Disclaimer : J.K Rowling
Pairing : Hermione Granger – Draco Malfoy – Cedric Diggory
Rated : T
Happy Reading:)
Chapter 12: Marry your daughter
Hermione POV
Sedaritadi aku termenung di sudut ruangan. Merenungkan hal yang bisa dibilang dapat menurunkan mood seketika.
Kata-kata dari kak Cedric beberapa menit yang lalu terus saja membuat pikiranku melayang bebas.
"Jadi sampai saat ini juga dia masih tidak bisa dihubungi?."
"..."
"Ya ampun Herm. Kalau aku jadi kau, lebih baik aku mencari pengganti."
"Dia benar-benar kurang ajar Herm!."
"Bayangkan saja! Ini sudah tujuh tahun dia tak kembali! Setidaknya kalau dia memberi kabar kan, itu lebih baik. Tapi nyatanya..Tidak kan?!."
"..."
"Satu tahun setelah dia pergi, dia berjanji padamu untuk bertemu padamu kan walau hanya sebentar? Tapi nyatanya.. Dia tidak datang. Menyedihkan."
"Satu tahun setelah dia pergi, dia bilang dia akan menembakmu di hadapanku kan? Tapi... itu tidak terjadi Hermione!."
"Dia lelaki sialan Herm! Aku jauh lebih setuju kalau kau tidak usah mengharapkannya lagi!."
Ya, tadi aku dan kak Cedric sempat berbincang sedikit untuk refreshing dari pekerjaan kami. Tapi, sepertinya perbincangan tadi jauh dikatakan dari refreshing. Aku merasa kalau perbincangan tadi menjadi sarat emosi kak Cedric. Karena... setelah dia berkata seperti tadi, dia langsung melangkah pergi dan membanting pintu keras.
HHHHHHHH. Entah sudah yang ke berapa kali ini aku menghela napas...
.
Aku kini tengah berada pada suatu ruangan tempat aku bekerja. Sejujurnya aku telah memimpikan pekerjaan ini sedari kecil.
Aku menjadi seorang dokter sekarang.
Umurku 25 tahun. Aku selama ini tinggal di Inggris dan bekerja disalah satu rumah sakit ternama di Inggris.
Dan...Ah ya- Tentu saja kau ingin bertanya mengenai yang lainnya bukan?
Harry menjadi seorang pebisnis sekarang, begitu juga Ron. Mereka bekerja sama dalam bisnis properti. Ginny dan Fleur menjadi arsitek. Neville menjadi dokter sama sepertiku.
Dean menjadi guru olahraga. Seamus menjadi manager perusahaan.
Kak Cedric, Krum dan Wood sedang menjalankan proyek kerja sama. Ya, tentu saja kak Cedric yang melanjutkan bisnis besar ayah.
Aku juga tak menyangka, kami semua bisa sukses melalui jalan kami masing-masing.
Oh iya, Blaise Zabini menjadi seorang hakim. Sedangkan Theo dia menjadi psikolog hebat. Theo juga telah membuat buku buku psikolog yang laku terjual di pasaran. Wah hebat bukan?.
Tapi aku tahu, hal yang membuatmu semua penasaran adalah ehm. Draco Malfoy kan?
Tentu saja dia sukses meneruskan bisnis ayahnya.
"Raga kita memang terpisah Hermione, tapi jiwa kita takkan terpisah."
Aku selalu mengingat perkataannya.
Setiap kali aku beranjak ingin memasuki dunia mimpi, aku selalu memikirkannya. Dan tak bisa dipungkiri pula dia selalu hadir dalam mimpiku sejauh ini. Selama tujuh tahun ini, aku percaya bahwa semua akan tersusun sesuai rencana jika waktu telah tiba nanti. Ya, aku sangat mempercayai Draco sampai saat ini. Dan aku yakin kalau dia akan kembali nanti... Walau sesungguhnya aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.
BRAKKK
Suara jeblakan pintu keras menyentakkan lamunanku seketika.
"Ma-maaf soal yang tadi Hermione... Aku tak bermaksud membuat kau menjadi murung seperti ini." Katanya.
Aku kembali menghela napas panjang. Kak Cedric menarik bangku dihadapanku sekarang. Kami tengah berada diruanganku. Aku tak menjawab perkataannya. Sepertinya kak Cedric yang menyadari perkataannya yang salah sebelumnya, akhirnya mengganti topik lain.
"Herm, besok natal. Apakah kau masih sibuk dengan rumah sakit?." Tanyanya
"Entahlah." jawabku datar.
"Tak bisa kau izin hanya untuk natal bersamaku dan ayah?."
"Ayah jadi pulang? Katanya kemarin dia tidak bisa pulang, banyak yang harus diselesaikan."
"Dia berubah pikiran Herm." Kata kak Cedric.
"Kau tahu? Aku juga mengajak teman-temanmu dan teman-temanku untuk merayakan natal bersama, dirumah." Sambungnya.
"Apa?." Kali ini aku tak habis pikir mengenai perkataannya barusan. Tadi kak Cedric bilang teman-temanmu? Berarti kan... dia mengajak teman-temanku.
"A-apa?! Kenapa kak Cedric tidak membicarakan denganku sedari awal?!." Aku menekan setiap perkataanku.
"Karena aku baru ingin membicarakannya sekarang." Katanya enteng.
"Hah?! Jawaban apa itu kak?!." Aku sekarang berdiri lalu berdecak pinggang. Sungguh mengenai kakakku yang satu ini, aku tak habis pikir dengan sikap yang susah ditebaknya. Kapan coba dia menghubungi teman-temanku dan akan membuat acara natal dirumah bersama-sama.
"Sudah ah bawel. Kau sudah tau itukan sekarang? Masalah terpecahkan." Katanya, kemudian dia berdiri lalu mencubit pipiku dan berlari keluar ruangan.
"Kak Cedricccc!..."
Yang ku dengar adalah suara tawaan kak Cedric dari luar.
Aku mengejarnya. Entah masalah yang menyebalkan ini entah mengapa membuat mood ku sedikit naik seketika. Kak Cedric memang ada-ada saja.
"Lihat saja nanti. Kau akan ku adukan pada Fleur." Teriakku mengancam.
Yang diancam pun berhenti berlari lalu berpandangan panik setengah mati-_- "Eh..Ja-jangaaann."
Aku tertawa akan tingkahnya itu.
Kalian tahu? Aku suka melebih-lebihkan masalah sepele kak Cedric kepada Fleur. Hasilnya omelan yang terjadi untuk kak Cedric. Hahaha
Oh iya aku lupa memberitahu kalian. Mereka telah resmi menikah satu tahun lalu, dan sekarang Fleur tengah mengandung tiga bulan. Ah ya, jangan lupakan kalau aku iri dengan rumah tangga mereka yang sangat harmonis.
.
.
*Natal*
"Jadi, kapan kau akan menikah Hermione?."
Aku mengingat itu top trending topic saat hari natal ini.
Ron, Ginny, Harry, Krum, Wood dan ah banyak yang menanyakannya. Mereka semua tengah berada di rumahku sekarang untuk merayakan natal bersama atas undangan kak Cedric.
"Harry sudah melamarku Herm, kami akan menikah bulan depan." Kata Ginny bangga.
"Iya Gin aku sangat senang mendengarnya."
"Hei aku dengar Neville juga akan melamar Hannah." Kata Ron meledek.
"Iya aku akan melamarnya lusa." Kata Neville
Dari semua teman temanku, hanyalah aku yang mempunyai cerita cinta abu-abu. Belum jelas maksudnya.
Ron sudah menikah dengan Lavender Brown, rekan kerjanya.
Harry telah melamar Ginny.
Dean sedang berpacaran dengan Parvati. Dan katanya ingin merencanakan pernikahan.
Sementara Seamus dia sudah menikah dengan Nancy seorang guru Hogwarts yang baru.
Neville ingin melamar Hannah.
Krum sudah menikah dengan Daphne. Mereka bertemu di Belgia. Dan bahkan sudah memiliki anak perempuan berusia satu tahun.
Wood juga sudah menikah dengan Katie Bell teman se-kampusnya.
Cho telah menikah dengan Percy.
Aku?
Tidak tahu.
.
"Selamat natal keluarga Granger." Kata seseorang dari arah pintu.
Itu Blaise Zabini dengan Theodore Nott. Tak terbayang juga ada dua orang di belakangnya, sepertinya mereka saudara kembar.
"Hei kalian datang." Sorak semuanya.
"Selamat pagi ." kata Theo kepada ayahku.
"Selamat pagi." Balas ayah.
"Fred? George? Kalian datang?!." Seru Fleur yang langsung memeluk mereka.
"Kenalkan. Ini sahabatku sedari SMP Fred dan George. Mereka juga sepupu Ginny dan Ron." Kata Fleur memperkenalkan mereka.
"Pagi semua. Pagi Mr. Granger." Kata mereka kompak yang disamput sapaan balik ayah. "Pagi."
Ah ya—aku ingat saat Ron bercerita mengenai sepupu nya yang kembar itu. Dan—akh aku akui mereka berdua sangat tampan. Kami semua berkenalan dengannya. Aku menyebutkan namaku kepada mereka.
"Ah. Kau adik Cedric kan?." Tanya salah satu dari mereka. Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. Entah itu Fred atau George yang bertanya. Aku masih belum bisa membedakan antara keduanya-_-
"Dan aku tak menyangka kau akan menjadi ayah Ced." Kata mereka berbarengan. Sungguh, kembaran yang sangat serasi. Rambut mereka merah, dan—mereka sangat kompak.
Kami semua tertawa mendengar perkataan saudara kembar itu.
"Ya kapan kalian akan menyusul aku menjadi ayah?." Kak Cedric membalas perkataan mereka.
"Sedikit lagi Ced, kami masing-masing sedang ber-pdkt dengan rekan kerja kami. Bukan kah begitu Freddie?." Tanya George mengangkat alis. "Betul sekali Georgie."
Kami kembali terkekeh melihat tingkah mereka yang sangat kompak. Sekarang rumahku ramai. Suasana natal tahun ini, meriah.
Aku sedang merias pohon natal bersama Ginny, kak Cedric, Theo, Blaise, Harry, Ron, dan Lavender.
Sedangkan Fleur, Fred, George, Neville, Dean, Seamus, Krum, Wood dan ayah mereka sedang berbincang hangat. Sesekali aku melihat Seamus yang membuat lelucon dan mereka semua tertawa.
"Hei Theo, bagaimana?." Tanya Harry sambil memasangkan beberapa hiasan di pohon.
"Bagaimana apanya Har?." Tanya Theo bingung.
"Ah kau pura-pura tidak tahu sih. Hubunganmu dengan Astoria si model yang cantik itu?." Tanya Harry yang sukses membuat Ginny melotot.
"Kau mengatakan dia cantik Harry?." Ginny mendengus.
Kami menatap mereka tajam. Sepertinya akan ada perang-_-
"Ya dia cantik Gin, tapi kau luar biasa cantikk." Kata Harry mencari alasan.
Kami semua menggeleng. Ada ada saja sih Harry.
"Baik Har, aku akan lebih lanjut nanti. Dengar saja beritanya." Kata Theo
Ah Theo memang tampan, mana ada wanita yang tidak mau dengannya. Berpikiran maju, tampan plus mapan. Pantas saja si model Astoria terpesona.
"Kalau kau Blaise? Aku mendengar kau dekat sekali dengan Rachel si wartawan." Ledek Lavender.
"Ya begitulah. Aku akan mengundang kalian semua nanti saat kami menikah." Kata Blaise lalu terkekeh. Kami tertawa.
"Ngomong-ngomong kenapa kalian hanya berdua, mana sahabatmu si Draco?." Tanya Ron
DEG
Pertanyaan Ron berhasil membuatku mengingat tentangnya saat ini juga. Sekarang perasaanku tak menentu. Tujuh tahun. Sudah tujuh tahun! Kau kemana Draco? Apa kau sudah lupa akan janjimu? Sekarang aku diam seribu bahasa. Semua masih merias pohon, tapi aku duduk dilantai, diam.
Kak Cedric yang menyadari kegalauanku berusaha membuat topic bahasan yang lucu, namun aku tetap diam. Ginny juga mencoba mengajakku mengobrol, tapi aku hanya tersenyum simpul. Aku pergi meninggalkan mereka. Mungkin saat ini aku lebih baik diluar saja. Sendiri mungkin lebih baik.
Setelah aku pergi, semua berpandangan horror pada Ron-_-
"A—apa salahku?." Tanya Ron bergidik.
.
Draco,
Aku menginginkan kau disini sekarang.
Ikut berkumpul dan mengobrol bersama kami semua.
Ya Tuhan, di hari natal tahun ini. Aku hanya ingin melihat Draco kembali dan menepati janjinya.
Ya Tuhan, bawalah dia kembali padaku saat natal ini.
Aku tak tahu kepada siapa aku akan berharap lagi.
Tolong kabulkan doa ku Tuhan.
.
"Hermione, masuklah. Kau telah meninggalkan yang lain didalam." Kata Ginny.
Entah ini kali keberapa dia mengajakku kembali kedalam.
"Herm, ini natal. Tak pantas untukmu bersedih." Kata kak Cedric.
"Masuklah Herm, aku tak ingin kau sakit. Salju semakin tebal." Sambungnya.
Kak Cedric akhirnya menarik tanganku. "Kumohon Hermione, masuklah." Pintanya.
Aku tak bisa mengelak saat kak Cedric berkata seperti itu. Jadi aku membiarkannya membawa aku masuk kembali ke dalam.
Di dalam masih ramai. Aku melihat Theo, Neville dan yang lainnya sedang bermain bola dengan tangan diikat.
"Hermione, ingin bergabung? Disini seru." Ajak salah satu saudara kembar itu.
Aku hanya menggeleng.
Tapi apa daya, Theo telah menarikku. Tanganku juga dia ikat seperti yang lainnya.
"Ini Herm, masukkan bolanya ke gawang Blaise." Kata Harry mengoper bola.
Aku masih diam saja. "Oh ayolah Hermione. Ini natal! Have fun laahh..." Theo mengedipkan matanya ke arah ku.
Akhirnya setelah beberapa menit aku larut akan pikiranku, saat itu aku luluh juga akan ajakan mereka yang menyuruhku Have fun secara bertubi-tubi. Jadi... sekarang kami tengah memainkan permainan sepak bola di dalam rumah dengan kondisi tangan diikat tali ke belakang.
Entah dengan permainan ini aku cukup terhibur. Kami seperti layaknya tadi tertawa gembira. Aku sudah sedikit demi sedikit melupakan Draco.
Setelah beberapa jam kemudian dan kami pun sudah lelah bermain, akhirnya kami menyudahkan permainan sepak bola ala Fred dan George ini-_-
Aku tak menyangka, hanya dengan permainan seperti itu bisa membuatku lupa waktu.
Sudah pukul 6 sore.
Malam natal akan tiba. Kami menyantap makanan diruang makan. Makanan yang ada telah dipersiapkan matang oleh pelayan-pelayan rumahku. Sangat meriah. Ayah meminta segala sesuatu nya dilakukan secara istimewa. Ya, seperti makan malam saat ini. Kami semua menggenakan topi santa claus.
Seperti biasa perbincangan hangat selalu tercipta.
Aku cinta natal tahun ini.
Entah. Walau ada yang kurang, tapiii… Segalanya meriah.
Saat ini salju tengah melanda. Dingin. Membuat kami semua memakai mantel. Ayah telah memesan mantel berwarna merah untuk kami semua. Sekarang, kami seperti santa claus. Memakai mantel yang sama. Sungguh lucu.
"Bagaimana jika kita menonton film romantis habis makan malam?." Usul Blaise sambil meneguk coklat hangat yang sukses memecahkan keheningan. Karena kami berhasil terkekeh kemudian.
"Uhm ah ya, tapi kalau dipikir-pikir boleh juga." Kata Krum.
"Ya, dengan lampu dimatikan pasti seru." Tambah Ginny.
"Blaise, kau berkata seperti itu karena Rachel akan datang sebentar lagi kan kesini?." Ejek Theo.
"Ya, bisa dibilang. Tapi memangnya kenapa, aku yakin kau juga setuju akan ideku karena Astoria juga akan datang kan kesini?." Balas Blaise
Kami tertawa hangat.
"Ya, tentu saja aku setuju. Bioskop dirumah itu lebih asyik." Sambung Theo.
"Aku bertaruh 10 dolar kalau Mr. Granger tak mengizinkannya." "Ehm. Aku bertaruh, kalau dia mengizinkannya." Kata kedua saudara kembar itu beribisik. Tapi tetap saja aku mendengar mereka, karena aku duduk tepat di depan mereka.
"Baiklah silahkan kalian menonton film diruang tengah sehabis makan malam ini." Kata ayah.
"Jadi kau mengizinkannya ?." Tanya Harry.
"Tentu saja." Kata ayah.
Sontak semuanya bersorak. Terutama Neville, Seamus, dan Dean, trio heboh yang tidak bisa diam. Mereka girang bukan main-_- mereka tak berubah. Salah satu dari saudara kembar itu merogoh sakunya dan memberi saudara nya itu uang. Yang menerima uang itu menyeringai. Aku menggelengkan kepala karena ulah mereka semua. Aku melihat kak Cedric juga melakukannya.
Aku tidak tahu alasan mereka memilih film Romeo&Juliet.
Tapi seru juga bila ditonton bersama seperti saat ini. Terlebih lampu dimatikan. Seperti bioskop, sungguh.
Rachel dan Astoria telah datang barusan, setelah memperkenalkan diri pada yang lain, mereka ikut bergabung.
Aku sudah berkali-kali menonton film itu sebenarnya, awalnya aku ingin mengelak menonton film itu. Tapi yasudahlah, karena aku sendiri jadi aku tidak berarti apa-apa.
.
Setelah dua jam lebih kami menonton, akhirnya filmnya selesai juga.
Aku melihat Fleur, Ginny, Rachel, Astoria dan perempuan lain menangis karena film itu. Walau lampu masih dimatikan, tapi aku bisa melihat mereka menangis.
"Huaah filmnya selesai juga." Kata Blaise lalu dia menyalakan lampu. Seperti sebelumnya, ruangan rumahku ini kembali terang.
Aku melihat yang lain menghapus airmatanya, siapa lagi kalau bukan anak perempuan.
"Aku terkejut kau tidak menangis Hermione, padahal film tadi sangat mengharukan. Apa jangan-jangan kau tidak menonton film itu tadi ya? Pikiranmu hanya fokus kepada seseorang. Apa aku benar?."
DEG
Suara itu.
Suara itu berasal dari samping tubuhku.
Aku menoleh dengan tidak percaya.
Seseorang berambut pirang platina menggunakan jas berwarna hitam serta dasi berwarna hijau jambrut sedang terduduk dengan amat santainya.
Aku memiringkan kepalaku. Aku tentu saja mengenal suara itu tadi... Suaranya tak berubah. Suara itu adalah suara milik...
Draco Malfoy?
HAH? Apakah mungkin?
DEG
Apa ini benar dia?
Aku melotot tidak percaya.
"Kau kenapa Hermione? Kau menyeramkan." Kata lelaki berambut pirang itu datar.
"Kita kedatangan tamu istimewa sekarang." Timpal Fleur yang kini berjalan mendekati kami.
"Ya kurasa." Sambung kak Cedric kemudian.
Aku masih melotot. Ah aku rasa aku sedang terbawa lamunan sekarang.
"Woi mate, bagaimana kabarmu?." Tanya Blaise dan Theo.
"Tidak pernah lebih baik." Jawabnya.
DEG. Apa? Mate?!
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali.
Ini nyata!
Sungguh, apapun yang kau rasakan sekarang.. Aku tidak tahu mengenai perasaanku sekarang. Entah kali ini senang, sedih, bingung, heran, bahkan kaget sekalipun. Karena.. sungguh sungguh sungguh, aku masih tidak percaya ini. Bahkan sampai sekarang aku masih melongo total dan belum mengucapkan satu patah pun.
Dia? Disini?
"Eh Draco, kau membawa apa itu dibelakangmu?." Tanya Ginny.
Ah apa? Draco?! Ginny memanggilnya Draco?! Jadi... ini benar dia?
"Oh ini gitar." Katanya enteng.
Aku masih bingung sekarang. Aku merasakan segala sesuatu yang ada di dalam tubuhku berhenti tiba-tiba seketika. Aku tak merasakan jantungku ini kembali berdetak. Ini Draco atau bukan? Tujuh tahun sudah aku tidak bertemu dengannya. Tujuh tahun!
Aku menatapnya kikuk sekarang. Matanya kelabu. Ini benar dia! Dia menggunakan jas hitam layaknya seorang bisnisman. Sungguh dia super jauh lebih tampan. Tatapannya masih saja sama. Aku seperti layaknya es yang ingin meleleh. Aku tak percaya aku dan Draco telah….. dewasa.
"Sepertinya ini momen yang sangat romantis." Kata Lavender.
Cekrekkk.
Ginny memfotoku dengan Draco berdua dengan kamera yang entah punya siapa. Aku tidak yakin dia telah membawanya tadi.
"Kurang romantis." Kata Ginny sambil membuka paksa mantel santa claus ku.
Sial. Apa lagi ini?
Tidak. Aku sangat kedinginan sekarang.
Aku hanya memakai dress berwarna violet tanpa mantel santa claus tadi. Sial. Aku ingin menggerutu dan mengutuk Ginny, karena ini sangatlah dingin. Bayangkan saja, aku memakai dress tanpa lengan.
Dengan sergap Draco membuka jas nya dan memberikannya ditubuhku.
Cekreekkkk.
Ginny memfotonya lagi. Ini sungguh sial. Apa ini rencana mereka? Aku sangat curiga.
"Tuhkan jadi sangat romantis." Kata Ginny.
"Ini lebih romantis dari film tadi. Ohhh." Kata Astoria.
"So sweet." Kata mereka semua berbarengan.
Aku merasa jantungku berdetak sangat kencang sekarang.
Blushing? Jelasss.
Aku juga melihat Draco berusaha mengatur napasnya.
"Uh sebaiknya kita tidak mengganggu mereka." Kata Harry.
"Ya sebaiknya kita keluar. Ini pribadi." Kata Wood.
Semua melangkah menjauh dariku dan Draco.
Kak Cedric menggandeng Fleur, Harry menggandeng Ginny, dan semua yang berpasangan tak mau kalah romantis. Mereka melangkah dengan bergandengan, dengan rangkulan.
Aku tak tahu apa selanjutnya?
Tapi aku merasakan jantungku berdetak keluar dari batas kendali.
"Tidak. Maksudku tunggu. Jangan menjauh dulu." Kata Draco
Aku sungguh bingung dengan dia. Dia tiba-tiba saja berdiri lalu mengatakan hal seperti itu.
"Ada apa Draco?." Tanya kak Cedric sambil menyipitkan matanya.
"Dimana Mr. Granger, Ced?." Draco membalas dengan pertanyaan pula.
"Mungkin dikamar. Panggil ayah kesini." Perintah kak Cedric pada salah satu pelayannya.
Semua yang sedaritadi melangkah menjauh, kini mendekat kembali ke arahku dan juga Draco.
Setelah sekian lama, aku merasakan kini tubuhku melemas seketika. Sekian lama aku tak melihatnya,.. ya, bayangkan saja tujuh tahun dia pergi dan tak kunjung tiba! Setelah sekian lama aku menginginkannya, sekarang dia tengah datang. Entah aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang. Drama apa yang telah mereka buat hingga membuatku kehabisan akal. Sedaritadi, aku masih tak sanggup mengeluarkan kata.
"Ada yang mencariku?." Tanya seseorang tiba-tiba
"Aku, tuan." Kata Draco.
Draco menjabat tangan ayah lalu memberi bungkukan wajah, tanda hormat.
Aku masih terdiam di sofa. Aku tak beranjak berdiri. Aku juga tak mengatakan satu kata pun.
"Ah kau Draco. Ada apa kau mencariku?." Tanya ayah.
Tentu saja ayah telah mengenal Draco sebelumnya. Ya, siapa yang tidak kenal dengan pewaris tunggal keluarga Malfoy yang sekarang telah sukses. Terlebih mereka seorang bisnis man. Dan ayah juga Lucius Malfoy beberapa kali sempat bekerja sama dalam proyek-proyek penting.
"Aku ingin memainkan sebuah lagu untukmu Mr. Granger." Kata Draco sambil tersenyum.
Ha? Apalagi sekarang? Kalau kau melihat ekspresiku sekarang, kau pasti tertawa.
Bayangkan saja. Ada seseorang yang bersikap dan berkata seperti itu. Dan kau ditonton dengan orang orang yang berada disekelilingmu. Berdiri, menyaksikan. Ekspresiku sangat sangat luar biasa bingung.
"Memainkan sebuah lagu?." Tanya ayah yang sepertinya juga bingung.
"Iya tuan." Jawab Draco.
Draco mengambil gitar yang berada dibelakangnya. Dia menghela napas terlebih dahulu.
Dia lalu merogoh kantung jas nya. Sebuah kotak kecil dia keluarkan dan dia menaruhnya diatas meja. Dia menghela napas lagi, kemudian dia mulai memainkan melodi dengan gitarnya.
Indah. Sungguh aku terpana. Aku tak pernah menyangka dia dapat memainkan gitar dengan handal. Semua yang berada disekelilingku diam seribu bahasa, termasuk ayah.
Semua menikmati permainan Draco.
Draco lalu menyanyikan sebuah lagu yang sangat indah. Membuat semua terpesona
*Now Playing Brian Mcknight – Marry your daughter*
(Kalau kalian ingin lebih meresap, bacanya sambil mendengarkan lagu ini ya. Soalnya aku sendiri nangis nulisnya.*PLAK) Pada tau lagu Marry your daughter kan?
Sir, I'm a bit nervous
Tuan, aku agak grogi
'Bout being here today
Berada di sini hari ini
Still not real sure what I'm going to say
Masih tak yakin apa yang akan kuucapkan
So bare with me please
Maka bersabarlah
If I take up too much of your time
Jika nanti aku menghabiskan terlalu banyak waktu Anda
See in this box is a ring for your oldest
Lihatlah, di kotak ini ada sebuah cincin untuk putri Anda
She's my everything and all that I know is
Dia segalanya bagiku dan yang kutahu
It would be such a relief if I knew that we were on the same side
Aku akan sangat lega jika tahu bahwa kami punya pandangan sama
Very soon I'm hoping that I...
Sebentar lagi aku berharap, aku...
CHORUS
Can marry your daughter
Bisa menikahi putri Anda
And make her my wife
Dan jadikan dia istriku
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
Kuingin dia menjadi satu-satunya gadis yang kucinta selama sisa hidupku
And give her the best of me 'till the day that I die, yeah
Dan memberinya yang terbaik dari hingga saat aku mati, yeah
I'm gonna marry your princess
Aku akan menikahi putri Anda
And make her my queen
Dan jadikan dia ratuku
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
Dia akan menjadi pengantin paling cantik yang pernah kulihat.
I Can't wait to smile
Aku tak sabar untuk tersenyum
When she walks down the isle
Saat dia susuri lorong
On the arm of her father
Dan menggandeng ayahnya
On the day that I marry your daughter
Di suatu hari saat aku menikahi putri Anda
She's been hearing for steps
Dia telah mendengar langkah-langkah
Since the day that we met
Sejak hari kami bertemu
(I'm scared to death to think of what would happen if she ever left)
(Aku takut sekali berpikir apa yang akan terjadi jika dia pergi)
So don't you ever worry about me ever treating her bad
Maka jangan kuatir aku akan tak baik memperlakukannya
I've got most of my vows done so far
Selama ini aku selalu penuhi janji
(So bring on the better or worse)
(Maka bawalah pada bagian lebih baik atau buruk)
And tell death do us part
Dan katakan kematian memisahkan kita
There's no doubt in my mind
Tak ada keraguan dalam benakku
It's time
Inilah saatnya
I'm ready to start
Aku siap memulai
I swear to you with all of my heart...
Aku bersumpah pada Anda dengan sepenuh hatiku...
CHORUS
I'm gonna marry your daughter
Bisa menikahi putri Anda
And make her my wife
Dan jadikan dia istriku
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
Kuingin dia menjadi satu-satunya gadis yang kucinta selama sisa hidupku
And give her the best of me 'till the day that I die, yeah
Dan memberinya yang terbaik dari hingga saat aku mati
I'm gonna marry your princess
Aku akan menikahi putri Anda
And make her my queen
Dan jadikan dia ratuku
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
Dia akan menjadi pengantin paling cantik yang pernah kulihat
I Can't wait to smile
Aku tak sabar untuk tersenyum
When she walks down the isle
Saat dia susuri lorong
On the arm of her father
Dan menggandeng ayahnya
On the day that I marry your daughter
Di suatu hari saat aku menikahi putri Anda
The first time I saw her
Pertama kali kulihat dia
I swear I knew that I say I do
Aku bersumpah.. aku tahu bahwa aku kan bilang bersedia
CHORUS
I'm gonna marry your daughter
Bisa menikahi putri Anda
And make her my wife
Dan jadikan dia istriku
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
Kuingin dia menjadi satu-satunya gadis yang kucinta selama sisa hidupku
And give her the best of me 'till the day that I die, yeah
Dan memberinya yang terbaik dari hingga saat aku mati
I'm gonna marry your princess
Aku akan menikahi putri Anda
And make her my queen
Dan jadikan dia ratuku
She'll be the most beautiful bride that I've ever seen
Dia akan menjadi pengantin paling cantik yang pernah kulihat
I Can't wait to smile
Aku tak sabar untuk tersenyum
When she walks down the isle
Saat dia susuri lorong
On the arm of her father
Dan menggandeng ayahnya
On the day that I marry your daughter
Di suatu hari saat aku menikahi putri Anda
Air mataku terjatuh banyak sekali.
Draco? Aku tak tahu kau dapat se-romantis ini. Aku sangat terharu. Disaat dia telah selesai memainkan lagu itu. Semua bertepuk tangan, termasuk ayah. Ginny yang sedang merekam momen ini dalam video menangis terharu. Lavender, Astoria, Fleur, Rachel juga menangis. Termasuk pelayan-pelayanku yang menyaksikan ini. Bahkan ayah juga menangis.
Semua yang berada dirumahku saat ini menjadi saksi.
Draco menyenderkan gitarnya disamping sofa. Dia berdiri. Sekarang dia berhadapan langsung dengan ayah. Ayah memeluknya.
"Aku percayakan semuanya padamu Draco. Aku merestui hubungan kalian sampai jenjang pernikahan." Kata ayah.
Air mataku semakin deras sekarang. Hari ini adalah hari yang mengagumkan. Aku sangat terharu."Terimakasih Mr. Granger. Aku tidak akan menyianyiakan kepercayaanmu." Kata Draco. Dia lalu kembali duduk disofa. Dia menatapku lekat-lekat.
Dia mengambil sebuah kotak dimeja yang dia keluarkan tadi dari sakunya. Dia membukanya. Sekarang aku merasa sesak saat Draco membuka kotak itu. Sebuah cincin dengan tenggeran berlian yang sangat indah berada didalamnya.
Dia memasukkan cincin itu kedalam jariku. Aku memeluknya erat.
Draco, kau adalah tipe lelaki yang diinginkan wanita-wanita di dunia menurutku.
Draco, kau menepati janjimu. Walau butuh waktu tujuh tahun lamanya... Tapi kau menepati janjimu. Dengan segala drama yang telah kau siapkan, kau berhasil mengejutkanku.
Draco, kau melamarku saat malam natal.
"Draco, aku mencintaimu." Kataku ditengah isakan.
Dia mengelus rambutku pelan.
"Terimakasih semuanya. Kau menepati janjimu. Kau sangat romantis. Aku benar-benar tidak menyangka kau melamarku saat malam natal." Kataku berbisik. Draco mencium pipiku lembut, kemudian mengecup lembut bibir merahku. Dan kini dia tengah menyapu leher hingga jenjang pundakku melalui sentuhan bibir yang menggelitik. Setelah sekian lama tak bertemunya, kini aku merasakan kehangatan yang amat sangat.
Beberapa menit kemudian, Draco melepas pelukan kami. Dia kemudian menghapus air mata yang membasahi pipiku.
"Aku punya sesuatu di jasku." Kata Draco.
Aku merogoh saku jas Draco yang tadi dia pasangkan ditubuhku.
Dia menaruh mawar merah di jasnya.
Aku tidak tahu apa yang aku rasakan. Ah. Menurutku ini semua sudah diluar batas. Selama tujuh tahun aku memimpikannya dan selalu membayangkannya, bagaimana bisa hal ini jauh lebih menakjubkan dari yang ku bayangkan?
Aku memeluknya lagi. Dia membalas pelukanku. Aku kembali menangis.
Setelah sekian lama, dia berdiri. Lalu dia mengulurkan tangannya untukku. Aku mengambilnya. Kami sekarang berdiri berhadapan.
"Aku mencintaimu Hermione." Kata Draco sambil menggenggam tanganku.
Dia mencium keningku lembut.
"Jadi kalian akan menikah?." Ejek Dean ditengah tontonan drama yang amat romantis.
"Segera Dean." Jawab Draco.
Aku tersenyum lebar lalu memeluknya lagi. Mereka yang menjadi penonton kembali bertepuk tangan sambil menyorakkan suara-suara dan bersiul keras.
"Tidak akan menikah sampai kami menyetujuinya."
Kata suara dibalik pintu.
Itu…. Mr dan Mrs Malfoy.
Mereka datang? Siapa yang memberitahu mereka? Aha Draco, kau sangat penuh kejutan. Kau tak berubah sepertinya.
"Selamat natal Mr. Granger."
"Selamat natal Mr. dan Mrs Malfoy… Aha kalian datang." Balas ayah.
Mrs. Malfoy (Narcissa Malfoy) memelukku erat.
"Jadi kapan tanggal pernikahannya?." Tanya Narcissa.
"Eh, mom menyetujuinya?." Kata Draco.
"Tentu saja sayang." Katanya lalu memelukku dan Draco.
Aku dan Draco tersenyum lebar.
.
Aku mendengar kembali sorakan meriah dari penonton sekeliling.
Draco mengecup lembut bibirku.
Ya Tuhan.
Terimakasih...
Aku sangat berterimakasih atas segalanya.
Dimalam natal ini, Draco telah membuktikan janjinya.
Dengan cara yang sangat romantis, dia telah melamarku sekarang.
Aku sadar, tak ada yang menandingi kesempurnaanMu.
Aku akan hidup berdampingan dengannya, hingga maut memisahkan.
Aku dan Draco berjanji akan hal itu.
.
THE END
FF apa ini ya?!-_-
YEEAAAAYYYY tapi btw akhirnya FF ini the end yah...
Terimakasih banyak untuk para pe-review dari awal chapter hingga akhir chapter ini yang sudah the end:)
Terimakasih juga untuk yang sudah memfavorit juga memfollow yaa:)
Aku masih ga percaya, akhirnya aku bisa menyelesaikan FF ini dalam waktu beberapa bulan saja...
Maaf banget kalo end nya ga memuaskan buat kalian:(
Terimakasih untuk yang udah mengkritik dan memberi saran untuk FF ini, juga aku berterimakasih banget buat yang udah mengasih suntikan semangat melalui review dari chapter pertama:) tanpa kalian aku gabisa menyelesaikan FF ini..
.
Balasan review:
Immortal girl: hehehe kamu sadar ajasih aku ga muncul selama 18 hari-_- terimakasih ya review nyaaa:) Ini sudah end, maaf bgt kalo tidak memuaskan:(
Rinakartika980, chika nate granger: Ini sudah dilanjut:)
novyfajriati, RaniaMalfoy, NisaMalfoy, Lillyan Flo, fprisil, riskaka: Terimakasih yaa reviewnyaaa:)
zen, Adellia Malfoy: Ini sudah the end ya hehe maaf bgt kalo kurang memuaskan:(
MsMalf, nana, AnastasiaR: Iya ini udah end hehe
Farah Zhafirah: Iyaa Draco aku bawa pergi dulu yaa haha swiefties yah? oke tossss! terimakasih ya reviewnya:)
Afadh Fernandez: hehe terimakasih ya review nyaa:) haha maaf kalo ced-fleur nya dikit, bisa dibilang banget malah:(
Roes Lima: terimakasihhhh:) iya Draco pergi dulu yaa, dia mau nemuin author dulu nih haha*PLAK
.
Ah ya, so setelah FF ini selesai, tika akan me-nge post FF harpot lainnya. Jadi mohon dukungannya yaa hehe:)
Author juga ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435H untuk yang merayakannya:)
Mohon Maaf lahir dan batin semuaaaa...
Salam,
Tika