Special Thanks to : ReginaIsMe16, Febri Feven, L Kira99, hanazono yuri, Hayashi Hana-chan, uchan, RUE ERU, Kikyu RKY, wedusgembel41, Nakashima Rie, ArashiKeiko, ysa-ca, Yuzuki Chaeri dan kalian semua yang sudah mau baca fanfic ini~ :") *pelukin satu-satu*
Previous chapter :
"Woi, Chouji! Hentikan! Turunkan aku!" Perkataan Shikamaru dianggap bagai angin lewat oleh pemuda tambun tersebut.
"Hahaha~ Lho, Forehead, mau kemana?" tanya gadis like a barbie itu saat melihat sahabat pink-nya beranjak dari bangkunya.
"E-Etto, aku ingin ke toilet dulu, ya, Ino? Ada panggilan alam, hehe ..." ucap Sakura dengan senyum canggung.
Ino menyipitkan manik aquamarine-nya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ia merasa gelagat Sakura seperti ingin kabur.
"Aku temani, ya, Saki?" tawarnya.
"Ngg—tidak usah, Ino. Aku bisa sendiri, kok."
"Kau mau kabur, ya, Saku-chan?"
DEG!
Perkataan gadis bercepol dua itu membuat tubuh Sakura berjengit. Sakura menatap satu per satu wajah sahabatnya dengan manik klorofil-nya, yang entah kenapa membuatnya seperti diinterogasi.
'Bagaimana ini? Aku harus kabur atau tidak? Kami-sama, tolong aku!' batin Sakura panik.
Yume no Jitsugen
(A Dream Come True)
Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Subarashii Shinju
Warning(s) :
OOC | AU | Typo(s) bertebaran maybe | EyD dipertanyakan | Diksi amburadul | Bahasa sehari-hari | Fluffy | Romance gagal | Humor garing | Dan sebangsanya
.
.
.
Selamat membaca. :))
Ino, Tenten dan Hinata memandangi Sakura dengan tatapan mengintimidasi, membuat Sakura merinding sambil memegangi tubuhnya.
"K-Kenapa, sih? Aku hanya ingin ke toilet, kok!" elak Sakura.
"Pembohong," ucap Ino sambil menyipitkan matanya.
"Mencurigakan," Tenten ikut-ikutan menyipitkan matanya.
"G-Gelagat seperti ingin k-kabur." Astaga, Hinata pun ikutan?
Sakura langsung pundung sambil menghitungi serangga-serangga hitam yang berkumpul di pojokan dinding. Err—bukankah itu kutunya Tenten?
"Mana janjimu saat bel masuk?" Ino melangkahkan kakinya mendekati Sakura sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Katanya mau cerita?" Kini Tenten yang mendekati Sakura sambil berkacak pinggang.
"S-Sakura-chan berbohong, ya?" Hinata pun ikut memojokkan Sakura sambil menunjuk wajah cantik sang gadis pink.
Sakura semakin merasa terpojok oleh pertanyaan-pertanyaan ketiga sahabatnya.
"Uugh, baiklah, baiklah. Aku menyerah!" teriak Sakura frustasi. Akhirnya meski sedikit tak rela, Sakura pun menceritakan kejadian ciumannya dengan Sasuke di UKS kemarin. Namun ia tidak menjelaskan perihal mimpi buruknya. Malu, bo'~
"Aku bingung jadinya. Kalau begitu aku harus bagaimana?" ujar Sakura setelah selesai bercerita.
"Kyaaa, Sasuke-kun tsundere ternyata. Aw, manis sekali~" Sakura mendelik tak suka pada Ino yang tersenyum sambil memuji-muji Sasuke. 'Tch, padahal sudah punya Sai, tapi masih genit dengan laki-laki lain. Dasar Ino.' batin Sakura jengkel. Ehem, sepertinya ada yang sedang cemburu disini.
"K-Kalau Sakura-chan m-memang suka sama S-Sasuke-san, tinggal nyatakan saja," usul Hinata sambil tersenyum kalem.
"Aku juga sependapat dengan Hina-chan." tambah Tenten sambil mengusap dagunya dengan jari—berpose a la detektif yang sedang memecahkan kasus rumit.
"Eh?! Ta-tapi masalahnya, jika setiap kali ditanya hal semacam itu olehnya, aku selalu mengatakan kebalikannya," ungkap Sakura ragu kemudian menggigit bibir bawahnya.
Ino, Tenten dan Hinata berpandangan.
"Dasar tsundere akut," cibir sang gadis barbie-like.
"Ego-nya terlalu tinggi," gadis bercepol ikut mencibir.
"M-Mengenaskan." tambah gadis bermanik amethyst.
JLEB. JLEB. JLEB.
Sakura langsung pundung di pojokan kelas, kembali mengulangi kegiatannya yang sebelumnya—menghitungi kutu Tenten yang entah bagaimana bisa berkumpul di pojokan dinding.
"Kalian bertiga kejam~" gumamnya pelan.
"Sudah, sudah, Sakura. Ayo, kita belajar jujur!" Sakura mendongakkan kepalanya, menatap aquamarine milik sang Yamanaka.
"A-Aku tidak mungkin bisa jujur, Ino~" kilah Sakura sambil mengacak surai pink-nya, frustasi.
"K-Kalau belum dicoba, 'k-kan tidak t-tahu." bujuk Hinata.
"Ayo, berjuang dulu, Saki~" Tenten ikut membujuk.
Mendengar bujukan teman-temannya, Sakura malah makin cemberut.
"Jangan paksa aku!" tolak Sakura mentah-mentah.
"Eh?" Ketiga sahabatnya hanya cengo karena gagal paham dengan sikap Sakura yang terkesan ambigay binti plin-plan.
"Aku tahu ego-ku terlalu tinggi hanya untuk menyatakan cinta, tapi menurutku itu akan sia-sia kalau misalnya setelah ini Sasuke menghindariku." jelas Sakura dengan wajah sedih. Sikapnya kini mengundang tanda tanya di atas kepala Ino, Hinata dan Tenten. 'Ini anak maunya apa, sih?' batin mereka bersamaan.
"Kurasa hal seperti itu tidak akan terjadi. Percayalah." Ino masih berusaha untuk bersabar menghadapi kelakuan Sakura saat sifat keras kepalanya kumat. 'Sabar, Ino, sabar. Orang sabar disayang pacar.' Mulutnya berkomat-kamit sambil mengucapkan kalimat mantra itu dalam hati.
"Sudahlah, aku sudah memutuskan untuk menghindarinya sampai hari kelulusan." ujar Sakura pasrah. Sekarang dia malah duduk bersandar di dinding.
Nyit. Jerawat mendadak muncul di dahi Ino.
.
.
.
Maaf. Perempatan, maksudnya.
"KAU GILA, YA?! ITU LAMA SEKALI, BODOH!" Ino sudah tidak bisa menahan ledakan amarahnya lagi. Rasanya ingin sekali ia lempar meja terdekat ke arah Sakura.
"Sabar, Ino-chan. Orang sabar pantatnya lebar." ucap Tenten sambil mengelus pantat Ino. Ino tertohok. Gadis bermanik aquamarine itu langsung mendelik kesal pada Tenten yang sudah seenaknya mengubah istilah. 'Seharusnya 'kan orang sabar disayang pacar,' begitu pikirnya.
"Sudahlah, aku tidak apa-apa, kok." ujar Sakura sambil memaksakan tersenyum, membuat Ino memelototkan matanya geram.
"Tch, apanya yang tidak apa-apa? Jangan berlagak sok kuat!" Tenten berusaha keras menahan Ino yang sudah seperti ingin mencakar wajah cantik Sakura.
"I-Ino-chan, tenanglah ... marah-marah takkan menghasilkan apapun. I-Ingat, orang sabar dadanya besar," bujuk Hinata sambil menenangkan Ino.
SIIIINGGG~
Perkataan Hinata membuat Ino berpikir keras akan maksudnya. Karena terlalu keras berpikir, tiba-tiba asap mengepul keluar dari kepalanya.
"Eh? Bukannya kalau orang sabar itu pantatnya lebar? Atau dahinya yang lebar? Ah, atau jangan-jangan hidungnya megar?"
Ino mendengus napas kesal mendengar celotehan Tenten yang tidak jelas. Perlahan tapi pasti dia mulai tenang kembali. Asap yang entah bagaimana bisa keluar dari kepalanya juga perlahan menghilang.
"Mungkin shopping akan menjernihkan pikiranku." ujar Ino melenceng. Sakura, Tenten dan Hinata yang mendengarnya langsung mengadakan ritual sweatdrop berjamaah.
"Ya sudah, aku mau ke Ayang Sai dulu, ya? Untuk masalah ini, akan kupikirkan lagi setelah selesai kencan~" Ino pun berjingkrak riang menuju kelas XI C, kelas Sai.
"KYAAA, SAI-KUUUN~ EMESEYU!" Teriakan membahana Ino terdengar menggema di koridor. Murid-murid yang mendengarnya langsung terserang penyakit tuli mendadak.
"... Ja-jadi, sebenarnya Ino-chan itu ingin k-kencan atau shopping?" tanya Hinata sambil menggaruk kepalanya. Gadis bermanik amethyst itu gagal paham dengan pemikiran Ino yang amburegul.
... Bahrelway, amburegul itu apa, ya?
"Ino-chan memang seperti itu. Suka tidak nyambung," jelas Tenten sambil menggaruk pantatnya. Astaga, kelakuan Tenten semakin mirip dengan makhluk yang mengaku bernama Rock Lee. Sepertinya kau harus segera menjauhkan sahabat cepolmu dari makhluk hijau yang mengerikan itu, Sakura.
"Aku yakin setelah selesai kencan nanti pikiran Ino akan kembali jernih." ujar Sakura. Hinata dan Tenten langsung menoleh ke arahnya. Mereka berdua kagum akan sifat Sakura yang sepenuhnya percaya pada Ino. Walau terkadang mulut Ino suka bocor layaknya tembok yang belum dilapisi cat bermerk 'Yes Drop', tapi Ino sangat peduli dengan teman-temannya.
"... Karena pikirannya yang terlalu jernih itulah, aku yakin esoknya ia pasti akan lupa tentang masalah ini." lanjut Sakura kalem.
Yah, kecuali jika gadis like a barbie itu terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.
Dan seketika HinaTen pingsan dengan mulut berbusa.
"Menurutmu bagaimana cara agar gadis tsundere mengakui perasaannya?"
Naruto langsung melongo ketika ditanya seperti itu oleh Sasuke. Ramen yang awalnya berada di dalam mulutnya langsung terjun kembali menuju tempat asalnya—mangkuk berukuran jumbo. Sasuke yang melihatnya langsung bergidik jijik.
Lima menit pun berlalu.
Dan mulut Naruto masih menganga lebar. Rasanya Sasuke ingin sekali menjejalkan kulkas dua pintu ke dalamnya. Siapa tahu muat.
"Jadi ... kau gagal menyatakan cinta, ya?" tanya Naruto polos. Atau bego? Yah, polos dan bego beda tipis, sih. Sudah tahu Sasuke bertanya hal seperti itu, masih juga bertanya.
"Tsk. Jawab saja, bodoh." elak Sasuke sambil menyeruput jus tomatnya. Pemuda Uchiha itu paling tidak suka jika dia bertanya, malah dijawab dengan pertanyaan lagi. Padahal sendirinya suka begitu. Hn, tipikal Uchiha.
"Sudah tahu aku bodoh, tapi malah bertanya padaku. Dasar Teme bego." umpat Naruto dengan suara pelan.
"OHOK!"
Namun sepertinya telinga tajam Sasuke sedang berfungsi dengan sangat baik, sehingga umpatan pelan pemuda Uzumaki itu masih bisa terdengar dengan jelas olehnya. Bahkan sampai membuat Sasuke yang sedang minum langsung tersedak.
PLETAK!
"ITTAI! Jangan pukul kepalaku, Teme! Bisa-bisa aku jadi bodoh kalau terus begini," gerutu pemuda pecinta ramen tersebut sambil mengelus kepalanya yang benjol.
"Kau sudah bodoh dari sananya," balas Sasuke datar. Membuat perempatan mendadak muncul di dahi Naruto.
"Oh, jadi kau merasa jenius, heh? Lalu kenapa untuk masalah cinta saja kau masih bertanya pada makhluk bodoh di depanmu, Sasu-nyan?" cibir Naruto.
"Hentikan, Naruto. Itu menjijikan," ucapnya sambil bergidik jijik. Oh, Kami-sama~ Sasuke sudah muak digosipkan homo dengan Naruto saat zaman SMP dulu. Membuat fansgirl-nya yang awalnya memujanya—secara berlebihan, of course~—malah menjadikannya obyek fujoshi mereka. Sungguh zaman SMP yang mengerikan. Penuh dengan trauma yang tidak ingin Sasuke ingat-ingat lagi.
Dan karena itulah Sasuke bersekolah di Konoha High School yang terkenal dengan murid-muridnya yang jenius, berharap Naruto tidak masuk ke sekolah ini. Tapi pada kenyatannya? Naruto masuk ke sekolah ini. Satu kelas dengannya. Bahkan mereka duduk sebangku sekarang! Padahal kapasitas otak Naruto sangat jauh dari kriteria minimal sekolah ini. Dunia adil banget emang.
Ya, inilah salah satu alasan yang membuatnya menjadi playboy sekarang. Walau harus dilakukan dengan penuh ketidaksudian. Tapi ... ya mau bagaimana lagi.
Sekali lagi. Dunia adil banget emang.
"Sasu-nyan~"
"Ck, Baka Naruto!"
"Sasu-koi~"
"Aho Dobe,"
"Sasu-chan~"
"Usuratonkachi!"
"Mami, Cacu tatut~"
"..."
DUAK.
Dengan santainya, Sasuke menendang kepala Naruto. Membuat kepala duren itu sukses mencium lantai.
"OUCH! SIALAN KAU, TEMEEE~" bentak plus rengek Naruto kesal. Oh, bengek no jutsu beraksi lagi ternyata. Dan jurus tersebut sukses membuat seluruh penghuni kantin menoleh ke arah mereka. Nice work, Uzumaki!
Naruto masih dalam posisi tengkurapnya. Tendangan maut Sasuke tadi benar-benar hampir membuat rohnya terbang melayang ke awang-awang. Kepala durennya terasa cenat-cenut sekarang.
Dalam hati, putra semata wayang MinaKushi itu heran. Kenapa dia bisa tahan berteman dengan pemuda dingin yang hobi menyiksanya hingga saat ini? 'Apa salah Naru, Kami-sama?' batin Naruto meraung-raung.
Kemudian, dengan wajah datar dan tanpa rasa bersalah sama sekali, Sasuke justru menginjak belakang kepala Naruto dengan ganas. Membuat pemuda pecinta ramen itu harus kembali merelakan ciuman yang entah keberapakalinya dengan lantai yang ternyata belum di pel sejak minggu lalu.
DUUUT~
Hidung Naruto tiba-tiba mencium bau tak sedap. Beberapa siswa di sekitar mereka serempak langsung menutup hidung mereka.
"Hoek~ Bau apa ini? Seperti campuran antara tomat, jengkol dan mengkudu yang menyatu," ujar Naruto dengan ekspresi mau muntah.
"Hn. Aku kentut barusan,"
Anjir.
Sasuke?
Kentut?
WHAT THE HELL?
Pangeran KHS itu kentut?!
DAN BISA-BISANYA DIA MENGATAKAN HAL NISTA TERSEBUT DENGAN MEMASANG WAJAH DATAR SEOLAH SUDAH TERBIASA MELAKUKANNYA?
Oh, no. Dunia mau kiamat.
"... Pantas baunya busuk," cibirnya pelan.
"Apa katamu, Usuratonkachi?" tanya Sasuke sambil menaikkan satu kakinya ke tubuh Naruto yang masih tengkurap. Batin Naruto kembali meraung-raung. Sepertinya saat ia pulang ke rumah nanti, ibunya yang cantik namun galak itu akan memarahinya habis-habisan karena di baju seragamnya kini terdapat noda bekas injakan sepatu kebanggaan Sasuke. Atau mungkin Kushina malah akan menyuruhnya telanjang dada.
'Oh tidak. Bisa-bisa Hinata akan mimisan terus kalau aku telanjang dada begitu,' batin Naruto narsis. Seseorang, tolong pukul kepala Naruto sekarang.
DUK.
Ujung sepatu Sasuke menendang kepala duren Naruto dengan indahnya. Naruto langsung memaki Sasuke dalam hati.
"B-baiklah, maafkan aku. Lebih baik kita tanyakan pada Sai saja yang lebih ahli dalam hal ini. B-bagaimana?" tawar Naruto takut-takut. Takut kalau nanti bajunya akan terdapat lebih banyak tanda bekas sepatunya Sasuke. Jika diperhatikan lebih lanjut, ternyata Sasuke memakai sepatu yang berbeda merk untuk masing-masing kaki.
Sasuke menimbang-nimbang dengan neraca dua lengan.
Tunggu, darimana dia mendapatkannya?
"Hn."
Jawaban Naruto, patut dicoba.
.
.
Kelas XI C (Kelas Sai)
"SAI! APA KAU SIBUK?" tanya—atau mungkin teriak—Naruto sambil berlari menghampiri Sai yang sedang duduk manis di bangkunya. Sasuke mengikutinya dari belakang sambil berjalan dengan ogah-ogahan.
Kelas XI C sepi, hanya terdapat Sai seorang disana. Mungkin semua penghuni kelasnya berada di kantin, mengingat ini adalah jam istirahat.
Sai menghentikan kegiatan menggambarnya sejenak, sekedar menoleh kearah sahabat bermanik sapphire yang kini sudah duduk di hadapannya. Dan tersenyum singkat pada Sasuke yang kini berdiri di samping Naruto. Naruto yang merasa tidak disenyumin akhirnya menggembungkan pipinya kesal.
... Lho? Baiklah, abaikan yang satu ini. Naruto bukan maho alias manusia homo, kok. Buktinya dia pacaran dengan Hinata. Dia hanya merasa kalau Sai pilih kasih (?). Err—mungkin.
"Sedang apa, Sai? Sibuk, ya?" tanya Naruto seraya melongok ke arah buku gambar Sai, rupanya ia ingin tahu apa yang sedang digambar oleh sahabat pucatnya. Dan seketika maniak ramen itu langsung menyesali perbuatannya karena manik shapphire-nya melihat sketsa Ino yang sedang nungging tergambar di sana. Sepertinya itu terjadi saat Ino terjatuh pada kencan mereka seminggu yang lalu.
"Tidak. Ada apa, Naruto-kun?" jawab dan tanya Sai akan ucapan Naruto beberapa saat yang lalu sambil menutup buku gambarnya. Naruto yang tadinya sedang khusyu bergumam 'Amitabha amitabha amitabha' berulang-ulang, langsung tersadar.
"Oh iya! Kami ingin bertanya sesuatu!" ucap Naruto antusias sambil menepokkan kepalan tangan kanannya ke telapak tangan kirinya.
"Tanya apa?" Sai mengangkat sebelah alisnya.
"Apa ada cara untuk menembak gadis tsundere yang hasilnya langsung klepek-klepek?" tanya pemuda pecinta ramen tersebut dengan wajah super polos.
Sasuke langsung menepuk jidatnya. Ya, sebuah kesalahan besar karena kau sudah meminta bantuan dari pemuda Uzumaki itu, Uchiha. Nikmati saja~
Sai membulatkan mulutnya, membentuk huruf o. Kemudian ia mengeluarkan semua buku-entah-apa-itu dari tas sekolah yang dibawanya ke atas meja, yang akhirnya membuat mulut Naruto menganga lebar dan membuat Sasuke membelalakkan matanya karena meja Sai kini dipenuhi oleh buku-buku Sai. Sebenarnya, tujuan sebenarnya Sai ke sekolah untuk apa, sih?
Mata hitam Sasuke terlihat jelalatan membaca tiap-tiap buku koleksi Sai. Seketika adik Itachi itu ingin segera membenturkan kepalanya ke tembok karena merasa mata sucinya telah ternodai oleh berbagai macam judul buku pedoman milik pacar Ino itu.
Beberapa diantaranya ada yang berjudul; 'Bagaimana Cara Mengklepek-klepekkan Hati Seorang Gadis', '1234 Jurus Agar Menjadi Pria Paling Hot', 'Gombalan Paling Manjur Sepanjang Zaman', 'Cara Menghadapi Berbagai Macam Tipe Gadis', bahkan sampai ada juga buku yang berjudul; 'Jurus Jitu Menaklukkan Janda'. Busetdah, ngeri. Sasuke hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Di dalam hati kecilnya ia merasa bersyukur. Paling tidak, walaupun dia seorang playboy, tidak pernah terbesit sekalipun dalam otak jeniusnya untuk menaklukkan janda. Hn.
Berbeda dengan Sasuke yang kini malah sedang berkomat-kamit 'Ampunilah Cacu kalena belteman dengan makhluk cepelti ini, Kami-sama,' berulang-ulang, Naruto justru memandang tumpukan buku-buku koleksi Sai dengan tatapan berbinar. Sapphire-nya kini dipenuhi oleh blink-blink, membuat Sai yang duduk di depannya harus mengenakan kacamata hitam karena silau.
Suasana mendadak hening. Naruto dan Sai kini sedang sibuk mencari-cari buku pedoman sesat yang tepat untuk Sasuke.
Tiba-tiba, Naruto langsung berteriak kegirangan layaknya ibu-ibu melihat berondong ganteng lewat saat manik birunya menangkap salah satu buku yang berjudul; 'Gombal-Gambil Dari Gembel Paling Greget' (?) dari tumpukan buku sesat milik Sai yang bejibun. Segeralah dibukanya buku yang menurutnya paling greget itu, kemudian ia langsung membacanya.
"Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Kami-sama, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah buku Gombal-Gambil dari Gembel Paling Greget ini bisa lulus sensor. A-are?" Naaar, itu kata pengantarnya, keleus~ Sai dan Sasuke yang mendengarnya hanya bisa menepok jidatnya pasrah.
"Oh, cantik. Bentuk tubuhmu yang aduhai itu selalu terbayang di benakku~" baca pemuda Uzumaki itu. Entah kenapa, Sasuke yang mendengarnya langsung berfirasat kalau buku itu tidak layak untuk dikonsumsi.
"Silakan ganti dengan nama gebetan atau pacar Anda saat membaca yang di dalam tanda kurung ini. Hmm, oke." Sepertinya Naruto malah asyik sendiri.
"Hmm, yang mana, ya? Kok tidak ada? Apa tidak aku bawa, ya?" gumam Sai pada dirinya sendiri. Dirinya masih asyik menjungkir-balikkan tumpukan buku sesat di depannya. Sasuke benar-benar merasa sangat berdosa karena berteman dengan makhluk seperti mereka. Dalam hatinya, ia sudah bertekad untuk bertobat dari gelar playboy-nya nanti. Eh?
"Oh, Hinata-chan~ Aku suka sekali melihat pipimu yang merah merona. Bibir mungilmu pun merah semerah pipimu. Karena bibirmu merah, bolehkah aku mengecupnya agar bisa selalu melihat pipi tembemmu yang memerah seperti daging sapi merah yang ada di Ichiraku Ramen yang tulisan di lampionnya berwarna merah?"
Baiklah, gombalan ini mulai tidak benar. Entah kenapa kini Sasuke muak dengan kata 'merah'. Sepertinya pemuda Uzumaki itu ingin tubuhnya dilumuri oleh darah merah, heh? Oh, Sasuke, hentikan sifat yandere-mu yang kumat itu. Bisa-bisa, pacar Naruto yang pemalu itu digotong ke UKS yang laknat karena mengetahui kekasih tercintanya dilumuri oleh darah. Lagipula, ini bukan fanfic gore, woi!
"Kyaaa, Sai-kun~" Sasuke langsung menghindar beberapa langkah ke belakang—cari aman—begitu onyx-nya melihat Ino yang sedang berlari menuju Sai dan langsung menerjang dengan ganasnya. Sasuke langsung merasa iba—walaupun wajahnya terlihat datar—saat melihat Sai yang wajahnya semakin memucat, sepertinya ia tercekik dengan pelukan Ino yang agresif.
'Homina, homina, homina~ Jangan sekalipun kau dekat-dekat dengan gadis Yamanaka itu, Cacu. Ngeri, bo'. Homina,homina, homina~' janjinya pada dirinya sendiri dalam hati. Ckckck, OOC sekali kau, Uchiha.
Tiba-tiba pikiran Sasuke langsung teringat dengan tujuannya menemui Sai, yakni menanyakan cara agar Sakura mengakui perasaannya. Otak jeniusnya kini tak bisa berjalan dengan baik seperti biasa. Entah kenapa kini ia merasa trauma dengan hal-hal berbau UKS, tsundere, ciuman dan penolakan. Pokoknya, dengan segala cara ia harus membuat Sakura mengakui perasaan yang sebenarnya padanya! Huh, padahal ia sendiri belum menyatakan cintanya. Hn, gengsi Uchiha.
"Oi, Sasuke!" Suara Naruto yang menggelegar tiba-tiba memasuki gendang telinganya, membuatnya tersadar dari lamunan gaje-nya barusan.
"Hn."
"Kami menemukan cara untuk menaklukan Sakura!" seru Naruto, membuat Sasuke menaikkan sebelah alisnya.
.
.
Setelah mendengar jawaban Sai, Sasuke langsung bergegas keluar dari kelas Sai sambil mengacak rambutnya frustasi. Apa-apaan coba? Masa harus seperti itu? Ugh, kepalanya terasa cenat-cenut. Mungkin akan lebih baik jika ia beristirahat di taman belakang yang sejuk. UKS? Tidak, dia sudah bertobat untuk tidak berkunjung kesana. Trauma. Ia pun memutuskan untuk berjalan menuju taman belakang sambil memikirkan jawaban Sai barusan seorang diri. Ya, bukannya membantu sahabatnya, Naruto malah asyik membaca buku berjudul 'Gombal-Gambil Gembrot Gembira' atau apalah itu. Sasuke tidak mau membuang-buang memori otaknya untuk mengingat judul buku sesat semacam itu.
Tiba-tiba, manik sehitam jelaganya menangkap sosok Kiba sedang berduaan dengan Shion di belakang gedung olahraga. Ah, karena terus berjalan sambil melamun, Sasuke jadi tak sadar sudah mengelilingi sekolah. Untung saja tidak nyasar ke tempat pembuangan sampah.
Melihat Kiba yang sepertinya sedang adu mulut dengan Shion, virus kepo-nya mendadak bangkit. Pemuda Uchiha itu pun memutuskan untuk menguping kegiatan mereka. Namun telinganya yang tajam entah kenapa kini tak bisa berfungsi seperti biasanya.
Dilihatnya Shion pergi dari sana dengan wajah memerah menahan amarah, karena gadis bersurai pirang pucat itu pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya. Setelah Shion menghilang dari pandangan, akhirnya Sasuke memutuskan untuk menemui Kiba yang sedang duduk bersandar pada tembok sambil mendongakkan kepala ke atas menghadap langit. Ya, sepertinya Kiba sedang meratapi nasib. Terbukti dari wajahnya yang terlihat mengenaskan bak Akamaru yang belum diberi makan.
"Sedang apa kau disini?" tanya pemuda pecinta anjing itu sambil mengernyitkan alis, sang bungsu Uchiha di hadapannya hanya bergeming.
"Menurutmu bagaimana cara agar gadis tsundere mengakui perasaannya?" Bukannya menjawab, Sasuke malah balik bertanya. Sepertinya dia sudah memutuskan untuk menanyakan hal itu kepada teman-temannya satu per satu.
Kiba yang ditanya Sasuke hanya memasang wajah bingung sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. Hei, apa Sasuke membawa benih ketombe kesini?
"Memangnya kau pikir wajah seperti ini bisa menaklukkan berbagai macam tipe wanita, ya? Kau bertanya pada orang yang salah, Sasuke! Sekarang saja aku menjomblo, kau tahu? Huhuhuu~" Kini, Kiba malah curhat tentang betapa hancur hatinya saat Shion—mantan pacarnya—memutuskan hubungan mereka karena tubuh Kiba bau anjing. Dan yang lebih mengenaskan, ternyata Shion malah memutuskan untuk menjadi ketua dari fans club-nya pemuda Uzumaki, sahabat dan rivalnya sendiri.
Jawaban—atau lebih tepatnya curahan hati—Kiba, coret.
.
.
"Aku hanya tahu bagaimana cara menaklukkan serangga betina yang sedang bunting, Sasuke. Kau mau tahu?" Seketika Sasuke langsung kabur setelah mendengar jawaban dari Shino, si maniak serangga yang tadinya sedang asyik menangkap nyamuk di taman belakang.
'Idih, amit-amit. Tidak, terima kasih.' tolak Sasuke dalam hati.
Jawaban nista Shino, anggap tidak pernah ada.
.
.
Neji langsung membenturkan kepalanya ke meja berkali-kali ketika Sasuke melayangkan pertanyaan semacam itu padanya. Ya, Neji sangat tidak berpengalaman dalam hal seperti ini. Dan Sasuke yang terkenal akan gelar playboy-nya bertanya hal semacam itu padanya? Pada jones seperti dirinya? Pada ia yang bahkan sempat dikira homo karena terus-terusan membudak Lee untuk mengerjakan tugas OSIS yang seharusnya ia kerjakan sendiri? Sekali lagi, dunia mau kiamat.
... Tapi ngomong-ngomong, kisahmu lumayan mirip dengan Sasuke sewaktu ia masih SMP, Neji.
"Kau kemari hanya untuk menanyakan hal seperti itu, Uchiha? Pergilah, kau hanya mengganggu." usir Neji tak berperikehomoan saat Sasuke repot-repot datang menemuinya di ruang OSIS hanya untuk menanyakan hal nista tersebut. Dalam hati, Neji merasa tersinggung dengan pertanyaan Sasuke yang seperti menghina dirinya.
"Jawab saja pertanyaannya, setelah itu aku akan pergi." balas Sasuke ogah-ogahan. Well, sebenarnya Sasuke juga tidak ingin lama-lama berada di tempat laknat semacam ini. Lihat saja, banyak upil dan bulu kaki bertebaran dimana-mana. 'Ewh, najis tralala~' batin Sasuke OOC.
"Kau pikir aku tahu jawabannya? Selama ini aku hanya dekat dengan gadis polos yang mau-mau saja disuruh apapun olehku. Aku tak pernah sekalipun berhadapan dengan gadis tsundere." ungkap Neji jujur. Sasuke mendengus setelah mendengar jawaban pemuda berambut bak artis iklan shampoo itu.
"Hn." Sasuke berbalik, memutuskan untuk pergi dari ruang OSIS yang laknat itu. Rupanya ia sudah tak tahan dengan bau-bauan yang menyengat di ruangan itu.
"Uchiha," panggil Neji, membuat langkah Sasuke terhenti. Namun pemuda Uchiha itu enggan untuk berbalik menghadap pemuda Hyuuga.
"Satu saran dariku. Gunakan segala hal yang kau miliki untuk membuatnya mengakuimu." ucap Neji sambil menyeringai cantik—ehm, tampan.
"... Maksudmu seperti menyalahgunakan kekuasaan, begitu?" tanya Sasuke sambil melirik ke arah pemuda Hyuuga.
"Kau tahu apa maksudku." balas Neji sambil berbalik memutar kursinya.
"Tch, menggelikan." cibir Sasuke.
Jawaban Neji, beri upil.
.
.
"KAU MAU MEMBUAT SAKURA-SAN TAKLUK PADAMU, YA?" teriak Lee dengan sangat lebay sambil menunjuk-nunjuk wajah tampan Sasuke dengan jari tengahnya. Sasuke hanya menatapnya datar sambil mengelap wajah tampannya dengan tangan karena terkena hujan lokalnya Lee.
'Untuk apa si alis tebal ini menunjukku dengan jari tengahnya? Disembur pula. Najis tralala.' Sasuke bergidik jijik dalam hati.
"TIDAK! AKU TIDAK SUDI MENJAWABNYA!" Lee langsung lari menuju gedung olahraga, tempat biasanya ia berlatih berlari sambil kayang. Namun beberapa detik kemudian, ia balik lagi menuju tempat Sasuke berdiri.
"Tapi kalau kau mengetahui jawabannya, beri tahu aku, ya?" ucap Lee dengan wajah berbinar. Dan Lee langsung bonyok di tangan Sasuke.
Jawaban Lee? TENDANG KE JURANG!
.
.
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Kalau dia memang mencintaimu, aku yakin dia akan mengakuinya." jawab Gaara sambil memandangnya dengan tatapan datar.
'Ya, dia akan mengakuinya. Dua tahun lagi.' rutuk Sasuke dalam hati. Eh? Apa maksudnya dua tahun lagi?
"Aku setuju dengan Gaara. Kalau tidak sabar menunggu, ya paksa saja. Lakukan hal-hal yang tidak gadis itu sukai." Kini Kankurou mengeluarkan pendapatnya.
"Aku sudah melakukannya, tapi gadis itu malah menghindariku." terang Sasuke. Ya, alasan sebenarnya mengapa Sasuke menjadi playboy adalah karena ia ingin membuat Sakura cemburu. Namun apa yang ia dapatkan? Sakura justru menghindarinya. Poor Sasuke~
"Ah, begitukah? Maaf, aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Lagipula Sari bukan tipe gadis tsundere." ungkap Kankurou sambil menggaruk belakang kepalanya, agak salting karena membawa nama sang pacar.
"Aku juga minta maaf tidak bisa membantumu. Aku tidak pernah pacaran dengan gadis tsundere. Selama ini aku berpacaran dengan Matsuri. Aku suka Matsuri karena dia adalah gadis yang berani, lembut dan perhatian. Karena itulah sampai sekarang aku tidak pernah melepasnya. Aku sangat bahagia karena setiap ada pertandingan, dia selalu menyemangatiku dengan gerakan cheers-nya. Kami bahkan akan berkencan setelah kegiatan klub. A-Astaga, aku ada klub basket sekarang." Eeh, si mata panda malah curhat. Kemudian pemuda bersurai merah itu langsung pergi menuju lapangan basket. Meninggalkan Sasuke dan Kankurou yang terbengong-bengong di sana.
Jawaban Gaara dan Kankurou? Tidak membantu.
.
.
"Hah? Serius kau menanyakan hal seperti itu padaku?" tanya Kidomaru dengan wajah dungu sambil menunjuk hidungnya. Dua tangannya yang lain ia gunakan untuk menggaruk ketiaknya yang gatal. Jirobou yang kebetulan duduk di dekatnya langsung berekspresi ingin muntah karena wangi ketiaknya Kidomaru menguar kemana-mana. Wajar, sih. Tangannya Kidomaru saja ada empat. Tak heran kalau ketiaknya beraroma harum semerbak. Dengan secepat kilat, Jirobou sudah berpindah ke samping Sakon.
Kini, Sasuke bersama Sakon, Kidomaru, Jirobou dan Tayuya berada di markas mereka. Yakni gazebo tak terpakai yang masih nyaman untuk digunakan.
"Anda serius, Sasuke-sama? Anda 'kan lebih senior daripada kami." ucap Sakon dengan tatapan meremehkan. Tak menyangka bahwa tuannya saja malah menanyakan hal semacam itu pada mereka yang berstatus sebagai muridnya. Ya, murid yang berguru jurus playboy-nya Sasuke. Err—mungkin jurus playgirl kalau untuk Tayuya.
"Padahal sendirinya lebih buruk," ejek Tayuya dengan nada ketus. Gadis bermanik hazel itu melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ada apa denganmu, eh? PMS? Atau baru saja putus dengan Kabuto-senpai? Makanya, pilih pacar yang benar, dong. Pencinta mayat begitu dipacarin," cerca Sakon. Ah, kalau saja Kabuto tahu, mungkin kau yang akan jadi koleksi mayat yang berikutnya, Sakon.
"Tch, kau boleh bicara seperti itu jika sudah punya pacar, Banci." Tayuya balas mencerca. Satu-satunya perempuan dalam kelompok itu memang benci dengan sikap sok lakunya Sakon. Jelas-jelas, satu-satunya makhluk yang dekat dengan Sakon hanyalah Ukon, kembarannya. Dari gossip yang beredar, mereka itu incest. Membayangkannya saja sudah membuat Tayuya langsung mencari kantung plastik di tempat sampah terdekat. Apalagi kalau memang jadi kenyataan.
"Sial," umpat Sakon kesal. Dia selalu kalah jika sudah adu mulut dengan perempuan berambut dark pink itu.
"Tayuya, perempuan tidak seharusnya bicara begitu," Lagi. Rasanya sudah berkali-kali Jirobou menasehati sang gadis. Namun Tayuya selalu membalas dengan kalimat yang sama setiap kali ia dinasehati.
"Diam, gendut. Kau juga sama saja." Untungnya, Jirobou tidak seperti Chouji yang akan langsung menimpa orang yang mengatainya dengan tubuhnya yang kelewat besar. Jirobou justru langsung mengunyah batu di pojokan sambil bercucuran air mata. Sasuke yang melihat pertengkaran anak buahnya hanya memasang wajah datar. Yah, ini memang sudah biasa.
"Ah? Sasuke-sama sedang apa di sini?" tanya Kimimaro yang baru datang dengan sopan. Ya, tidak biasanya mereka berkumpul di markas mereka. Biasanya mereka berpencar kemana-mana. menggoda lawan jenis, misalnya. Walaupun hal tersebut perlu diragukan.
"Tidak ada. Kau darimana, Kimimaro?" Bukannya menjawab, Sasuke malah balik bertanya. Hn, seperti biasa.
"Mencari perempuan bermulut kotor itu, Sasuke-sama. Ternyata dia malah ada di sini." jawab Kimimaro sambil duduk di samping Kidomaru. Namun setelah mencium aroma yang kurang sedap, ia langsung berpindah ke samping Sasuke.
"Siapa perempuan bermulut kotor yang kau maksud?!" Tayuya merasa tersinggung. Namun Kimimaro hanya terdiam, enggan menjawab pertanyaan yang jawabannya sudah di depan mata itu.
"Tentu saja kau, bodoh. Memangnya siapa lagi perempuan yang mulutnya kotor selain dirimu?" jawab Sakon sambil tersenyum mengejek. Sepertinya dia senang karena berhasil balas dendam.
"KAU—"
"Hentikan, Tayuya." sela Sasuke. Sepertinya pemuda berambut raven itu mulai jengah dengan pertengkaran yang tidak ada habisnya ini. OMG hellooo~ Sasuke kesini untuk meminta pendapat, bukannya melihat orang yang saling melempar hinaan no jutsu!
"Tch," Tayuya hanya bisa berdecih kesal. Kalau saja Sasuke itu bukan gurunya yang mengajarkannya jurus maut agar bisa membuat lawan jenis klepek-klepek, pasti sudah ia cincang.
... Tunggu. Memangnya bagaimana cara Sasuke mengajarkan jurus maut untuk Tayuya yang notabene perempuan? Apa Sasuke juga bisa menaklukkan jurus untuk sesama jenis?
"Ngomong-ngomong, ada apa, Sasuke-sama? Tumben berkumpul seperti ini?" tanya Kimimaro, sembari mengalihkan perhatian.
"Aku hanya bertanya bagaimana cara untuk menaklukkan gadis tsundere pada kalian. Tapi tak ada yang menjawab dengan serius," jawab Sasuke agak kesal.
"Maaf, tentu saja kami tidak tahu, Sasuke-sama. Kami 'kan berguru pada Anda." Jawab Kidomaru yang tumbennya sedang sopan.
"Jangankan menaklukkan seorang gadis, banci saja tak ada yang mau mendekati kami." aku Jirobou kelewat jujur. Sepertinya Sasuke memang mengajarkan juga bagaimana cara menarik perhatian sesama jenis. Ewh.
"Bukannya seseorang disana itu banci, ya?" cibir Tayuya sambil melirik Sakon.
"Yang ada malah gadis bermulut sampah yang mendekati." Sakon balas melirik. Tiba-tiba, percikkan listrik langsung keluar dari mata mereka saat bertatapan sengit.
"Siapa yang kau maksud, hah?" tanya Tayuya sambil melotot.
"Pikir saja sendiri," jawab Sakon sambil balas melotot.
"Kau mau kubunuh dengan cara apa, Banci?"
"Kau pikir aku sudi dibunuh olehmu?"
"Sudah kubilang, hentikan perdebatan tak jelas kalian, Tayuya, Sakon." ucap Sasuke sambil memutar bola matanya bosan.
"Persetan dengan hal itu! Dari dulu, aku sudah muak dengan banci satu ini! Biarkan aku membunuhnya terlebih dahulu dan aku akan berhenti!" Tayuya sudah bersiap untuk menendang bokong Sakon. Sakon yang melihat gerak-gerik Tayuya langsung melindungi bokongnya. Tapi—
Cup.
—semua menganga saat Kimimaro mencium Tayuya. Tepat di bibir.
Jirobou yang mangapnya paling lebar, langsung dibawa ke UKS oleh Kidomaru karena banyak lalat yang nyasar masuk ke mulutnya, sehingga membuatnya tersedak. Matikah? Sayangnya tidak. Ups.
"Sasuke-sama sudah bilang untuk berhenti, 'kan?" ucap Kimimaro di depan wajah Tayuya. Tayuya langsung menahan napas.
'K-kesurupan apa anak ini?' batin gadis dark pink itu. Jantung Tayuya langsung doki-doki dua kali lebih cepat. Oh, bukan. Lima kali. Rona merah mulai menjalar di pipinya. Karena tidak kuat menahan napas, akhirnya Tayuya pingsan. Ia digendong bridal style oleh Kimimaro ke UKS menyusul Jirobou. Aw, romantis ma men~
Sakon yang memperhatikan mereka berdua hanya bisa memelototkan matanya. Untung tak sampai keluar dari tempatnya.
Jawaban Sakon, Kidomaru, Jirobou, Tayuya dan Kimimaro? Pikir saja sendiri. Begitu kata Sakon. Alhasil, pemuda banci itu langsung ikut dilarikan ke UKS karena dicekik Sasuke dengan ganas.
"Dasar anak buah payah! Tak bisa membantu!" maki Sasuke kesal. Dalam hatinya, ia berniat akan segera membubarkan kelompok laknat yang ia ajarkan jurus menaklukkan berbagai jenis kelamin itu. Secepatnya.
.
.
"Rupanya kau sedang jatuh cinta, ya, Sasuke?" goda pemuda bertaring tersebut—Suigetsu Hozuki.
"APA? MEMANGNYA SIAPA GADIS ITU, SASU-KUN?" Sasuke langsung menepuk jidatnya. Oh, Kami-sama, salahkah ia karena sudah bertanya pada pacar gadis merah ini?
"Sudahlah, Karin. Bukannya kau sudah move on ke Suigetsu?" ujar Juugo. Karin hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Ya, sekarang Karin sudah tidak mengejar-ngejar Sasuke lagi karena malu jika dirinya mengingat tragedi 'bergesernya kerak bumi yang menimbulkan kemerahan selama berhari-hari' yang pernah dialaminya dulu. Jika kalian tahu apa yang kumaksud.
"Kalian tidak berhak untuk mengetahui siapa gadis itu! Sudah, jawab saja pertanyaanku!" jawab Sasuke seenak udel Itachi yang ternyata tali pusarnya lupa dipotong setengah.
"Kenapa kamu tidak mengakuinya terlebih dahulu,Sasuke? Dengan begitu, dia pasti akan membalas pengakuanmu." saran Juugo.
"Aku sudah mengakuinya secara tak langsung, tapi dia malah menolakku," terang Sasuke.
"Tch, gengsi Uchiha." Karin mencibir.
"Saranku sih, lebih baik cium saja dia tanpa henti sampai gadis itu menyerah dan mengakui perasaannya," Dan Sasuke mendapati dirinya tersedak saliva-nya sendiri ketika Suigetsu selesai mengatakan kalimat laknat itu.
Jawaban Juugo, terhalang oleh ego-nya.
Jawaban Karin, tidak. Perempuan berkacamata itu justru mencibirnya.
Jawaban Suigetsu, terlalu mesum dan penuh resiko.
.
.
"Maaf Sasuke, aku tidak mengerti hal-hal semacam itu." jawab Chouji sambil membuka bungkus keripik kentang berbagai rasa.
"Tapi kalau sudah jadian, jangan lupa traktir makan, ya?" tambah pemuda Akimichi tersebut.
'Apa-apaan. Tak sudi!' jerit Sasuke dalam hati. Bisa-bisa kekayaan keluarga Uchiha bisa habis kalau harus mentraktir pemuda gendut itu. Ups, hati-hati, Sas. Kalau Chouji tahu, bisa-bisa kamu dilindas, lho.
Jawaban Chouji? Buang saja ke laut.
.
.
"Kau mau Sakura mengakui perasaannya?"
"Hn." Walaupun batinnya bertanya-tanya darimana pemuda pemalas di depannya ini tahu siapa gadis yang ia maksud, namun ia hanya mengiyakannya. 'Sudahlah, tidak apa-apa Shikamaru tahu. Dia 'kan memang jenius.' ujarnya dalam hati.
"Hanya ada satu cara membuktikannya." Onyx Sasuke melebar. Benarkah pemuda ber-IQ di atas 200 ini tahu?
"Apa?"
"Pura-pura bunuh diri."
"..." Dan Sasuke langsung pingsan.
Jawaban Shikamaru? Sangat dianjurkan jika memang sudah tidak ada ide lain. Atau mungkin, bunuh diri sungguhan akan lebih baik. Begitu pikir Sasuke.
Bel pulang sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Sekolah sudah sepi, hanya tersisa beberapa anak yang masih ingin mengobrol dengan temannya, atau anak yang mengikuti kegiatan klub.
Di taman belakang inilah, seorang pemuda bersurai emo sedang berbaring di atas rumput. Iris onyx-nya yang dapat memikat hati para gadis itu terpejam, menikmati hembusan semilir angin yang menerpa wajah tampannya.
Kata-kata Sai beberapa saat lalu kembali terngiang-ngiang di pikiran Sasuke.
FLASHBACK
"Dari salah satu buku yang kubaca, jika kau ingin membuat gadis tsundere klepek-klepek, maka kau harus pedekate!"
"... Bukankah itu yang aku lakukan selama ini?" tanya Sasuke heran.
"Aku belum selesai bicara, Sasuke."
"Hn, lanjutkan."
"Nah, katanya, kau akan benar-benar diterima jika pedekate-mu sudah mencapai dua tahun!"
'Anying. Itu sih namanya membunuh secara perlahan.' batin Sasuke dalam hati.
"Oh, pantas waktu itu Sakura bilang mau menghindari Sasuke sampai hari kelulusan. Jadi maksudnya, setelah hari kelulusan itu Sakura akan menyatakan perasaannya?" terka Ino, mencoba menebak-nebak jalan pikiran Sakura.
Sasuke mendengus napas kesal.
"Itu terlalu lama, bodoh!"
Sasuke langsung pergi dari kelas Sai, berniat mencari udara segar keluar sekalian menjernihkan pikiran. Ia mengacak rambut emo-nya frustasi. Dua tahun, katanya? Uh, mana bisa ia bersabar sampai selama itu.
Jawaban Sai? Lebih baik mati saja sekalian.
End of FLASHBACK
Adik Itachi itu menghela napas berat.
"Mungkin ... sebaiknya aku bunuh diri saja." Pemuda berambut raven itu beranjak dari tempatnya, kemudian berjalan menuju tempat tertinggi di Konoha Senior High School.
Ya, atap sekolah.
.
.
.
"Hei, Sai. Kau lihat Teme tidak?" tanya Naruto sambil berjalan memasuki kelas Sai yang sudah sepi dan menyampirkan tasnya ke bahu kirinya.
Pemuda pucat yang dipanggil Naruto itu tak menyahut. Rupanya ia sedang asyik membaca buku berjudul '100 Cara Ampuh Menaklukkan Perempuan yang Sedang PMS'. Dan Naruto yang tak sengaja membaca judul yang abnormal itu, hanya bisa sweatdrop yang entah sudah keberapa kalinya.
'Mungkin Sai kesulitan menghadapi Ino disaat tamu bulanannya datang,' begitu pikir Naruto.
"Oi, Sai. Aku bertanya padamu!" seru Naruto kesal, rupanya ia sudah greget ingin merobek wajah Sai dengan kukunya yang lupa dipotong berbulan-bulan itu.
"Oh, Naruto-kun? Maaf, kau bertanya apa tadi?" Sai melirik Naruto sekilas, lalu kembali berkutat dengan bukunya. Melihat sikap Sai yang acuh tak acuh itu membuat Naruto ingin menelan ember kamar mandi terdekat.
"Ck, kau lihat Teme tidak?" tanya Naruto sambil berdecak kesal. Di tangan Naruto kini tergenggam penghapus papan tulis yang biasanya pemuda blonde itu gunakan untuk mengerjai Kakashi-sensei setiap kali gurunya itu masuk kelas. Sepertinya pemuda blonde itu berniat untuk melemparnya kalau Sai masih tak mengindahkannya.
"Hmm ... terakhir kulihat, dia langsung pergi setelah aku menjelaskan perihal Sakura padanya." jawab Sai tanpa menoleh ke Naruto. Irisnya yang sewarna dengan milik Sasuke itu masih asyik menyelami kata-kata yang tertulis di buku yang sedang dipegangnya.
Naruto terdiam sebentar. Sekarang sudah saatnya pulang sekolah. Dan pemuda Uchiha itu menghilang entah kemana, meninggalkan tasnya yang masih teronggok mengenaskan di kursinya.
"Aku ... merasakan firasat buruk,"
Dan perkataan Naruto itu sukses membuat onyx Sai mengalihkan pandangannya ke wajah sang maniak ramen yang terlihat gelisah.
.
.
.
TO BE CONTINUED
Pojok Mengenaskan Shinju :
*lirik ke atas*
Haaah, entah siapa yang memasang papan nama di atas. Tapi Shinju tak berniat menggantinya. Well, memang itulah kenyataannya, kok. :" #maksudlo
Oke, aku tahu aku telat banget update lanjutan fanfic abal ini. Sebenarnya sih draft-nya udah selesai dari dulu, tapi deskripsinya belum dibuat. Begitu deskripsinya udah selesai dibuat dan hanya tinggal di-edit sedikit terus di-update, malah terjadi kesalahan teknis. Yak, fic-nya terhapus. Soalnya pas lagi ngetik aku malah ketiduran dan belum sempat di-save. Otou-san-ku yang kebetulan mau make laptop langsung klik exit aja. Dan dengan tidak sengaja terhapusnya fic tersebut sukses membuatku mewek berhari-hari. Huhuhuu~ :"( #curcol
Udah gitu, sekarang aku sibuk banget. Maklum, udah SMA. Kalian tahu sendiri kan kurtilas kayak gimana? Hari free-nya cuma Minggu doang soalnya Jum'at dan Sabtu aku ikut ekskul. Belum lagi tugas bejibun. Of course selain karena mood yang sering ilang-ilangan dan karena gak ada waktu pula, alhasil aku gak lanjutin ngetik sama sekali. Wakakakakk~ #okeShinjumulaigila
Aku sangat senang membaca review dari kalian. Please, aku sempet dikira gila karena senyam-senyum sendiri mandangin hape. Iya, soalnya laptop-ku selalu dikuasai Otou-san. :"( #ngenes
Btw ini kepanjangan gak, sih? Maaf kalo garing, ngebosenin, banyak typo, ada kata asing yang lupa di italic, dll. Bilang aja. Nanti kalau ada waktu luang, bakal aku edit.
Oh iya, FYI, kayaknya fanfic ini bakal end di next chapter atau chapter lusa, deh. :3
Tapi aku minta maaf banget ya kalau update-nya sangat ngaret to the max. Mungkin akan sampai berbulan-bulan. Soalnya beberapa bulan ke depan aku akan disibukkan dengan kegiatan sekolah. :") *peluk readers atu-atu*
.
.
.
Nah, ini buat balasan review chap sebelumnya. As always, maafkan diriku karena tidak bisa membalas satu-satu di PM. Gak papa, 'kan? :"3
ReginaIsMe16 : Hai, Regina-san! XD Makasih, ya sudah mau baca dan review. :") #peyuk Hehe, Shinju senaaaaang sekali kalau Regina-san bisa terhibur dengan membaca fanfic abal ini. :"3 Yosh, ini sudah update. Makasih review-nya, ya~ :))
Febri Feven : Syudah dilanjyut~ Maaf kalo jelek dan ngaret tudemaks. :"3
L Kira99 : Maaf, ini sudah dilanjut. Terima kasih karena mau menunggu apdetan yang gak jelas ini. ;_; Aku gak tau mau ngomong apa lagi. #ngacir #dilemparsepatu
hanazono yuri : Jangan kilat mulu, ah. Ntar kesamber, lho. :3 #ditampol Ini sudah apdeeet~
Hayashi Hana-chan : Hai, Hana-chan~ Maacih atas pujiannya, ya. #malu Hehe, itu adalah salah satu kebiasaan Sasu kalau dia lagi terdesak. *ditabok Sasu karena ngebongkar aib* #eh SasuSaku pacaran? ._. Mwahahaha, sabar beib (?). Silakan nikmati dulu perjuangan SasuSaku agar bisa menuju ke tahap itu, ne? XD #disepak
uchan : Hmm ... memangnya mau oleh-oleh apa? Btw ada rempeyek, nih. Mau? :3 #plak #nistabangetlo
RUE ERU : Wakakakakk, iya nih, Sasu-nya belum minum obat jadinya gini, deh. :3 #dibacok EEEH SIAPA YANG BILANG KALAU ORANG TUA SASUKE DIJADIIN OPOR LEBARAAN?! Kamu salah paham kayaknya, nak. :"( Btw kamu suka kalau Sasori nista? HAHAHAHA KOK SAMAAA? 8D #nyebutwoi Aduuh, Shinju juga sebenarnya pengen lebih banyak nampilin Abang Saso, tapi kayaknya dia harus nungging di belakang panggung dulu bareng Deidora buat nunggu gilirannya tampil. :3
Kikyu RKY : Kamu move on ke Levi yang tubuhnya pendek dan rambutnya botak setengah itu? :"3 HAHAHA AKU JUGA LUMAYAN SUKA SAMA DIA, SIH. #ditendang Aku juga ngerasa kalau awal2 chapter 4 emang garing abis. Yah, mau gimana lagi. Emang begitu hasil jerih payah otakku. :"( Update cepet? Aku gak janji. Tapi sekarang masih dalam kategori cepet, 'kan? :3 #apanyawoi
wedusgembel41 : Sabar, ya, wedusgembel-san. Aduh, aku harus manggil kamu apa, niiih? Hahaha~ #diinjek Tampilnya bergiliran dulu, ne? Semua udah dapet porsinya masing-masing, kok. :3
Yuzuki Chaeri : WAHAHAHANJIR KAMU KAN AUTHOR YANG BIKIN FANFIC SEPENGGAL KEPALA—EHM SEPENGGAL KISAH ITU KAAAN?! 8D #toel-toel Aku baca fanfic-mu lhooo tapi gak review. #eh Kalo aku gak lanjutin gimana? :3 #dibuang Wkwkwk bercandaaa, pasti aku lanjutin, kok. ;) Tapi maap banget kalo update-nya ngaret to the max. Please, aku sibuk banget nih huhuhuu. :"( Apa? PMS? Aaaa aku juga pengen bikin lagi. Tapi kayaknya kepanjangan deh, lol. I'm so sorry, babe. :'3 #SKSDbangetnianak Btw thx atas saran buat ending-nya, haha. Thx juga udah mau review. Aku senang sekali bacanya, Istri Kedua Yesung. :") #balescium #ditendang
Shinju sangat berterima kasih sekali pake banget untuk kalian semua yang sudah mau meluangkan waktunya untuk me-review fanfic ini. Shinju sangat menghargai apapun yang kalian tulis disana. :")
Aku cinta kalian semuaaa~
Jaa ne, minna-san~ X"D
.
.
.
Sign,
Subarashii Shinju