I Have A Love
Chapter 13
Happy reading^^~
.
.
.
.
Keterangan Umur
Kyuhyun : 19 tahun
Sungmin : 21 tahun
Siwon : 25 tahun
Kibum : 23 tahun
.
.
.
.
Kibum merapikan lipatan terakhir selimutnya. Pandangannya mengitari ruangan– lebih tepatnya kamar hotel yang sudah lebih dari sepekan ia singgahi. Sampai kapan ia akan menginap disini? Ia sendiri tidak tahu. Kalau saja pasangan yang menjadi kliennya kali ini bukanlah Lee Sungmin dan Cho Kyuhyun, dirinya sudah terbang kembali ke Jepang sejak jauh-jauh hari. Tapi Kibum tidak bisa kembali begitu saja. Sebenarnya Kibum tidak begitu masalah dengan setumpuk pekerjaan yang harus ia tunda demi menghadiri pernikahan Sungmin dan Kyuhyun yang akan dilangsungkan tiga hari lagi. Bahkan Kibum rela jika memang Sungmin memintanya untuk tinggal lebih lama lagi. Hanya saja pemikirannya berubah semenjak hari itu. Hari dimana dirinya bertemu sosok yang seharusnya tidak pernah ia temui lagi– untuk selamanya.
Choi Siwon.
Hatinya sudah cukup tangguh selama ini. Ya, ia tangguh untuk mengabaikan segala perasaan rindu sekaligus gelisah yang kerap hadir bersamaan tiap ia memikirkan namja itu. Tidak– jangankan memikirkannya, menyebut namanya dalam hati saja Kibum rasanya sudah tidak mampu. Seolah kenangan akan sentuhan Siwon malam itu kembali terngiang tanpa persetujuannya sekalipun bercampur dengan hasrat untuk kembali... – kembali menjalin hubungan dengan namja itu meski Kibum sendiri tidak mengerti atas dasar apa hasrat itu masih tetap ada setelah perbuatan Siwon yang begitu menorehkan luka dihatinya.
Kibum takut.
Ia takut jika Siwon berhasil meruntuhkan pertahanannya kali ini. Apalagi dirinya yang tak kunjung menemukan pasangan hingga saat ini. Rasanya begitu mudah untuk kembali jatuh dalam pelukan seorang Choi Siwon, cinta pertamanya.
Kibum masih mengingat dengan jelas setiap perkataan demi perkataan membuai nan indah yang Siwon lontarkan beberapa hari lalu. Cukup! Kibum tidak sanggup jika saja Siwon sekali lagi mengatakan hal-hal yang merajuk pada ajakannya untuk kembali menjadi kekasihnya.
Kibum membuang nafas kasar. Memikirkannya saja Kibum sudah bingung harus bersikap seperti apa. Tak dapat ia bohongi kalau saat ini jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Demi Tuhan! Bahkan Siwon sedang tidak ada dihadapannya saat ini dan respon dari organ pemompa darah didalam tubuhnya sudah begitu berlebihan. Tubuhnya sengaja ia sentak untuk berdiri, merasa kesal sekaligus bingung dengan perasaannya akhir-akhir ini.
Kibum sudah berencana untuk berendam di air hangat. Kebiasaan paginya yang satu ini cukup mampu mengurangi beban dan Kibum berharap hal itu dapat membantunya saat ini. Kibum sudah membayangkan menit-menit yang akan ia luangkan untuk berendam. Tubuhnya pasti akan terasa jauh lebih baik setelahnya. Senyum tipis terkembang dibibirnya sebelum ringtone ponselnya menarik perhatiannya ke arah meja nakas, tempat dimana benda kotak yang sedang mengeluarkan suara nyaring itu terletak.
Kening Kibum mengerut, sedangkan bola matanya menelisik nomor asing yang terpampang dilayar ponselnya. Sejenak ia menerka-nerka sebelum akhirnya mengangkat bahu dan menjawab panggilan tersebut sedatar mungkin. Bisa saja yang meneleponnya orang jahat bukan?
"Yeoboseyo"
Ada jeda sejenak. Kibum menjauhkan ponselnya, melirik memastikan jika panggilan itu masih tersambung.
"Yeoboseyo" ulangnya dengan nada yang lebih terdengar– ketus.
"Hey"
Dari sekian banyaknya omelan yang nyaris Kibum lontarkan karena respon lawan bicaranya kali ini yang benar-benar lamban, Kibum justru menegang kehabisan kata-kata setelah mendengar suara dari line seberang.
Bagaimana mungkin?
"Bummie-ah.. Kau masih disana?"
"D – dari mana..." Kibum mengutuk ucapannya yang terdengar begitu gugup.
"Hey sayang, kau bicara apa?"
Choi Siwon sialan! Bahkan dalam keadaan seperti ini namja itu masih sempat-sempatnya membuat pipi Kibum merona dengan panggilannya yang begitu – ugh.
Kibum mati-matian menetralkan suaranya. Ia tidak boleh dikalahkan oleh rasa gugup atau apapun yang dapat membuat suaranya terdengar memalukan.
"Dari mana kau mendapatkan nomor ponselku, Choi Siwon-ssi?" tuturnya seformal mungkin. Dalam benaknya sudah muncul berbagai pemikiran. Apa mungkin Siwon diam-diam menguntitnya dan menyelidiki nomor ponselnya?
"Okey sayang.. Sebelum kau berfikir macam-macam aku akan memberitahu poinnya saja. Intinya kau menjatuhkan kartu namamu dari buku atau binder atau apapun yang berbentuk note berukuran sedang yang kau tenteng saat pertemuan kita yang lalu. Dan– VOILA ! Sepertinya keberuntungan berada dipihakku"
Kibum mengeluh sebal mendengar kekehan Siwon diakhir kalimatnya. Kenapa pula ia bisa begitu ceroboh sehingga tidak sadar kalau kartu namanya terjatuh dari bindernya. Mungkin kertas berukuran kecil itu terjatuh saat Siwon memaksa memeluknya dari belakang. Aish! Masa bodo dengan kartu nama, yang penting saat ini ia harus mencari cara untuk menjauhkan diri dari seorang Choi Siwon.
Kibum memilih diam, bingung harus merespon seperti apa. Meminta Siwon untuk berhenti menghubunginya pun rasanya tidak mungkin. Kibum sibuk memutar otak sedangkan suara Siwon kembali terdengar.
"Hey sayang, kau marah? Baiklah aku minta maaf jika aku mengambil kesempatan dalam hal ini – tapi aku sungguh ingin memperbaiki semuanya seperti semula, Bummie-ah.. Apa kau ada waktu kosong makan siang nanti? Ada yang ingin kubicarakan"
Kibum mendesah lelah. Ia tahu menghindari Siwon akan menjadi hal yang sulit tapi setidaknya ia harus mencoba.
"Tidak ada. Aku sibuk"
Diam-diam Kibum merasa bangga dengan nada bicaranya yang terdengar begitu tegas kali ini, meskipun ia sedang berbohong. Kibum sedang mengambil cuti saat ini, lagipula ia masih bertahan di Korea bukan karena urusan pekerjaan sehingga ia memiliki banyak waktu luang. Sangat banyak waktu luang yang pastinya dapat ia gunakan untuk bertemu dengan Siwon– tapi Kibum tidak mau. Ia tidak mau perasaannya goyah hanya karena sebuah pertemuan setelah semua usaha yang telah ia lakukan selama lima tahun terakhir demi menjauhi Siwon.
"Aku tahu kau akan menjawab itu. Tapi dari nada bicaramu aku dapat menebak kalau kau sedang berbohong, Bummie-ah"
Choi Siwon benar-benar manusia sialan yang menjengkelkan!
"Kalau kau sudah tahu jawabanku untuk apa bertanya? Kau sengaja memancing emosiku ya?"
Oke, kali ini Kibum akui kalau dirinya kelepasan. Dirinya yang merespon kejahilan Siwon seperti saat ini seolah membawanya kembali pada masa-masa dulu saat dirinya masih menjadi kekasih Siwon.
Kibum memukul bibirnya beberapa kali, pokoknya ia kesal, kesal, dan kesal! Apalagi mendengar kekehan Siwon yang menyambut omelannya barusan.
"Baiklah, aku akan menjemputmu dihotel tempat kau menginap. Sekali lagi aku minta maaf, sebenarnya aku mengikutimu sampai ke parkiran hotel waktu itu"
Kibum menganga mendengar penuturan Siwon. Namja itu benar-benar!
"Bersiaplah, aku akan tiba disana setengah jam lagi. Sampai jumpa, Bummie-ah~"
Dan saat itu Kibum tak dapat mengelak lagi. Choi Siwon memang begitu ahli membolak-balikkan perasaannya dengan cara yang dimiliki namja itu sendiri. Siwon sama sekali tidak berubah, tetap Choi Siwon yang sama-sama keras kepala dan terkenal sebagai pemaksa yang manis dengan Siwon beberapa tahun yang lalu. Meski merasa sedikit kesal dengan sikap semena-mena Siwon namun Kibum tidak dapat menahan senyum yang menghiasi wajahnya sembari bergegas menuruti perkataan Swon untuk segera bersiap-siap.
.
.
.
.
"Chullie eomma~ bagaimana ini?"
Sungmin memeluk erat-erat gaun pengantin yang berada dalam genggamannya. Ini sudah kali ketiga ia menukar gaun pernikahannya sejak dua minggu yang lalu. Jika kalian bertanya alasannya, maka Sungmin akan menjawab dengan ekspresi murung sembari menunjuk perutnya yang kian membesar dan berat badannya yang terus bertambah.
"Aku semakin gemuk dan baby bertambah besar.. Bagaimana kalau tiga hari lagi timbanganku kembali bertambah dan gaun ini menjadi kesempitan?" matanya sudah berkaca-kaca. Padahal ia sudah sangat menyukai gaun putih dengan salur-salur bermotif kembang berwarna pastel yang begitu indah ini. Tapi jika tiga hari lagi timbangannya benar-benar bertambah maka mau tidak mau Sungmin harus memakai gaun lain. Itu menyebalkan sekali!
Sungmin masih sibuk memeluk gaun itu. Kali ini ia melirik Kyuhyun yang sejak tadi sibuk menelepon, terdengar dari nada bicaranya sepertinya namja itu sedang melakukan pembicaraan serius. Tapi Sungmin mana peduli. Ia sedang sedih sekarang dan Kyuhyun sudah seharusnya berada disamping dirinya untuk menghibur Sungmin.
"Tidak apa-apa chagi~ masih banyak gaun lain yang tak kalah cantik.. kau bisa menggunakannya jika timbanganmu bertambah" bujuk Heechul mencoba peruntungan. Pasalnya semenjak usia kehamilannya mencapai trimester pertama, Sungmin berubah menjadi sosok yang sangat manja, moody, dan yang paling sulit untuk ditangani Kyuhyun adalah sifat cengengnya. Sungmin menjadi sangat mudah menangis bahkan karena hal-hal sepele.
"Tapi aku sangat suka gaun ini, eomma. Aku tidak ingin memakai gaun lain selain gaun ini" seusai mengutarakan keinginannya, Sungmin menghampiri Kyuhyun mencoba menarik perhatian namja itu dengan menggandeng tangan Kyuhyun yang tidak sedang menggenggam ponsel. Hal itu berhasil! Kyuhyun menoleh padanya, melayangkan kecupan ringan dikeningnya sebelum membisikkan sebuah kalimat ditelinganya.
"Tunggu sebentar sayang, aku sedang bernegosiasi dengan salah satu perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaan yang kutangani setelah aku lulus nanti"
Sungmin ingin sekali melontarkan protes. Tapi– Kyuhyun sedang berbicara dengan pemegang perusahaan lainnya yang akan bekerjasama dengan perusahaan yang nantinya akan dipimpin Kyuhyun. Itu berarti negosiasi ini menyangkut masa depan mereka. Ia harus mengalah kali ini. Sebisa mungkin Sungmin menahan rengekannya dan membalikkan tubuhnya, menghampiri Heechul yang belum beranjak sejak tadi.
"Kyuhyun sedang sibuk?" tanyanya menebak penyebab wajah murung Sungmin terlihat semakin murung.
Sungmin mengangguk sebelum menatap Heechul dengan raut wajah yang seratus delapan puluh derajat berbeda. Kali ini wajahnya terlihat begitu berbinar. Heechul sampai-sampai nyaris mencubit pipi Sungmin karena kadar keimutan calon menantunya tersebut yang sudah melewati batas normal.
"Aku punya ide, eomma!" serunya semangat.
"Ide apa chagi?" sahut Heechul ikut-ikutan memasang raut berbinar.
"Aku tidak akan makan makanan berat selama tiga hari sampai hari pernikahanku jadi timbanganku tidak akan bertambah!" Sungmin berujar penuh keyakinan. Ia yakin ide nya kali ini akan berhasil.
"Mwoya? Demi sehelai gaun kau rela tidak makan tiga hari? Aku orang pertama yang menolak gagasanmu. Aku tidak mau kau sakit, sayang"
Entah kapan Kyuhyun menyelesaikan sesi teleponnya, yang jelas namja itu sudah merengkuh penuh tubuh Sungmin dari belakang dan segera merespon ucapan Sungmin yang terdengar begitu tidak masuk akal. Heechul yang tadinya ingin memberikan respon yang tak jauh berbeda dengan Kyuhyun memilih untuk diam mendengarkan, tidak ingin menambah kesedihan menantu manisnya jika ia ikut-ikutan menolak ide Sungmin meski hatinya berkata demikian karna ia tidak mau Sungmin sampai jatuh sakit.
Sungmin kembali merengut. Wajahnya tertekuk hingga kedua alisnya nyaris menyatu.
"Aku tidak akan sakit, Kyu. Setidaknya aku akan tetap memakan buah dan sayur, tapi tidak dengan nasi ataupun daging. Aku tidak mau bertambah gemuuuk~~~" rengeknya sembari meraih tangan Kyuhyun lalu mengguncang-guncangkannya seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan balon oleh orangtuanya. Hahhhh~ Lee Sungmin benar-benar imut dan menggemaskan di masa-masa kehamilannya. Kyuhyun setengah hati untuk tidak mengecup bibir Sungmin saat itu juga. Bagaimanapun masih ada Heechul di dekat mereka dan perlu ditekankan bahwa ini tempat UMUM. Kyuhyun harus mengontrol dirinya jika tidak ingin kebablasan.
"Ming~ ini demi kesehatan baby juga. Apa kau tega kalau baby sampai kelaparan didalam sana?"
Sungmin diam, memikirkan baik-baik perkataan Kyuhyun.
Kyuhyun benar. Aku tidak mau baby kelaparan. Pokoknya tidak mau!
Buru-buru Sungmin menggeleng, membuahkan senyuman lega sekaligus geli Kyuhyun maupun Heechul.
"Kalau begitu kau harus tetap makan yang banyak supaya baby sehat didalam sini. Arra? Masalah gaun kita akan meminta Kibum noona untuk mencari yang berkali-kali lipat lebih bagus jika yang ini kesempitan" Kyuhyun berujar sembari mengusap perut Sungmin yang ditutupi kaus hijau lumut yang dikenakan yeoja itu. Oh– sekedar informasi, mengusap perut Sungmin sudah menjadi hobi Kyuhyun belakangan ini. Kkkkk~
Sungmin mengangguk dalam diam. Ia pasrah. Lebih tepatnya sedikit terpaksa karena sebenarnya ia sangat-sangat-sangat menyukai gaun tersebut. Tapi mau bagaimana lagi. Tidak mungkin Sungmin lebih memilih membahayakan baby dibandingkan sehelai gaun. Jelas sekali ia akan memilih kesehatan buah cintanya dan Kyuhyun.
Kyuhyun mencubit pipi Sungmin gemas. Perlahan-lahan yeoja itu melonggarkan pelukannya pada gaun putih yang menurutnya sangat cantik tersebut lalu meletakkannya di meja terdekat. Rasanya memeluk Kyuhyun jauh lebih menyenangkan disaat suasana hatinya sedikit tidak baik seperti saat ini. Huh~ rupanya Sungmin benar-benar menyukai gaun rancangan Kibum yang satu itu.
"Sudahlah chagi~ jangan murung seperti itu. Kau ingin aku melakukan apa supaya kau tidak sedih lagi, heum?" rayu Kyuhyun sebisa mungkin seraya mengusap-usap punggung Sungmin yang kini sedang memeluknya erat. Jujur saja, melihat wajah Sungmin yang murung membuatnya ikut-ikutan merasa sedih, padahal ia sendiri tidak tahu apanya yang harus disedihkan(?)/PLAK/
Sungmin mendongak, keningnya berkerut terlihat sedang berfikir. Sedangkan Kyuhyun berdoa dalam hati, semoga permintaan Sungmin tidak aneh-aneh.
"Ummm..." Sungmin mendengung, menggigit bibir bawahnya sedikit menimbang-nimbang sesuatu sebelum bola matanya melebar dan kalau Kyuhyun tidak salah lihat, bibir Sungmin menyeringai. Oh~ Kyuhyun dapat menebak sesuatu yang tidak baik akan segera meghampirinya saat melihat Sungmin menyeringai seperti itu.
"KyuKyu appa~"
Baiklah, kali ini Kyuhyun yakin Sungmin akan meminta sesuatu yang 'fantastis' setelah mendengar Sungmin memanggilnya dengan kelewat manis seperti itu. Padahal Kyuhyun suka sekali panggilan itu, tapi kengerian jauh lebih menguasainya karena ia tahu, Sungmin hanya akan memanggilnya dengan penuh sayang ketika yeoja manis itu merencanakan sesuatu yang 'hebat' bersama calon anak mereka. Tolong aku, Tuhan~
"Y– Ya sayang.." sahut Kyuhyun setengah tidak rela.
Sungmin menunjuk sebuah patung yang mengenakan gaun berukuran besar. Mungkin XXL atau mungkin lebih– Kyuhyun tidak terlalu peduli.
"Aku dan baby ingin melihat KyuKyu appa memakai gaun itu~~"
Kyuhyun tercekat.
Sedangkan Heechul nyaris mengeluarkan airmata menahan tawa yang akan segera meledak.
Kyuhyun melirik ibunya. Mengucapkan sesuatu tanpa suara, hanya gerakan bibir dan wajah memelas namja itu benar-benar memancing Heechul meledakkan tawanya saat itu juga.
"Tolong aku, eomma"
.
.
.
.
"Aku senang kau menerima ajakanku" Siwon membukakan pintu penumpang untuk Kibum. Yeoja itu terlihat begitu cantik dengan kaus putih berkerah polos dan jeans berwarna biru yang melekat ditubuh proporsionalnya.
"Ajakan?" Kibum bertanya ketus.
"Apakah mengatakan kau akan menjemputku dihotel tanpa meminta persetujuanku dapat disebut sebagai ajakan?" lanjutnya kesal sembari menghentakkan kaki namun alih – alih tetap memasuki mobil mewah Siwon.
Siwon hanya terkekeh. Ia menyempatkan diri untuk mengacak rambut Kibum pelan sebelum menutup pintu sekaligus menghindari omelan yeoja itu.
"Kau terlihat semakin cantik ketika sedang kesal, Bummie" Siwon melirik Kibum dari sudut matanya ketika memutar kunci dan menyalakan mesin. Yeoja itu sedang menatapnya jengkel.
"Berhenti memanggilku seperti itu. Kita sudah tidak ada hubungan apapun, jadi tolong panggil aku Kibum atau Lee Kibum atau lebih baik jika kau tambahkan –ssi dibelakang namaku"
Siwon menghela nafas lelah. Sampai kapan Kibum akan membuat jarak seperti ini dengannya?
Siwon tersenyum, menutupi kekecewaannya.
"Kau mau makan siang dimana?" Siwon mengalihkan topik dan Kibum sadar akan hal itu.
"Terserah. Aku tidak terlalu lapar" jawab Kibum sekenanya.
"Benarkah?" keraguan tampak diwajah tampan Siwon.
"Aku sudah bilang kau tidak bisa berbohong padaku, Bummie-ah"
Kibum tergagap. Ia memang sedang berbohong, pasalnya ia menahan lapar setengah mati karena belum menyentuh sarapan sejak pagi.
"Jangan sok tahu! Kenapa mobilnya tidak jalan juga?"
Lagi – lagi Siwon terkekeh.
"Baiklah. Kita makan ditempat kita biasa berkencan dulu saja kalau begitu"
"Terserahmu saja!"
Kibum membuang muka, menutupi rona merah diwajahnya.
.
.
.
.
"Berhenti menatapku atau aku akan pulang dengan taksi sekarang juga" ancam Kibum tak main-main. Sejak makanan diantar tadi, Siwon tak kunjung menyentuh makanannya dan malah sibuk menatap Kibum yang susah payah menelan makanannya merasa diperhatikan.
"Aku hanya terlalu bahagia melihatmu sedekat ini lagi, Bummie" jujur Siwon setengah berbisik tapi Kibum dengan jelas mendengarnya.
"T- tapi kau tidak harus memandangiku tanpa henti s-seperti itu!"
Sial! Dirinya kenapa jadi begitu gugup?
"Ya, aku tahu. Mianhae~" Siwon menunduk, berusaha fokus kepada makanan dibawahnya.
Mendengar permintaan maaf Siwon, Kibum jadi merasa tidak enak sendiri.
"Kau bilang ingin membicarakan sesuatu bukan? Bicara sekarang saja, aku akan mendengarkan"
Siwon menggeleng. Diraihnya selembar tisu, mengelap sudut bibirnya sebelum menyahuti perkataan Kibum.
"Aku memang ingin membicarakan sesuatu, tapi tidak disini"
Kibum mendelik.
"Memangnya mau dimana lagi? Aku masih banyak urusan yang harus diselesaikan, Siwon-ah"
Tunggu! Siwon-ah?
Kibum mengatupkan bibirnya cepat. Oh Tuhan, kenapa bibirnya sulit sekali dikendalikan sih?!
Sedangkan Siwon mengerjapkan matanya beberapa kali. Terkejut dengan panggilan Kibum untuknya, entah yeoja itu sengaja ataupun tidak yang jelas Siwon begitu senang mendengar namanya disebut selembut itu oleh Kibum.
"Kita tidak bisa bicara disini karena Sungmin dan Kyuhyun tidak ada disini"
"Mwo? Sungmin dan Kyuhyun?"
"Ne.. Aku tidak bisa selamanya hidup didalam kesalahan yang ditutup-tutupi, Bummie-ah. Aku akan mengatakan semuanya dan aku sudah siap menanggung apapun resikonya– sekalipun harus dibenci Sungmin seumur hidup"
Jadi selama ini Siwon dan Sungmin sudah mengenal satu sama lain?
Meski sedikit kebingungan diawal namun akhirnya Kibum mengerti pembicaraan apa yang Siwon maksud. Bagaimanapun Sungmin adalah adik kandungnya, Sungmin berhak untuk mengetahui semua hal yang telah ia tutupi bertahun-tahun lamanya. Ia bahkan dengan jelas melihat kesedihan mendalam dari tatapan Siwon, membuat sebagian hatinya seolah ikut larut dalam penyesalan Siwon.
Kibum membuang pandangannya ke arah lain. Inilah alasan mengapa Kibum selalu berusaha membuat jarak dengan Siwon. Ia terlalu rapuh. Bahkan mendengar perkataan penuh sesal Siwon barusan saja sudah mampu membuat hatinya luluh. Nyaris-nyaris ia meraih tangan Siwon, mengusap kepalan tangan besar itu demi menyalurkan ketenangan.
Kibum menghela nafas.
"Kalau kau ingin bicara dengan mereka, lalu mengapa harus mengajakku?"
Siwon tersenyum tipis.
"Entahlah.. Aku juga tidak tahu. Tapi dengan kau yang berada disisiku, aku merasa mampu melewati persoalan apapun. Maaf jika saat ini aku membuatmu terlibat dalam masalahku"
Kibum mendesah sekali lagi.
"Sebenarnya kau sudah melibatkanku sejak dulu-dulu. Kenapa kau baru menyadarinya sekarang?" Tanpa sadar Kibum mengembungkan pipinya kesal.
"Mianhae~"
Siwon dengan berani mengusap lembut pipi Kibum. Sejak tadi ia sudah menahan dirinya untuk tidak membuat Kibum risih dengan tidak memulai kontak fisik apapun sejak sampai di restoran, tapi Kibum benar-benar terlihat menggemaskan dengan pipi yang menggembung imut. Dan betapa bersyukurnya Siwon ketika Kibum tak melakukan perlawanan apapun. Yeoja itu hanya memutar mata sekilas sebelum menunduk, kembali fokus dengan makanannya.
.
.
.
.
Heechul menggeleng takjub memandangi Sungmin yang sedang asyik menjilati eskrim sembari mengajak bicara seorang balita diujung taman, sedangkan dirinya duduk disebelah Kyuhyun yang juga sedang memandangi Sungmin.
Heechul menoleh, memandang putranya yang seolah terhipnotis oleh Sungmin.
"Kyuhyun" panggilnya mengalihkan fokus Kyuhyun. Setelahnya Kyuhyun menoleh kearahnya, mengangkat alis.
"Ya, eomma?"
"Kau ingat taman ini?" ujar Heechul memancing ingatan Kyuhyun. Ia hanya ingin memastikan kalau Kyuhyun sudah benar-benar mengingat semuanya karena taman ini adalah salah satu tempat yang biasa dikunjungi Kyuhyun, Sungmin dan juga Kibum di masa kecil mereka.
"Tentu aku mengingatnya. Tapi tidak dengan Sungmin, eomma. Sepertinya ia tidak mengingatnya sama sekali"
Heechul mengangguk setuju. Jika dilihat dari perilaku yeoja itu selama ini, Sungmin memang seperti tak mengingat apapun. Lalu bagaimana dengan Kyuhyun? Apa Kyuhyun akan membiarkan Sungmin melupakan memori itu selamanya?
"Lalu apa rencanamu selanjutnya, nak? Membiarkan Sungmin melupakan memori itu untuk selamanya? Eomma bahkan sengaja merekomendasikan Kibum sebagai perancang baju pengantin kalian. Kibum juga sengaja tidak eomma beri tahu apapun. Bisa-bisa ia menolak jika eomma memberitahu sejak awal kalau klien yang kumaksud adalah kau dan Sungmin"
Kyuhyun melebarkan matanya mendengar pengakuan Heechul.
Jadi ibunya diam-diam merencanakan semua ini?
"Eomma kira dengan cara itu Sungmin akan mengingat semuanya, tapi ternyata ia hanya mengingat bahwa Kibum adalah kakaknya yang lima tahun lalu menghilang. Hanya itu. Dan itu berarti ia tetap tidak mengingat seluruh memori sebelum kecelakaan itu terjadi" sambung Heechul lirih.
"Aku akan membantu Sungmin untuk mengembalikan ingatannya sedikit demi sedikit, eomma. Tapi aku tidak ingin terlalu memaksanya. Akan jauh lebih baik jika ingatan itu kembali dengan sendirinya, seperti yang kualami."
Heechul mengangguk sekali lagi.
"Itu terserah padamu, nak. Jika menurutmu itu adalah yang terbaik untuk Sungmin maka eomma akan mendukungmu"
Kyuhyun tersenyum. Memiliki eomma sebaik dan sepengertian Heechul benar-benar membuatnya bersyukur. Dibalik seluruh kesibukannya, Heechul benar-benar menyayanginya. Dan Kyuhyun tidak perlu meragukan hal itu karena iapun begitu menyayangi eommanya.
"Gomawo, eomma~"
Kyuhyun memeluk Heechul erat-erat. Biarlah ia dianggap lelaki dewasa yang manja oleh pengunjung taman disekitar mereka. Kyuhyun tidak peduli. Saat ini ia sangat ingin memeluk ibunya setelah sekian lama ia menahan diri untuk melakukan hal-hal manis layaknya orangtua dan anak karena kesibukan Heechul. Dan saat ini, Kyuhyun dapat dengan bebas memeluk ibunya yang sejak sebulan lalu memutuskan untuk berhenti bekerja serta membantunya sepenuh hati untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Sungmin yang sudah didepan mata.
.
.
.
.
"Kita telah sampai, tuan putri~" Kyuhyun merunduk, menurunkan Sungmin dari gendongannya.
"Eh? Sudah sampai? Cepat sekali..." Sungmin memandang sekeliling sembari cemberut. Ternyata benar mereka sudah sampai didepan pintu apartemen. Padahal ia masih ingin berlama-lama didalam gendongan Kyuhyun.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan Kyuhyun yang merasa pinggang serta area tulang belakangnya nyaris patah setelah menggendong Sungmin ala bridal style dari parkiran hingga depan pintu apartemen mereka. Lee Sungmin yang memang terkenal montok dan berisi kini ditambah kondisinya yang sedang hamil cukup mampu membuat Kyuhyun kewalahan menggendong yeoja itu meski mereka menggunakan lift sekalipun. Lengannya sibuk merogoh tas selempangnya, mencari kunci apartemen.
"Cha~ ayo masuk" Kyuhyun merangkul pinggang Sungmin, mengajaknya masuk.
"Kyu~ kau harus mengambil barang-barang belanjaan kita, biar aku yang menyusunnya nanti"
Kyuhyun mengerang.
Kenapa pula ia harus lupa kalau masih ada sejumlah plastik berisi belanjaan dibagasi mobilnya. Mau tidak mau ia harus kembali ke parkiran.
.
.
.
.
Kyuhyun menapaki tangga terakhir diiringi desahan nafas lelah setengah mati. Lift tiba-tiba mengalami kerusakan dan Kyuhyun tidak ada pilihan lagi selain menggunakan tangga darurat dengan sejumlah tentengan dikedua tangannya. Pinggangnya akan benar-benar patah sebentar lagi.
Kyuhyun tersenyum lebar ketika pintu apartemennya sudah didepan mata. Ia menurunkan beberapa belanjaan ke lantai agar tengannya dapat meraih kenop sebelum–
– "Cho Kyuhyun"
Ia menoleh menuju suara yang baru saja memanggilnya.
Itu Choi Siwon. Tentu Kyuhyun mengenalnya, apalagi ingatan Kyuhyun sudah kembali sepenuhnya. Alis Kyuhyun berkerut. Untuk apa dia datang kesini?
Seolah tak ada habisnya ia dibuat bingung, Kyuhyun menatap heran sosok yang ternyata berdiri dibelakang tubuh tinggi Siwon.
"Kibum noona?" panggil Kyuhyun memastikan.
Kibum baru saja akan menyahut sebelum Siwon berucap mendahuluinya.
"Bisa kau ijinkan kami masuk terlebih dahulu?"
.
.
.
.
/PLAK/
Wajah Siwon terhempas ke samping. Kyuhyun nyaris mendekat dan memeluk tubuh calon istrinya dari belakang jika Kibum tidak menahannya.
"Biarkan Sungmin melampiaskan semuanya, Kyuhyun. Jangan menghalanginya"
Perlahan-lahan Kyuhyun mundur. Didepannya Sungmin menurunkan lengannya yang gemetar seusai menampar pipi Siwon. Sedangkan namja bertubuh atletis itu menunduk seolah pasrah kalaupun Sungmin akan menamparnya lagi.
"K- kau keterlaluan. Benar-benar keterlaluan, Siwon oppa. Hiks~"
Tidak ada sahutan pembelaan diri dari Siwon. Namja itu hanya mengucapkan kata 'mianhe' berkali-kali dengan lirih.
"Bisa-bisanya kau menutupi semua itu selama ini. Membuatku seakan-akan menjadi manusia paling beruntung karena menemui sosok sebaik dirimu. Bahkan aku menganggapmu seperti kakak kandungku sendiri. Hiks~"
Sungmin menutup wajahnya dengan tangan dan menangis sesunggukan. Kyuhyun yang melihatnya turut merasa hancur. Kibum yang juga memperhatikan Sungmin sudah ikut menangis sejak tadi.
Sungmin menurunkan kedua tangannya, pandangannya beralih pada Kibum. Hanya berselang beberapa detik Sungmin sudah bersandar dipelukan Kibum.
"Mengapa eonni membiarkanku tidak tahu apa-apa soal ini? Eonni menanggung semuanya sendirian bahkan disaat eomma dan appa baru saja meninggalkan kita. Membayangkannya saja aku tidak sanggup, eonni. Hiks~"
Usapan demi usapan Kibum berikan dipunggung Sungmin, bermaksud untuk meredakan tangis adiknya.
"ssshh~ Itu sudah berlalu, Minnie chagi. Sekarang kau lihat aku" Kibum menarik pelukannya hingga terlepas, tangannya menuntun wajah Sungmin agar sang adik menatapnya.
"Bahkan sampai saat ini aku baik-baik saja bukan?" Kibum menarik sudut bibirnya, tersenyum demi meyakinkan Sungmin bahwa ia baik-baik saja saat ini. Jauh berbeda dengan kondisinya yang begitu hancur beberapa tahun lalu meski luka dalam hati Kibum belum pulih sepenuhnya.
Tubuh kedua yeoja kakak-beradik itu kembali bertemu dalam satu pelukan hangat. Kyuhyun yang menyaksikan seluruh kejadian sejak tadi dalam diam, kini melangkah mendekati Siwon, menatap namja itu tajam. Namja dihadapannya ini telah menyakiti hati dua yeoja yang sangat penting dalam hidupnya. Kibum noona sahabatnya dan Sungmin calon istrinya.
"Sudah puas menyakiti hati dua yeoja sekaligus dengan perbuatanmu, Choi Siwon?" sarkasme begitu terasa dalam kalimat Kyuhyun.
Siwon melirik Kyuhyun yang semakin mendekat. Tanpa ditanyapun ia sudah tahu apa yang akan Kyuhyun lakukan setelah ini. Ia memejamkan matanya, bersiap menerima bogem mentah Kyuhyun. Dan benar saja–
'BUAGH'
"Itu untuk kau yang sudah merebut hal yang paling berharga dari sahabatku"
'BUAGH'
'BUAGH'
'BUAGH'
"Dan itu– untuk kau yang membuat calon istriku terpisah dari keluarga satu-satunya yang ia miliki"
Kyuhyun bersiap untuk melayangkan satu pukulan lagi yang cukup untuk menumbangkan Siwon. Meski tangannya sudah nyaris kebas menghantam wajah Siwon bertubi-tubi, Kyuhyun tetap kesal setengah mati karena namja itu begitu hebatnya menutupi hal besar semacam ini selama bertahun-tahun.
"Cukup Kyuhyun!" sebuah tangan sedingin es menahan gerakan tangan Kyuhyun.
"Aku mohon, jangan memukulnya lagi. Aku mohon, Kyuhyun"
Kyuhyun memandang tak percaya sosok yang kini justru memohon padanya demi seorang namja yang sudah merebut hal berharga darinya serta membuatnya terpisah dari satu-satunya keluarga yang yeoja itu miliki.
"K- kau membelanya noona?" tanya Kyuhyun tak percaya. Sedangkan Sungmin sudah berada disampingnya, menenangkan Kyuhyun.
"Bukan seperti itu, Kyuhyun. Kau tidak mengerti bagaimana rasanya membenci seseorang setengah mati tapi kau juga tidak bisa berhenti untuk mencintainya... Aku membenci Siwon tapi aku tidak sanggup melihatnya dipukuli dengan pasrah seperti itu" Kibum menjelaskan dengan frustasi. Yeoja itu meremas rambutnya sendiri sembari menangis sesunggukan.
Mendengar pengakuan Kibum, hati Siwon seperti ditampar habis-habisan. Ini jauh lebih menyakitkan dibanding pukulan-pukulan yang dilayangkan Kyuhyun padanya.
Kibum masih mencintainya setelah seluruh hal buruk yang ia lakukan pada yeoja itu.
Satu kesimpulan yang hadir diotaknya meyakinkan Siwon untuk mengabaikan segala rasa sakit dan merengkuh tubuh ringkih Kibum. Yeoja itu tak memberikan penolakan sama sekali, membuat Siwon memeluknya lebih erat lagi.
"Aku benar-benar minta maaf sayang. Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu, Kibummie" Siwon menyusupkan wajahnya lebih dalam di perpotongan leher Kibum, menghirup dalam-dalam aroma tubuh yang begitu menenangkannya dalam situasi terberat sekali pun. Seluruh beban yang Siwon pendam selama ini seakan berangsur-angsur menghilang.
Emosi Kyuhyun ikut teredam seiring ucapan penuh sesal yang diucapkan Siwon dalam dekapan Kibum. Sepertinya namja itu benar-benar menyesal dan meminta maaf sepenuh hati. Kyuhyun jadi sedikit menyesal telah menghantamkan bogem berkali-kali ke wajah Siwon. Sedikit– hanya sedikit karena setelahnya ia kembali merasa pukulannya layak diterima Siwon setelah mengingat bahwa namja itu turut melibatkan calon istrinya dalam masalah ini. Bahkan seingat Kyuhyun status Siwon ketika ia pertama kali menghabiskan malam dengan Sungmin adalah calon suami Sungmin. Yang benar saja! Bisa sekali namja itu berniat untuk menikahi Sungmin padahal hatinya masih milik Kibum sepenuhnya.
"Sialan kau, Choi Siwon" desis Kyuhyun. Sungmin yang mendengar sontak memeluk Kyuhyun lebih erat.
"Jangan memukulnya lagi, Kyu~ Dia sudah babak belur begitu" Sungmin meringis melihat wajah Siwon yang lebam sana-sini.
"Biar saja. Dia layak mendapatkannya, chagi" sahut Kyuhyun seraya balas memeluk Sungmin.
.
.
.
.
"Makanan sudah matang~" ujar Sungmin ceria. Sangat jauh berbeda dengan moodnya siang tadi.
Kyuhyun sudah duduk dimeja makan dan Siwon turut duduk dikursi seberangnya. Sejak tadi kedua namja itu bertatapan dalam diam. Sesekali Kyuhyun menghela nafas, mencoba menerima keadaan. Lagipula tidak ada untungnya juga jika ia terus-terusan membenci Siwon.
Kibum berjalan dibelakang Sungmin membawa kimchi dan kimbap buatannya, dengan bantuan Sungmin tentunya. Sedangkan Sungmin membawa nampan yang berisi minuman untuk mereka. Setelah keadaan membaik, Sungmin dan Kyuhyun menawarkan mereka untuk makan malam bersama. Kibum tidak menolak, begitupula Siwon yang menyambut ajakan tersebut dengan baik.
Setelahnya Sungmin duduk disebelah Kyuhyun dan Kibum menempatkan dirinya disamping Siwon. Mereka terlihat seperti dua pasangan kekasih yang sedang double date. Oh, abaikan perumpamaan tersebut.
"Makanlah dengan banyak, oppa. Kau jauh lebih kurus dibanding terakhir kali aku melihatmu. Kibum eonni juga tidak akan bangga menggandengmu yang kurus seperti itu dipernikahanku dan Kyuhyun nanti" Sungmin menasehati Siwon yang memang tampak kurus dibanding sebelum-sebelumnya diiringi oleh kekehan ringan. Yeoja itu makan dengan begitu lahap. Kyuhyun sesekali mengelap remah-remah di pinggiran bibir Sungmin.
Siwon ikut terkekeh mendengarnya.
"Memangnya siapa yang bilang aku akan pergi bersamanya ke pernikahan kalian?"
Kali ini Siwon hampir tersedak. Ditatapnya Kibum dengan ekspresi kecewa berlebihan. Nyaris membuat ketiga orang yang melihatnya, termasuk Kyuhyun meledakkan tawa karena ekspresinya yang begitu suram.
"Ya! Kibummie~" rengek Siwon tak sesuai dengan wajah tampannya yang terlihat begitu dewasa.
"Ya! Siwon hyung! Kau bisa membuatku muntah jika terus memasang wajah menggelikan seperti itu" omel Kyuhyun penuh canda.
Tepat setelah berakhirnya ucapan Kyuhyun, ruang makan apartemen itu dipenuhi gelak tawa. Setidaknya masa lalu mereka telah terselesaikan, tanpa ada yang perlu disembunyikan lagi. Siwon bersyukur dirinya tak menanggung beban batin apapun lagi. Begitupula Kibum yang bersyukur dapat kembali bersama-sama dengan namja yang sudah menjadi cinta pertamanya, dan mungkin menjadi yang terakhir juga. Ya, semoga saja~ Kita tidak pernah bisa menebak takdir bukan?
.
.
.
.
Kyuhyun menyingkap tirai penutup jendela, membiarkan cahaya matahari masuk dari sela-sela jendela kamarnya. Sejak ujiannya berakhir, Kyuhyun memiliki waktu penuh untuk menemani Sungmin. Termasuk hari ini.
Tinggal menunggu dua hari lagi dirinya akan menikah dengan Sungmin. Kyuhyun sudah tidak sabar menanti hari itu tiba. Ia melongokkan kepala kearah ranjang, disana Sungmin masih terbaring pasrah usai kegiatan panas mereka malam lalu. Tubuhnya mendekat, menghampiri Sungmin demi membangunkan yeoja itu. Hari ini Kyuhyun berniat untuk mengajak Sungmin ke beberapa tempat yang sering mereka kunjungi sebelum Sungmin kehilangan ingatannya. Mungkin saja dengan membawa Sungmin ke beberapa tempat itu dapat membantunya untuk mengingat kembali memori yang sempat hilang tersebut. Tapi Kyuhyun tidak akan memaksa, ia akan membantu Sungmin mengingat dengan pelan-pelan.
"Hey, bangunlah sayang~" Kyuhyun sengaja mengusik tidur Sungmin dengan mengecup bibir yeoja itu berkali-kali karena Sungmin sangat tidak suka jika Kyuhyun menciumnya dalam keadaan tidak sadar.
"Bangun MinMin eomma~"
Kyuhyun terkikik sendiri dengan panggilannya barusan. Rasanya meniru-niru ucapan Sungmin cukup mengasyikkan.
Tubuh mungil itu merespon sedikit. Sungmin menyingkirkan lengan Kyuhyun yang bertengger ditubuhnya, lebih tepatnya memeluk tubuhnya dari belakang seperti pagi-pagi biasanya.
"Aku masih mengantuuuuk~"
Seolah tak mau menyerah begitu saja, Kyuhyun kembali memeluk Sungmin meski yeoja itu meronta minta dilepaskan.
"Padahal KyuKyu appa berniat untuk mengajak MinMin eomma ke taman bermain. Baiklah kalau MinMin eomma tidak mau" perlahan-lahan Kyuhyun merenggangkan pelukannya, menahan tawa geli ketika tubuh Sungmin kembali merespon. Seperti dugaan, yeoja itu buru-buru membuka kedua foxy-nya selebar mungkin. Dalam hitungan detik Sungmin sudah memutar tubuhnya menghadap Kyuhyun.
"Taman bermain? Hari ini?"
Kyuhyun mengangguk-angguk meyakinkan.
"Tapi perutku sedikit terasa sakit. Tapi aku tetap ingin ke taman bermain" ucapan labil Sungmin memancing Kyuhyun hingga namja itu menjadi ikut-ikutan labil juga. Ia memang sudah berniat mengajak Sungmin ke taman bermain, tapi jika Sungmin memang merasa tidak enak badan lebih baik mereka istirahat di apartemen.
"Kalau perutmu sakit kita bisa menunda ke taman bermain kapan-kapan sayang" tawar Kyuhyun.
"A- aku bisa menahannya kok. Kita tetap ke taman bermain ya?" Sungmin mengerjap-ngerjap beberapa kali. Tahu bahwa aksinya barusan merupakan kelemahan Kyuhyun. Pasti Kyuhyun tidak dapat menolah permintaannya jika ia memasang wajah imut seperti tadi.
Kyuhyun mengalah seperti biasanya. Tanpa kemampuan untuk menolak, Kyuhyun mengangguk pasrah. Ia ingin menyuruh Sungmin untuk mandi agar mereka dapat segera berangkat namun Sungmin lebih dulu membungkam bibirnya dengan rentetan ciuman sebelum beranjak dari tempat tidur dan meraih handuk dari lemari.
"Gomawo KyuKyu appa~"
Sambil menahan diri untuk tidak menerkam calon istrinya saat itu juga, Kyuhyun memilih untuk membereskan kasur yang menjadi saksi bisu 'penyatuan' mereka tadi malam. Bibirnya mengulas senyum menanggapi sikap Sungmin yang begitu manis. Kalau mood Sungmin seperti ini setiap hari, Kyuhyun mungkin akan berencana menghamili Sungmin lagi setelah anak pertama mereka lahir nanti. Dasar Cho mesum!
Sungmin melangkah lebar-lebar. Tidak sabar untuk segera bersiap-siap karena mereka akan ke taman bermain. Tapi langkahnya terhenti. Perutnya tiba-tiba terasa begitu kencang dan sangat sakit. Bahkan pekikan tak kunjung keluar dari bibir Sungmin hingga–
'BRUGH'
Kyuhyun melempar selimut seperti kesetanan. Melihat Sungmin yang sudah terjatuh dilantai dengan wajah seputih kapas cukup membuatnya melompat dari kasur menghampiri calon istrinya.
"Lee Sungmin!"
.
.
.
.
TBC/end?
Numpang promo :
Add ig author yaa : cholee1307
TengKYUUUU~
Dan yang terakhir– Minta reviewnya ya! *ciumsatusatu*
See you next chap!^^