Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

a fiction by Matsuyama Aoichi...

Something Sweat

.

.

.

Character : Murasakibara A. X OC/Reader

Genre : Romance, Frienship

Warning : Typo(always), OOC (terutama Murasakibara), multichap, Cerita pasaran, alur mudah ditebak, dan Reader's Pov.

.

.

.

Two: Blueberry

*Happy Reading*


...

Pelajaran sejarah adalah pelajaran yang paling kubenci. Mungkin karena terlalu banyak yang dihafal atau gurunya yang membosankan. Dan karena pelajaran ini pula, tingkat kelaparanku menjadi dua kali lipat.

Untung saja, setelah pelajaran ini berakhir, bel istirahat akan berbunyi. Dengan begitu aku bisa mengisi kembali perutku yang berlubang ini.

Dan tanpa menunggu lama, bel penyelamat akhirnya berbunyi.

Setelah mengucapkan terima kasih pada sensei, satu-persatu teman-temanku meninggalkan kelas. Begitupun denganku. Cepat-cepat aku menyambar bento dari tasku dan bergegas menuju tempat favoritku saat memakan bento. Di atap sekolah.

Biasanya aku ke sana bersama Yui. Berhubung hari ini Yui absen, jadi aku makan sendiri di sana. Sebenarnya aku tak sendiri. Atap sekolah merupakan tempat favorit bagi beberapa siswa untuk menghabiskan waktu istirahatnya.

Dan di sinilah aku. Di atap sekolah yang luas ini. Tempat ini berbeda dari atap sekolah pada umumnya. Di sini dibuat taman dengan beberapa pohon dan jenis bunga. Juga ada sebuah rumah kaca yang cukup besar di tengah taman.

Ah, rasanya nyaman sekali. Berada ratusan meter di atas permukaan tanah dengan udara sejuk dan rindang. Memang cocok dijadikan tempat untuk melepas penat.

Setelah berkeliling mencari tempat duduk, akhirnya aku menemukan bangku taman yang masih kosong. Tempat ini agak sepi dan terpencil karena terletak di belakang rumah kaca. Tak apalah, dengan begini aku lebih leluasa memakan bento

"Hey, itu tempatku!"

Aku terperanjat begitu mendengar seruan di belakangku. Kubalikkan badanku untuk melihat siapa yang berbicara.

Kami-sama, takdir mengerikan macam apa ini?

Seorang Murasakibara Atsushi berdiri di hadapanku. Ini seperti deja vu. Tapi bedanya tak ada sekantung besar makanan ringan di tangannya, digantikan sebuah kotak susu berukuran jumbo.

"Konnichiwa, Murasakibara-kun. Maaf, tapi aku menemukan tempat ini duluan. Tapi kalau kau mau duduk di sini tak apa kok," aku justru sangat senang, tambahku dalam hati. Aku menyampaikannya dengan selembut mungkin agar dia tidak tersinggung.

"Tidak. Aku dulu yang menemukan tempat ini. Lihat!" Telunjuknya menunjuk sisi kiriku. Benar saja, disana ada dua buah kotak bento yang ditumpuk dan aku menduga itu milik Murasakibara-kun.

Hah?! Sejak kapan kotak itu ada di sana? Bagaimana bisa aku tidak melitnya?

"Itu punyaku. Katak itu lebih dulu di sana daripada kau. Jadi, aku dulu yang menemukannya."

Baiklah aku kalah telak. Dia memang benar. Mungkin aku akan mencari bangku lain. "Ah, gomenasai. Aku akan mencari tempat lain."

Sebelum benar-benar beranjak dari tempat itu, sebuah tangan besar menahan lenganku. Dan aku tahu siapa pelakunya. Karena itulah tubuhku menegang seketika.

Ini. Tidak. Mungkin.

Aku berbalik. Benar. Murasakibara-kun yang memegang tanganku. Padahal aku berharap orang itu Yui yang tiba-tiba datang atau gangguan makhluk tak kasat mata yang menghunu tempat ini—oke, lupakan itu.

"Ah!" Tanpa sadar aku memekik pelan dan segera menunduk untuk menyembunyikan wajahku; yang kuyakin lebih merah dari tomat, "a-ada apa?" Kyaa~ mati-matian aku menahan diri agar tidak menjerit.

"Tapi kalau kau mau duduk di sini, tak apa kok." Murasakibara-kun berkata dengan nada yang terdengar... imut?

Eh, tunggu? Barusan dia bilang apa? Kata-kata itu 'kan—

EEEHH! Ita 'kan kata-kataku. Dia menirunya. Ini gara-gara aku berkata sok bijak padanya tadi. Dia seperti mengejekku sekarang. Ya Tuhan, rasanya aku ingin terjun dari tempat ini!

Karena terlalu sibuk dengan diriku sendiri, aku tak menyadari kalau Murasakubara-kun telah melepaskan tanganku dan mendudukkan dirinya. Ia mulai mengambil kotak bentonya.

Saat tangannya hendak membuka kotak tersebut, Murasakibara-kun kembali menoleh padaku, "Kenapa kau berdiri terus? Nanti capek lho."

Aku tersentak dari lamunanku. Dengan ragu aku mengambil tempat duduk di sampingnya. Yang kulakukan hanya terus menunduk, mencoba menenangkan detak jantungku yang tak karuan ini.

Tanpa sengaja mataku menangkap wajah Murasakibara-kun yang jug atertunduk menatap nanar pada kotak bento yang ia bawa. Didorong rasa penasaran dan rasa kasihan, aku memberanikan diri bertanya padanya.

"A-Ada apa, Murasakibara-kun? Kau terlihat sedih,"

Murasakibara-kun mengalihkan perhatiannya padaku. Tatapan mata yang biasanya malas jadi agak memelas. Melihatnya dengan ekspresi seperti ini membuatku ingin mencubit pipinya keras-keras.

STOP!

Aku sedikit menggeleng untuk menghilangkan pikiran konyol itu dari kepalaku. Siapa tahu jika Murasakibara-kun benar-benar punya masalah. Mungkin aku bisa membantunya.

Ia tak langsung menjawab pertanyaanku. Tangannya kembali membuka kedua kotak yang berada di pangkuannya. Saat terbuka, yang kulihat di dalamnya terdapat jenis makanan yang tak biasa bagi seorang Murasakibara Atsushi.

"Ane-chin yang membuatkan bento ini. Dia bilang, aku harus makan makanan yang sehat agar bisa terus menang. Tapi aku benci makan ini!" Ucap Murasakibara-kun sambil terus menatap sebal pada bento yang malang ini.

Kalian tahu apa isi kotak itu?

Blueberry. Buah ini mungkin masuk dalam dartar hal yang paling dibecinya setelah kekalahan dan sayuran. Selain itu, juga ada beberapa lembar roti gandum di dalamnya.

"Memangnya kenapa kau benci blueberry? Rasanya enak lho. Betul kata kakamu, buah ini juga menyehatkan," aku mencoba membujuk Murasakibara-kun agar ia mau memakan makanannya.

"Tidak. Buah ini rasanya asam dan agak pahit. Aku tidak suka makanan seperti itu." Murasakibara-kun tetap menyangkalnya.

"Tapi kenapa Murasakibara-kun membawa dua kotak?"

Ia terdiam mendengar pertanyaanku. Seperti memikirkan sesuatu. Kemuadian ia membuka mulai menjawab,

"Karena satu kotak takkan membuatku kenyang."

Jawaban yang terdengar polos itu membuatku sweatdrop seketika.

Oh, ayolah. Seandainya kau memakan makanan yang kau benci walaupun hanya secuil itu merupakan perjuangan yang berat bagimu. Dan kau masih memikirkan kenyang atau tidaknya dirimu? Ah, sudahlah.

"Tak semua blueberry ini rasanya seperti itu. Mungkin salah satu dari mereka ada yang rasanya manis. Boleh aku mencobanya satu?" Aku meminta izin pada Murasakibara-kun untuk mengambil sebuah, dan Murasakibara-kun mengiyakan.

Tanpa basa-basi, aku mengbil salah satu buah berry itu dan melahapnya. Rasa asam adalah hal pertama yang kurasakan saat buah tersebut melumer dalam mulutku, tapi itu tak bertahan lama. Setelahnya hanya rasa manis segar yang kurasakan. Hmm... rasanya enak juga.

"Ne, Murasakibara-kun. Coba ini! Rasanya manis lho."

Entah iblis apa yang merasukiku. Tanpa sadar aku menyodorkan blueberry ke depan mulut Murasakibara-kun. Seakan-akan hendak menyuapinya. Dan spontan aku menghentikannya saat tersadar.

Melihatku berhenti bergerak, Murasakibara-kun justru meraih tanganku dan membimbingnya untuk memasukkan blueberry itu ke dalam mulutnya. Matanya yang sayu memandangku lurus.

Kami sempat bertatapan sesaat. Ketika aku tersadar, cepat-cepat aku menarik tanganku yang masih dalam genggamannya. Dan sialnya, tanpa sengaja jariku menyentuh bibirnya. Kami-sama...

Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Wajahku sangat panas. Seakan seluruh sel darah merah berkumpul di wajahku. Dan mungkin ada asap yang keluar dari kedua lubang telingaku. Detak jantungku sudah tak terdeteksi lagi.

Aku ingin pergi dari sini.

"Maaf, Murasakibara-kun. Aku telah mengganggu makan siangmu," ucapku lirih padanya. Aku berdiri dari dudukku lalu berlari secepat mungkin. Rasa lapar yang kuderita beberapa menit lalu sudah hilang entah kemana. Aku hanya ingin menenangkan keadaan hatiku yang sulit untuk kujelaskan.

Tapi aku bahagia. Senyum yang tak kunjung hilang ini adalah buktinya. Bukti bahwa aku mencintai Murasakibara Atsushi lebih dari yang kusadari.

Sepeninggal gadis itu, Murasakibara masih terdiam di tempatnya. Wajah yang biasanya berekspresi datar, kini dihiasi oleh senyum tipis. Entah apa yang sedang dipirkan oleh seorang Murasakibara. Tangannya perlahan menyentuh bagian bibir.

"Rasanya memang manis, Gadis es krim."


Asam manis yang kurasakan hari ini

Seperti memberi warna baru untuk kisahku dan dia

Seperti rasa Blueberry yang penuh kejutan


To be continue...

Author's note:

Ohisashiburi, minna! Maafkan saya yang terlambat (sangat) update ini. Soalnya banyak persiapan pra dan pasca UN yang harus saya laksanakan. Mumpung ada waktu, akhirnya saya lanjutkan deh ceritanya. Hehehe... maaf jika kurang memuaskan. Maklum udah lama nggak ngarang lagi.

ini balasan review untuk yang unlogin:

Gemini otaku-chan: Terima kasih atas pujiannya. Hahaha... fict ini memang tercipta karena rasa haus(?) saya akan cerita MukkunOc di FknBI. Yah, doakan saja semoga fict ini tuntas hingga akhir. Sekali lagi, terima kasih atas review dan dukungannya!

Aoki: Iya, karena jarang ada yang buat, jadi saya bikin sendiri deh. Hontou? Terima kasih sudah menyukai fict abal ini dan juga untuk reviewnya!

Dan untuk yang login, silahkan cek PM :)

*Thanks for Reading*

Mind to Review(again)?