a/n :

KIM RYEOWOOK = YEOJA

Sorry udah bikin kalian bingung, kemarin itu yg ucapan dalam pikiran sungmin seharusnya saya ketik 'yeoja' tapi typo malah jadi namja-_-

.

.

.

.

I Have A Love

Chapter 5

Happy reading^^~

.

.

.

.

"a- appa.."

Kyuhyun membeku di tempatnya berpijak. Tak berniat sedikitpun untuk mengambil langkah apalagi memulai basa-basi pada sosok sang ayah yang kini menatapnya datar dan beralih menatap sungmin yang berdiri tepat dibelakangnya. Ia tahu ini kesalahannya karena nekad membolos kemarin, dan tak heran jika orangtuanya akan kesini. Seharusnya ia menyadari hal itu sejak awal! Mati-matian kyuhyun menahan degub jantungnya yang berdebar tak karuan. Tidak boleh. Ia harus tenang. Demi apa pun kyuhyun benar-benar mengutuki rasa gugup yang bersarang di dadanya saat ini. Namja itu menarik nafas, berusaha menetralkan pikirannya dan bersikap seperti biasa meskipun nyaris tidak berhasil.

Di sisi lain, heechul membulatkan matanya tepat ketika pintu terbuka dan melihat kyuhyun masuk bersama seorang yeoja. Niat mereka datang kesini adalah untuk menjenguk kyuhyun yang setahu mereka sedang sakit sampai-sampai tak bersekolah kemarin. Dengan penuh perjuangan ia membujuk hangeng untuk ikut, beruntung sang suami memenuhi permintaannya. Tetapi kenyataan didepannya sangat berbeda dengan perkiraan heechul. Kyuhyun tampak sehat, sangat sehat malah. Dan kalau ia tak salah lihat, heechul menangkap sosok yeoja dibelakang tubuh anaknya. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu mengerutkan keningnya bingung. Seumur hidupnya tak pernah ia melihat kyuhyun membawa seorang yeoja ke apartemennya. Ia melirik hangeng. Ekspresi sang suami tak sesuai harapannya. Hangeng menatap kyuhyun dan yeoja itu bergantian dengan tatapan datar seolah tak mau tahu tetapi tak dapat heechul abaikan kilatan emosi yang terpancar di mata hangeng.

"ada yang ingin kau jelaskan, kyuhyun?" tanya hangeng dengan nada rendah dan berat. Merasa kesal karena dibohongi oleh sahabat putranya sendiri-donghae-. Sudah bagus ia mau meluangkan waktu hanya untuk melihat kondisi kyuhyun tapi setelah menunggu tak jelas selama tiga puluh menit ia malah disambut dengan kyuhyun yang terlihat sehat baru saja pulang bersama seorang yeoja. Walaupun terlihat acuh kepada putranya tetapi hangeng cukup tahu kalau kyuhyun akan terbaring di tempat tidur paling tidak dua hari jika sedang sakit.

Kyuhyun menelan salivanya. Tanpa melepas pandangan mematikan dari sang ayah, ia menarik nafas pelan untuk memantapkan hatinya. Ini saatnya. Kyuhyun paling tak suka menyimpan rahasia terutama pada kedua orangtua nya karena sehebat apapun kyuhyun menyembunyikan suatu hal tak lama kemudian hangeng dan heechul akan mengetahui hal tersebut. Entah bagaimana cara mereka melakukan itu yang jelas kyuhyun sangat tidak bisa menyimpan rahasia pada orangtuanya.

"ne. Tapi aku akan mengantarnya ke kamar dahulu"

Kyuhyun menarik tangan sungmin menuju kamar. Sungmin tak menolak. Yeoja itu tahu bahwa ada sesuatu yang harus diselesaikan kyuhyun. Ia cukup tahu diri karena menumpang di apartemen namja itu tanpa seijin orangtua kyuhyun. Setidaknya kalau pun ia harus diusir, sungmin dapat membereskan barang-barangnya terlebih dahulu. Memikirkan dirinya akan di usir membuat hati sungmin seperti dihantam ratusan batu. Sangat sesak. Ia harus melanjutkan hidup sendirian diluar sana. Tanpa sandaran. Jika dihitung - hitung entah sudah keberapa kalinya sungmin merasa sendirian. Terlalu sering sampai sungmin tak ingin mengingat semua itu. Ia mengakui dirinya yang terlalu tertutup sejak kecil. Tak seperti kakaknya yang masih mau bersosialisasi, bahkan mengajak teman pria ke rumah dan sungmin seolah berbanding terbalik dengan sifat kakaknya. Setiap ada orang baru yang datang ke rumah mereka sungmin pasti memilih untuk masuk ke kamar dan membaca novel dibandingkan harus berkenalan dengan teman-teman kakaknya. Sungmin tak menyangka kesendiriannya terus berlangsung sampai saat ini. Sungmin merasa dirinya mulai terbuka pada orang lain sejak dirinya memutuskan untuk tinggal bersama siwon. Tetapi mengapa takdir seolah-olah tak pernah berpihak padanya? Saat ia mulai membuka diri mengapa ia harus mengalami semua ini? Siwon meninggalkannya. Dan kini ia harus menjauh dari kyuhyun. Yeoja itu menahan airmata yang siap tumpah sewaktu-waktu.

"min? kau baik-baik saja?"

suara kyuhyun membuyarkan pikirannya. Sungmin tak menjawab. Secepat kilat airmata itu terjatuh bahkan sebelum sungmin sempat berkedip. Yeoja itu setengah mati menahan tangisnya yang hampir pecah. Sungmin menggigit bibirnya untuk meredam tangisan.

Kyuhyun yang melihat sungmin menangis segera dilanda panik.

"ada apa, min?"

Dengan reflek jemarinya mengusap airmata dari pipi yeoja itu. Sungmin tergugu dalam tangisnya. Terlalu sakit membayangkan semuanya. Yeoja manis itu menggeleng. Tak mau membuat kyuhyun merasa semakin terbebani dengan keinginannya untuk tetap tinggal disini. Bagaimana pun namja itu masih bersekolah. Kehidupannya masih panjang dan pastinya akan jauh lebih baik tanpa gangguannya. Dengan lemah ia mendorong kyuhyun untuk keluar dari kamar. Menyuruh namja itu untuk kembali ke ruang tengah dan menemui kedua orangtuanya.

"pergilah. Aku tidak apa-apa"

Lelehan airmata itu masih mengalir teratur di pipi sungmin setelah kyuhyun menghilang dibalik koridor. Tak berniat untuk menghapusnya, sungmin masih meneteskan bulir bening itu seraya melangkah menuju lemari yang baru saja ia gunakan beberapa hari yang lalu, memasukkan kembali barang-barang yang ada disana ke dalam koper miliknya. Sesekali sungmin menghela nafas agar tak terlalu larut dalam tangis.

.

.

.

.

'PLAK!'

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi pucat kyuhyun tepat setelah namja itu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan sungmin. Seolah belum puas dengan tamparan yang baru saja ia layangkan pada anaknya, hangeng kembali mengangkat tangannya untuk menampar kyuhyun sekali lagi sebelum tangannya ditahan oleh sang istri.

"cukup! Sudah cukup!" teriak heechul menahan sakit yang menyerang dadanya melihat sang putra tak melawan ketika ditampar oleh hangeng. Heechul mencengkram tangan hangeng sekuat tenaga dan menangis. Selama ini hubungan mereka dengan kyuhyun memang bisa dibilang kurang baik tapi setidaknya hangeng tak pernah melayangkan pukulan, berbeda dengan saat ini. Heechul yakin suaminya telah dipenuhi emosi hingga kalap menampar kyuhyun. Naluri seorang ibu miliknya seolah menguar begitu saja melihat bibir putranya yang robek dan berdarah.

Hangeng tersentak ketika sebuah tangan mencengkram lengannya kuat. Ia sadar kalau istrinya tengah menangis seolah memohon padanya untuk berhenti melayangkan tamparan pada kyuhyun. Ia menghela nafas, membiarkan emosinya berkurang sedikit demi sedikit. Tak dapat ia pungkiri, setitik rasa menyesal bersarang di dadanya saat ini. Ia tak bermaksud untuk menampar kyuhyun, tetapi semua yang diceritakan putranya itu memang sudah kelewatan. Berulang kali hangeng menghela nafas berat. Setidaknya ia merasa lebih tenang saat ini.

Kyuhyun mengangkat wajahnya yang terhempas begitu saja. Perih. Namun perih yang ia rasakan dari tamparan sang ayah tak sebanding dengan perih di hatinya. Bukan. Ia tak menyalahkan sang appa. kyuhyun cukup tahu tindakannya kali ini sudah keterlaluan dan kyuhyun tak berhak untuk marah atas semua yang dilakukan orangtuanya saat ini. Ia menatap ibunya yang sedang menahan tangan sang ayah demi membela dirinya dan menahan tangis seolah memohon pada ayahnya agar berhenti menamparnya dan itu semua membuat kyuhyun semakin menyalahkan dirinya. Semua memang karena dirinya, orangtuanya bekerja demi kebaikannya tetapi apa yang kyuhyun balaskan pada mereka? Ia malah selalu membuat masalah. Lagi dan lagi, seolah tak ada hari esok untuk membuat masalah yang baru lagi.

"mianhe appa, eomma"

Kyuhyun menunduk. Tak tahu lagi harus bagaimana menjelaskan perasaannya yang sangat kalut. Hanya itu yang bisa ia katakan. Dan satu-satunya harapan kyuhyun saat ini, semoga orangtuanya mau menerima sungmin dan membiarkan yeoja itu tinggal bersamanya.

"kyuhyun.."

Untuk pertama kalinya, kyuhyun merasa sangat nyaman ketika mendengar suara heechul memanggilnya dengan lembut. Selama ini heechul selalu berbicara dengan tegas padanya, mungkin karena terbawa logat tegas dari kantor dan kyuhyun tak pernah mempermasalahkan itu. Kyuhyun menatap ibunya. Mata yang sembab dan lengan yang masih mencengkram tangan sang appa, kyuhyun meringis dalam hatinya. Entah sudah yang keberapa kali ia mengecewakan wanita yang melahirkannya itu. Semua masalah yang ia buat selama ini seolah menjadi bayangan menyakitkan kala menatap mata heechul yang memerah.

"eomma harap kau mau bertanggung jawab padanya.."

Mendengar perkataan heechul, hangeng memijit keningnya. Kyuhyun masih bersekolah dan pikiran putranya itu masih sangat dangkal. Hangeng tahu kyuhyun belum memiliki rencana sama sekali untuk masa depannya dan kini putranya itu harus bertanggung jawab atas masa depan seorang yeoja. Haaahh~

"ne, eomma. Aku akan bertanggung jawab"

Hangeng tersentak dengan jawaban kyuhyun. Ia mengira kyuhyun akan memohon pada mereka untuk memberikan uang pada wanita itu agar meninggalkan kyuhyun dan menganggap semuanya tak pernah terjadi. Namun jawaban kyuhyun membuat hangeng segera menepis pemikiran tersebut. Putranya mau bertanggung jawab. Hati kecil hangeng merasa bangga dengan keputusan kyuhyun. Ia menatap kyuhyun dan melihat keyakinan disana. hangeng menghela nafas lega, setidaknya kyuhyun mulai dapat berpikir dewasa.

"appa harap kau sudah memikirkannya dengan matang, kyuhyun. Dan itu adalah keputusanmu"

Airmata kyuhyun hampir tumpah mendengar perkataan sang ayah yang seolah merestui dirinya dengan sungmin. Tak menyangka ayahnya akan semudah ini menerima semuanya.

"gomawo, appa"

Melihat airmata yang menetes dari mata kyuhyun, dengan memberanikan diri heechul berjalan mendekat dan memeluk tubuh putranya. Tak ada penolakan dari kyuhyun dan hal itu tentu menambah rasa bahagia dihati heechul. Ia melirik kyuhyun sekilas dan mengusap wajah putranya yang memerah serta terlihat jelas bekas tamparan hangeng disana.

Kyuhyun sempat kaget menerima pelukan heehul namun ia tak berniat untuk melepas pelukan tersebut karena jujur saja ia merasa hangat dan nyaman. Heechul tak pernah memeluknya. Mungkin pernah sewaktu ia kecil tetapi semenjak remaja ia tak pernah mendapat pelukan dari heechul, apalagi dari hangeng.

Heechul mengangkat wajahnya, melirik hangeng yang masih berdiri disana. hangeng balas menatapnya dan heechul tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Heechul menatap hangeng dengan tatapan memohon. Seolah mengerti dengan arti tatapan heechul, hangeng mengulas senyum tipis sebelum mendekat kemudian memeluk heechul dan kyuhyun.

.

.

.

.

Kyuhyun bersender pada sofa. Baru saja ia kembali setelah mengantar kedua orangtuanya sampai masuk ke mobil. Untuk pertama kalinya kyuhyun melakukan itu dan kyuhyun merasa sangat senang. Setidaknya hubungan dirinya dengan hangeng dan heechul mulai membaik dengan adanya peristiwa ini.

Namja itu terdiam. Ia teringat pada sungmin yang belum keluar dari kamar sejak tadi. Tanpa menunggu lama, kyuhyun melangkahkan kakinya menuju kamar.

'cklek'

Kyuhyun baru saja menapak satu langkah dan tatapannya segera terkunci melihat sungmin yang terlihat habis menangis serta menyeret koper yeoja itu di tangannya. Yeoja itu menunduk. Kyuhyun tercekat. Apa sungmin berniat meninggalkannya?

"kau mau kemana?"

Ia melihat sungmin menggigit bibir bawahnya, menahan tangis. Kyuhyun mendekat. Namja itu menarik dagu sungmin, meminta yeoja itu untuk menatapnya.

"min?"

"hiks.. mereka pasti memintamu untuk mengusirku, bukan?" tanya sungmin lemah. Dalam hati ia mengutuki dirinya yang entah mengapa mudah sekali menangis. Sungmin tak pernah seemosional ini sebelumnya. Bisa dibilang ia jarang menangis, apalagi di depan orang lain.

"tsk! Berhenti mengambil kesimpulan tak jelas, min" seru kyuhyun seraya menarik sungmin dalam pelukannya. Ia tidak suka jika sungmin mengambil kesimpulan begitu saja dan membuat yeoja itu menangis seperti ini. Dengan gerakan teratur jemarinya mengusap kepala sungmin untuk meredakan tangisan yeoja itu. Perlahan, tangis sungmin mereda dan kyuhyun bersyukur atas hal itu.

"m- maksudmu?"

Kyuhyun makin mengeratkan pelukannya, merasa senang karena sungmin tidak protes dengan tindakannya kali ini.

"aku juga sempat tak percaya, tapi mereka benar-benar memintaku untuk menjagamu"

"hiks.."

Sungmin kembali menangis. Kali ini ia menangis karena bahagia. Kekhawatirannya sejak tadi seolah lenyap seketika. Ia tahu semuanya tak akan semudah yang ia bayangkan, tapi setidaknya ia akan lebih tenang jika ada kyuhyun disampingnya karena hanya kyuhyun satu-satunya yang bisa ia jadikan sandaran saat ini. Bukan karena hal lain.

"sshh.. uljima"

Kyuhyun menarik tubuhnya untuk melihat sungmin. Ia tersenyum. Tak menyangka sungmin akan menangis seperti ini hanya karena berpikir akan pergi dari sini. Sebersit rasa percaya diri kyuhyun muncul ketika menyadari bahwa sungmin tak ingin jauh darinya. Ia terkekeh dalam hati, itu merupakan kemajuan untuk hubungannya dengan sungmin.

.

.

.

.

*kyuhyun's pov*

Sudah dua minggu setelah appa dan eomma datang ke apartemen. Hubungan kami cukup baik, eomma sering meneleponku untuk menanyakan kabar dan tak jarang ia menyampaikan salam dari appa. aku merasa sangat nyaman dengan keadaan ini. Dan kurasa aku mulai menyayangi mereka. Berbeda dengan sungmin. Entahlah, aku merasa dia kembali memberi jarak kepadaku namun tak jarang juga ia bersikap manja. Terkadang aku bingung harus bagaimana menanggapinya, beruntung kalau tanggapanku sesuai dengan moodnya. Kalau tidak ia akan murung seharian dan tidak mau diajak bicara, melihat wajahku pun tidak mau.

Seperti saat ini, kami sedang berada disebuah taman dekat apartemenku. Kalau saja bukan sungmin yang memaksaku kesini, aku akan lebih memilih istirahat dirumah mengingat tugas-tugas dan materi baru dari sekolah yang semakin menumpuk menjelang ujian akhir kelulusan. Ya, tahun ini aku akan tamat dari SMA dan aku berencana untuk menunda kuliahku. Bukan karena aku malas, lebih – lebih kalau kalian berfikir otakku tak mampu untuk menunjang diriku di kampus. Kalau itu sempat terbesit maka kalian salah besar. Appa ku sendiri yang memintaku untuk ikut ambil bagian dalam perusahaan, mengingat sejak kecil aku sudah tak asing dengan segala hal yang berbau bisnis. Ia juga menyarankanku ntuk mengambil kuliah setelah aku menyesuaikan diri di perusahaan kurang lebih dua tahun, sehingga aku dapat membagi waktu antara pekerjaan dan pendidikan.

Kembali pada keadaan saat ini. Sungmin tengah duduk disampingku, memandangi beberapa anak kecil yang berlalu lalang dihadapan kami. Mereka tertawa, bercanda, bermain tanpa memikirkan beban apapun. Terkadang aku memikirkan harapan konyol. Sungguh konyol. Berharap dapat kembali menjadi seorang anak kecil sehingga tak perlu memikirkan berbagai permasalahan hidup. Otakku masih melayang memikirkan semuanya sebelum suara sungmin membuyarkan lamunan dan menarik perhatianku untuk menatapnya.

"aku ingin pulang" ucapnya dengan nada kesal. Ada apa? Setahuku ia masih baik-baik saja tadi.

Aku menatapnya dengan pandangan bingung. Seakan mengerti tatapan ingin tahu yang baru saja ku lontarkan, sungmin membuang pandangannya dan menggerutu samar. Aku menghela nafas, sikap moody nya kembali lagi. Tak ingin membuat moodnya semakin memburuk, aku merangkul bahunya dan memajukan wajahku agar ia kembali menolehkan wajahnya. Dan berhasil. Sungmin menatapku dengan pandangan kesal.

"ada apa?"

"aku bosan hanya duduk disini. Lebih baik aku pergi sendiri kalau kau disini hanya untuk melamun dan mendiamkanku" jelasnya panjang sambil merengut setelah mengatakan hal yang membuatnya kesal. Lagi – lagi aku menghela nafas. Jadi ini karena aku? Baiklah.. lebih baik mengalah dari pada berdebat disini dengan sungmin. Lagi pula aku memang salah karena mendiamkannya sejak tadi.

"mianhe.. " hanya ini jurus andalanku. Meminta maaf padanya dan wajah kesal yang terpasang diwajahnya akan lenyap seiring ucapan maaf itu terlontar dari bibirku. Seolah ia puas ketika aku menyadari kesalahan yang membuatnya kesal. Dan entah sejak kapan aku menjadi seseorang yang sangat mudah mengucapkan 'mianhe'. Entah pergi kemana semua ego-ku yang selama ini seolah menahan untuk mengucapkan kalimat tersebut, terutama pada orang lain.

Sungmin tersenyum lalu mengangguk. Belum sempat aku menghela nafas lega karena sungmin tak lagi merengut kesal, tiba-tiba sungmin menarik tanganku untuk mengajakku berdiri.

"aku ingin makan kimchi. Sekarang" tanpa sempat menjawab ia telah menarikku menuju mobil. Hah~

.

.

.

.

Aku tak menghitung ini sudah yang keberapa kali, tapi yang jelas ini bukan pertama kalinya sungmin berhasil membuatku menganga lebar ketika pesanan makanan sampai dimeja kami. Sepertinya bukan hanya aku yang memandang ke arah makanan kami dengan tatapan tak percaya, beberapa pengunjung lain terlihat sedang melirik ke arah meja kami. Oh ya ampun, bagaimana tidak? Kami hanya makan berdua sedangkan dihadapan kami ada dua piring kimchi, dua piring tteokbokki, sisanya sepiring nakji bokkeum, gogigui, dan satu hidangan yang berhasil membuatku mual- jjajangmyeon!

Bukan karena aku tak menyukai makanan itu, tetapi sungmin tak pernah absen memesan mie dengan saus berwarna coklat kehitaman itu setiap harinya. Setiap hari. Sudah dua minggu terakhir sungmin selalu memasaknya sendiri ataupun memesan dari restoran terdekat dikawasan apartemenku paling tidak untuk ia makan sekali sehari. Sedangkan aku, mau tidak mau harus ikut menyantap makanan yang sungmin makan mengingat yeoja itu sering tak menghabiskan makanannya. Hanya sekedar mencicipi dan sisanya adalah bagianku untuk menghabiskan semuanya.

"min.." panggilku pelan, tak ingin merusak suasana hatinya yang sedang gembira menatap bermacam-macam pesanannya sudah tersaji rapi di meja kami.

Ia menoleh sejenak, memberi tahu bahwa ia mendengar panggilanku sebelum kembali menatap jjajangmyeon sambil menelan ludah.

"kau yang memesan semua ini?" ia mengangguk cepat.

"ayo makan" serunya semangat seraya menawarkanku sepasang sumpit agar aku memulai acara makan kami. Dengan sedikit lesu aku menerima sumpit tersebut dan menyantap sepiring tteokbokki. Sedangkan sungmin, sudah sangat tertebak. Ia meraih piring jjajangmyeon dan melahapnya tak sabaran sampai hampir tersedak. Aku menawarkan jus jeruk yang ia pesan ketika melihatnya mulai kesulitan menelan karena terlalu bersemangat. Ia menolaknya dan aku memutuskan untuk melanjutkan makan dalam diam.

"mm.. kyu, lain kali kita memesan kimchi disini saja. Sangaaattt enak"

Aku menoleh kearahnya dan benar saja.. saat ini sungmin sedang menyantap kimchi, disampingnya masih ada sepiring jjajangmyeon yang tak ia habiskan. Aku menatapnya miris. Aku harus menghabiskan mie hitam itu lagi, batinku perih. Bukan apa – apa, aku ini hanya siswa sekolah yang belum memiliki gaji tetap. Setidaknya aku mulai agak menghargai segala sesuatu sejak adanya tanggung jawab baru. Sokongan berupa uang dari appa yang biasanya kuhamburkan untuk membeli berbagai jenis kaset game limited edition kini kugunakan untuk menutupi pengeluaranku dan sungmin. Setidaknya untuk biaya makan kami, seperti saat ini aku yakin biaya yang kami keluarkan tidak mungkin sedikit mengingat jumlah makanan yang sungmin pesan.

"kyu, tteokbokki nya juga sangat enak!"

Aku menggeleng takjub melihat sungmin yang kini menyantap piring ketiganya meskipun dua piring lainnya tak habis. Tetapi tetap saja! aku hanya berharap sungmin tak akan sakit perut setelah ini.

"em, kyu. Aku tiba-tiba mual" ucapan sungmin sontak menghentikan suapanku. Ia terlihat memegang perutnya dan wajah sungmin terlihat mulai pucat. Tanpa menunggu, aku segera memanggil pelayan untuk membayar semua makanan kami dan memapah sungmin ke mobil.

*kyuhyun's pov end*

.

.

.

.

Sungmin beberapa kali mengusap perutnya yang masih saja terasa tidak nyaman. Tak tahu dari mana asal mual itu tetapi sungmin merasa ada sesuatu yang berbeda ditubuhnya, khususnya di area perut. Ia masih mual bahkan setelah mencoba memuntahkan makanannya di wastafel tetapi tidak ada yang keluar. Sungmin merasa tersiksa dengan perasaan seperti ini, ditambah dengan beberapa komentar panik kyuhyun disampingnya yang membuat sungmin semakin merasa pening.

"aku akan panggil ryeowook lagi"

Kyuhyun merampas ponselnya yang tergeletak di meja nakas dan segera mencari nomor dokter muda tersebut. Sungmin menutup mulutnya lagi bersiap untuk memuntahkan apa saja yang bisa ia keluarkan agar mengurangi rasa mual yang bersarang sejak tadi. Ia melangkah sempoyongan ke kamar mandi dan kyuhyun yang melihat sungmin hampir terjatuh segera melempar ponselnya, berniat untuk membantu sungmin dengan memapah yeoja itu agar tidak jatuh.

"ya Tuhan, min! wajahmu sangat pucat"

Pantulan wajah sungmin dari cermin yang terpajang didinding depan wastafel membuat kyuhyun kaget ketika menyadari perubahan warna kulit wajah sungmin.

"kau disini. Jangan kemana-mana" kyuhyun menepuk pundak sungmin, meminta yeoja itu untuk menuruti perkataannya sebelum meninggalkan yeoja itu dan menghubungi ryeowook secepat yang ia bisa.

"ia akan datang dalam lima belas menit" ucap kyuhyun memberi tahu. "apa yang kau rasakan, min?" tanyanya pelan. Ia tidak tega juga melihat wajah lemas sungmin.

"mual.. tapi tidak ada yang bisa kumuntahkan" sungmin meremas perutnya lagi, melampiaskan kekesalannya pada kondisi yang sangat tidak nyaman seperti saat ini. Ia merasa mual, namun semenit kemudian pening menyerang kepalanya, semenit selanjutnya ia mual lagi, dan begitu seterusnya hingga sungmin bosan dan memilih untuk tidak melarang kyuhyun memanggil ryeowook untuk datang. Awalnya sungmin ingin menolak karena ini sudah hampir malam, ia tidak enak dengan ryeowook karena ini sudah diluar jam kerja dokter muda itu namun pusing dan mual yang ia rasakan seolah menahan larangannya dan membiarkan kyuhyun menghubungi ryeowook untuk datang secepatnya.

"seperti waktu itu? Dua minggu yang lalu maksudku.." kyuhyun teringat ketika pertama kali ia membolos karena sungmin sakit. Tak jauh berbeda dengan yang dialami yeoja itu saat ini. Sungmin mual lalu mengeluh pusing. Benar-benar sama. Apa mungkin sungmin mengidap penyakit berbahaya? Kanker? Atau apa? Kyuhyun bergidig ngeri akan pemikirannya. Tak mau kembali berpikir yang tidak-tidak, kyuhyun memapah sungmin untuk kembali ke kasur. Ia membaringkan tubuh lemas sungmin disana. beruntung sikap sungmin yang suka menolak sentuhan darinya sedang pergi entah kemana, yang jelas kyuhyun bersyukur karena sungmin dalam mood yang cukup baik saat ini meskipun tak jarang yeoja itu meringis kecil sambil memegang kepalanya ketika pusing kembali menyerang.

"ryeowook akan sampai sebentar lagi" seru kyuhyun memberi sungmin harapan. Setidaknya ryeowook bisa memberikan obat anti mual atau mungkin obat penghilang pusing untuk mengurangi kesakitan sungmin.

Dengan pelan, sangat pelan kyuhyun mengusap kepala sungmin. Tak berniat untuk mengusik yeoja itu yang sepertinya sudah terlelap. Deru nafas teratur dari sungmin terdengar oleh kyuhyun sehingga ia memastikan sungmin sudah tidur.

'cklek'

"mianhe aku telat ti-" penjelasan ryeowook yang baru saja masuk kedalam kamar segera terhenti ketika kyuhyun menempelkan jemari ke mulutnya memasang pose untuk meminta ryeowook mengecilkan volume suaranya.

Ryeowook mengangguk, ia paham maksud kyuhyun setelah melirik sungmin yang sudah terlelap.

"sungmin kenapa?" tanyanya pelan ketika sudah berdiri disamping kyuhyun.

"sama seperti waktu itu tapi kali ini lebih parah. Sungmin terus-terusan merasa pusing dan mual bergantian" jelas kyuhyun dengan raut wajah seolah-olah ia ikut merasakan apa yang dirasakan sungmin. Ryeowook hampir saja terkekeh melihatnya, tak pernah ia melihat kyuhyun sepanik dan sekacau ini tetapi lagi-lagi ia harus menjaga profesionalitasnya dan memilih untuk menelan tawa yang hampir terlontar dari bibir mungilnya.

Ryeowook mengangguk lagi. Yeoja itu meminta kyuhyun untuk menggeser sedikit tubuhnya agar ia dapat memeriksa sungmin. Tanpa menunggu, kyuhyun segera menjauh dan memberikan space untuk ryeowook.

Wajah ryeowook terlihat serius. Yeoja itu beberapa kali menyentuh perut sungmin agak lama, seperti ingin memastikan sesuatu disana. kyuhyun tidak berkomentar. Ia hanya memandangi wajah ryeowook dan perut sungmin bergantian. Tatapan penasaran tak terlepas dari mata namja itu ketika melihat ryeowook mencatat sesuatu di buku kecil milik yeoja itu. Namun pertanyaannya seolah tertelan begitu saja saat ryeowook kembali sibuk menempelkan beberapa alat medis ke tubuh sungmin. Namja itu meringis ketika ryeowook menyuntikkan cairan yang entah-bernama-apa tepat di perpotongan lengan sungmin.

"apa yang kau suntikkan?" kyuhyun tak dapat menahan lagi rasa penasarannya. Ia melontarkan sebuah pertanyaan pada ryeowook tetapi yeoja itu tak langsung menjawabnya. Ryeowook mengambil kapas dan meneteskan alkohol sebelum menggunakan kapas tersebut untuk mengelap lengan sungmin yang baru saja ia suntik.

"min.." ryeowook memanggil berusaha untuk membangunkan yeoja yang terlelap sejak tadi. Dengusan samar terdengar sebelum sungmin terlihat menyipitkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk dalam retinanya.

"wookie-ah?"

Sungmin berusaha untuk mendudukkan tubuhnya. Pusing segera mendera kepala yeoja manis itu, tetapi sungmin mencoba menahan ringisannya agar tak terlihat lemah. Bagaimana pun ia sadar telah membuat kyuhyun khawatir sejak tadi.

"ne.. aku sampai disini sekitar sepuluh menit yang lalu" ryeowook menjelaskan tepat setelah menyadari tatapan bingung sungmin. Yeoja itu mengangguk, menyenderkan kepalanya pada kepala ranjang.

"ehm." Ryeowook menetralkan suaranya sebelum menatap kyuhyun dan sungmin bergantian. Ia harus mengutarakan hal yang mengganjal pikirannya sedari tadi.

"aku ingin meyakinkan sesuatu sebelum aku mengambil kesimpulan tentang apa yang sungmin alami saat ini" ryeowook menjeda ucapannya, memberi waktu bagi kyuhyun maupun sungmin untuk berpikir. Keduanya terlihat berpandangan sejenak sebelum sungmin terlebih dahulu memutuskan pandangan mereka dan menatap ryeowook.

"bagaimana caranya, wook?"

Ryeowook mengangguk puas mendengar persetujuan tak langsung dari sungmin. Yeoja itu mengeluarkan sebuah benda dari kotak peralatan medis miliknya. tepat setelah kyuhyun dan sungmin melihat benda yang berada dalam genggaman ryeowook saat ini, keduanya membelalakkan mata mereka seolah tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Mereka memang tidak sering melihat benda itu tetapi mereka cukup tahu kegunaan benda kecil tersebut.

"t- test pack?" kyuhyun yang pertama kali membuka suara. Sedangkan sungmin membeku seketika. Seluruh ototnya terasa melemas, tak mudah untuk sekedar menggerakkan mulutnya dan bertanya pada ryeowook. Ia sudah tahu apa yang dimaksud dokter muda itu namun sungmin tak berniat menyimpulkannya sekarang.

"ne. Ayo minnie, ikut aku"

Dengan langkah tak yakin sungmin berjalan dibelakang ryeowook. Mengikuti yeoja itu menuju kamar mandi, meninggalkan kyuhyun yang memasang wajah shock bercampur penasaran setengah mati.

.

.

.

.

"chukkae, kyuhyun" nada pelan ryeowook berbanding terbalik dengan ucapan yang baru saja ia katakan pada namja tinggi yang sedari tadi menunggu kabar darinya. Seharusnya ucapan selamat diucapkan dengan riang, tanpa beban. Tetapi ryeowook cukup sadar untuk tak terlalu heboh mengingat hubungan sungmin dan kyuhyun yang bisa dibilang kurang harmonis. Bahkan mereka belum mengucap janji pernikahan. Degub jantung kyuhyun bertambah seiring munculnya sungmin dari dalam kamar mandi. Kyuhyun tahu wajah sungmin sudah pucat sejak tadi tetapi kali ini ia melihat sinar kekecewaan disana. kyuhyun segera menyadari apa yang menyebabkan ryeowook tak gembar-gembor mengucapkan kabar tersebut dan memilih untuk mengucapkannya dengan pelan. Dan kyuhyun lebih mengerti lagi apa yang membuat sungmin dilanda kecewa luar biasa. Kyuhyun memandangi perut sungmin. Disana, sedang berkembang bayi milik mereka. Ya. Mereka. Buncahan bahagia sangat terasa di dada namja itu, namun kyuhyun tak dapat menepis setitik rasa khawatir disana. rasa khawatir yang muncul begitu saja ketika kyuhyun menyadari adanya tanggung jawab baru yang harus ia genggam. Sebuah tanggung jawab baru yang akan menantinya didepan sana. Kyuhyun kembali melirik wajah sungmin. Jejak airmata terlihat di pipi yeoja itu. Semuanya sudah jelas. Ia tak heran lagi dengan semua yang terjadi pada sungmin dua minggu terakhir. Semua mual, pening, nafsu makan sungmin, dan-

Kyuhyun memejamkan matanya. Pantas saja mood sungmin berubah dengan sangat cepat. Kyuhyun memaki dirinya yang terlalu lamban mencerna semuanya. Ia baru menyadarinya sekarang. namja itu menatap ryeowook, menyadari tatapan prihatin yang diberikan yeoja itu. Kyuhyun tersenyum, menutupi kekhawatirannya yang semakin membesar. Ia tak mau membuat sungmin semakin tertekan.

"gomawo, wook.." setelah mengucapkan terima kasih, kyuhyun melangkah mendekati sungmin. Yeoja itu tak berniat menjauh ketika kyuhyun mendekat, dan kyuhyun bersyukur akan hal itu.

"min, gomawo.." kyuhyun meraih tubuh sungmin dalam pelukannya. Membiarkan yeoja itu menumpahkan tangisan didadanya. Isakan demi isakan mengalun dan bertambah kencang seiring menguatnya pelukan kyuhyun. Ia memahami posisi sungmin. Di usia mudanya yeoja itu harus dihadapkan dengan kehadiran sosok mungil yang kini sedang bertahan hidup dirahimnya.

Ryeowook membereskan peralatannya dan memasukkannya dalam kotak yang ia bawa. Sebelum menutup kotak tersebut, ryeowook memisahkan beberapa pil obat dan memasukkannya dalam plastik kecil serta menuliskan aturan pakai untuk memudahkan sungmin mengatur jam minum obatnya.

Setelah selesai menulis di plastik terakhir, ryeowook menutup kotaknya. Mengeja satu persatu obat yang sudah ia pisahkan. "metoclopramide, L-methionine, softgel DSSH.. sudah lengkap." Ucapnya mantap.

Ryeowook berjalan pelan kearah kyuhyun dan sungmin yang masih dalam posisi mereka sejak beberapa menit yang lalu. Yeoja itu menepuk pundak kyuhyun, meminta ijin untuk pulang karena tugasnya sudah selesai. Kyuhyun balas mengangguk.

.

.

.

.

Sungmin sudah berhenti dari isakannya, yeoja itu hanya menatap kosong ke depan sebelum suaranya menyentak kyuhyun.

"lepaskan aku.."

Suara ini. Suara yang baru saja ia dengar sangat dingin. Tak ada emosi disana dan hal itu cukup menyentak kyuhyun untuk segera melepaskan pelukannya dari tubuh sungmin. Entah kemana hilangnya kehangatan yang mulai mereka rasakan dua minggu terakhir. Kini semua terasa asing. Seperti ketika pertama kali mereka bertemu. Kecanggungan luar biasa seolah menghimpit dada kyuhyun, namja itu merasa sesak.

Merasa tubuhnya telah terlepas dari kungkungan, sungmin berjalan lemah ke arah ranjang dan mengistirahatkan tubuhnya disana. Ia tidak semudah itu menerima kenyataan yang seolah menjadi bom waktu baginya. Semuanya terlalu cepat dan terlalu sulit untuk ia terima. Terlalu sakit ketika membayangkan ada sosok lain dirahimnya saat ini. Bahkan bayi itu hasil dari kecelakaan. Kecelakaan yang berhasil memutar balik kehidupannya dalam waktu yang luar biasa singkat. Hingga saat ini sungmin bahkan tidak tahu bagaimana kelanjutan hidupnya dengan kyuhyun, namun satu lagi kenyataan seolah menamparnya. Ia hamil. Anak dari cho kyuhyun. Anak dari kecelakaan mereka malam itu. Sungmin kembali menangis dan meremas selimut yang menutupi tubuhnya.

.

.

.

.

Kyuhyun terbangun setelah suara alarm yang memekakan telinga mengusik tidurnya. tubuh kyuhyun terlonjak ketika melihat jam menunjukkan pukul- setengah delapan! Dengan gerakan super cepat kyuhyun menyingkirkan selimutnya dan berdiri dari sofa yang ia jadikan alas tidur semalaman. Ralat. Dua minggu lebih yang lalu tepatnya, sejak sungmin pindah bersamanya ia selalu tidur diatas sofa. Tak peduli dengan tawaran sungmin untuk bergantian, ia tidak akan membiarkan yeoja itu tidur di sofa. Tapi ada yang berbeda pagi ini. Tak biasanya sungmin membiarkannya terlelap sampai alarm berbunyi. Biasanya yeoja itu akan membangunkannya setengah jam lebih cepat. Rasa bingung kyuhyun segera berubah menjadi perih dihatinya ketika mengingat kejadian semalam. Kenyataan yang baru saja mereka terima. Ya, kyuhyun yakin sungmin berubah karena hal itu.

Setelah lima belas menit bersiap, kyuhyun keluar dan menemukan sungmin yang sedang menata piring di meja makan. Keduanya bertatapan. Hanya sekilas karena sungmin segera memutus pandangan mereka dan kembali mengatur piring-piring yang sedang ia susun. Kyuhyun melangkah mendekati sungmin, mencoba untuk bersikap biasa. Mungkin saja sungmin bersikap seperti itu karena dirinya ikut-ikutan menjauh dan tak mencoba untuk mendekat.

"kau masak apa?" tanya kyuhyun basa-basi. Ia tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana lagi. Sungmin menjawab tanpa memandang namja yang kini tengah duduk diseberang meja.

"nasi goreng" jawabnya singkat. "Aku sudah makan tadi, aku akan berangkat duluan" tanpa aba-aba sungmin meraih tas kuliahnya dan bersiap untuk pergi.

"t- tunggu!" ucap kyuhyun terbata. Ia tak menyangka sungmin akan menganggapnya se-asing ini. Hatinya perih menyadari sungmin yang kembali menjauhinya.

"aku akan cepat dan kita tetap berangkat bersa-"

Ucapan kyuhyun segera dipotong sungmin.

"aku pergi" tepat setelah mengucapkan kalimat tersebut sungmin benar-benar berangkat meninggalkan kyuhyun yang menghela nafas frustasi. Namja tinggi itu mengacak tatanan rambutnya hingga tak beraturan. Tak peduli lagi dengan penampilannya nanti, yang jelas kyuhyun sangat ingin melampiaskan frustasinya kini. Ia tak lagi berselera untuk sarapan, tetapi ini masakan sungmin. Setelah terdiam cukup lama untuk menetralkan emosinya, kyuhyun perlahan menghabiskan sarapannya yang telah disiapkan sungmin.

.

.

.

.

Sungmin berjalan tanpa semangat menuju gerbang kampusnya yang tinggal beberapa langkah lagi. Namun langkahnya terhenti tepat setelah matanya menangkap sosok namja tinggi yang sangat ia rindukan. Tangisnya hampir pecah saat melihat namja itu tersenyum padanya. Sungmin berlari dan berhambur memeluk siwon yang telah merentangkan tangannya.

"oppa.."

Panggilnya lirih. Siwon tak menjawab, namja itu hanya mengusap kepala sungmin dan mencium aroma shampoo ciri khas yeoja yang telah bersama-sama dengannya selama lima tahun ini. Tak ada yang berubah. Sungminnya terlihat baik-baik saja. Siwon memanjatkan syukur ketika sungmin menangis dalam pelukannya, setidaknya ia datang dihadapan sungmin tepat waktu. Selalu seperti itu. Ia akan datang tepat ketika sungmin tak memiliki sandaran lagi. Seperti lima tahun yang lalu, ketika ia merasa hancur dan ia menemukan sungmin yang terlihat lebih hancur darinya.

"kau baik-baik saja?" sungmin mengeratkan pelukannya. Melampiaskan kegundahannya sejak semalam dengan menangis sepuasnya dalam dekapan siwon, oppanya. Sungmin mengangguk.

"banyak yang memperhatikan kita, min. kita harus cari tempat lain. Bagaimana?" lagi-lagi sungmin mengangguk setuju sebelum keduanya masuk kedalam mobil sport milik siwon dan meninggalkan kawasan kampus.

Sungmin memutuskan untuk absen hari ini.

.

.

.

.

Sejak jam pertama tadi donghae beberapa kali menangkap sahabatnya sedang melamun, entah memikirkan apa. Awalnya ia membiarkan kyuhyun karena masih ada guru didepan kelas dan ia tidak ingin dilempar penghapus papan tulis jika ketahuan mengobrol dengan kyuhyun, tetapi ini sudah waktu istirahat dan donghae mulai penasaran dengan hal yang membuat seorang cho kyuhyun terlihat sangat frustasi.

"hey."

Sekali ia memanggil, kyuhyun tak menengok apalagi menjawab. Namja itu sedang asik melamun.

"HEY!"

Panggil donghae lebih keras dari sebelumnya. Namun kyuhyun tetap sama, menatap kedepan tanpa ekspresi.

Donghae memutuskan untuk menempeleng kepala kyuhyun. Tepat setelah ia melakukannya sebuah teriakan super kencang menyapa telinganya.

"YA! IKAN GILA!" ah~ ini baru kyuhyun yang ia kenal. Donghae terkekeh. Namja didepannya terlihat mengusap kepalanya dan menggerutu samar yang pastinya berisi umpatan untuk donghae.

"kau melamun sejak tadi. Ada apa lagi?" tanya donghae santai. Ia memang sudah biasa mendengar curhatan kyuhyun yang tak jauh dari masalah kehidupannya. Sebenarnya ia cukup prihatin dengan sahabatnya yang satu ini, sejak kecil selalu saja ada masalah yang menimpa kyuhyun. Masalah keluarga sudah pasti menjadi topik terhangat, dan yang kedua pasti berhubungan dengan yeoja. Ini kedua kalinya. Ketika pertama kali donghae mendengar kisah kyuhyun dengan sahabat lamanya yang membuat namja itu tak berniat mencari kekasih hingga saat ini, donghae sudah sangat prihatin dengan kenyataan bahwa yeoja itu meninggalkan kyuhyun begitu saja. Dan sekarang, donghae tak ragu lagi, kyuhyun pasti seperti ini karena sungmin. Ia sudah menyadari sesuatu yang berbeda dari cara kyuhyun berbicara dengan yeoja itu. Donghae memang belum pernah bertemu langsung dengan yeoja bernama sungmin itu, namun ia yakin yeoja itu pastinya cukup unik karena dapat mengalihkan perhatian kyuhyun padanya.

"hah~ kurasa aku akan gila.." kyuhyun tidak menjawab pertanyaan donghae. Namja itu malah menempelkan kepalanya dimeja dan mendengus samar. "aku benar-benar akan gila.." lirih kyuhyun lagi yang tentunya masih dapat didengar donghae mengingat jarak mereka yang sangat dekat.

"kau memang sudah gila sejak lama" gurau donghae yang tak mendapat sahutan dari kyuhyun. Tak seperti biasanya.

"baiklah. baiklah. ceritakan padaku" tak ada pergerakan dari namja didepannya. Donghae agak khawatir, namun ia tak berniat memegang sahabatnya itu karena ia yakin itu hanya memancing emosi kyuhyun. Ia akan menunggu sampai kyuhyun sendiri yang memutuskan untuk bercerita langsung padanya.

"aish! Aku seperti bicara dengan patung saja" gerutu donghae. Merasa kesal karena kyuhyun tak merespon sama sekali.

"kalau kau tidak bicara juga aku akan-"

"berisik sekali kau ikan!" kyuhyun mendengus kesal mendengar donghae yang tak berhenti bicara sejak tadi. Terpaksa ia mengangkat kepalanya, melihat donghae yang menatapnya puas karena pada akhirnya ia merespon.

"kalau begitu ceritakan" inilah yang kyuhyun tidak suka dari donghae, namja itu selalu saja ingin tahu segala sesuatu. Awalnya kyuhyun tak masalah jika saja donghae tak mengumbar masalahnya kemana-mana tetapi bukan lee donghae namanya jika tidak ember dan berhasil menyimpan rahasia baik-baik. Namja itu pasti akan membeberkannya secara tidak sengaja ke orang lain. Tetapi kyuhyun cukup bersyukur memiliki sahabat seperti donghae karena terkadang ia tidak tahu lagi harus membagikan masalahnya kepada siapa selain pada donghae.

"aku akan punya bayi" bertepatan dengan selesainya kalimat kyuhyun, seorang lee donghae kehilangan kata-katanya. Wajahnya melongo menatap kyuhyun tak percaya.

"sudah ku katakan kalau aku akan gila dan harusnya kau mengerti itu kalau tak ingin shock setelah mendengar apa yang sedang kualami" kyuhyun membuang pandangannya malas melihat donghae yang balik mendiamkannya kali ini.

"ini gila. Ini benar-benar gila" donghae menggumam tak percaya.

"hah~ seperti biasa. Kau tak membantu sama sekali" kyuhyun mendengus sebal. Donghae bukannya memberi solusi malah memperumit pikirannya.

"beri aku waktu untuk berpikir, setan!"

Kyuhyun mendelik dan melipat kedua tangannya di depan dada. Ia bersender dikursi yang ia duduki. "dan kini sungmin kembali menjauhiku"

"itu pasti. Yeoja itu pasti tertekan dengan semua keadaan ini" ucap donghae mengerti posisi sungmin. Bagaimana pun semuanya memang terlalu cepat. Donghae yang tidak mengalaminya saja sudah frustasi, apalagi sungmin dan kyuhyun.

"aku tahu. Tapi itu membuatku semakin frustasi, hae. Kalau ia mendukungku setidaknya aku akan lebih berani melewati semuanya. Aku serba salah kalau sudah seperti ini" donghae mengangguk prihatin. Ia juga mengerti keadaan kyuhyun. Bahkan namja itu masih bersekolah, sama sepertinya tetapi masalah demi masalah yang ada didepan sahabatnya itu sudah terlalu rumit. Kyuhyun harus bertanggung jawab atas satu nyawa lagi.

.

.

.

.

.

Sungmin sudah menceritakan semuanya, termasuk perihal kehamilannya saat ini. Siwon terkejut, tentu saja. Tapi namja itu berusaha untuk terlihat biasa saja dan memberikan semangat pada sungmin. Sebisa mungkin siwon menahan sakit dihatinya setiap kali sungmin mengucapkan nama kyuhyun berkali-kali. Kyuhyun. Kyuhyun. Siwon muak dengan nama itu. Andai saja semuanya tidak terjadi. Andai saja ia menyelamatkan sungmin waktu itu. Andai saja ia lebih cepat menyadari perasaan tak tenang yang menyerangnya malam itu. Semuanya terlambat. dan siwon sangat menyesal. Sangat-sangat menyesal.

Sebelumnya ia masih bisa menerima semuanya, tetapi setelah ia menyadari sesuatu.. siwon merasa emosinya kembali membara. Pantas saja ia merasa tidak asing dengan nama kyuhyun. Ia yakin itu Cho Kyuhyun yang sama. Namja sialan yang membuatnya melakukan sesuatu yang fatal waktu itu. Siwon berkali-kali mengumpat setiap kali mengingat kyuhyun. Dia tidak akan menyerahkan sungmin begitu saja pada namja itu. Ia tidak ingin kyuhyun berhasil merebut seorang yeoja dari kehidupannya untuk yang kedua kalinya. Tidak akan!

.

.

.

.

TBC/end?

Yosh! 5800+ words..

hitung" denda karna telat update.

Hope you like it!^^