Chapter 7
Special Thanks to : wedusgembel41 (yang udah repot-repot nagihin lewat PM, wkwkk #ditendang), Hayashi Hana-chan (yang selalu jadi tempat curhatanku soal fanfic, thank you! #terjang), hanazono yuri (yang selalu minta update kilat tapi akunya gak pernah upkil. Maafkan aku! *digorok*), Cherry-nyan (maaf gak bisa bikin judul buku nista lagi :"), Kikyu RKY (yang selalu nge-random ngomongin Levi di setiap reviewnya, haha), Chronnia (eh, elu baru baca chap 2! Btw thank you udah mau dengerin semua keluh kesahku. :"3), RUE ERU (yang selalu rajin mereview semua chapter, you are the best! Muah), Sindi 'Kucing Pink dan Jeremy Liaz Toner (faver terbaru fanfic aku, terima kasih, ya!), dan silent readers semua~ Love you all. :"))
Previous chapter :
"Kenapa kau kemari? Harusnya aku yang menjemputmu." ujar Sasuke sambil memperhatikan penampilan Tayuya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Kau terlalu lama, bodoh." balas si gadis bermahkota dark pink.
"Tsk. Sopan sekali." Sasuke mencibir.
"Ah, maaf. Aku berjanji tidak akan mengulanginya." ucap Tayuya sambil menutup mulutnya dengan tangan kanannya.
"Tidak apa-apa, bukan salahmu. Jadi?" tanya Sasuke sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Hmm, ya, kurasa." jawab Tayuya sambil menggaruk tengkuknya.
"Kenapa ragu begitu? Ayo pergi." ajak Sasuke sambil menggenggam tangan kiri Tayuya, lalu mengajaknya menuju mobilnya. Hmm ... mau kemana, sih, Sas?
Yume no Jitsugen
(A Dream Come True)
Disclaimer :
Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Subarashii Shinju
Warning(s) :
OOC | AU | Typo(s) maybe | EyD dipertanyakan | Diksi amburegul | Bahasa sehari-hari | Fluffy | Little bit drama | Banyak menggunakan huruf KAPITAL dan italic, dan sebangsanya
.
.
.
Selamat membaca. :))
Sudah lebih dari sejam Sakura menunggu Ino di bangku taman kota ini sendirian. Sekarang sudah pukul delapan lebih empat puluh lima menit. Padahal mereka sudah janjian akan bertemu di tempat ini pukul setengah delapan pagi. Namun karena tadi pagi ia buru-buru berangkat karena takut disuruh membersihkan kamar mandi oleh ibunya, alhasil Sakura sudah datang ke tempat pertemuan mereka ini pukul tujuh pagi. Yah, tidak apa-apa lah kepagian sedikit.
Awalnya Sakura tak pernah menyangka, bahwa menikmati pagi yang indah tanpa teriakan toa milik ibunya itu ternyata sangat menyenangkan. Tak ada lagi burung-burung yang merasa terancam dengan teriakan menggelegar ibunya. Yang ada hanyalah kicauan merdu yang terdengar sejak Sakura berada di taman ini. Tak ada lagi tawa nista Sasori setelah berhasil menipu sang ibu. Yang ada hanyalah suara gemerisik dedaunan yang diterpa angin nakal. Dan tak ada lagi adegan penyiksaan yang dilakukan ibunya pada sang ayah. Kini adegan yang tidak layak sensor itu tergantikan dengan pemandangan indah bunga-bunga yang bermekaran di sepanjang jalan.
Namun, sendirian itu memang tak mengenakkan. Walaupun taman kini mulai ramai dipenuhi oleh orang-orang yang asyik berlari pagi, berpiknik bersama keluarga, bahkan anak kecil yang bermain dan berlarian ke sana ke mari, sahabat pirang ponytail-nya itu belum muncul juga. Karena cemas dengan keterlambatan Ino yang sudah diluar batas kewajaran, akhirnya Sakura memutuskan untuk meneleponnya.
Nihil. Padahal gadis bermanik hijau bak klorofil itu sudah berulang kali menghubungi, mengirimkan sms, bahkan mengirim e-mail kepada sang gadis Yamanaka sampai berpuluh-puluh kali, namun tak ada satu pun panggilannya yang diangkat atau smsnya dan e-mail-nya yang dibalas.
'Ino sedang apa, sih?!' gerutunya geram.
'Ino-pig is calling ...'
Eh? Panjang umur tuh anak. Dengan segera Sakura mengangkat teleponnya dan menjawab panggilan tersebut.
"Moshi-moshi. Ino, kau ada di ma—"
"Foreheaaad, maaf aku tidak bisa pergi bersamamu hari ini. Nontonnya kita tunda, ya? Kakeknya Sai sedang semaput, aku harus membantu Sai. Semoga harimu menyenangkan, sayang. Sampai jumpa~"
"—na?"
TUUUT~ TUUUT~ TUUUT~
'INO KAMPRET!' maki Sakura sembari menghentak-hentakkan kakinya ke tanah dengan kesal. Sempat terlintas di pikirannya untuk membanting ponsel pintar di tangannya, namun untungnya bujuk rayu setan itu masih bisa dikalahkan oleh akal sehatnya.
Jadi ... setelah sekian lama ia menunggu di sini, gadis beriris aquamarine itu malah tidak datang?! Nyerina teh di dieu~
'Dasar Ino-pig menyebalkan! Padahal dia sudah berjanji untuk nonton bareng denganku, ternyata malah dibatalkan. Alasannya ngaco pula. Masa iya si kakek tua bangkotan—Danzo Shimura—itu semaput? Lagi pula, setahuku Ino itu benci sekali dengan kakek Sai itu. Bahkan dia pernah berencana ingin meracuninya. Sekarang kenapa dia berlagak peduli, ya? Haah, aku tak mengerti jalan pikiranmu, Ino.' Pikir Sakura amburegul.
Kini Sasuke dan Tayuya sedang melihat-lihat film yang akan diputar di bioskop hari ini.
"Jadi, kau mau nonton apa, Tayuya? Annabelle? Cherrybelle? Teenebelle? Anger Games? The Last? The Has Slinging Slicer? The Cuddle Krab?" tawar Sasuke pada gadis dark pink di sebelahnya. Gayanya sudah seperti abang jualan sayur saja.
"Hmm ... bagaimana kalau yang itu saja?" usul Tayuya sambil menunjuk salah satu judul film yang akan diputar sebentar lagi.
"Hn?" Kepala Sasuke langsung menoleh ke arah yang ditunjuk Tayuya.
KUPINANG KAU DENGAN NAUDZUBILLAH.
Seketika onyx Sasuke langsung melotot horror.
"Tidak," tolak Sasuke dengan tegas.
"Kenapa?" tanya Tayuya a la iklan Bislemah.
"Ck, aku tidak sudi nonton begituan." cibir Sasuke sambil memalingkan wajah. Tayuya langsung cemberut, namun ia tak patah semangat.
"Kalau begitu, kita nonton yang itu!" tunjuknya lagi, mencoba keberuntungan untuk kedua kalinya. Kini Sasuke hanya melirik ke arah yang ditunjuk gadis itu dari ekor matanya.
CINTA TYRANOSAURUS
"NAJIS," jawab pemuda Uchiha itu dengan penekanan. Tayuya menyipitkan matanya tanda tak suka dengan jawaban yang diberikan pemuda di sebelahnya.
"Kalau yang itu?" usul Tayuya lagi. Gadis ini benar-benar pantang menyerah, pikir Sasuke. Dengan malas, pemuda beriris bak kegelapan malam itu menoleh ke arah yang ditunjuk Tayuya untuk ketiga kalinya.
CURUT MERAH JAMBU
Sasuke tertohok. Ia langsung bengek di tempat.
Ya, sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak ingin memihak Tayuya kali ini. Dikarenakan kondisi Sasuke yang semakin parah, akhirnya Tayuya membatalkan acara nontonnya.
.
.
Dan seorang Sasuke Uchiha tidak pernah menyangka, bahwa Tayuya yang suka berbicara kasar itu ternyata Dorama Addict sejati.
Sakura masih bersungut-sungut kesal atas dibatalkannya acara nonton di bioskop secara sepihak oleh Ino. Bibirnya ia kerucutkan tanda tak suka. Dan sekarang ia bingung harus bagaimana. Sesungguhnya ia ingin sekali menonton film. Tapi film apa yang harus ia tonton? Masa, dia harus nonton film drama yang sedang nge-hits itu sendirian? Nanti dia dikira forever alone lagi. Tapi kalau dia nonton film horror sendirian, dia malah nge-maso. Akhirnya dengan mempertimbangkan segala hal, Sakura memutuskan untuk menonton Doraemon.
Walaupun sebenarnya gadis pink itu tidak yakin kalau film Doraemon hari ini masih tayang di bioskop.
"Ojek, Neng?"
Tiba-tiba datang seorang pria misterius menawarkan jasa ojeknya pada Sakura. Dahi Sakura langsung mengernyit.
"Ojek? Ojek apaan, ya, Om?" tanya Sakura heran seraya memiringkan kepalanya. Jelas saja Sakura bertanya seperti itu, soalnya pria bercadar itu tidak bawa motor. Ojek 'kan identik dengan motor.
"Lho, kok panggil Om? Panggilnya pakai Jii-san, saja dong, Neng, biar agak kerenan dikit."
Bukannya itu sama saja, ya?
"Eh, jangan! Panggil ABANG aja, neng. Biar romantis."
Abang? Romantis?
HA.
HAHA.
HAHAHA.
HAHAHAHA.
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA.
.
.
NAJIS.
Paman ini gak sadar umur apa? Sudah tua kok maunya dipanggil abang. Abang tukang bakso kali, ya?
"Emang ojek apaan, sih, BANG—?" tanya Sakura dengan penuh penekanan pada kata 'Bang'.
—SAT. Lanjut Sakura dalam hati.
Pria bermata hijau itu langsung menyeringai senang. Walaupun sebenarnya seringainya itu tidak terlihat karena tertutup cadar arabnya.
"Ojek payung lah, Neng. Memangnya Eneng gak lihat Abang bawa payung kuning nge-jrenk ini?" ucap paman sok merasa muda itu sembari mengacungkan payung kuning yang nge-jrenk.
Sakura cengo. Oh, ojek payung, toh. Masih jaman, ya?
"Neng?! Yaelah malah mangap. Hati-hati nanti banyak lalat yang salah masuk!"
Waah, sialan nih tukang ojek payung.
Diperhatikannya dengan seksama payung kuning nge-jrenk bergambar Spongebob yang sedang berburu ubur-ubur bersama Patrick itu. Iris emerald Sakura menyipit saat ia menyadari bahwa di ujung gagang payung yang sedang digenggam tukang-ojek-bangkotan-yang-pengen-banget-dipanggil-abang itu terdapat gantungan kunci berbentuk minnions yang sedang berenang. Entah kenapa Sakura merasa familiar dengan payung tersebut. Rasanya payung itu mirip sekali dengan payung yang suka Sasori bawa kalau hari sedang hujan untuk menjemputnya. Apakah payung sejenis itu pasaran?
Tiba-tiba Sakura teringat dengan nasihat ayahnya tadi pagi sebelum Sakura pergi.
"Ya sudah, hati-hati, ya, Nak. Ingat, kalau ada om-om atau orang asing yang memberi permen, jangan mau! Kalau uang, boleh."
LAH, TAPI OM-OM INI MALAH NAWARIN OJEK? JADI BAGAIMANA, DONG? Teriak inner Sakura. Sakura berpikir keras memikirkan cara untuk menolak tukang ojek yang sok muda di depannya ini.
"Maaf, Bang, saya tidak butuh. Kalau memang tidak punya hal yang lebih bagus untuk ditawarkan, lebih baik pergi saja," tolak Sakura dengan halus, walaupun terkesan mengusir.
"NGUSIR LU, NENG? BIADAB LU SETAN! BILANG AJA GAK PUNYA DUIT! SOK-SOKAN NOLAK, LAGI!"
EBUSET. Kerasukan apa nih tukang ojek? Sudah tukang ojek payung, kasar, sok gaul, seram, merasa masih muda, suka menyemburkan kuah, jelek, bangkotan, hidup lagi. Tangan Sakura greget ingin mematahkan lehernya.
"Bu-bukan begitu maksud saya, Bang. Soalnya yang saya butuhkan itu ojek motor, bukan ojek payung." Jelas Sakura. Sebenarnya sih, bohong. Ya elah, lebih baik naik taxi kali daripada naik ojek. Hanya saja, Sakura ingin agar paman bangkotan di hadapannya ini cepat pergi. Bisa saja Sakura lari, tapi dia takut dikejar. 'Kan seram kalau begitu.
"Oooh, Eneng mau ojek motor? Bilang, dong!" Pria tersebut langsung ngacir ke pos ronda terdekat, meninggalkan Sakura Haruno yang bersiap-siap mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan jurus legendaris, yakni langkah pencopet dikejar warga no jutsu.
"Nah, Eneng mau kemana? Saya antarkan sampai tempat tujuan dengan selamat!" ucap tukang ojek yang diketahui bernama Kakuzu LopeFulus dari nametag yang terpasang di dada kirinya itu dengan riang gembira seraya memamerkan motor sport merah yang lagi-lagi membuat Sakura merasa familiar.
Kemudian Sakura langsung sesak napas karena ia baru menyadari bahwa jurusnya telah berhasil dipatahkan. Bahkan sebelum sempat ia keluarkan.
.
.
BUNUH AJA GUE! BUNUUUH! Teriak inner Sakura frustasi.
.
.
.
Alhasil, karena tak mampu menolak pelototan tukang ojek Kakuzu LopeMoney atau siapalah itu tadi, Sakura pun dengan berat hati menaiki ojek tersebut.
Belum juga lima menit, Kakuzu sudah mengeluh.
"Waduh, lupa isi bensin lagi!" keluh Kakuzu sambil memberhentikan laju motornya seraya menepi ke pinggir jalan yang sepi.
"Lho, kenapa, Bang?" tanya Sakura heran. Ini bukannya ke Konoha Mall, malah tersesat di jalan antah-berantah. Mana seram, lagi. Diliriknya plang jalan yang terdapat di arah jam dua dari posisinya.
JALAN YANG BERNAMA KEHIDUPAN. Seketika Sakura merasa deja vu dengan nama jalan itu.
"Neng, Abang mau mencari bensin dulu. Nanti Abang balik lagi," ujar Kakuzu pada Sakura yang sudah turun dari motor pinjamannya.
"Oh, ya sudah kalau be—"
"Tapi maaf, Neng. Bayar ojeknya dulu, ya? Abang belum dapat hasil hari ini," potong Kakuzu dengan cepat.
"—gitu, ya, Bang?" lanjut Sakura.
"Iya, Neng. Nanti Eneng gak bakal bayar lagi, kok. Sumpah, deh." Rayu Kakuzu dengan mata bling-bling yang membuat Sakura silau.
"Oke. Ini, Bang. Kemba—"
"Sip, Neng. Terima kasih," potong Kakuzu lagi lalu dengan cepat, ia bergegas kabur mengendarai motor pinjamannya.
"—li satu Ryo ...," ucap Sakura, melanjutkan kata-kata yang dipotong Kakuzu tadi.
.
.
'SIALAN, GUE DITIPU! WOI, KEMBALIKAN DUIT GUE! DASAR TUKANG OJEK BANGSAAAT!' Teriak Sakura makin frustasi. Tapi hanya dalam hati.
"Kamu tidak apa-apa, Sas?" tanya Tayuya cemas. Sebenarnya gadis bermanik hazel itu merasa heran dengan tingkah pemuda Uchiha di depannya. Soalnya ... masa hanya karena melihat judul film saja langsung membuat pemuda itu sesak napas dan pingsan? Sumpah, itu amat sangat bukan Uchiha. Gak elit banget.
"Hn. Daijoubu," Jawaban singkat Sasuke membuat Tayuya bernapas lega.
"Yokatta," ucapnya bersyukur.
"Hn, maaf. Gara-gara aku, kita tidak jadi nonton." Sesal Sasuke. Ya, karena menunggu Sasuke siuman, film-film yang ingin mereka tonton sudah diputar. Jelas mereka akan sangat ketinggalan kalau masih tetap ingin menonton sekarang. Harus menunggu jadwal siang kalau tetap ingin menonton.
"Sudahlah, tidak apa-apa, kok. Ayo kita pulang!" ajak Tayuya sembari berjalan duluan menuju parkiran.
"Aa."
.
.
Sasuke mengangkat sudut bibirnya sekilas. Ternyata gadis dark pink itu pengertian juga.
"Ojek, Neng?"
Ini cobaan apa lagi, wahai Kami-sama? Jerit inner Sakura. Gadis bermahkota bak bunga kebanggaan Negeri Jepang itu segera menoleh ke sumber suara. Diperhatikannya pria berambut perak klimis yang sedang menaiki motor ninja di depannya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan intimidasi. Hmm ... gayanya sih seperti pengangguran yang sering ikut gang motor tapi tidak pernah menang yang hobinya main gaplek dan ToD, deh. Sebentar, itu kenapa bajunya dibuka setengah begitu? Tidak takut masuk angin apa? Atau mau pamer perutnya yang sixpack? Kok kesannya malah kayak gay yang lagi nganggur, ya?
"TIDAK, BANG. TERIMA KASIH." Jawab Sakura dengan penuh penekanan. Takut kena troll lagi.
"Serius, Neng? Di sini angker, lho. Padahal tadi teman Abang bilang kalau Eneng butuh ojek. Katanya mau ke Konoha Mall, 'kan, ya?" tanya tukang ojek itu.
Shit, ma men~
.
.
.
"Nah, kita sudah sampai~" lapor tukang ojek dengan nametag Hidan SiPenganutDewaJashin tersebut.
"Hn, terima kasih, Bang." Balas Sakura jutek seraya turun dari motor ninja itu. Gadis berambut bubblegum itu berniat untuk mengeluarkan jurus andalannya—
"Lho, Neng? Mau kemana? Jangan main kabur saja. Bayar dulu, dong."
—namun gagal lagi.
"Lha? Bukannya sudah sama teman Abang?"
"Apanya yang sudah? Teman Abang bilangnya Eneng harus bayar double, malah."
ANJIR. BAYAR DOUBLE?
Tangan Sakura mengepal dengan kuat, kesabarannya sudah di ambang batas. Bisa dipastikan kalau dia akan meledak dalam hitungan—
"EH, ASAL KAMU TAHU, YA, BANG? AKU SUDAH BAYAR KE TEMAN BERCADAR ABANG YANG SUDAH MENIPUKU TADI, TAHU! SUDAH KABUR, GAK MEMBERI KEMBALIAN, LAGI! DAN SEKARANG AKU MALAH DISURUH BAYAR DOUBLE? IDIH, SORRY YA, BANG. OGAH BANGET!" Akhirnya keluar semua uneg-uneg Sakura yang tersimpan sejak tadi.
Hidan dengan sigap langsung mengelap wajahnya yang terkena semburan maut dari gadis cantik di depannya dengan sapu tangan pink bergambar Hello Kitty.
Lagi. Sakura merasa familiar dengan sapu tangan tersebut.
"Seriusan, neng? Dasar si Kakuzu kampret!" maki tukang ojek yang pamer perut sixpack-nya itu setelah selesai mengelap wajahnya dari cipratan hujan lokal yang diciptakan Sakura.
'Bener, Bang. Teman bercadar Abang itu memang kampret. Berasa sok muda, pula.' cerca Sakura dalam hati. Dan mengutuk Om-Om bercadar itu habis-habisan.
"Ya sudahlah, Neng. Bayar ojek yang naik pakai motor Abang saja, ya? Eneng tidak perlu bayar double berarti,"
LHA TAPI KENAPA MESTI BAYAR JUGA?
Menghela napas lelah, Sakura merogoh kantungnya dan segera menyerahkan uang yang tersisa dari sakunya kepada Hidan.
"Ini, Bang, saya pergi dulu, ya." Siiip, jurus legendarisnya bakal sukses ia jalankan sekarang.
"Oi, sebentar, Neng. Ini kurang satu Ryo, nih!"
GOD DAMN IT! GUE BUNUH LO, BANG! Rutuk Sakura kesal.
"Duh, bagaimana, ya? Uangku hanya ada segitu, Bang," ujar Sakura sambil menampilkan ekspresi sedih. Ya, hanya akting, kok.
"Ya elah, masa satu Ryo saja tidak ada, Neng? Eneng mah ngelawak, ah."
SIAPA YANG NGELAWAK, SIH, BANG? Jerit Sakura geregetan. Rasanya tukang ojek yang ia temui pagi ini menyebalkan semua. Ya, semuanya berhasil membuat Sakura menjadi yangire. Rasanya seperti ingin membunuh orang terus, gitu.
"Serius, kok, Bang. Lah orang tadi teman Abang malah tidak memberiku kembalian ...,"
"..." Hidan berpura-pura tidak mendengar, ia malah mengupil. Tak tahan melihat tingkah menyebalkan tukang ojek di depannya, akhirnya ia mengambil keputusan.
"Ya sudah kalau begitu. Sebentar, ya, Bang? Aku ambil dulu ke ATM," ujar gadis bermanik hijau daun itu. Sungguh, dia sudah lelah menghadapi semua ini. Lebih baik mengalah sajalah.
"Ya sudahlah, Neng. Tidak apa-apa," jawab Hidan sambil menyalakan motornya dan berniat untuk pergi.
'YES!' Pekik inner Sakura girang.
"Serius, Bang?" tanya Sakura dengan pura-pura sedih. Haha, akting yang bagus, Haruno!
"Serius, Neng." Balas Hidan sambil tersenyum menutupi kesedihan.
"Padahal hanya sebentar, kok, Bang," ujar Sakura. Rasanya kasihan juga, sih, melihatnya seperti itu.
"Tidak apa-apa, kok, Neng." Tapi jawabannya masih tetap sama. Ya sudahlah, ya? Tukang ojeknya sendiri bilang begitu.
"Terima kasih, ya, Bang," ucap Sakura seraya mengambil langkah menjauhi Hidan.
"Sama-sama, Neng. Aku rapopo," balas Hidan sambil meremas kokoro-nya.
"..." Sakura mengernyitkan dahinya. Itu bahasa apaan, sih?
"Iya, tidak apa-apa, kok, Neng. Abang setrong. Abang ikhlas,"
YA KALAU IKHLAS KENAPA GAK PERGI-PERGI SIH, BANG? GUE GOROK JUGA LU LAMA-LAMA! Jerit inner Sakura berkoar-koar.
"Lho, Sakura-san?" Sakura menoleh dengan cantik ke sumber suara yang memanggil namanya.
"Kimimaro-san?" ucap Sakura heran. Sedang apa dia di sini?
"Kenapa? Uangnya kurang, ya?" tanya Kimimaro pada gadis bermahkota soft pink itu.
"E-etto ...," Sakura menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Bingung mau menjawab apa.
"Tidak apa-apa, kok, Neng."
INI TUKANG OJEK DARI TADI BILANGNYA TIDAK APA-APA TERUS, TETAPI TIDAK KUNJUNG PERGI. MAUNYA APA, SIH?!
"Kurang berapa memangnya, Bang?" tanya Kimimaro dengan sopan kepada Hidan.
"Kurang satu Ryo saja, sih," jawab tukang ojek penganut ajaran sesat itu.
EEEH, BENTAR. INI TUKANG OJEK KOK KESANNYA KAYAK NAGIHIN KEKURANGAN UANGKU KE KIMIMARO, YA? Inner Sakura semakin menjerit-jerit.
"Oooh, hanya satu Ryo?" tanya Kimimaro memastikan sambil merogoh dompetnya.
Iya, memang hanya satu Ryo, kok. Tapi ini tukang ojek kok tidak pergi-pergi, sih? Katanya ikhlas?
"Eh, Kimimaro, tidak perlu. Merepotkanmu saja," tolak Sakura dengan halus.
"Daijoubu, Sakura-san." Jawab Kimimaro sembari mengambil uang satu Ryo dari dompetnya.
"Iya, Neng. Tidak apa-apa, kok." Interupsi Hidan.
YA UDAH SIH BANG. KALAU MEMANG BENAR TIDAK APA-APA, PERGI SANA! MALU-MALUIN TAHU, GAK?
"Nih, bang. Satu Ryo," ujar Kimimaro sembari menyerahkan uang tersebut pada tukang ojek yang berquotes 'ora opo-opo' sedari tadi.
"Siip, terima kasih, ya~" Dan Hidan pun berlalu meninggalkan mereka berdua. Tak lupa dengan oleh-oleh asap yang ditimbulkan dari knalpot motor ninjanya.
.
.
DASAR TUKANG OJEK KURANG AJAR.
"A-Anoo ... terima kasih atas bantuannya tadi, Kimimaro-san. Kalau sudah pulang nanti, akan kuganti." Janji Sakura.
"Sudahlah, tidak perlu dipikirkan, hanya satu Ryo saja." Tolak Kimimaro dengan tersenyum.
"Ta-tapi ... aku merasa tidak enak," ucap Sakura sembari menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal.
"Jangan sungkan-sungkan. Ngomong-ngomong, Sakura-san sedang apa di sini?" tanya Kimimaro sembari berjalan memasuki area parkiran untuk menuju pintu masuk Mall.
"Etto, sebenarnya aku berjanji akan nonton dengan temanku sekarang, tapi dibatalkan karena dia ada urusan mendadak," curhat Sakura seraya mengikuti langkah Kimimaro.
"Aa, souka? Janji yang tiba-tiba dibatalkan memang menyebalkan. Haha," ucap Kimimaro menanggapi.
"Kalau Kimimaro?" tanya Sakura balik.
"Yaah, tak jauh beda darimu. Seharusnya aku pergi bersama seseorang sekarang, tapi saat aku ke rumahnya, seseorang itu malah tidak ada," curhat pemuda yang menyandang marga Kaguya itu. Matanya menatap kosong ke arah parkiran mobil yang berada di arah jam satu.
"Maaf kalau aku lancang. Tapi kalau boleh tahu, seseorang itu ... siapa?" Penyakit kepo milik Ino Yamanaka sepertinya telah tertular pada Sakura.
"Dia ...," Kimimaro mengalihkan pandangannya ke arah jam tiga.
"..."
"... Tayuya?" Tiba-tiba, pemuda Kaguya itu langsung berlari ke arah jam tiga, mengejar seseorang yang sepertinya ia maksud.
"Eh? Kimimaro-san, kamu mau kemana?" seruan Sakura tak diindahkan oleh Kimimaro. Lelaki berambut putih itu justru terus berlari mendekati gadis bermahkota dark pink yang berjarak sekitar lima meter di depannya.
"TAYUYA!"
Tubuh Tayuya langsung berjengit kaget. Sontak, gadis bermanik hazel tersebut langsung menolehkan kepalanya ke arah suara yang barusan memanggil namanya. Sasuke yang mendengar teriakan Kimimaro yang melengking bak habis menelan toa juga ikut menoleh ke sumber suara.
"Kimimaro?" ucap Sasuke heran.
"TAYUYA!"
"GOD DAMN IT, ADA DEDEMIIIT!" Tayuya berteriak kencang seraya mengambil ancang-ancang untuk kabur.
"Jangan kabur kamu!" seru Kimimaro sambil merentangkan tangannya, hendak menangkap Tayuya. Dan akhirnya, dengan kekuatan tulang ...
GREPP!
Tayuya berhasil ditangkap! Yeay, you did it!
"Hentikan! Lepaskan aku, sialan! Ouch! Hei!" Tayuya memukul dada Kimimaro, agar bisa terlepas dari genggaman kuat pemuda bermarga Kaguya tersebut. Namun, sekuat-kuatnya Tayuya si Gadis Yakuza, tenaganya masih kalah jika dibandingkan dengan pemuda perak yang berotot kawat tulang besi itu.
"Takkan kulepaskan," ucap pemuda itu geram sembari mengeratkan genggamannya. Oh, bahkan kini ia mendekap gadis itu agar tidak kabur.
"Ugh, kau menyakitiku, bodoh! Lepaskan aku, sialan!" teriak Tayuya geram sembari terus meronta-ronta, berharap tindakannya itu bisa membuatnya terlepas dari dekapan maut Kimimaro. Namun sekali lagi, usaha Tayuya tersebut sia-sia karena pemuda yang mendekapnya tak menghiraukan teriakan protesnya sama sekali.
"Ugh, dasar kau dedemit! Lepaskan aku! Tubuhmu bau sekali seperti Jiroubo!"
Kimimaro berdecak kesal.
"Jawab pertanyaanku! Kenapa kau menghindariku? Kenapa saat aku ke rumahmu kau malah tidak ada? Kenapa kau bisa ada di sini? Kenapa kau malah bersama Sasuke-sama? Kenapa kau terus-terusan kabur menjauhiku? Kenapa kau menganggapku seperti dedemit? Kenapa kau mengatakan kalau tubuhku bau?"
Sakura, Sasuke, dan Tayuya hanya bisa sweatdrop.
"Kenapa kau diam saja? Jawab aku, Tayu!"
"Bagaimana aku bisa jawab kalau kamu terus-terusan bertanya? Aku jadi bingung mau jawab yang mana. Satu-satu dong kalau bertanya, dasar bodoh!"
"..."
"..."
"..."
"..."
Hening seketika melanda area parkiran tersebut.
Tak menyia-nyiakan kesempatan, Tayuya langsung menginjak kaki Kimimaro.
"Ouch, hei, jangan kabur kamu! Kembali ke sini!"
"Tidak mauuu!"
Dan di area parkiran mall itu Tayuya digeret-geret oleh Kimimaro ke mobilnya, tetapi gadis dark pink itu tetap tidak mau. Ia bahkan meronta-ronta bak kambing yang ingin melarikan diri saat mengetahui dirinya akan disembelih untuk Idul Adha. Akhirnya, karena kesal dengan tingkah Tayuya yang semakin brutal dan kini kesabaran Kimimaro sudah melampaui batasnya, jurus Kimimaro pun keluar lagi(?).
"Lepaskan aku, sial—mmmpphh!"
Sakura hanya bisa cengo yang entah sudah keberapa kalinya dengan wajah yang memerah, sementara Sasuke hanya menghela napas lelah dan pasrah.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan KimiTayu berdua. Well, kenapa tidak dari tadi saja, sih?
.
.
.
Setelah berjalan agak jauh dari parkiran mall, ternyata ada taman kecil yang dipenuhi air mancur di sana-sini. Di sini tidak begitu ramai, mungkin karena banyak orang yang lebih memilih pergi ke mall atau ke taman kota. Namun mereka memutuskan untuk berjalan menuju taman kecil tersebut.
"Ne, Sasuke?" panggil Sakura dengan agak canggung. Yah, wajar, sih. Mereka sudah berhari-hari tidak berkomunikasi.
"Hn?" gumam Sasuke. Walaupun sebenarnya menyebalkan, tapi Sakura bersyukur ternyata Sasuke masih mau menanggapinya.
"Sebenarnya ... tadi kamu sedang apa dengan Tayuya?" tanya gadis pink tersebut sambil menunduk, enggan untuk menatap pemuda tampan yang masih berjalan beriringan di sebelahnya.
"Haah, ceritanya panjang," keluh pemuda beriris onyx tersebut.
FLASHBACK
"Kimimaro membuntutimu seharian?" tanya Sasuke sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Iya, dan sepertinya dia ingin membunuhku!" jawaban Tayuya yang sepertinya terlalu dilebih-lebihkan membuat Sasuke mengernyitkan alis.
"Membunuhmu? Kenapa?" tanya pemuda onyx tersebut sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana lalu menyenderkan punggung tegapnya ke tembok.
"Entahlah, aku tidak mengerti. Tapi waktu itu, ketika aku sedang berdua saja dengan Kabuto, tiba-tiba Kimimaro datang dan menghajar Kabuto! Kemudian dia memojokkanku di ruang penyimpanan alat olahraga dan mengancamku untuk menjauhi Kabuto dengan tatapan mata yang mengerikan! Kalau tidak, dia bilang dia akan melakukan sesuatu yang akan membuatku menyesal seumur hidup," cerita Tayuya dengan intonasi yang sangat cepat. Untung telinga Sasuke sedang dalam keadaan baik, jadi pemuda raven itu masih bisa menangkap apa yang dikatakan Tayuya.
"..."
Sasuke tetap bergeming. Tahu akan maksud tingkah Sasuke yang menunggunya untuk selesai bercerita, Tayuya kembali melanjutkan.
"Dan setelah dia menciumku di depan kalian semua, saat di UKS dia justru menggigit bibirku untuk membangunkanku dari pingsan! Maksudnya apa, coba? Menjijikan," lanjutnya sambil mencerca pada bagian akhir.
"..."
Dan Sasuke tidak menginterupsinya sama sekali. Ia berperan menjadi pendengar yang baik.
"Tentu saja setelah aku siuman, aku langsung menamparnya! Namun akhirnya dia malah mencium tanganku."
"..."
"..."
Sadar bahwa Tayuya sudah tidak bercerita lagi, akhirnya Sasuke membuka suaranya.
"... Lalu, di bagian mananya kau berpikir dia ingin membunuhmu?"
"Ah! Yang pasti, semenjak saat itu, dia selalu membuntutiku lalu menyeretku ke tempat sepi dan menciumku hingga aku kehabisan napas! Tak jarang aku pingsan dan begitu sadar, aku sudah berada di UKS ditemani Sasame. Bisa-bisa aku mati kalau seperti ini terus ...," jawab Tayuya sambil mengakhiri ceritanya.
"Kimimaro ... aku tak menyangka kalau dia ...," Sasuke shock. Anak buahnya yang paling ia percayai dan ia banggakan ternyata menjadi parah begini. Well, sikap Kimimaro ini sebenarnya adalah salah satu jurus maut untuk menaklukkan perempuan yang diajarkan Sasuke secara khusus pada Kimimaro. Namun pemuda Uchiha itu tidak pernah menyangka bahwa Kimimaro akan benar-benar melakukannya. Apalagi Kimimaro melakukannya pada Tayuya!
"Karena itu, Sasuke-sama, aku mohon bantu aku. Lindungi aku dari serangan Kimimaro. Aku berjanji akan menuruti kemauanmu apa saja. Hanya kaulah satu-satunya harapanku. Jiroubo, Kidoumaru, Sakon, mereka sudah babak belur karena ulah Kimimaro. Selain itu, Kimimaro sangat menghormatimu. Aku yakin, dia tidak akan macam-macam padamu. Kumohon, tolong aku, Sasuke-sama," pinta Tayuya sambil menangis.
.
.
Dan Sasuke Uchiha benar-benar tidak pernah menyangka bahwa Tayuya si yakuza yang bermulut kotor itu akan menangis.
FLASHBACK OFF
"Karena kasihan dan tidak tega melihatnya seperti itu, akhirnya aku melindunginya dari serangan Kimimaro. Makanya aku dan dia pergi ke tempat ini untuk menghindarinya. Namun ternyata ketahuan juga. Jadi, begitulah," ucap Sasuke mengakhiri ceritanya.
"A-Aku sungguh tak menyangka kalau Kimimaro ternyata seperti itu," tanggap Sakura.
"Hn, aku juga."
"Tapi, Sasuke, menurutmu ... Tayuya itu sepertinya tidak peka dengan perasaan Kimimaro, ya?" tanya Sakura sambil menatap wajah tampan pemuda raven di depannya.
"Hn. Mungkin Kimimaronya saja yang terlalu berlebihan, sehingga sikapnya itu membuat Tayuya takut." Jawab Sasuke, mengeluarkan asumsinya. Well, sampai sekarang Sasuke masih shock dengan apa yang Kimimaro lakukan.
"Padahal menurutku ... Kimimaro itu sebenarnya romantis. Hanya saja, cara yang ia lakukan terlalu memaksa."
APA?
"Kalau saja dia melakukannya dengan sepenuh hati, perasaaan dia yang sesungguhnya pasti bisa disadari oleh Tayuya."
APA YANG DIKATAKAN GADIS CANTIK DI SEBELAHNYA BARUSAN? Cacu boleh ngakak, nggak?!
"Heh, jadi, kausuka tipe pria yang suka main cium seperti itu?" tanya Sasuke heran. Oh, Kami-sama. Jurus yang dia ajarkan pada Kimimaro ternyata disukai Sakura. Haruskah dia koprol sekarang?
"Me-memangnya kenapa?" Bukannya menjawab, Sakura malah balik bertanya.
"Khukhu, tak kusangka Nona Tsundere ini suka yang mesum seperti itu," ujar Sasuke sambil memamerkan seringai seksinya.
"A-Apa, sih? Memangnya salah, ya?" tanya Sakura dengan wajah merona sambil menggembungkan kedua pipinya.
'Kawaii~' puji Sasuke dalam hati. Ugh, ia merasa gemas sekali dengan gadis manis di hadapannya ini.
"Kau serius suka pria yang seperti itu?" tanya Sasuke lagi. Yah, hanya memastikan saja.
"I-iya. Me-memangnya kenapa, sih?! Ino suka mencekokiku dengan dorama yang tokoh utamanya seperti itu. Me-menurutku itu romantis," ujar Sakura sambil sedikit tergagap.
"Kalau begitu kenapa kau tidak pernah bilang padaku?" tanya Sasuke dengan seringai yang semakin lebar.
"Hee? Ap-apa maksudnya?" tanya Sakura sambil menjauhkan wajahnya dari Sasuke. Semburat merah di kedua pipinya menjadi semakin parah karena kini Sasuke terus mendekatkan wajahnya.
"Dengar, ini hanya kukatakan sekali. Jadi pasang telingamu baik-baik," perintah Sasuke sambil memegang kedua pundak Sakura agar tepat menghadapnya.
"H-Hai'," jawab gadis pink itu.
"Aku mencintaimu," bisiknya di telinga kanan Sakura. Emerald Sakura terbelalak lebar.
"EH? A-AP-APA? KA-KAU BARUSAN BILANG AP-APA?" tanya Sakura sambil gelagapan. Jantungnya kini berdetak lima kali lebih cepat dari biasanya. Dan kini wajahnya sudah semerah tomat kesukaan Sasuke.
"Tch, aku tidak sudi mengulanginya," ucap Sasuke seraya berbalik dan berjalan menjauh, membuat kekosongan menyergap hati Sakura secara tiba-tiba.
'Jangan ...,'
'Jangan pergi lagi.'
'Kumohon tetaplah di sini!'
GREPP!
Langkah Sasuke terhenti karena tiba-tiba Sakura memeluknya dari belakang.
"Sasuke-kun~" rengek Sakura, seolah melarangnya pergi.
"Ck, sudah kubilang aku hanya akan mengatakannya sekali," Tapi sepertinya Uchiha Bungsu itu salah mengartikan.
"Ta-tapi—"
"Tidak ada tapi." Potong pemuda berambut emo tersebut dengan cepat sambil memberi penekanan pada kata 'tapi', sehingga membuat gadis pink yang memeluknya dari belakang mengerucutkan bibir mungilnya tanda bahwa ia kesal karena omongannya dipotong seenak udel.
"Ish, aku mau mengatakan sesuatu!" keluh Sakura sembari melepaskan pelukannya.
"Hn? Katakan saja," Mungkin kelihatannya tidak peduli, tapi sebenarnya Sasuke menyayangkan kenapa pelukannya harus dilepas.
"E-Etto ..., Ba-bagaimana kalau ... a-aku menjawab bahwa aku ju-juga men-ci-cintaimu?" ujar Sakura dengan wajah yang merona.
"..." Sasuke hanya bergeming.
"..." Sakura menatap onyx Sasuke yang sehitam kegelapan malam itu dengan wajah yang masih merona.
"..." Tapi Sasuke tetap bergeming.
"Sasuke-kun?" panggil Sakura dengan bibir mengerucut. Ia sebal karena setelah bersusah payah mengucapkan kalimat sakral itu, Sasuke tetap stay cool dan memasang wajah sedatar talenan. Sakura langsung pundung. SAKITNYA TUH DISINI, BO'~
"Khukhukhu, itu artinya kau harus jadi pacarku, Nona."
Sakura mengerjapkan matanya berulang kali.
Kau harus jadi pacarku?
Oh.
My.
God.
"A—"
Ucapan Sakura tertahan di tenggorokan saat ia menyadari bahwa jarak wajah mereka terlalu dekat. Jangan lupakan seringai tampan milik Uchiha Bungsu itu yang sukses membuat wajahnya semakin memerah saat mengetahui bahwa ia bisa mendengar degup jantungnya yang menggila. Belum lagi jemari Sasuke sedang menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya yang mempunyai sensasi unik tersendiri.
Sakura memejamkan matanya seiring dengan terbunuhnya jarak di antara mereka. Tengkuknya kini ditekan oleh sang pemuda emo agar semakin memperdalam ciuman mereka. Kaki Sakura melemas saat kedua bibir itu bersentuhan. Rasanya seperti jelly yang bisa ambruk kapan saja. Kedua tangannya kini meremas kemeja yang dikenakan Sasuke untuk mempertahankan posisi. Namun kini kakinya sudah tak sanggup untuk menopang tubuhnya lagi.
Tanpa melepas pagutan bibir mereka, Sasuke dengan sigap memeluk pinggang gadis pink di depannya agar tak merosot ke tanah. Ciuman yang begitu lama. Seharusnya kalian mencari tempat yang lebih sepi, karena sekarang kalian menjadi tontonan banyak orang. Oh, astaga. Bahkan ada yang sampai memotret juga. Sadar tempat wahai kalian berdua.
.
.
.
Mimpi.
Pasti aku bermimpi, 'kan?
Kalau ini memang mimpi, kumohon jangan bangunkan aku!
Tapi kenapa setiap aku mencubit pipiku itu rasanya sakit?
Apa itu artinya aku tidak bermimpi?
Aku kini sedang dicium.
Dicium oleh Sasuke Uchiha.
Pemuda yang selalu hadir di setiap mimpi-mimpiku.
Yang selalu hadir untuk menciumku.
Mesum, memang.
Tapi diriku yang tsundere ini sadar, bahwa aku memang menyukainya.
Ah, mungkin lebih tepat mencintainya.
Dan kini ...
Pemuda itu benar-benar ada di hadapanku.
Benar-benar hadir menemani hari-hariku.
Bukan hanya dalam mimpiku saja.
.
.
Jadi, apakah mimpiku kini menjadi kenyataan?
.
.
.
THE END
AUTHOR'S NOTE
OKE INI ENDING MACAM APAAA? HAHAHAHAHAHAA~ #gelundungan
Sumpah, sebenarnya aku gak pernah mikir endingnya bakal jadi kayak gini. Entah kenapa malah kebawa-bawa chapter 699. :v
Udah gitu, niat awal sebenarnya pengen bikin endingnya gantung, wkwkwk. Tapi ini gantung nggak, sih? :v #slapped
Aku tahu ini ending emang pasaran dan maksa banget kayaknya hahahahaa ... Dan kenapa ini jadi drama banget, woii?! Humornya manaaah? Hahahaha~ Dan maaf soal adegan kissu-nya yang aku yakin jelek banget hehe sorry aku gak bisa ya sudahlah. X""D #kicked
Aah, seneng akhirnya bisa menyelesaikan fanfic yang abal ini. :")
Btw alurnya kecepetan nggak? Soalnya aku bingung mau memperlambatnya gimana, haha.
Selain itu, aku minta maaf ya kalau masih berantakan dan penuh typo. Males edit. Wkwkwk. Nanti kalau ada waktu aku rombak, deh. :"3
Btw terima kasih banyak yaa buat yang kalian semua yang udah mereview fanfic ini! Tanpa kalian, fanfic ini bukan apa-apa. *peluk satu-satu reviewers dan readers*
HOUNTO NI ARIGATOU GOZAIMASU! SAYONARA~ X""D *kiss bye* #kaburdengananggun
OMAKE
.
.
"Sudah kaudapatkan fotonya?" tanya seorang gadis bermahkota dark pink kepada pemuda perak di sampingnya.
"Ya, banyak malah. Dengan begini, kita bisa memaksa Sasuke-sama untuk tetap menjadi guru playboy kita kalau tidak mau foto-foto ini tersebar di mading dan majalah sekolah," jawab pemuda perak tersebut.
"Fyuuh, untunglah perjuangan kita tidak sia-sia. Ciumanmu tadi itu benar-benar mengerikan. Kau sengaja, ya, ingin membunuhku?!" bentak gadis bermata hazel tersebut.
"Tch, ciuman seperti itu tidak ada apa-apanya, kau tahu? Justru aku lebih mengasihani Sakura-san, ciuman Sasuke-sama itu lebih sadis lagi." bantah Kimimaro.
"Huh, kalau bukan karena Sasuke-sama yang ingin berhenti mengajari kita jurus playboy dan playgirl, aku tidak sudi melakukan semua ini. Apalagi sampai harus berciuman denganmu. Menjijikan," cerca Tayuya, si gadis bermulut kotor.
"Huh, menjijikan, katamu? Padahal tadi juga kau menikmatinya," ujar Kimimaro sembari menampilkan seringainya.
"TADI AKU APA?" tanya Tayuya dengan suara yang sengaja dikeraskan.
"Kau menikmatinya, 'kan? Jujur saja," ucap Kimimaro setengah memaksa.
"Matamu pasti rabun. Sepertinya kau sudah mengkhayal terlalu jauh dengan akting yang kita berdua ciptakan ini." elak Tayuya seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kau kira yang tadi itu hanya akting, ya? Padahal aku sudah melakukannya dengan sungguh-sungguh. Sayang sekali," ungkap pemuda tersebut dengan jujur. Entah dia sengaja mengatakannya atau benar-benar keceplosan.
Tayuya mengerjapkan matanya berulang kali. Mencoba mencerna perkataan Kimimaro barusan.
"TUNGGU, TADI KAU BILANG APA?" Namun sayangnya dia tidak peka dan kurang paham. Membuat Kimimaro berdecak kesal dalam hati.
"Tidak ada pengulangan!" bantah Kimimaro dengan cepat, sepertinya dia benar-benar keceplosan tadi.
"Sialan, kau! Cepat beri tahu aku!" ucap Tayuya sembari memukul dada pemuda bermata hijau yang kini berada di hadapannya.
"Tch, apa-apaan kau! Berhenti memukuliku!" ujar Kimimaro seraya menangkap kedua tangan Tayuya yang sedari tadi asyik menyiksa tubuh seksinya. Tayuya langsung mengerucutkan bibirnya.
"Kalau begitu, cepat beri tahu aku apa yang barusan kau katakan!" pinta Tayuya sembari menggunakan puppy eyes no jutsu.
"Tidak mau!" jawab Kimimaro dengan tegas seraya berlalu meninggalkan si Gadis Yakuza.
"Hei! Kembali kau, dedemit!" teriak Tayuya dan mengejar sang pemuda.
'Tch, bisa-bisanya aku menyukai gadis seperti dia,' rutuk pemuda bermanik hijau tersebut yang hampir saja mengeluarkan kissu no jutsu-nya kembali saat melihat puppy eyes Tayuya.
Sementara itu, di pos ronda 'AKATSUKI'
"Oi, ada yang lihat sapu tangan pink bergambar Hello Kitty, payung SpongeBob yang di pegangannya ada gantungan kunci minnions, sama motor sport merah gue nggak? Kok pada ngilang, sih?" tanya Sasori pada teman-teman seperjuangannya yang sedang asyik bermain congklak dan bekel di markas mereka—pos ronda tak terpakai yang terdapat di RT 05 RW 03.
"Ya mana Tobi tahu, senpai. Tobi bukan Dora." jawab Tobi inosen.
"Kamu memang bukan Dora, Tobi. Un." ujar Deidara menanggapi.
"Maksudnya, Tobi bukanlah Dora yang mengetahui semuanya," elak Tobi.
"Loh, bukannya Dora itu yang suka banyak bertanya?" ucap Kisame nimbrung.
"Oh, ya? Kok Tobi baru tahu. Berarti yang jadi Dora itu Sasori-senpai!" putus Tobi sembari menunjuk wajah Sasori yang mulai tumbuh kerutan.
"INI KENAPA MALAH NGOMONGIN DORA?! NASIB BARANG-BARANGKU BAGAIMANAA?!" teriak Sasori bagaikan SpongeBob yang kehilangan tanda pengenalnya.
"Emangnya gue pikirin, un." koor teman-temannya berjamaah. Itukah yang namanya teman? Mengenaskan.
"KALIAN SEMUA KEJAM! Salah Cacoli apa, coba?" jerit Sasori meraung-raung, seolah Akatsuki akan dibuka Generasi Kedua yang diperuntukkan khusus untuk kakek-kakek.
"Tobi itu monyetnya Dora, senpai!" ujar Tobi, berusaha untuk menghibur(?).
"GAK NYAMBUNG, TOB! GUE GOROK JUGA LU LAMA-LAMA!" Namun bukannya terhibur, Sasori justru semakin mengamuk.
"Cacoli-senpai menakutkan." gumam Tobi, kemudian perlahan-lahan menjauhi singa yang sedang mengamuk tersebut.
Sasori pun beralih untuk bertanya kepada uke—ehem. Maksudnya teman terdekatnya, Deidara, pemuda cantik berambut pirang bagaikan kembaran Ino Yamanaka yang terpisah.
"Oi, Dei. Kamu tahu nggak—"
"Gak tahu, un." Deidara menyela dengan cepat.
"GUE BELUM SELESAI NGOMONG, BAKA!" cerca Sasori sambil menyemburkan hujan lokal ke wajah pemuda pirang tersebut dengan penuh cinta. Dan dendam, of course.
"Gue gak tahu. Tanyakan saja pada Zetsu yang sedang bergoyang, un." jawab Deidara acuh tak acuh.
"Emangnya gue rumput?" tanya Zetsu.
"Lah, perasaan gue tadi gak bilang kata-kata yang ada rumputnya, deh, un?" jawab Deidara sembari mengerutkan dahi.
"Au ah. Tanyakan saja pada Kisame yang berenang," putus Zetsu kemudian melanjutkan tarian duyungnya.
"Kok gue? Tanyakan pada Itachi yang keriput." ujar pemuda yang memakai nametag Kisame SiHiuIblis.
"Kenapa lo bawa-bawa keriput gue? Lagi pula, sudah kukatakan berapa kali kalau ini tanda kedewasaan!" bantah Itachi yang ber-nametag Itachi TheMostHandsomeManInTheWorld.
"Tetap saja artinya itu kamu sudah menua, Chi." ujar si Hiu Ibis dengan sangat bijak.
"... Tanyakan pada Konan yang sedang dandan," ucap Itachi pada akhirnya.
"Jangan tanyakan padaku. Tanyakan saja pada Pain yang mengupil," kata satu-satunya perempuan di gang motor ini.
"... Hah? Kalian semua pada ngomongin apaan, sih?" tanya sang leader, Pain YahiKonanCute pada anak buahnya.
"..."
Hening seketika menyergap pos ronda RT 05 RW 03 tersebut.
"Oh, iya. Hidan kemana? Katanya mau mencabuti rumput di sekitar markas, kok malah menghilang?" tanya Pain tak lama kemudian seraya mencari-cari sosok pria yang memakai setengah baju tersebut.
"Kakuzu juga." tambah Konan.
"Lho? Kok Tobi baru sadar?"
"Ada tidaknya keberadaan mereka memang tidak ada pengaruhnya untuk kita, sih." ujar Kisame, mengeluarkan kata bijaknya lagi untuk kedua kalinya.
"NASIB BARANG-BARANG GUE GIMANA, WOI?!"
Namun sayangnya, tidak ada yang mengindahkanmu, Sas. Yang tabah, ya~
Terdengar bunyi satu sms masuk. Sasuke dengan segera melepaskan genggaman salah satu tangannya dari tangan mulus Sakura untuk mengutuk seseorang yang berani mengganggu acara romantisnya dengan sang pacar.
From : K1m1m4r0 K49uy4 Pl4yb0y M3mb3rZz
'Sasuke-sama, kami sudah menjalankan tugas yang Anda berikan dengan baik. Kami ucapkan selamat atas jadiannya Anda dengan Sakura-san. Karena itulah, kami akan sangat berterima kasih jika Anda tidak membubarkan kelompok kami dan tetap mengajarkan jurus-jurus playboy (dan playgirl) pada kami berlima. Tapi jika Anda mengingkari janji, kami akan dengan senang hati menyebarkan foto ciuman Anda pada mading dan majalah sekolah.'
"Apa-apaan ini?!" Sasuke mengerutkan alisnya heran. Ini si Kimimaro bilang apaan, sih?
"Ada apa, Sasuke-kun?" tanya Sakura, sang pacar.
"Tidak penting, kok. Hanya orang kurang kerjaan," terang pemuda raven tersebut sembari memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
Belum sampai satu menit kemudian, ponsel Sasuke sudah berbunyi lagi.
"Ck, benar-benar minta dibunuh," maki Sasuke geram. Sakura yang berada di sebelahnya hanya memiringkan kepalanya tak mengerti.
From : T4yuy4 94d15 Y4kuz4
'Oh iya lupa. FYI, Aku sudah mengirim foto ciuman tersebut kepada Papih, Mamih, dan Baka Aniki yang paling Anda sayangi itu lewat e-mail dan MMS. Have a nice day! Jangan lupa untuk pulang ke rumah!'
Onyx Sasuke terbelalak lebar. Mukanya memerah menahan amarah. Hidungnya mendenguskan napas geram berulang-ulang.
"SIALAN KAU, TAYUYAAA!"
Dan seorang Sakura Haruno tidak pernah menyangka bahwa teriakan Sasuke yang menggelegar tersebut menyebabkan burung-burung di sekitar taman mengalami penyakit tuli mendadak. Sepertinya teriakan Sasuke mampu melampaui jeritan Sakura dan Mebuki di pagi hari. Nikmati saja, ya, Sakura~
.
.
OWARI
Yup. Terima kasih sudah membaca sampai akhir. :)
.
.
.
Sign,
Subarashii Shinju