Chapter 1

Hai, minna-san! :))

Ini fanfic pertama saya di fandom Naruto dengan pairing favorit saya, SasuSaku. Awalnya saya hanya ingin membuat oneshot untuk meramaikan event Banjir TomatCeri. Tapi pas saya ketik di laptop, kenapa malah jadi panjang kayak multichap, ya? Ada yang tahu? :'3 *hening* #abaikan

Yosh, hope you like it~ XD


Yume no Jitsugen (A Dream Come True)

Disclaimer :

Naruto (c) Masashi Kishimoto

Story by : Subarashii Shinju

Warning(s) :

OOC | AU | Typo(s) mungkin bertebaran | EyD dipertanyakan | Diksi amburadul | Bahasa sehari-hari | Ide pasaran | Fluffy | Abal Gaje | Little bit humor (garing) | Dan sebangsanya

.

.

.

Selamat membaca. :))


Pagi yang cerah dan damai di Konoha. Matahari tampak malu-malu menyembul dari balik gumpalan awan di langit. Burung-burung berkicau menyambut datangnya pagi. Anak ayam berkotek membangunkan sang ayah yang belum berkokok sedari subuh dikarenakan pada malam harinya sang ayah ikut berpartisipasi dalam ronda malam. Sementara sang ibu tengah asyik berkumpul dengan ibu-ibu ayam lainnya. Mungkin sedang bergosip.

"Petok petok petok petok,"

Mari abaikan keluarga ayam di atas.

Di suatu rumah, tinggallah sebuah keluarga yang damai dan harmonis. Di pagi yang cerah ini, biasanya sang ayah sudah bersiap-siap ingin berangkat ke kantor. Sedangkan sang ibu, sedang menyiapkan sarapan untuk anggota keluarga lainnya. Sang kakak, sedang menikmati roti bakar yang dibuatkan sang ibu. Dan sang adik, masih asyik berpetualang di alam mimpinya.

"TIDAAAAAAK~"

Dan suara teriakan yang membahana itu sukses menghancurkan deskripsi yang sudah susah payah author buat.

"SAKURAAA! KENAPA KAMU TERIAK-TERIAK?! CEPAT BANGUN, MANDI, LALU SARAPAN! JANGAN KARENA KAMU BERANGKAT SIANG, KAMU BISA SEENAKNYA!"

"Kaa-san juga untuk apa ikutan teriak?" sindir sang kakak—Sasori Haruno—sweatdrop atas apa yang sudah terjadi barusan.

"APA KATAMU, SASORI?! SUDAH, TIDAK USAH BANYAK KOMENTAR, KAMU! CEPAT TENGOK ADIK KESAYANGANMU KE ATAS!" perintah sang ibu—Mebuki Haruno—lengkap dengan bentakan plus kuahnya.

"H-ha'i, Kaa-san," Sasori langsung lari dengan asap yang mengikutinya, takut terkena semburan ibunya lagi.

"Ah~ Benar-benar pagi yang damai ...," ucap sang ayah—Kizashi Haruno—yang sedang asyik membaca koran paginya. Padahal kejadian tadi tidak bisa disebut 'damai'. Mungkin sang ayah mengidap penyakit tuli yang akut.

Mata sang ibu berkilat tajam.

"KIZASHI! SEDANG APA KAU DISINI! CEPAT BERANGKAT KERJA, BAKA!" teriaknya di telinga kanan Kizashi sambil menjewernya, kemudian menendang bokong Kizashi keluar rumah.

Ya, sekarang kalian tahu penyebab penyakit tuli Kizashi.

.

.

.

.

.

.

Sementara itu, Sasori ...

"Imouto-chan! Hei, ada apa teriak-teriak?!" tanya Sasori gak nyante, karena sambil menggedor pintu kamar sang adik dengan kakinya sekuat tenaga.

Setelah lima menit tak mendapat jawaban, akhirnya Sasori membulatkan tekad.

"Baiklah, karena aku adalah anak yang tampan, imut, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung, kuputuskan untuk mendobrak pintu kamar Sakura!" ucapnya dengan tekad api yang membara.

Sasori mengambil ancang-ancang.

Satu!

Dua!

Dua setengah!

Tiga!

"HEYAAAH!"

BRAK!

"Eh? Sasori-nii? Kenapa tiduran disana?" Akhirnya, sang adik—Sakura Haruno—muncul juga.

Eeeeh, apa tadi katanya? Sasori tiduran?

"I-ittai~" Sasori meringis sambil menggosok bokong seksinya. Ehem. Fitnah sedikit boleh, 'kan?

Akhirnya, Sakura turun tangan membantu Sasori agar bangkit dari sana.

Ternyata Sasori tidak sanggup mendobrak pintu kamar Sakura, pemirsa~


*Sakura's POV*

Kini aku sudah berada di teras rumah, siap berangkat sekolah.

"Ngg, bagaimana keadaan Sasori-nii, Kaa-san?" tanyaku cemas. Takut terjadi apa-apa dengan bokong aniki-ku. Bukannya aku mesum atau apa, aku hanya kasihan dengannya. Yah, mungkin saja dia jadi tidak bisa duduk lagi, 'kan? Who knows~

"Sudah, pergi ke sekolah saja sana. Aniki-mu itu biar Kaa-san yang urus." jawab Kaa-san lembut.

'Huh, dasar Sasori. Ada-ada saja.' umpat Kaa-san pelan. Ah, ternyata tak selembut kelihatannya.

"Ya sudah kalau begitu, aku berangkat dengan sepeda saja." ucapku sambil mencium tangan ibuku tercinta. Biasanya, kalau ada Sasori-nii, aku selalu diboncengnya dengan motor sport merahnya.

"Hati-hati, ya, Saku. Jangan ngebut-ngebut. Awas tertabrak mobil." pesan Kaa-san saat melihatku mengeluarkan sepeda pink-ku dari bagasi.

"Ha'i, Kaa-san. Ittekimasu!" pamitku sambil mengayuh sepedaku keluar rumah.

"Itterashai!" balas Kaa-san sambil melambaikan tangan.

Aku bergegas mengayuh sepedaku secepat mungkin. Bukan karena takut terlambat, karena bel sekolah akan berdentang sekitar setengah jam lagi. Dan dari rumahku, hanya memerlukan waktu beberapa menit saja untuk ke sekolah. Aku hanya tidak mau kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi. Yakni dijemput oleh sang playboy sekolah itu. Sasuke Uchiha.

Tch! Dari namanya saja kau pasti tahu bagaimana orangnya. Di depan guru, dia akan memasang wajah angkuhnya dan terlihat seolah dia adalah makhluk anti sosial. Tapi pada kenyatannya, dia adalah seorang playboy yang suka menggoda perempuan. Dasar muka dua.

Ah, sekolahku sudah terlihat! Semoga saja di kelas sudah ada Ino atau Hinata. Paling tidak, aku tidak akan kesepian di kelas. Aku merutuki diriku yang tiba-tiba terbangun tadi. Uh, semua gara-gara mimpi sialan itu! Hah, sudahlah~


Di kelas XI B

"Forehead! Aku rindu padamu~" seru Ino sambil berlari-lari merentangkan tangannya ke arahku. Kemudian memelukku seerat mungkin. Seolah aku akan lenyap jika tidak segera dia peluk.

Nani? Apa katanya barusan? Rindu? Dasar Ino, padahal baru dua hari yang lalu kita bertemu.

"Lepaskan, Ino-pig! Kau membuatku sesak napas, baka!"

"Oops, sorry, Forehead~ Ah! Kau pasti tidak akan percaya dengan apa yang kemarin terjadi padaku! Sai-kun menembakku, lho! Aaaaah, aku melayang~" cerita Ino dengan matanya yang entah kenapa berubah jadi lope-lope. Memang ada ya, soft lens seperti itu?

"Yah, aku turut berduka, Pig." candaku dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

"Heee, apa maksudmu, Forehead?!" teriaknya di kupingku. Aduh, bisa-bisa aku jadi terkena penyakit tuli mendadak seperti Tou-san.

"Ish, 'kan canda, Pig!" ujarku sewot. Ino hanya cengengesan.

Aku memandang ke sekeliling ruangan kelas. Disini hanya ada aku, Ino, Shino, Neji dan Shikamaru yang sedang ngorok. Lho, mana Hinata?

"Hei, Forehead! Tahu tidak, tadi sebelum kau datang, Naruto menembak Hinata, lho! Aaaah ... sayang sekali kau datang kurang cepat! Sekarang, mereka pasti berada di kantin!" koar sahabatku yang barbie-like itu. Aaah, Ino memang sahabat baikku. Belum juga aku tanya Hinata dimana, dia sudah menjawab.

"Benarkah?" Aku tak percaya bahwa sahabat lavender-ku akhirnya jadian juga dengan pemuda pecinta ramen itu. Hinata pasti sangat bahagia. Ino mengangguk antusias sebagai jawabannya atas pertanyaanku.

"Ah, aku ingin ke toilet, Ino-pig. Ada panggilan alam. Hehehe ..." ujarku cengengesan.

"Ya sudah kalau begitu. Mau kutemani?" tawarnya. Ah, baik sekali sahabatku ini.

"Tidak perlu, Ino. Hanya sebentar, kok." tolakku halus.

"Okay, okay~ Ja, aku mau ke ruangan seni dulu, ne? Mau ketemu Ayang Sai~" katanya sambil berjingkrak riang menuju ruang seni. Seketika aku sweatdrop melihat tingkahnya. Ya, cinta membuatnya tambah gila.

Aku mengabaikan pemikiran gaje-ku barusan. Sekarang lebih baik menuntaskan hasratku dulu, ne~

.

.

.

.

.

.

"Hah, lega~" ucapku sambil menutup pintu toilet.

Aku pun bergegas keluar toilet saat tiba-tiba teriakan nista memasuki gendang telingaku.

"KYAAAAA~"

"SASUKE-KUN~"

"KEREEEEN~"

"SASUKE-SENPAI~"

"DAISUKI~"

"SARANGHAE~"

"WO AI NI~"

"WILL YOU MARRY ME?"

"SASU-KUN, AKU HAMIL!"

Krik ... krik ... krik ...

Aku hanya bisa sweatdrop dengan apa yang sudah salah satu fans-nya katakan barusan. Mereka itu ... tidak punya urat malu, heh? Teriak-teriak tidak jelas di koridor sekolah. Yah, aku bisa paham mengapa mereka bisa segila ini. Wajar, kok. Toh, pangeran mereka pun sama gilanya.

Eh, ngomong-ngomong, mau kemana Pangeran Gila itu? Padahal biasanya dia meladeni fans-nya.

TENG TENG TENG TENG!

Ah, bel masuk sudah berbunyi. Sebaiknya aku masuk ke kelas sekarang.

"Sasu-kun, ayo ikut aku sebentar~" ujar seseorang.

Eh? Siapa perempuan berambut merah yang menggandeng tangan Sasuke? Aku memicingkan mataku. Mencoba menajamkan penglihatanku agar bisa mengintip apa yang mereka berdua lakukan di taman belakang dari balik semak-semak. Aku membatalkan niat untuk masuk kelas. Ah! Kalau tidak salah, perempuan itu namanya Karin Uzumaki. Ketua dari Sasuke Fans Club.

"Ada apa, Karin?" Akhirnya manusia es itu bersuara juga.

Uh, di taman belakang banyak angin, membuat adegan dua orang manusia disana menjadi romantis. Aku menggerutu kesal.

... Tunggu, kenapa aku harus kesal?

Mataku melotot.

EEEEEEH? APA-APAAN ITU?! KENAPA MEREKA BERCIUMAN?!

Mulutku terbuka lebar. Daguku hampir mencapai tanah. Oke, itu berlebihan. Tapi aku benar-benar jawdrop. Uh, untuk apa aku berada disini dan melihat hal yang seharusnya tidak perlu aku lihat. Lebih baik aku kembali ke kelas.

*End of Sakura's POV*


*Normal POV*

*SKIP TIME*

Bel istirahat telah berbunyi. Sebagian besar murid di Konoha Senior High School sedang berlarian menuju kantin seolah makanan di sana akan membusuk jika tidak cepat-cepat di beli. Namun ada juga beberapa murid yang masih berada di kelas, seperti tokoh utama cerita ini.

"Saku~ Kamu sungguh tidak mau ke kantin? Padahal 'kan biasanya kamu yang paling semangat kalau kesana," rayu gadis pirang bermanik aquamarine itu.

"Kamu sajalah Ino~ Aku malas ...," ucap Sakura sambil menidurkan kepalanya di atas meja.

"A-ada apa, S-Sakura-chan? Ap-apakah ada masalah?" tanya Hinata lembut.

"Tidak ada apa-apa kok, Hinata." jawab Sakura sambil memaksakan terseyum.

"Hinataaa~" seru makhluk berambut kuning sambil melambaikan tangan menghampiri Hinata. Ya, dialah yang bernama Naruto Uzumaki.

'Tumben sekali dia menghampiri Hinata. Padahal biasanya dia langsung menggeret si Uchiha ke kantin. Oh iya, tadi pagi 'kan Naruto menembak Hinata. Jadi, mereka pacaran, ya? Aku baru ingat.' batin Sakura.

"Ah, N-Na-Naruto-kun ..." cicit gadis bersurai indigo, gelagapan karena dihampiri sang pacar.

"Hai, Hinata~ Ng? Ah, Sakura-chan! Tadi pagi kamu kemana-ttebayo? Kamu pasti tidak melihatku yang menembak Hinata, 'kan? Ah! Apa perlu aku tembak ulang Hinata di depanmu sekarang, Sakura-chan? Bagaimana, Hinata? Kau mau kutembak ulang?" tanya Naruto bertubi-tubi.

"Aah ... A-a-aku ...," Hinata menelan ludah, gugup. Tangannya dimainkan seperti biasa.

"Tidak perlu, Naruto. Aku tidak mau repot-repot melihatmu menggotong Hinata yang pingsan ke UKS. Hehehe ..." tolak Sakura, setengah bercanda pada teman masa kecilnya itu.

"Yaaah, Sakura-chan~ Padahal 'kan aku mau—" Naruto menghentikan rengekannya saat iris sapphire-nya menangkap death glare dari Sakura.

"KAU MAU APA, HAH?!" bentak Sakura sambil menggebrak meja. Sakura merasakan aura mesum menguar dari tubuh Naruto.

Pemuda pecinta ramen itu meneguk ludah gugup.

"Ti-tidak, kok ... Ayo pergi ke atap sekolah, Hinata-chan~" Naruto menarik tangan Hinata, berniat untuk mengajak kabur dari sang gadis bersurai soft pink. Sedangkan sang pacar yang kini tangannya digenggam Naruto hanya bisa blushing.

'T-tadi Naruto-kun memanggilku dengan suffixchan ...'

Dan pemikiran itu terus berputar-putar di otak Hinata Hyuuga.


*Sakura's POV*

Aku kembali duduk di kursiku dan menghela napas ketika kejadian di taman belakang itu tiba-tiba tersangkut di pikiranku. Apa benar mereka berciuman? Di taman belakang tadi 'kan banyak angin, bisa saja mata Karin itu kelilipan dan Sasuke membantu meniupkannya, 'kan? Tapi, Karin itu memakai kacamata, jadi tidak mungkin kelilipan. Uh ... berarti mereka benar-benar berciuman?

Aku menjambak rambut bubble gum sepundakku, berharap agar pemikiran itu menghilang dari otakku. Ugh, kenapa aku harus memikirkan hal seperti itu, sih?! Lagipula, terserah Playboy Prince itu mau ciuman sama siapa saja, 'kan? Itu bukan urusanku. Tapi kenapa aku justru memikirkannya? Membuat kepalaku pusing saja. Ah, mungkin lebih baik aku ke UKS saja. Disana 'kan tenang, dan aku bisa istirahat juga.

.

.

.

.

.

Yosh, sampai juga di UKS.

Walaupun sebenarnya aku paling ogah kalau ke tempat ini, tapi hanya tempat inilah satu-satunya yang bisa menjernihkan pikiranku dari segala bayang-bayang kejadian di taman belakang barusan. Sekarang UKS sepi, tak ada yang menjaga. Karena petugas UKS-nya malah pergi ke kantin. Apa lebih baik aku pergi ke atap sekolah saja, ya?

Yah, tapi aku yakin sekarang tempat itu pasti digunakan NaruHina pacaran. Tadi Naruto mengajak Hinata ke atap sekolah, 'kan? Aku tidak mau mengganggu waktu bermesraan mereka. Walaupun aku merasa agak cemas meninggalkan Hinata berdua dengan Naruto. Di tempat yang sepi pula. Tapi mereka sudah pacaran, 'kan? Toh, menurutku Naruto tidak seburuk itu, kok. Dia juga teman baikku. Walaupun sifat mesumnya itu sedikit membuatku ragu dengan pemikiran barusan. Ah, sudahlah~ Semoga Hinata baik-baik saja. Yang seharusnya lebih kucemaskan adalah diriku sendiri.

Kududukkan tubuhku ke atas ranjang UKS yang letaknya paling dekat dari pintu, lalu kulepaskan sepatuku. Setelah selesai, aku menaikkan kakiku ke atas ranjang. Kupeluk kakiku, dan kutaruh daguku diatasnya.

Hah~ Entah apa yang salah dariku sekarang. Kenapa dada ini rasanya sangat sesak? Aku tak memahami diriku. Bukankah ciuman itu sesuatu yang wajar bagi seorang playboy? Apalagi playboy macam Sasuke. Pasti ciuman itu bukan yang pertama kalinya. Dan kenapa aku harus repot-repot memikirkannya dan menjelaskannya pada kalian, wahai readers yang terhormat?

Hiks ...,

Ah, aku bahkan tidak tahu sejak kapan dan mengapa aku menangis.

*End of Sakura's POV*


*Sasuke's POV*

Tch, akhirnya bisa juga terlepas dari kejaran fans fanatik-ku. Walaupun aku seorang playboy, tapi rasanya mengganggu juga jika tubuhku—yang seksi—di raba-raba begitu. Menjijikan. Aku juga masih punya harga diri. Camkan itu!

Aku Sasuke Uchiha. Dan aku tidak mau repot-repot menjelaskan aku itu siapa, bagaimana, atau apa. Kalau mau tahu lebih lengkap, cari sendiri!

Sekarang aku sedang tiduran di ranjang UKS. Yeah, walaupun Sasuke Uchiha paling ANTI sama yang namanya UKS, tapi hanya ini satu-satunya tempat yang bisa kugunakan untuk menghindari fans-ku yang menjadi liar akhir-akhir ini. UKS ini jarang dipakai, bahkan ada rumor kalau UKS ini berhantu. Tapi, seorang Sasuke Uchiha tidak takut dengan yang namanya hantu. Makanya, aku berani bersembunyi di sini.

"Hiks ...,"

DEG!

Anjir, itu suara apaan?

"Huhuhu ...,"

Shit, jangan-jangan rumor tentang UKS ini berhantu malah benar? Itu siapa yang menangis? Sadako? Tapi perasaan di UKS tidak ada TV. Atau Kuchisake Onna? Kalau nanti dia bertanya 'apakah aku cantik atau tidak', aku harus jawab apa?

"Huhuhuhuu ...,"

Anying~ Tangisannya makin kencang, woi.

Mama, Cacu tatut~

*End of Sasuke's POV*

.

.

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUED


Author's note :

WAHAHAHAHA~ Akhirnya chapter 1 jadi juga. Sumpah, ngeditnya malesin abis. :'v #tepar

Btw ... silakan tabok saya, minna-san~ Demi apa saya bikin fanfic gak jelas banget kayak gini?! O.O #pelototinreaders #dicolok

Huhuhuu ... Maaf ya, Sasuke-nya kubuat OOC~ Chap 1 aja udah ancur kayak gini, gimana entar ..., :"3 #galilubang

Entah kenapa saya merasa bersyukur karena tidak mengikutsertakan fanfic ini untuk dijadikan event BTC. :v

Yosh, Silakan curahkan bagaimana perasaan Anda ke kotak review di bawah.

Mau protes, saran, kritik, bahkan flame? Akan saya terima dengan ikhlas. :")

Arigatou gozaimasu! Jaa ne~ #nguburdiri

.

.

.

.

Sign,

Subarashii Shinju