang nimang apa aku harus mengatakan masalahku pada Umma..
Mengatakannya...
Apa aku sanggup..?
Umma..
Mungkin menyimpan beban sendirian memang tak baik, aku terkekeh saat memikirkan hal itu. Mungkin memang lebih baik aku mengatakannya. Aku pun beranjak dari Beranda lalu berjalan menemui Umma.
.
.
.
Umma masih bangun, kulihat Umma tengah menonton TV diruang tengah. Mungkin Umma menunggu Appa. Akupun mendekat dan mendudukkan diri di sebelah Umma.
"Joongie"
"Umma..Aku ingin.."
Umma tersenyum menunggu ucapanku.
"Aku ingin bercerita.."
Umma mengacak rambutku. Ia masih tersenyum padaku, aku gugup sekarang.
"Umma akan mendengarkanmu Sayang..Ada apa?"
"Umma...Umma.."
"Ne..Joongie..."
"Ummaaa..Joongie patah hati..." Akupun tak sangup menahan air mata lagi. Aku menceritakan semuanya pada Umma..
"Yunnie berkhianat padaku. Dia pergi bersama Yeoja lain Umma... bahkan Yeoja itu tidak lebih cantik dari Joongie...Meski Joongie namja, Joongie itu pasti lebih cantik dari yeoja gatel yang deket deketin Yunnie. Saat aku memergoki merek sedang bermesraan ditaman, Yunnie malah mengatakan kami sudah tak ada hubungan. Dia mutusin Joongie..Umma..."
Umma memelukku, aku bisa merasa tenang sekarang. Bebanku benar-benar hilang setelah bercerita. "Joongie Sayang.. sudah.. sudah.. lupakan Jung Yunho. Jika memang dia meninggalkanmu, bukan berarti hidupmu berakhirkan. Joongie masih kelas 3 senior high shcool. Jadi sekarang pikirkan dulu sekolah Joongie. Joongie akan ujian bukan."
Aku mengangguk, aku harus mulai melupakan rasaku pada Yunho.
"Hidup ini memang berat Joongie, tapi kau jangan hanya terfokus pada Jung Yunho. Jika dia mencampakanmu, Joongie masih punya orang-orang yang menyayangi Joongie. Seperti Umma yang sayang Joongie.. Su-ie juga sayang Joongie.."
"Dan Appa sangat sayang Joongie" Aku bisa melihat raut wajah Umma sendu.
Apakah ada sesuatu yang terjadi.. haruskah aku bertanya?
" Ya Umma..Joongie akan berusaha melupakan Jung Yunho.."
"Umma senang mendengarnya"
"Emm.. Umma..." Aku memanggilnya sedikit takut sekarang. Kugigit bibir bawahku.
"Ne..Ada lagi yang ingin kau ceritakan?"
"Umma... Apa..A-Apa terjadi sesuatu dengan Appa..?" aku bertanya lirih. Bisa kurasakan tubuh yang tengah memelukku sekarang tegang. Lalu kembali melemas.
"Umma.."
Pelukan Umma terlepas, Umma tersenyum padaku. Meski ku tahu itu senyum yang Umma paksakan tuk ditunjukkan padaku. Aku hanya bisa membalas sunyuman Umma.
"Tidak Ada apa-apa Joongie..Joongie..Tenang Saja Ya..Appa..Baik-baik saja kok. Sekarang Joongie tidur ne sudah malam..Lihat sudah hampir jam dua belas"
Aku hanya mengangguk. Membiarkan Umma bergelut dengan pikirannya sendiri, nanti juga aku pasti akan tahu.
"baiklah..Joongie ke kamar ya Umma.. Jaljayo.." Aku kembali ke kamar, tanpa memandang wajah Umma lagi.
.
.
.
Sudah hampir pukul satu sekarang dan aku belum bisa tidur. Tapi sayup-sayup aku mendengar suara mobil memasuki garasi rumah.
Appa..
Aku melangkah keluar kamar ingin menyapa Appa.. tapi langkahku terhenti saat melihat Appa bersimbah darah..
Appa..
Ingin rasanya aku berteriak memanggilnya, tapi bibirku terkunci saat mendengar Appa melarang Umma berteriak dan panik. Aku bisa mendengar jika Appa tak ingin Aku dan Su-ie mengetahui keadaannya. Dan menyembunyikan hal itu dari kami.
Aku kembali menuju kamarku. Menjatuhkan tubuhku keatas ranjang.
Aku mengertakkan gigiku.
Appa..Umma..Apa yang kalian sembunyikan sebenarnya?
.
.
TBC / END?
Yuki's Note :
So... ini dia, Masih Prologue... hehehe... sudah setahun Yuki hiatus di SPI.. sekarang tambah banyak ya Fic di sini.. dua kali lipat.. tapi author lama jarang muncul un.. apa pada hiatus ya.. atau Out..?
Gimana-gimana.. ni prologue Fic baru Yuki.. Fic lama malah gak di update.. miannnn.. masih dalam proses..#kalau ada yang nunggu..
Ni fic bakal panjang kayanya...
Dan bakal ada crime disini.. KhuKhuKhu...
Tentu aja ada Gore... #I love Gore
Jadi gimana Minna.. perlu di lanjutin gak?..
Tolong kasih jawabannya lewat Review..Fav.. Foll.. atau PM Yuki...
Yuki tunggu..
Bye..Bye...
..Salam..
-= Yuki =-