Setelah Yifan ke dalam ruangan, hal pertama dan paling mengkhawatirkan mata Zitao adalah tempat tidur...tempat tidur yang jauh lebih luas daripada pengukuran rata-rata, dengan brokat, kasur sutra merah dan selimut yang terbuat dari kain satin putih yang langka yang dibordir dengan ekstravaganza dari seratus bunga. Dilengkapi merah dan putih, mencolok di bawah cahaya terang.

Meskipun dirinya sendiri mengambil langkah mundur, Zitao sedikit tidak nyaman berbagi ruang yang sama dengan orang ini ketika ada tempat tidur di depan matanya.

"Bisa kau beri penawarnya sekarang?" Zitao tidak merasakannya, tapi nadanya sudah mulai lembut dan melemah.

Sekali lagi, Yifanmenampilkan senyum yang membuat Zitao ingin mencaci makinya.

"Buka bajumu dan kemarilah. Aku akan memberikan obat penawarnya."

Dan senyum Yifan kembali tampil di bibirnya lamat-lamat.

.

.

.

花花遊龍 © Xing Bao Ni

Bride of Bandit © Ivyluppin

Pairing : Kristao

Rating : M (NC-17)

Genre : Adult, Drama, Historical, Romance, Psychological, Smut, Yaoi.

.

.

CHAPTER 2 part 2 : Moonlit Night in the Grand Capital

.

.

"Apa?" Zitao melompat kaget "Kau, kau, kau, itu terlalu berlebihan."

Dalam kepanikan dan kemarahan, ia sudah mampu mengumpulkan sesuatu yang dimengerti.

"Jika kau tidak melepas pakaianmu, bagaimana aku bisa memberikan obat penawarnya? Tunggu sampai bagian dalammu gatal hingga ke titik kegilaan, membuatmu pergi dan mengemis di sekitar meminta bantuan pria menembus rektummu." Meskipun kata-kata Yifan vulgar, ia mengucapkannya dengan begitu santai dan tenang.

Zitao berdiri kaget, tidak tahu apakah ia harus meninggalkan ruangan ini atau menanggung penghinaan untuk mendapatkan obar penawar.

Merasakan keraguaannya, Yifan berdiri dan berjalan kemudian mengulurkan tangan dan menarik Zitao ke dalam pelukannya.

"Setelah kau mendapatkan penawarnya, kau bisa bertindak seperti itu tidak terjadi atau membunuhku demi balas dendammu. Aku meninggalkan pilihan untukmu." Mulutnya memang berbicara namun tangannya tidak serta merta diam. Dimana pun tangannya berlalu, pakaian Zitao turun sepotong demi sepotong. Tidak lama setelah itu, hanya ada sebuah jubah di bagian bawah tubuhnya, sisanya hanya pemandangan yang memaparkan kulit madunya yang terkena udara. Dipeluk lebih dekat oleh Yifan, mata Zitao dipenuhi dengan keindahan yang tak tertandingi (yang kebetulan menjadi semacam dia benar-benar tak berdaya melawan ).

Keharuman dupa di hidungnya adalah tipe yang ia tahu bukan darinya, tapi itu tetap memabukkan. Dikombinasikan dengan ancaman obat mesum, Zitao benar-benar tidak berdaya. Bagian terakhir dari pakaiannya, jubah terdalam, jatuh. Dia ditekan di tempat tidur mewah.

Bibir Yidan menghisap dadayna, Zitao merasa semua gagasan perlawanannya melebur menjadi panas tubuh Yifan dan melembutkan, menggelegak ke permukaan dan menguap ke udara tipis.

Tempat yang jelas-jelas tidak berkutik dan melemas di hadapan wanita selama beberapa hari terakhir, tiba-tiba berdiri oleh sentuhan Yifan, seolah-olah itu disihir. Geli oleh kata-kata Yifan yang saling bertentangan dan bereaksi, Yifan dengan kejam memperkuat genggamannya, menggosok dan meremas lebih keras daripada sebelumnya. Zitao merasakan gelombang tak terkendali dari darah panas di kepalanya, dan buru-buru membekap mulutnya, takut bahwa ia akan menjerit memalukan.

"Jangan tutup mulutmu!" Yifan memerintah dengan tegas, merebut tangan Zitao dan menariknya keras ke bawah. Kemudian, dia melepaskan tangannya dan mencengkram tangan Zitao, alih-laih membiarkannya lepas.

Sebelah tangan Yifan yang kosong mencapai bagian belakang Zitao, dengan penuh semangat, jari-jarinya kembali dan tiba-tiba jari-jari itu berhenti di wilayah terpenting dan menekannya dalam…di bawah stimulasi kejam itu, Zitao kehilangan semua rasa malunya, tak berdaya untuk menekan teriakannya.

"Ah, ah, tidak, tidak! Ah, aagh, ah, tidak, tidak , tidak, lepaskan aku….kumohon lepaskan aku, jangan lagi, jangan lagi…" Zitao hamper kewalahan ke titik dimana ia tidak mampu berbicara dengan jelas. Pada akhirnya, ia hanya bisa memohon minta ampun dengan keras.

Dibesarkan di istana kerajaan, bermain di atas ranjang luas itu adalah sesuatu yang biasa untuk Yifan. Tentu saja dia tahu benar bahwa Zitao yang tidak benar-benar menikmati sensasi seksualnya dan hanya memanggil dan menjerit namanya memohon padanya dengan nada menyakitkan justru menjadi sesuatu yang meledakkan hasratnya. Dia memberikan gerakan jari yang memukau di bagian terpenting Zitao. Benar saja, Zitao memberikan jeritan tertahan, memberikan gemetar dan sentakan yang mengguncang seluruh tubuhnya, ia meledak dalam cairan orgasmenya untuk pertama kali di malam ini…

"Cepat sekali?" Yifan memberikan senyum mengejek yang mekar di wajahnya, lalu menolak dengan sengaja untuk melihat ekspresi pasca-ejakulasi Zitao agar pemuda di bawahnya itu menderita dan menanggung malu.

Sebaliknya, ia hanya berpikir untuk mencapai bagian bawah tubuh Zitao, mengangkat dan membalikkan tubuh Zitao.

"Apa yang kau lakukan?" tubuhnya masih tidak berdaya dan rentan setelah klimaks, Zitao hanya bisa melihat apa yang Yifan ingin lakukan.

Dibatasi kain satin yang menutup perutnya saja, posisinya di tempat tidur sangat menyedihkan dan memalukan.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya lagi, Yifan berhenti di pinggangnya, mengangkat tubuhnya ke atas lebih rendah. Zitao merasa bagian bawah tubuhnya di jamah lagi. Ia menutup mata tidak berdaya dalam ketakutan.

Setelah melalui waktu terakhir dengan Yifan, ia sudah tahu bahwa meskipun mereka berdua laki-laki, ada juga cara untuk terdegradasi. Tapi apa yang selanjutnya terjadi bukan penderitaan yang menakutkan seperi terakhir kali, namun ledakan tiba-tiba terasa di sisi punggungnya. Jari-jari hangat memasuki tubuhnya dengan licin, Zitao menyadari licinnya berasal dari pelumas yang digunakan Yifan.

"Ssssh, jangan bicara." Jari-jari itu berputar lembut di dalam tubuhnya. Tampaknya Yifan telah memutuskan apakah ia harus menggunakn pelumas atau tidak pada Zitao, ia telah memikirkannya sebelumnya.

Merasakan otot-otot di bawah jari-jarinya rileks dan terbuka penuh, Yifan menembus tanpa peringatan. Dengan kelancaran pelumasnya yang lembab, ia telah mencapai kedalaman rektum Zitao.

"Aaargghhh…"

Meskipun itu sudah jauh lebih tertahankan dibandingkan dengan terakhir kali, Zitao tidak benar-benar bisa sepenuhnya menanggung sensasi penyiksaan kejantanan Yifan yang besar, ia berteriak.

Kejantanan Zitao menegang, ototnya berkontraksi dari rasa sakit.

"Apa yang kau lakukan! Berhenti meremas!" Yifan memberikan pantat Zitao beberapa tamparan keras, hamper tidak bisa menahan diri dari kontraksi di dalam tubuhnya.

Yifan marah dan memaksa Zitao untuk mengendurkan orot-otot rektum Zitao. Dalam erangannya yang keluar dari tenggorokan. Zitao merasa Yifan menghentakkannya bolak balik dengan kejam, rasanya nyaris seperti batu-batu yang dilempar ke dalam rektumnya. Akhirnya ususnya tak dapat menahan sensasi tertekan dari Yifan, ia mulai berteriak kelabakan.

Yifan telah kehilangan dirinya pada tubuh di bawahnya. Sebagai kaisar, ia telah banyak bersetubuh dengan orang, bahkan yang terbaik dan yang paling berpengalaman di ranjang telah ia rasakan. Tapi, Zitao adalah seorang seniman bela diri, ia indah dengan otot-otot bagian dalamnya yang tak tersentuh, sesuatu yang orang lain tak punya. Benar-benar tidak bisa dibandingkan. Dan Yifan yang pertama menjamahnya, dia akan menjadi yang selalu menjamahnya.

Bau sensual bercinta mengepul di udara…Yifan secara praktis tidak bisa mengendalikan dirinya, gairahnya naik ke dalam hatinya.

"Kau…kau menakutkan." Zitao melihat Yifan sebagai orang yang tidak memiliki hati hingga menempatkan orang lain dalam rasa malu.

Teringat akan kekecewaannya pada dirinya sendiri yang tidak bisa memberontak dalam kungkungan Yifan. Zitao tidak bisa menahan lonjakan kesedihan yang bangkit dari perutnya.

"Benar-benar…." Yifan yang terengah-engah dalam hasratnya tiba-tiba mempercepat sodokannya "Tampaknya kau masih memiliki energi yang tersisa untuk berbicara, huh? Bukankah itu benar?"

"Ah…ah…" Zitao benar-benar tidak berdaya terhadap intentitas sodokan itu. Lengannya dan bahkan seluruh tubuhnya gemetar. Organ dalamnya berbalik dan diaduk ke titik bahwa jantung dan paru-parunya sakit penuh dengan penderitaan. Tapi Yifan memprovokasinya dengan lonjakan sodokan yang lebih brutal, ia menrik satu putting Zitao. Tangisan yang keluar dari tenggorokan Zitao yang kini dekat untuk menjadi jeritan melengking.

"Lepaskan! Biarkan aku pergi! Aku tidak bisa lagi, aku tidak bisa lagi." Zitao mencengkram lengan yifan tak bisa menahan serangan penuh milik sang Kaisar. Seluruh dirinya akhirnya runtuh tak berdaya di tempat tidur, air mata mengalir tak terkendali pada seprai satin. Tapi Yifan masih menolak untuk membiarkannya pergi, terus memberikan sodokan brutal ke orang yang telah kusut di tempat tidur. Penyiksaannya tampaknya menjadi sebuah keabadian…setelah beberapa lama, tepat pada saat Zitao berpikir dirinya akan mati, Yifan tiba-tiba menjerit rendah. Sebuah aliran kuat dari fluida panas menyembur keluar, segera membanjiri keseluruhan bagian dalam Zitao. Zitao bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berteriak. Ia hanya dapat merasakan cairan panas yang meleleh di tubuhnya, seolah-olah membanjiri seluruh tubuhnya.

"Hngh…" setelah menyemburkannya tiga kali berturut-turut, Yifan akhirnya mengalami kelelahan juga. Keduanya berbaring di tempat tidur, lemah.

Tubuh Yifan yang putih pucat dan Zitao yang bewarna madu, seprai yang diikat, melingkar berantakan. Seluruh ruangan dipenuhi dengan aroma pergumulan yang tajam, berputar-putar dalam atmosfer kamar dan tidak bisa pergi.

"Aku belum bertanya siapa namamu." Yifan adalah orang pertama yang telah mendapatkan kekuatannya kembali, ia menopang dirinya ke samping dan melihat Zitao yang berbaring mendekam di tempat tidur dengan tidak berdaya.

"Zi..tao.." suaranya lembut seperti desahan, tetapi pada saat Zitao emmbuka mulutnya, Yifan tiba-tiba menciumnya, melumat dan memainkan lidahnya di dalam mulut Zitao. Setelah puas, Yifan berkonsentrasi pada sepasang mata Zitao yang bekabut.

"Panggil aku Yifan."

Zitao berjuang membuka matanya, tetapi saat ia menemukan Yifan telah bangkit dari tempat tidur dan bergegas mengenakai pakaian. Zitao tiba-tiba terbangun.

"Ah…penangkalnya, kau belum memberiku penawar racunnya" ujar Zitao sambil melihat tubuh Yifan yang telah dua kali menodainya.

"Penawar? Bukankah aku sudah memberikan obat penawar?" Yifan hanya berpikir untuk memakai jubah bordirnya.

Dengan panik, Zitao menyeret dirinya dari tempat tidur, bahkan ia tidak peduli pada kain satun putih yang meluncur dari tubuhnya.

"Kau, kau! jangan bercanda! Kapan kau memberikannya padaku?" dia ingin mendekati Yifan namun kedua kakinya seperti tidak bisa mendukugnya. Dia jatuh terduduk di tanah.

Yifan tersenyum kecil, Yifan mengarahkan tangannya pada tempat dimana ia menjamah Zitao setengah malam ini, ia memasukkan tangannya seperti sedang menggali, menariknya dan memperlihatkan cairan lengket kemudian ia menyapukannya di pipi Zitao.

"Bukankah ini obatnya? Apa? Kau masih berpikir itu tidak cukup? Aku sudah memberimu banyak…"

"Apa…apa penawar itu?!" ia menatap tidak percaya pada cairan di tangan Yifan, mata Zitao melebar seolah-olah ia sedang berjuang untuk hidupnya "Kau…kau…" ia marah hingga tidak lagi mampu berbicara, ia menyandarkan dirinya melawan protes tubuhnya, ingin memaksa dirinya berdiri.

"Kau tak percaya padaku? baik…" Yifan merogoh bagian depan jubahnya dan mengambil pil hijau lain, sama seperti yang diberikan pada Zitao terakhir kalinya, ia melemparkannya di depan Zitao.

"Ini rahasia dalam istana, pil itu benar-benar sangat berharga. Tapi, tidak apa-apa, aku akan memberimu satu. Pergi dan cobalah pada anjing dan kau akan tahu." Ia diam sebentar lalu berbicara kembali "Pada tanggal lima belas bulan berikutnya, datang! tunggu aku di sini lagi." katanya dingin sambil mengencangkan sabuk terakhir.

Zitao benar-benar tidak bisa mempercayai telinganya.

"Apa katamu? Bukankah ini dapat disembuhkan dengan hanya satu kali?"

Melihat kesedihan di wajah Zitao, Yifan mennatapnya seakan Zitao adalah orang bodoh, ia mengatakan "Bagaimana bisa? Bukankah aku sudah memberitahumu jika obat ini sangat berharga?"

"Tapi…tapi…" Zitao panik dan tidak berbicara jelas "Aku tinggal di Hangzhou! Kau mengharapkan aku untuk menghabiskan sepuluh hari dalam setiap bukan untuk melakukan perjalanan ke Tong'an dari Hangzhou dan kemudian sepuluh hari lagi dari Tong'an untuk kembali lagi ke Hangzhou?! Hanya untuk…hanya untuk…untuk datang ke ibukota..untuk kau…untuk kau…"

"Untuk ku bercinta denganmu." Yifan tersenyum dingin, wajahnya berubah "Itu masalahmu, tapi itu pilihanmu." Ia menyeka jarinya di wajah Zitao lalu pergi dan menghilang di luar jendel.

Yang tersisa dari Zitao adalah sesuatu yang melemahkan dan berada di ambang air mata, menggenggam pil tak berdaya, ia ambruk dengan menyedihkan di lantai samping tempat tidur.

Semua yang tersisa adalah kata-kata yang mempermalukannya di luar pikiran, berputar-putar di dalam kepalanya:

Pergi dan cobalah pada anjing dan kau akan tahu…

Pada tanggal lima belas setiap bulan bagiku untuk….

Ya Tuhan!

.

.

.

-to be continued-

Chapter ini cukup pendek dan isinya PWP doang, okelah ya lagian Ivy juga remake-nya sesuai cerita asli.

Terimakasih buat yang udah follow dan fav serta terimakasih pula kepada :

Dokbealamo|guest|Maple fujoshi2309|Time To Argha|hibiki kurenai |Couphie |Zirae demon |junghyema|yehetmania |guest|taoxxxtao|sjhhktht|ShinJiWoo920202 |taobaby|BabyMingA| 91|kmsxlh|scarleciazeal|N.O|Wenky MelI|Kirei Thelittlethieves

Untuk waktu dan responnya atas review yang telah diberikan di chap kemarin

Next chapter lebih keren lagi, ditunggu ya…

Jangan lupa review buat bikin Ivy tambah rajin update.

-with love Ivyluppin-