"Kusso!" pemuda berambut hitam itu menyeka keringatnya. Wajahnya terlihat pucat. Dengan nafas yang tersenggal-senggal ia kembali berlari menaiki tangga tersebut.

Seharusnya ia tau ini akan terjadi. Ia begitu tau sifat Shion. Andai saja.. Andai saja ia tidak tau ada perjanjian yang pernah dengan tidak sengaja ia dengar dari ibu Naruto dan ibu Shion, Mungkin ia akan mengajak Shion pergi jauh dari sini. Membatalkan pertunangan dan kabur bersama Shion ke negeri asing. Andai saja dia orang yang pembangkang. Orang yang tidak mementingkan perusahaan yang di pegangnya dan orang yang tidak mementingkan janji. Dia pasti akan sangat senang karena situasi seperti sekarang ini tidak akan terjadi.

"Sedikit lagi." Ia melihat nomor yang ada di dinding. Hanya tinggal satu lantai lagi. Kalau ke atas dengan lift pun percuma. Karena orang pasti sudah berbondong-bondong langsung menemui Shion ke atas melalui lift.

Kakinya kembali melangkah dengan cepat. Ia sudah bisa mendengar suara dengan samar dan cahaya yang cukup menyilaukan matanya.

"SHION!" ia berteriak sangat kencang. Nafasnya memburu. Di sana sudah ramai. Suaranya yang kencang membuat orang-orang yang berada di sana mengalihkan perhatiannya ke Menma.

Mata indah Menma menatap gadis yang lebih muda 7 tahun darinya tersenyum aneh. Mata violet dan rambut gadis cantik yang berkibar itu menjadi pemandangan yang menabjubkan sekaligus menakutkan di mata Menma.

"Orang yang aku tunggu sudah datang." Menma menetralkan detak jantungnya yang dengan cepat berpompa sedari tadi. Matanya menyipit melihat Shion; gadis yang di sukainya sedang berdiri di atas dinding pembatas atap.

"Apa kalian ingin mendengar ceritaku?" tangan Menma terkepal. Nafasnya masih terengah-engah. Matanya sedikit melirik ke arah Naruto yang sama pucatnya dengan dia.

Menma sedikit mundur ke belakang. Tangannya kemudian merogoh ponsel yang berada di saku jasnya. Mengetik sesuatu, kemudian memasukkan kembali ponsel itu kedalam saku jasnya.

"Saat aku bercerita jangan ada yang mendekat. Kalian maju satu langkah, aku akan mundur satu langkah." Ucap Shion tersenyum aneh, berbanding terbalik dengan wajah orang-orang yang terlihat tegang di depan sana.

"Mungkin ini terdengar gila. Tapi aku lebih memilih mati dari pada merampas hidup orang lain. Aku tidak ingin hidup tanpa perasaan. Dan mati lebih membanggakan dari pada hidup merampas milik orang lain." Mata Menma terbuka lebar dengan bahu yang menengang, di detik berikutnya matanya kembali sayu. Ada perasaan sesak di dadanya saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut gadis kecil itu. Gadis kecil yang diam-diam di sukainya.

"Shion~" Menma dapat mendengar suara seseorang yang memanggil nama Shion.

"Jangan menyela kata-kataku." Tangannya maju kedepan dengan jari telunjuk yang terangkat dan mengarah ke bibirnya. Mengisyaratkan orang-orang agar tetap tenang.

"Aku sudah lelah hidup berpura-pura. Menyunggingkan senyum palsu yang membuat bibirku sakit, bertata krama bak seorang putri kerajaan, berdandan layaknya artis Hollywood. Sungguh.. Aku sudah lelah!" Shion memegang kepalanya dan menatap seluruh orang dari sela-sela jarinya yang terangkat. Tak terkecuali Menma. Shion memperhatikan pemuda yang sudah lama ia kagumi. Orang yang ia sukai, orang yang ia cintai. Ia tidak menyangkal kalau Naruto memang mirip dengan Menma. Hanya saja mereka terlihat sangat berbeda di mata Shion. Membuat gadis itu menolak acara pertunangan ini. Persetan dengan perjanjian ibunya. Persetan dengan masa depan perusahaannya. Persetan dengan semua yang ibunya elu-elukan di depan Kushina. Ia tidak peduli.

"Kami akan membatalkan pertunangannya. Turunlah." Bujuk Miroku.

"Benarkah?" Ucap Shion.

"Ya." Membuat semuanya mengangguk dengan senyum yang mengembang.

"Tidak. Tidak akan pernah. Aku tidak tau sudah berapa kali Kaa-san berbohong padaku," ia menyeringai. Membuat orang-orang di sana tidak mempercayai kalau itu benar-benar Shion.

"Kenapa kalian seenaknya saja! Mengatur kehidupan orang lain tanpa berpikir bagaimana perasaan mereka! Kalian pikir kalian tuhan?!" Suara Shion meninggi.

"Naruto-kun. Sampaikan salam terakhirku pada Hinata-nee. Jaga dia baik-baik." Air mata Shion tampak turun menuruni wajahnya. Saat itu Menma mulai merasakan sakit yang teramat sangat di dadanya.

'Maaf. Aku tidak bisa menepati janji untuk tidak menangis di depanmu.'

Mata Menma beralih menatap adik sepupunya yang mematung.

Hinata? Siapa?

"Terimakasih.. walaupun kalian sering mengaturku.. Sayonara minna~" Shion kemudian menjatuhkan tubuhnya ke belakang. Membuat orang-orang di sana memekik histeris.

"SHION!"

Bibirnya bergerak perlahan, membentuk sebuah kalimat tapi tidak ada suara yang keluar.

'Aku~ Mencintaimu.. Menma-kun.'


.

Naruto © Masashi Kishimoto

CAT? 2 © Hyuuga Divaa Arashii

Rated : T

Genre: Fantasy & Romance

Pair: NaruHina

Warning: AU. OOC. TYPO's. Alur kecepetan. Dan warning warning lainnya.

.

.

Dont Like Dont Read

(Remember it)

.

.

Happy Reading Minna!

.

Chapter 7 : Aku Tetap Mencintaimu

.

.


"Menma-kun!" Menma berjalan pelan menuju seorang gadis kecil yang sedang berlari kencang ke arahnya.

Buk

"Shion.. jangan seperti itu." gadis kecil berambut pirang panjang dengan mata besar itu memeluk Menma. Walaupun tubuh kecilnya hanya bisa memeluk pinggang Menma saja, ia sudah sangat senang.

Perlahan Menma melepaskan pelukan Shion. Ia lalu berjongkok mensejajarkan tingginya dengan anak sepuluh tahun di hadapannya.

"Kenapa memanggil Menma-kun? Bukannya sudah Nii-san bilang untuk memanggil Menma-nii?" ujar Menma lembut sambil mengelus rambut Shion.

"Iie." Shion menggeleng perlahan.

"Lihat gadis itu! Yang itu juga, dan yang itu!" Menma memandangi satu persatu gadis-gadis yang di tunjuk Shion. Lalu matanya kembali mengarah ke Shion dan sebelah alisnya terangkat ke atas.

"Dari tadi mereka menatap genit Menma-kun. Itu hal yang tidak boleh. Karena aku sebagai pengantin Menma-kun merasa cemburu!" Shion melipat kedua tangannya di depan dada dan pipi chubbynya ia gembungkan. Mendengar itu Menma hanya bisa menggaruk-garuk leher belakangnya dan terkekeh pelan.

Menma kemudian berdiri. Memegang tangan Shion yang terasa sangat kecil dan mengajak gadis kecil itu duduk di sebuah bangku di bawah sebatang pohon apel.

"Menma-kun! Aku mau itu!" tunjuknya mengarah ke salah satu buah apel yang ada di pohon. Menma mengikuti arah tunjuk Shion sampai lirikannya terhenti pada sebuah apel merah.

"Kau ini banyak sekali maunya ya?" ucap Menma terkekeh pelan.

Shion kemudian berdiri menghadap Menma. Menatap Menma dengan tatapan mata besarnya, dan tangan yang dikepalkan di depan dada.

"Onegai~"

"Ha'i~ Ha'i~" Menma kemudian berdiri. Berkacak pinggang saat melihat apel merah yang cukup tinggi. Ia menggulung lengan kemejanya sampai ke atas dan mulai memanjat pohon itu.

Ketika sudah sampai di atas, bukannya mengambil apel untuk Shion. Pemuda itu malah asik memandangi pemandangan taman yang sangat indah dari atas pohon, membuat Shion menggerutu kesal dan mencoba memanjat.

Ia duduk di salah satu batang pohon. Menghadap ke arah Menma, dan entah kenapa wajahnya memerah sendiri.

"Eh? Kenapa Shion-chan sudah ada di sini?"

"Eh? Kyaa!" Shion yang tiba-tiba terkejut karena wajah Menma yang berpaling menghadap ke arahnya, membuat ia terkejut dan akhirnya terjatuh.

Hup

Menma dengan cepat melompat dari pohon dan menangkap tubuh kecil Shion.

"Kau ini. Aku bisa kena marah Miroku-san kalau kau sampai terluka." Mata Shion yang tertutup perlahan terbuka. Hal yang pertama di lihatnya adalah wajah menma yang membelakangi cahaya matahari senja. Yang entah kenapa membuat pemuda 17 tahun itu terlihat sangat tampan akibat di latar belakangi cahaya senja.

Perlahan Menma menurunkan Shion dari gendongannya.

"A-Arigatou. Demo.." Shion tersenyum senang mengarah ke Menma.

"Walaupun aku jatuh.. Menma-kun akan selalu menangkapku 'kan?" Menma hanya diam. Tidak menjawab pertanyaan Shion yang masih asik mengembang senyumannya.

.

Glek Glek Glek

Menma meneguk perlahan air putih yang baru saja ia ambil dari kulkas di rumah Naruto.

Menma mengunjungi rumah Naruto yang berada beberapa blok dari rumah Shion. Ia memang tidak terlalu dekat dengan sepupunya itu. Tapi mau tidak mau dia masih harus bergantung pada orang tua Naruto akibat orang tuanya yang tiba-tiba menghilang, membuat Menma kini di asuh oleh Minato dan Kushina. Walaupun Menma tidak terlalu menyusahkan karena diumur 17 tahun ia sudah mendapat beasiswa memasuki sebuah Universitas ternama di luar negeri. Padahal anak seusianya masih berada di bangku SMA.

Untuk itu kedatangannya kemari. Pamit dengan mereka semua. Terutama Shion. Gadis kecil yang selalu mengatakan mimpinya untuk menjadi pengantin Menma ketika ia besar nanti.

"Shion akan sangat senang kalau besar nanti di tunangkan dengan Naruto-kun. Apalagi Naruto-kun anak yang tampan."

Tunangan?

'Saat besar nanti aku akan menikah dengan Menma-kun.'

"Tapi bagaimana dengan Menma? Aku sering mendengar Shion yang mengatakan dia akan menjadi pengantin Menma? Apa dia tidak keberatan-ttebane?" Menma mematung di balik dinding rumah Naruto. Apa yang sedang mereka bicarakan. Ia tau itu suara Kushina dan Miroku. Ia tau mereka sedang berbincang-bincang. Tapi kenapa~ kenapa harus sekarang. Ini akan membuat ia tidak tenang dengan kepergiannya.

"Ah.. Daijoubu. Menma menanggap Shion itu hanya sebagai adik kecilnya. Lagian ia pasti sudah mempunyai kekasih. Mana mungkin ia menyukai Shion."

'Menma-kun jangan melihat gadis lain. Karena ketika besar nanti hanya aku yang boleh menjadi pengantin Menma-kun.'

'Jangan abaikan aku yang kecil ini. Pokoknya ketika besar nanti aku ingin menjadi istri yang baik bagi Menma-kun.'

"Pernyataan yang mustahil... Shion."

.

Ia menatap gadis kecil yang kini menangis sesenggukan di depannya sambil merangkul sebuah boneka beruang putih yang ia berikan.

"Hei.." ia jongkok. Menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu.

"Jangan menangis adik kecilku." Merasa perkataannya tidak mempan. Malahan membuat Shion tambah kencang menangis, Menma pun berusaha mencari kata-kata yang lain untuk meredam tangis Shion akibat tau kalau pemuda itu akan berangkat ke luar Negeri.

"Aku tidak suka kalau pengantinku menangis. Jadi diamlah." Menma merutuk perlahan perkataan yang baru saja keluar dari mulutnya. Bukankah sudah ia katakan kalau itu tidak mungkin?

Perlahan suara sesenggukan dari gadis itu tidak terdengar lagi. Shion mengangkat kepalanya perlahan dan menatap Menma.

"Aku akan kembali. Jangan Menangis." 'Adik kecilku.' 'Pengantinku.'

"Aku tidak akan menangis lagi.. aku janji."

'Dan aku tau kalau dia berbohong padaku.'

'Dan tidak menepati janjinya.'

.

.

.

'Aku mencintaimu... Menma-kun.'

"SHION!" Menma berlari sekuat tenaga dan ikut terjun ke bawah. Membuat semua orang di sana tambah berteriak histeris.

Ia melompat. Membuat tubuhnya seberat mungkin agar bisa menjangkau tubuh Shion yang terjun bebas di udara. Begitupun tubuhnya. Tangannya ia rentangkan untuk menjangkau Shion yang sudah tak sadarkan diri. Setelah berhasil menarik tangan Shion, ia segera membekapnya dalam pelukannya dan membuat tubuhnya berada di bawah Shion. Agar saat terjatuh nanti Shion akan baik-baik saja, terlindungi oleh tubuhnya. tidak peduli ia akan mati.

.

.

.

Hinata terheran saat melihat kerumunan yang sangat ramai dari dalam mobil.

"Ino-chan.. bisa kah kita berhenti sebentar?" mereka sedang berada di dalam mobil. Baru saja selesai mengikuti pemotretan di Uzumaki Internasional dan akan menuju rumah. Tapi saat akan melewati sebuah hotel yang menjulang tinggi. Matanya melihat kerumunan orang yang memadati tempat itu dan menatap ke atas.

Mobil sedan Ino berhenti. Hinata buru-buru keluar, begitu pun Ino. Tapi kini mereka berada di tempat yang berbeda. Karena Hinata langsung berlari mendekati kerumunan. Sementara Ino hanya diam di depan mobilnya.

Mata Amethyst itu memecing perlahan. Menatap sesuatu yang bergerak dan suara orang yang histeris. Ia pun mendekat dan mulai terkejut saat melihat 2 orang baru saja terjatuh dari gedung tinggi itu.

Tanpa pikir panjang Hinata langsung berlari mendekat sambil mengucapkan sesuatu.

Ia penyihir. Penyihir dari keluarga Hyuuga Souke yang memiliki sihir-sihir menabjubkan dan sekaligus terlarang. Membuatnya bangga dan terkadang ketakutan mengenai sihir-sihir yang baru saja ia pelajari dari buku bersampul kulit coklat yang Naruto pinjam dari perpustakaan.

"Quo. Orbis. Prohibire." Hinata menggenggam erat kalung dengan berlian berwarna aquamarine itu. Semua nya melambat bagai slow motion dan perlahan semua warna di dunia memudar menjadi abu-abu kecuali Hinata.

"Nunc Mundo Sistere!" Tangannya terangkat ke atas dan seluruh tubuhnya diselimuti cahaya. Perlahan.. cahaya yang mengitari tubuhnya lenyap. Tapi tiba-tiba saja tampak cahaya yang mengitari tubuh 2 orang yang sama sekali tidak Hinata ketahui. Cahaya itu kemudian berubah menjadi bola kristal bening, membalut tubuh kedua orang itu.

"Mantra di aktifkan."

Rambut Indigo gadis itu berkibar, matanya berubah menjadi merah menyala dan di detik itu semua waktu yang berjalan berhenti.

Ia menurunkan bola kristal yang membalut tubuh kedua orang itu perlahan.

Dan Hinata tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat ia melihat Shion dan seseorang yang mirip dengan Naruto. Atau mungkin itu Naruto yang mengecat warna rambutnya menjadi hitam.

Ia cukup terkejut. Tidak. Bukan cukup terkejut tapi sangat terkejut juga terpukul. Laki-laki itu siapa? Naruto? Atau orang yang mirip dengan Naruto? Tengah memeluk Shion erat? Shion yang mengatakan tidak mencintai Naruto. Yang akhirnya bertunangan dengan Naruto.

Dadanya sesak. Mantra ini membutuhkan energi yang besar, membuatnya sekarang mulai melemah. Dia.. tidak tau harus senang atau sedih.

"Hah.. Hah.. Hah.." Nafasnya kembali sesak.

Hinata menghembuskan nafas berat untuk menghilangkan kekecewaannya. Kemudian ia berbalik dari kedua insan yang tengah berpelukan, dan pergi menjauh. Setetes air mata jatuh dari matanya yang sewarna darah.

Setelah beberapa meter cukup jauh dari kedua orang itu. mulutnya kembali terbuka.

"Mantra di non aktifkan." Matanya langsung berubah kembali seperti normal dan setelah Hinata mengatakan itu, terdengar benturan yang cukup keras karena bola kristalnya yang kemudian terpecah, menjatuhkan 2 orang yang tadinya berada di dalam bola kristal itu.

Waktu kembali seperti semula. Benda-benda kembali berwarna. Makhluk hidup kembali bergerak. Dengan ekspersi yang sama; bingung.

"Hah.. Apa yang aku lakukan?" ia sudah menghabiskan energinya dan mulai susah untuk berjalan. Dengan cepat ia segera berjalan mencari mobil Ino.

Satu hal yang sebenarnya Hinata lupa, kalau pemuda yang ia pikir mirip Naruto itu tidak memiliki 3 goresan di masing-masing pipinya.

.

.

.

Bruk

Mata Menma kemudian terbuka. Apa seperti ini rasanya jatuh dari ketinggian? Kenapa sama sekali tidak sakit? Ia pikir ia akan langsung mati atau setidaknya badannya remuk.

Ia menghembuskan nafas lega. Ia baik-baik saja. Syukurlah.

"Berat.." Menma kemudian mengalihkan perhatian kepelukannya. Rambut pirang. Itu yang pertama kali di lihatnya. Sepertinya gadis itu baik-baik saja. Karena Menma bisa merasakan detak jantung gadis itu dengan normal.

Ia terdiam. Otaknya yang jenius berpikir bagaimana mungkin dia masih selamat setelah jatuh dari ketinggian. Dan ia tidak merasakan sakit apapun. Atau mungkin ia mati rasa? Yang benar saja. Ia bahkan masih bisa merasakan berat tubuh Shion di pelukannya.

"Menma-nii!" ia menoleh ke kanan. Menatap adik sepupunya dengan raut wajah cemas sedang mendekat. Ia menghembuskan nafas pelan. Ini salahnya. Seharusnya orang-orang terdekatnya tidak harus merasakan hal ini.

"Daijoubu ka?"

"Hm.. Daijoubu.." setelah itu, banyak orang yang mulai mendekat mengerubungi mereka.

.

.

.

"Hinata?" Ino langsung masuk ke mobil, saat melihat Hinata yang langsung membuka pintu mobil dan menghempaskan badannya kasar. Nafas gadis itu terengah-engah.

"I-no-chan.." cahaya kembali menyelimuti Hinata. Tapi kini tidak seterang tadi. Perlahan tubuh Hinata mengecil dan berubah menjadi seekor kucing.

Ino agak terkejut melihat Hinata, karena ini pertama kali baginya. Ia sudah tau cerita itu dari Kiba maupun Hinata sendiri. Tapi ia tidak pernah melihat dengan mata kepala sendiri Hinata yang berubah menjadi kucing.

"Baiklah.. ayo kita pulang." Ucap Ino dengan mata yang masih melirik ke arah seekor kucing yang sepertinya tertidur atau tidak sadarkan diri.


.

TBC

.


A/N : Halo minna. He...he..he.. gimana ya? Kemarin banyak yang nebak-nebak apa yang terjadi. Jawabannya macem-macem. Sekarang udah kejawabkan? Dan yang nanya kapan masa lalu Hinata akan terungkap, Divaa kasih bocoran kalau chp besok bakal ada cerita tentang masa lalu Hinata. Silahkan nebak-nebak lagi apa yang terjadi dengan masa lalu Hinata.

Ah ya.. divaa mau nanya. Sekarang kan bulan puasa, klw misalnya fanfic divaa ada adegan kissunya boleh gak? Maklum lah gak tau. Kalo rate M mungkin enggak. Tapi kalau sekedar kissu.. apa boleh? Divaa nanyain pendapat dari readers sekalian. Arigatou!

Waktunya balas review.. kenapa gak lewat pm? Entahlah. Divaa lagi pengen bales langsung sekarang.

Nanaleo099 : udah lanjut lho.. silahkan review lagi!

Murasaki Nabilah : udah lanjut Nabilah-chan. Boleh minta review lagi?

JihanFitrina-chan : Shion selamat! Yey! Ditolongin sama Menma-kun dan Hime-ku(?) #diTabokNaruto

Betmenpengangguran : Gak dipaksain kok.. se7 sama betmen-san.. kalau dipaksain malah jelek hasilnya.

Ahmadbima27 : Shion gak mati. Diselamatkan oleh Hinata, dan tebakan kamu benar! Selamat! Tapi gak Cuma Hinata lho.. Menma juga

June25: udah lanjut. Silahkan di review?

Zukito : Yap. Tebakan kamu benar. Kok banyak yang benar ya tebakannya? Atau jangan jangan fic divaa emang mudah di tebak?

Vname : Gak mati kok. Udah divaa jelaskan 'kan?

Dragon Hiperaktif : ya Shion selamat. Kalau Shion mati nanti Menmanya merana..

Kirei- neko : Drama? Ya begitulah.. kenapa divaa buat fanficnya jadi sedrama ini? Melebihi cat yang pertama. Dan kenapa bukan Menma yang dijodohkan dengan Shion sudah di jelaskan di atas 'kan?he he he.. Arigatou udah review.. Kirei-san!

Wafihidayatulloh : udah update chp 6.. berminat review?

Aimseven : seru? Terimakasih Shion gak mati kok. He he he.. cara mengembalikannya memang rada-rada mirip gumiho. Tapi ini tetep versi lain dari Cat? Kok. Memang akan ada sedikit kesamaan dengan gumiho.

Aizen L sousuke : gak ada kasur. Kalau divaa buat pun pasti buatnya matras udara. Kan gak mungkin tiba-tiba ada kasur di sana? Atau mungkin maksud Aizen-san kasur itu matras udara kali ya? Jangan panggil senpai. Cukup divaa aja.

Nobi : Shionny gak kenapa-napa. Cuma gak sadarkan diri aja. Arigatou! Hontaou ni Arigatou!

Amu B : Ya gitulah kak.. divaa jadi ngerasa udah jahat sama tokoh-tokoh di fanfic divaa. Chp besok ada kok kak seluk beluk keluarga Hyuuga. Arigatou udah review kakak..

Bunshin Anugrah ET : ya rencana terakhir. Gak ada rencana terselubung kok. Karena sebenarnya Shion mau nyatain perasaannya. Tapi pas dia mau nyatain suaranya malah gak keluar dan dia langsung jatuh kebelakang.

Mchsyafii : Arigatou gozaimasu!

Zombie-NHL : gak usah bingung mau review apaan. Udah ninggalin jejak aja divaa udah seneng kok

Gilang Ramadhan : wah keblokir ya? Kok bisa. Ah ya terimakasih udah sempetin review walaupun akunnya Gilang terblokir..

Nata-chan : udah update. Berminat review?

Durara : divaa-chan? Wah senengnya dipanggil kayak gitu. Divaa juga boleh dong panggil Durara-chan? Aduh sampai nangis ya? divaa baru nyadar kalau semua karakter divaa kasihan banget perannya. Udah tau sih kalau bakal susah perannya tapi gak tau sekasihan itu. Arigatou udah review

Namikaze Yuli : gak kok Shion gak mati yaa gitu deh.. semua chara di sini punya kesulitan masing-masing

Blue-Temple Of The King : Shion gak mati kok

Sahwachan : ini udah update lagi. Ya gitu.. entah kenapa akhir-akhir ini banyak author yang gak update fanficnya. Padahal kan banyak fanfic yang bagus-bagus. Mungkin mereka lagi pada sibuk.

Juanda . blepotan : gak.. Shion gak mati. Untung aja ditolongin Hinata dan juga Menma.

Tidak bernama : terimakasih jempolnya!


Silahkan Review

.

.

.

v