Peperangan antara ras vampir dan manusia telah dimulai sejak ratusan tahun silam. Ratusan tahun sebelum Bartolomeu Dias memiliki pikiran untuk berlayar menuju Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika dan jauh sebelum orang-orang berpikiran untuk membuka rute perdagangan di luar Eropa. Manusia telah berperang dengan ras terdekat mereka, vampir.

Perang terbesar terjadi di tahun 1213 di ujung barat Skandinavia. Pulau kecil bernama Dom Pires menjadi tanah berdarah tempat ribuan mayat dan abu-abu sisa perang menyebar. Perang itu menghabisi setengah ras manusia dan menekan peradaban mereka hingga ke barat Eropa dan wilayah-wilayah kecil di sekitar Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Lebih banyak kelompok manusia berdiam diri di sebuah kota dan membentuk peradaban baru serta menjadikannya benteng pertahanan dari ras vampir, tapi lebih banyak koloni manusia dalam jumlah 100-200 orang yang berpindah dari benua ke benua. Mencari tempat aman dan berburu. Membentuk kekuatan untuk bertahan dari taring-taring penghisap darah.

Meski masa berburu telah berakhir dan manusia mulai menetap untuk bercocok tanam dan bekerja. Namun kehidupan nomaden bagi koloni kecil tidak berubah. Mereka harus berpindah setiap 12 tahun sekali -atau setidaknya sampai merasa mereka harus pindah.

Migrasi terbesar terjadi di abad 16 ketika manusia mulai menyadari untuk membuat basis pertahanan central di suatu tempat.

Hingga seseorang bernama Jung Hwan, seorang pemuda keturunan Karian Jung –Sang hunter terkuat- memutuskan untuk membuat basis besar bagi manusia dan diam-diam membentuk kekuatan tempur di sana. Tempat itu pada awalnya hanyalah sebuah basis pertahanan bernama Soul yang berarti jiwa, kota tempat orang-orang menyandarkan jiwa mereka dan berlindung dari para penghisap darah, namun kini, kota itu telah berganti nama menjadi Seoul.

Seoul mencapai masa gemilangnya saat tampuk kepemimpinan berada di generasi Jung yang ke-14 yakni Jung Yunho. Ia tidak hanya membuat Seoul sebagai basis pertahanan koloni terkuat, namun ia memperkuat peralatan pembunuh vampire dari kayu pohon ek dan pasak perak. Ia juga melatih para hunter untuk membunuh vampire dan membuat Asosiasi hunter. Tapi Yunho menemukan rahasia untuk membunuh vampire lebih mudah, yakni dengan melukai bekas gigitan dari vampire sebelumnya. Dan kemudian, itu akan membunuh dua vampire sekaligus, baik si Vampire pertama yang terluka dan si Vampire kedua yang menginfeksi vampire pertama.

Seorang Anbrauch1 akan memiliki luka gigitan dari infeksi vampire sebelumnya. Luka itu berubah menjadi tattoo berbentuk mawar hitam, dan tattoo itu adalah tanda kesetiaan para vampire pada pemimpin mereka, pureblood4.

Meski kenyataan bahwa ia bisa membunuh lebih banyak vampire dalam waktu bersamaan, namun kenyataan bahwa pureblood tidak bisa dibunuh dengan cara seperti itu adalah sebuah masalah yang tak terpecahkan. Pureblood tak bisa dibunuh kecuali menusukkan perak murni yang telah dibakar dengan kayu pohon ek yang berumur setua umur pureblood tersebut. Karenanyalah memusnahkan pureblood mendekati mustahil.

Kini saat umur Yunho telah menginjak 76 tahun dan ia telah dilemahkan oleh fisik dan penyakitnya. Kepemimpinan kota Seoul di gantikan oleh anak tunggalnya, Jung Kangin. Seorang duda paruh baya yang tak memiliki anak, ia mengangkat dua orang anak bernama Shim Changmin dan Do Kyungsoo. Melatih mereka –terutama Changmin- untuk menggantikannya kelak.

Namun Kangin adalah individu yang berbeda dari Yunho. Ia tidak memiliki mental baja dan keberanian seorang hunter sejati. Kangin lebih lembut, ia tidak keras dan hal kecil seringkali membuatnya cemas. Serta yang terparah adalah, Kangin adalah pria penyakitan. Ia seringkali ambruk karena penyakit asma dan fertigo akut yang dideritanya. Itu membuat kemunduran bagi kota Seoul.

Di masa kepemimpinan Yunho. Seorang vampire akan berpikir dua kali saat mendekati batas wilayah kota dan memutuskan mundur dalam perburuannya saat ia melihat sekelompok hunter dengan lambang daisy pada pakaian mereka. Itu karena kelompok hunter di bawah kepemimpinan Yunho adalah kelompok yang kuat. Seseorang bisa membunuh 2-3 vampire sekaligus. Tapi di masa Kangin, seseorang hanya mampu membunuh 2 vampire dengan kondisi paling prima mereka.

Lalu bagaimana dengan kedua anak angkat Kangin?

Anak tertua bernama Shim Changmin. Dia pria kuat. Fisiknya adalah dambaan setiap wanita. Tegap, berotot, semampai, dan tampan. Seorang kandidat kuat untuk menggantikan posisi Kangin secepatnya. Changmin menguasai ilmu bela diri lebih dari siapapun dalam akademi hunter saat usianya baru menginjak 15 tahun. Dan dia pria yang cerdas, penuh strategi. Changmin adalah harapan terbesar kota Seoul. Meski tidak terlalu jelas mengenai latar belakangnya, tapi desas desus mengatakan ia adalah satu-satunya yang selamat dari koloni manusia di Amerika utara. Ia mengikuti migrasi besar di Brasil saat umurnya 7 tahun dan menetap di kota Seoul hingga Kangin menemukannya dan mengangkatnya sebagai anak.

Sedangkan si Bungsu, Do Kyungsoo, adalah bocah yang ditemukan Kangin saat ia menemani ayahnya ketika mereka menghabisi koloni vampire yang menyerang ujung Hokaido saat ada migrasi kecil di sana. Ia bocah keras kepala, berapi-api dan sedikit tempramen. Orang-orang tidak akan percaya jika Kyungsoo adalah seorang hunter. Perawakannya berbeda dari hunter lain, ia mungil, ramping, pundaknya lebih sempit dan matanya yang besar terlihat polos. Orang-orang menyebutnya little daisy.

Kyungsoo sangat dekat dengan Changmin, mereka telah bersama sejak kecil, dan Kyungsoo selalu ingin menjadi seperti Changmin. Kakaknya terlihat luarbiasa setiap hari dan setiap waktu.

Pribadi Kyungsoo yang berapi-api lebih teredam jika Changmin berada di sekitarnya. Kakak angkatnya itu telah memanjakannya. Tapi kedekatan mereka membuat pikiran Kyungsoo melewati batas. Ia jatuh cinta pada saudara angkatnya sendiri.

Kyungsoo menyembunyikan perasaannya untuk dirinya sendiri hingga suatu ketika ia dihadapkan pada kenyataan bahwa perasannya akan terperosok sebagaimana hatinya yang terjerembab saat takdir memberinya jalan sulit….

Dan hari itu datang tanpa belas kasih…Kyungsoo harus memilih dan sadar ataupun tidak, hidupnya tak akan sama lagi.

.

.

THORN DAISY

Story©Ivyluppin

Warning : Gore, Rape, Yaoi, BL, Dirty talk, M-preg, and many kinda…

Main pair: Krisoo & Kaisoo.

Hint everyoneXKyungsoo for slight!

.

.

Bab 1

.

.

September 2009

Ares Island

Craaassshhhh

Suara tusukan pasak dan sabetan pedang adalah gema keras yang seakan dipantulkan oleh angin basah di tanah terbuka. Ada banyak darah dan abu. Meski langit mendung yang pucat nampak menekan semangat. Namun pandangan berkilat dan desah nafas yang memburu tak pernah hilang.

Perang itu bukan perang besar. Namun bagi ras manusia ini demi kehormatan. Pulau Ares harus dipertahankan sedangkan ras vampire hanya memperbanyak koloni saja. Mereka menginfeksi dan menyerang, dan sebagian besar penduduk telah menggelepar menjadi Anbrauch atau menyerah dalam siksaan racun dan menjadi mayat busuk.

Hingga sebagian koloni manusia memanggil perlindungan dari Seoul dan benteng pertahanan lain di timur Eropa. Dan jadilah Pulau Ares sebagai ladang perang. Basah oleh darah, pekat oleh kematian.

Para hunter menusuk dan melukai bekas gigitan vampire dan membunuh lebih banyak. Dalam waktu kurang dari dua hari mereka menekan jumlah vampire yang ada. Namun pertarungan belum selesai.

Saat hujan di rabu pagi turun. Sekelompok vampire menyerang kembali. Meski tidak lebih banyak namun mereka lebih brutal, dan satu di antara mereka adalah pureblood. Tujuan mereka tidak lagi mengenai pulau Ares atau menginfeksi para manusia. Tujuan mereka adalah, untuk mandi darah.

"Haahahaha…du bist tot!" suaranya seperti raungan, mengila untuk semua ceceran darah dan kesenangan. Ia senang, Ia begitu bahagia di antara kematian para hunter yang dianggapnya lemah.

AAARGGHH ..

Dan kukunya yang tajam menghujam jantung hunter tersebut, meremasnya hingga pecah. Ada rasa puas saat ia melihat wajah ketakutan dan kesakitan di ujung kematiansi Hunter.

Tangannya berlumuran darah. Ia menjilat ujung jemarinya itu dan menjilat taring putihnya yang tajam. Pandangannya menyebar ke segala arah. Pemandangan saling membunuh ini sungguh luar biasa. Ia sangat suka perang. Karena dalam perang nafsunya terpuaskan.

"Das Müll.." gumamnya.

Ia berdiri di atas jasad hunter yang dibunuhnya tadi. Ada suara patahan tulang dari injakan di bawahnya. Tapi ia tidak peduli, justru ia memandang bosan ke sekeliling. Keningnya mengerut sedikit untuk sesuatu yang melintas dalam kepalanya, pertarungan bodoh ini sudah selesai.

Puluhan mayat hunter bergelimpangan dan hawa bangkai tercium begitu menusuk di indera penciumannya yang tajam.

Jemarinya yang panjang menyisir surai hitam miliknya. Lalu menyeringai.

"Alles Klar, ayo Chen! Si Brengsek itu pasti menunggu kita." Ujar suara berat pemilik surai hitam tersebut.

"Tuan Jongin, anda tidak menyuruh mereka mengubah para hunter itu?"

Pria yang di panggil Jongin tidak mengalihkan pandangannya, ia tetap berjalan meninggalkan tempat itu namun matanya yang bewarna crimson perlahan berubah menjadi hitam dan berkilat sesaat.

"Tck, niemand möchten zu ändern sie ver, sangat menjijikkan menjadi Anbauer2 untuk para manusia lemah." Ujarnya enteng sembari berjalan ke arah hutan, tangannya terlipat di belakang kepala dan ia sedikit menguap, dan tubuhnya tertelan sedikit demi sedikit oleh kabut.

Chen mengikuti Tuannya menjauh, meninggalkan mayat-mayat manusia yang terhampar di rerumputan lapang dengan hujan yang masih mengguyur. Para vampire yang tersisa mengikuti tuan mereka yang pergi mendahului namun para Anbruch masih tertinggal di sana untuk menghisap habis darah dari mayat-mayat itu.

.

::Ivyluppin::

.

Maret 2011

Seoul

"…soo!Kyungsoo!"

Saat suara itu terdengar, perlahan sepasang kelopak mata mengerjab. Ada blur dalam pandangannya sehingga tangannya mengusap matanya. Hal pertama yang ditangkap sepasang mata bulat itu adalah wajah seseorang dengan alis berkerut.

"Kyungsoo!? Sudah selesai.."

Suara itu terdengar lagi. Kyungsoo pelan-pelan mengumpulkan kesadarannya. Ia membenarkan posisinya dan menoleh ke samping.

"Ya? Apa hasilnya bagus?"

"Aku mengerjakannya dengan penuh empati. Ini yang terbaik. Cha..lihatlah sendiri." Pria di depannya menyodorkan sebuah cermin kecil. Dengan cepat ia meraih cermin itu dan menengadah sambil melirik pantulan lehernya di cermin.

"Shit, kau membuat ini begitu kekanakan. Aku ingin yang seperti di lenganmu hyung, tattoo ini membuatku seperti dumbass.."

Bukannya tersinggung mendengar kata-kata laki-laki munggil di depannya. Pria itu justru tersenyum geli.

"Kau sudah berteriak saat pertama kali jarum ini menusuk kulitmu dan sekarang kau meminta tattoo daisy seperti milikku? Kyungsoo, tattoo ini pas untukmu. Kupikir ini membuatmu terlihat lebih manis."

"Shut the hell up hyung, aku tidak manis. Dan lupakan tentang tattoo dumbass ini. Aku akan menghapusnya." Ujar Kyungsoo sebelum menghilang di balik pintu dengan suara kakinya yang menghentak-hentak di sepanjang lorong.

Pria dengan rambut cokelat sebahu itu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah adik angkatnya yang begitu keras kepala. Ia merapikan peralatan tattoo miliknya.

"Yo Changminie! My precious nephew. Dimana adikmu Kyungsoo?" seseorang muncul di jendela. kepalanya seperti lukisan 3D yang timbul di antara bingkai kayu. Changmin mendengus mendengar pangilan itu, ia tidak mengalihkan pandangannya karena begitu malas untuk melihat muka pamannya yang menurutnya memuakkan. Seperti yang pernah Kyungsoo katakan padanya bahwa pamannya sangat memuakkan dan dia setuju untuk itu.

"Stop call me with the fuckin' name, Taeyang ahjusshi."

Taeyang berdecak sambil memangku pipinya dengan tangan kanannya "The hell, jangan memanggilku dengan sebutan paman. Aku masih muda, dammit aku bahkan masih bujangan."

Selesai dengan peralatannya. Changmin bergegas pergi dari ruangan tersebut sebelum Taeyang benar-benar membuat waktunya terbuang.

"Kau mau kemana?"

"Ke tempat dimana tidak ada kau, Taeyang." Jawab Changmin sekenanya.

"Hey bocah, kau tidak berpikir aku kemari hanya untuk mabuk kan? Ada berita mengenai Ares." Ujar Taeyang.

Langkahnya terhenti. Changmin diam seperti tertegun, ia memandang lantai tatami. Pegangannya mengerat pada tas kecil berisi peralatan tattoo miliknya. Perlahan Changmin membalikkan setengah badannya. Memandang Taeyang yang tersenyum di jendela.

Pandangan Changmin menajam "Seberapa penting berita itu?" ia mendapati perubahan pada wajah Taeyang. Ada seringai di wajah pamannya tersebut.

"Sesuatu yang mengejutkan ada di dalamnya." Taeyang menyipitkan matanya.

Bagi Changmin, Ares atau perang Ares yang terjadi di beberapa tahun lalu adalah sebuah kegagalan. Saat itu saat koloni manusia di pulau itu diserang oleh para vampire yang berniat menginfeksi mereka. Sebuah permohonan bantuan di kirim ke Seoul untuk membantu pertahanan Ares. Changmin ingat benar hari itu, saat itu dini hari ketika paman Daesung membangunkannya untuk membantu Seungri membentuk pasukan darurat dan memberangkatkan satu pleton ke pulau Ares pada pagi harinya. Dan sore harinya ia bersama pasukan tambahan pergi untuk membantu. Namun semuanya terlambat.

Ia tiba di esok harinya dan mendapati pulau itu telah kosong. Penduduk telah lama diungsikan dan hanya menyisakan para hunter. Namun setibanya Changmin, di sana tidak ada siapapun. Tidak seorang pun hunter yang tersisa. Mereka tewas mengenaskan di atas rerumputan di sebuah tanah lapang. Udara di penuhi bau bangkai dan burung-burung pemakan daging menggerubungi mayat-mayat tersebut. Changmin melihat saat burung hering mematuk bola mata salah satu mayat dan melahapnya. Ada mual yang bergejolak di perut Changmin, tapi kemarahan yang bergejolak di dadanya melebihi apapun.

Tangannya menggeser daecheong "Kemarilah, kita bicara di dalam." setelahnya suara debum tatami terdengar. Taeyang melompat masuk lewat jendela dan mengikuti Changmin yang memasuki ruangan kosong di balik daecheong.

.

.

"…bahkan leherku sudah merah dan tattoo ini tidak bisa hilang. Dia benar-benar membuat tattoo ini abadi." Gerutuan Kyungsoo di depan wastafel sejak kali pertama ia memasuki toilet.

"Shit, bekas lukanya berdarah~ "pekik Kyungsoo kesal.

Suatu sore Kyungsoo yang melihat para hunter di akademi tidak hanya menyandang daisy yang dibordir di bahu seragam mereka namun juga mentattoo tubuh mereka dengan lambang kebanggaan hunter Seoul. Daisy flower. Memutuskan untuk mentattoo juga lambang tersebut di tubuhnya. Ia meminta kakaknya yang pandai mentattoo untuk memberinya tattoo daisy keren –menurut Kyungsoo- yang berada di lengan kiri pria itu. Namun Changmin justru memberinya tattoo daisy dengan ukuran mungil dan manis, lengkap dengan tangkainya alih-alih menggambarnya dengan tameng seperti yang berada di lengan pria itu.

Daisy bermakna transformasi, kehangatan, kepercayaan, cahaya, dan secara astrologi makna daisy berarti perlindungan, kekuatan, dan kegigihan. Lambang ini telah digunakan sejak Seoul didirikan. Daisy juga merupakan lambang Asosiasi hunter.

Pada akhirnya Kyungsoo menyerah untuk menghapus tattoonya. Ia keluar dari toilet dengan plester di lehernya. Wajahnya begitu masam. Dia masih mengutuk dalam hati dan berjalan menuju aula latihan. Di raihnya pedang perak miliknya dan belati kecil pemberian kakeknya di letakkan di antara sabuk dan pinggangnya.

Seseorang berjalan ke arah berlawanan dengannya, wajah orang itu terlihat ceria dengan senyum besar di bibirnya.

"Tuan Kyungsoo!"

"Shut up, Minseok!" bentak Kyungsoo cepat.

Minseok menaikkan alisnya saat Kyungsoo membentaknya dan tetap berjalan. Ia berjenggit saat Kyungsoo menabrak bahunya keras. Minseok membalikkan tubuhnya memandang Kyungsoo yang berlalu menjauh di depan.

"Lihat bagaimana tempramennya bocah itu." Cibir Minseok.

Aula itu lenggang, hanya dirinya dan pedang perak miliknya. Namun suara nafas Kyungsoo yang memburu serta keringatnya yang menetes seakan menutupi keheningan yang ada.

Aula itu semacam dojo. Ia telah lama berlatih di sana. Hari pertamanya adalah saat ia resmi menjadi hunter. Dan hari itu tak akan terlupakan. Sekarang di saat para hunter tidak sedang menggunakannya untuk berlatih, maka Kyungsoo akan pergi ke sana. Dengan pedang perak miliknya, ia belajar sendiri. Ia ingin sehebat Changmin dan ia ingin orang-orang juga mengakui kemampuannya. Terkadang ia akan pergi kesana jika sedang kesal dan marah.

"Owh, lihat siapa ini. Kiddo, are u practice ya skill alone, here? how cutes u're."

Meski ia mendengar suara mengganggu yang diyakininya sebagai salah seorang yang memaksakan diri mereka sebagai bagian dari keluarga, namun Kyungsoo tetap melanjutkan latihannya. Bahkan suara sabetan pedangnya semakin keras.

"Kau tak mau menyapaku dear?" ada bisikan di telinganya dan sumpah demi apapun itu sangat menggelikan.

"Pergilah Ji Yong!" Kyungsoo menghentikan ayunan pedangnya. Memandang pria di depannya dengan tajam.

"A-a-a" kata pria tersebut sambil menggoyang-goyangkan jari telunjuknya di depan wajah Kyungsoo "Sudah kubilang berapa kali untuk memanggilku G-Dragon, semua orang memanggilku begitu." Tangan dan lengannya melebar dan pundaknya sedikit naik, Ji Yong tersenyum lebar.

Kyungsoo berdecak "Semua orang?" ia mengangkat sebelah alisnya "Maksudmu kumpulan orang gila yang suka mendengar suara cemprengmu itu?"

"Hey, aku adalah artis kota ini, my sweet nephew, mereka menyukai suaraku. Dan albumku perdanaku akan keluar bulan depan." Bangga Ji Yong dengan senyum dan sederet gigi putihnya yang rapi.

"Kau seharusnya berlatih untuk menghadapi serangan tiba-tiba dari para lintah menjijikkan itu, bukannya memamerkan suaramu di klub-klub." Kyungsoo menyarungkan pedang peraknya kembali. Keinginannya untuk melanjutkan latihan sudah tidak ada. Ji Yong -atau seseorang yang memaksakan diri untuk dipanggil G-Dragon- telah merusak semua moodnya.

"Ayolah, aku menyanyi untuk mencari nafkah…"

"Idiot." Gumam Kyungsoo. Ia menabrak bahu Ji Yong yang lebih tinggi darinya.

Ketika langkah kaki Kyungsoo sedikit menjauh dari Ji Yong. Pria 30an itu menarik tangan kirinya dan berbicara dengan nada terkejut yang dibuat-buat.

"Lihat ini..sebuah gigitan vampire atau kissmark?" Ji Yong menyentuh plester di lehernya. Dahinya berkerut untuk dugaan lain yang tidak terlalu menggembirakan.

Ditariknya plester itu dan Kyungsoo memekik kecil saat ada gesekan keras pada bekas hujaman jarum di atas tattoo daisy miliknya.

"Wah! Jadi kau telah memiliki tattoomu sendiri, eh? This's fuckin' awesome, kakakmu sangat pintar mentattoo." suaranya kembali berbisik, dan wajah Kyungsoo perlahan memerah antara marah dan malu. Ingin rasanya ia menyembunyikan tattoo itu selamanya. Tattoo itu tidak melambangkan kegagahan, justru terlihat sangat lembut dan manis. Dan Kyungsoo membencinya.

"Lepaskan aku Ji Yong!" sentakan tangan Kyungsoo tak berpengaruh pada Ji Yong.

"Panggil aku G-Dragon! Atau setidaknya hyung." Ji Yong menyeringai.

"Bahkan tidak dalam mimpimu. Lepaskan atau kutebas lehermu."

"Kau tahu bahwa leherku adalah alat pencari nafkah."

"Kau bahkan sudah kaya, 'paman' Ji Yong." Kyungsoo mengambil pedangnya, menyentaknya hingga terlepas dari sarung pedangnya dan hendak menebas leher Ji Yong namun tangan Ji Yong dengan cekatan menampik pedang itu menjauh

"Aah, kau bocah nakal. Aku heran bagaimana bisa Kangin membiarkan anaknya liar seperti ini. Kyungsoo sayang, selamanya pedang tidak cocok untukmu. Cobalah belajar memasak atau menenun saja, tanganmu begitu halus untuk seorang hunter."

"Fuck ya! Lemme go Kwon Ji Yong!" Teriakan Kyungsoo justru dibalas sebuah seringai.

"Dear, kau—"

"Lepaskan dia paman!" Suara seseorang mengintrupsi mereka. Baik Ji Yong dan Kyungsoo mengalihkan pandangan pada pintu masuk dan mendapati Changmin berdiri di sana.

Dan cengkraman itu akhirnya lepas. Kyungsoo lantas memandang sengit Ji Yong dan mengumpat padanya sesaat setelah pria itu melepaskan tangannya.

"Changmin, keponakanku. Lihat betapa Kyungsoo menjadi begitu liar. Orang-orang begitu keterlaluan hingga membiarkan keponakan kecilku ini harus memegang pedang."

Changmin tersenyum untuk perkataan Ji Yong. Sejak mereka masih kecil, Kyungsoo adalah keponakan kesayangan Ji Yong. Dan seseorang yang terus menentang keberadan Kyungsoo dalam akademi hunter adalah Ji Yong. Pamannya itu lebih menginginkan Kyungsoo menjadi penyanyi atau sesuatu yang jauh dari senjata tajam.

"Taeyang memanggilmu…dan tidakkan aneh jika seseorang kelak akan memanggilmu 'paman G-Dragon'? ibumu memberimu nama yang lebih baik." ujar Changmin.

"Yare-yare, ibuku tidak tahu pergaulan masa depan anaknya. Baiklah sampai jumpa saat makan malam, keponakanku."

Sepeninggal Ji Yong, Changmin memperhatikan adiknya yang kembali menyarungkan pedang. Ia melihat wajah manis di depannya tertekuk.

"Kau masih kecewa dengan tattoomu?" namun ia tak mendapatkan tanggapan apapun "Aku berbicara denganmu, soo."

"Aku memintamu untuk menggambarkan yang sama dengan punyamu. Dan kau menggambarkannya seperti ini? orang-orang akan semakin mencemoohku. Mereka akan menganggapku tidak pantas dan aku benci itu. DAN KAU TAHU TENTANG ITU KAN?" Kyungsoo mendelik menatap kakaknya, nafasnya sedikit berat menahan emosi.

Changmin menghela nafas lantas tersenyum "Setiap hunter memiliki daisy mereka sendiri. Aku ingin kau berdiri sendiri, bukan sebagai bayanganku. Semua kemampuanmu adalah murni milikmu, kau mendapatkannya sendiri dan aku ingin orang-orang mengerti bahwa kau lebih dari pantas."

"Tapi Tattoo-"

"Daisy memiliki puluhan makna, dan daisy milikmu melambangkan kemurnian."

Changmin yang melihat Kyungsoo hanya tertegun, ia lantas tersenyum lagi dan mengacak rambut hitam Kyungsoo.

"Nah" katanya "Ayo pulang! makan malam akan siap sebentar lagi." Changmin mengulurkan tangannya. Dengan wajah tertunduk berusaha menyembunyikan guratan merah di pipinya, Kyungsoo meraih tangan itu.

.

::Ivyluppin::

.

"Seorang alter3 baru saja datang." Pria paruh baya itu melempar sebuah gulungan perkamen kepada orang-orang yang duduk di atas tatami "Buka dan bacalah!"lalu wajahnya berubah murung.

Orang-orang hanya diam, salah seorang pria mengambl gulungan tersebut dan membukanya. Dan tak lama kemudian wajahnya ikut murung.

"Ada apa dengan kalian?" pria lain menyentak lalu merebut gulungan itu dari pria pertama, membaca isinya dan sesuatu nampak bergolak dalam darahnya.

"What the hell is't, Kangin kau tidak berpikir untuk menyetujuinya kan? JAWAB AKU BRENGSEK!" kemarahan menumpuk pada pancaran matanya, giginya mengertak.

"Wu Yifan sendiri yang menawarkan hal itu." Ujar Kangin, pandangannya tak terbaca. Bahu-bahunya melemas.

"Persetan jika ini tawaran pemimpin pureblood seperti Wu Yifan sekalipun. Kau tak akan melakukannya kan? Dia anakmu bukan alat barter." Sentaknya.

"Shut the fuckin' mouth, Daesung. Kau pikir bagaimana aku sekarang?" Kangin mengalihkan pandangannya. Ada luka dalam pandangannya, setumpuk rasa kecewa dan marah yang tidak biasa menumpuk di atas genangan air mata yang berusaha dibendung "Dia anakku meskipun kami tak memiliki hubungan darah, namun aku menyayanginya lebih dari apapun. Tapi jika perang ini lebih lama kau pikir berapa banyak lagi anak-anak yang akan kehilangan orang tua mereka?"

Amarah menyulut dan membakar kerongkongan Daesung "Lihat dirimu Jung Kangin, kau berniat menukarkan Kyungsoo sebagai alat perdamaian dengan ras terkutuk itu? Dia hanya akan dicabik di atas meja makan. Dan-"

"Diamlah Daesung! Kita bicarakan ini setelah makan malam." Ujar Seungri.

"Cih, lihat bagaimana Ji Yong akan membunuhmu Jung." Jar Daesung sebelum keluar dan menutup daecheong dengan keras.

.

.

Bagi Kyungsoo makan malam terasa aneh saat ini. Suasana seperti ini sama persis ketika kakeknya Jung Yunho menginggal 6 bulan lalu. Dan sekarang orang-orang kembali membisu sepanjang makan malam. Beberapa tampak merenung di antara kunyahan makanan itu. Tapi diantara orang-orang, papanya nampak tidak berselera untuk makan. Seakan nasi di mangkuk miliknya telah berubah menjadi kerikil.

"Aku selesai.." Taeyang menaruh mangkuk nasinya, membungkuk sebentar sebelum pergi meninggalkan meja makan lebih awal.

Setelahnya orang-orang menyusul kemudian, bahkan pamannya Daesung dan Ji Yong tidak menyentuh makanannya sama sekali.

"Kyungsoo, bisa kau datang ke ruanganku nanti?"

Alisnya terangkat "Ya" Jawabnya refleks. Belum pernah sebelumnya Kyungsoo mendengar suara Kangin begitu serius. Pria itu sama dengannya yang berapi-api, tapi di malam ini Kyungsoo menyadari orang-orang bersikap begitu aneh.

.

.

Malam telah merambat di pukul 9 saat Kyungsoo membuka daecheong ruangan Kangin dan menemukan ke lima pamannya; Taeyang, Ji Yong, Daesung, Seungri, dan TOP berada di dalam ruangan tersebut. mereka tak akan berkumpul seperti ini jika tidak ada hal penting. Dan saat mata Kyungsoo bergeser di samping TOP, ia mendapati kakaknya juga duduk di sana. Apa ini?

Meski Kyungsoo tidak tahu akan apa yang terjadi namun rasa bangga tumbuh di dalam hatinya. Menurut Kyungsoo ia telah dianggap sebagai orang penting bahkan ayahnya mengundangnya kemari. Diskusi semacam ini hanya dilakukan orang-orang hebat di Seoul.

"Duduklah Kyungsoo." Suara Seungri terdengar pelan.

"Jadi apa ini? kita berbicara mengenai strategi perang sekarang?" tanya Kyungsoo antusias. Namun sedetik kemudian ia terhenyak saat merasakan atmosfir berubah menjadi begitu menyedihkan.

"Wu Yifan.." Kangin membuka suara.

"Ya?" tanya Kyungsoo cepat, mendengar nama Wu Yifan dari mulut ayahnya artinya ini adalah hal yang begitu penting sebab siapa yang tidak tahu mengenai seorang pureblood pemimpin ras vampire. Wu Yifan adalah vampire tertua dan dia adalah keturunan langsung dari drakula.

"Dia menawarkan perdamaian dengan satu syarat—" Lanjut Kangin, pria paruh baya itu memegang kepala belakangnya. Kyungsoo mengerutkan kening, fertigo papanya kumat lagi. Taeyang lantas berdiri dan membantu Kangin.

"Papa.." ujar Changmin sedikit khawatir, namun tangan Kangin melepaskan isyarat bahwa ia baik-baik saja.

"Apa syaratnya?" tuntut Kyungsoo.

"Kau." Jawab Daesung.

"Pardon?" tatapannya beralih ke arah Daesung yang memandangnya.

"Syaratnya adalah kau, Kyungsoo. Wu Yifan memintamu sebagai syarat." Ujar Daesung, suaranya penuh rasa bersalah.

Rasanya sesuatu dalam dada Kyungsoo jatuh menghantam perut bawahnya. Ia kontan membisu. Pandangannya sedikit kosong dan binggung di atas tatami. Darahnya mengalir cepat dan dan saking cepatnya jantungnya seakan kebas untuk memompanya kembali. Air mukanya mendadak pucat dan Kyungsoo merasa tangannya begitu dingin di atas kakinya yang kesemutan.

"Kyungsoo." Suara Ji Yong memanggil dengan Khawatir "Aku tidak akan membiarkannya, kau tak akan kemana-mana, dear." Ujarnya lagi dengan tangan mengepal. Ada serak dalam suaranya.

Namun seakan semua pendengarannya menjadi rusak karena suara dengung di kepalanya. Kyungsoo perlahan bangkit dengan memaksa kaki kesemutan yang terasa bengkak itu keluar "Aku mengerti…" ujarnya kemudian bersamaan dengan daecheong yang tertutup.

.

::Ivyluppin::

.

Meski malam dirasa semakin naik ke puncak dan udara dingin seperti tiupan es membuat jemarinya mengerut. Kyungsoo menyandarkan kepalanya pada tiang di tengah taman rumah. Melipat kaki di atas lantai kayu dan sesekali memandang antara langit malam dan bulan sabit, atau mengira-ngira berapa panjang cheoma atap rumahnya.

"Syaratnya adalah kau, Kyungsoo. Wu Yifan memintamu sebagai syarat."

Perkataan Daesung berputar seperti kaset rusak di dalam kepalanya. Ia menekuk kakinya, menekan dadanya di antara tiang dan kedua lututnya. Berpikir kemungkinan-kemungkinan mengapa Wu Yifan menginginkannya. Seberapa hebat dirinya hingga pemimpin pureblood itu menginginkannya, memang apa yang dia miliki? Jika pureblood itu menginginkannya karena posisinya sebagai calon penerus kepemimpinan hunter. Bukankah seharusnya yang dia minta adalah Changmin, karena bagaimana pun kakaknya yang lebih berpotensi. Bukan dirinya.

Berpikir untuk menemukan alasan seperti itu sangat sulit dan membuat kepalanya menjadi pening. Diam-diam Kyungsoo menghela nafas. Ia mengalihkan pandangannya pada lantai kayu. Merenung kembali dengan mata kosong.

Tes..

Kyungsoo tersentak untuk sesuatu yang basah di atas lututnya. Hujan kah ini? tidak ini bukan hujan. Ia takut-takut menyentuh pipinya dan benar dugaannya. Ia menangis.

"Shit, lihat dirimu Do Kyungsoo. Kau lemah." Ujar Kyungsoo pada dirinya sendiri.

Dihapusnya dengan kasar air mata itu. Ia tidak boleh menangis. Bagaimana bisa ia menyaingi kakaknya jika dia masih cengeng.

"Kau di sini?" suara seseorang yang berdiri tidak jauh di depannya membuat Kyungsoo mendongak. Ia mendapati Changmin berdiri di sana. Namun Kyungsoo dengan cepat memalingkan muka, nampak acuh. Meski diam-diam ia melirik Changmin yang tiba-tiba duduk tidak jauh di sampingnya. Wajah kakaknya mendongak ke atas. Pandangannya masuk ke dalam malam.

Lalu ia mengalihkan pandangan ke arah Kyungsoo "Kau mau bercerita?" ujarnya.

"Tidak ada yang ingin kuceritakan padamu." Ujar Kyungsoo cepat.

"Sayang sekali, kupikir kita bisa berbagi cerita malam ini." ujar Changmin "Cha..kalau begitu aku saja…kau ingat saat pertama kali kau bisa memegang pedang dan menggayunkannya ke boneka kayu? Di saat itu—"

"Diamlah hyung, itu cerita yang biasa saja. Jangan mendramatisirnya." Potong Kyungsoo kesal.

Changmin terkekeh. Ia memandang Kyungsoo lalu mengacak rambutnya. Lalu gerakan tangan Changmin berhenti. Ia memandang Kyungsoo dalam diam sedangkan Kyungsoo nampak gugup dalam pandangan yang menurutnya begitu melelehkan itu.

"Soo, berapa umurmu sekarang?" tanya Changmin tiba-tiba

Mengerutkan kening, Kyungsoo menjawab "18 tahun."

Changmin mengangguk-angguk "Kupikir kau cukup dewasa untuk hal itu."

"Apa?" wajah Kyungsoo menampakkan semburat merah.

Namun saat jantung Kyungsoo hendak meledak karena pandangan Changmin padanya. Tiba-tiba pria itu bangkit dan pergi. Dengan wajah bengong Kyungsoo memandang Changmin yang menghilang di ujung koridor. Ia mendengus sebal. Tapi kemudian menutup mulutnya.

"Sialan aku berpikir yang tidak-tidak." Ujar Kyungsoo lagi pada dirinya.

Namun tak lama kemudian Changmin kembali dengan sesuatu yang dibawanya. Kyungsoo menaikkan alisnya tinggi-tinggi saat Changmin kembali duduk di sampingnya dan meletakkan sebotol soju dengan dua gelas kecil di antara mereka.

"Aku tahu kau selalu ingin mencoba ini. Hanya saja Daesung ahjusshi selalu memukul kepalamu saat ketahuan." Ujar Changmin "Malam ini karena kupikir umurmu sudah cukup, kau boleh meminumnya." Lalu pria itu tersenyum.

Mata Kyungsoo berbinar "Sungguh hyung?" dan dibalas dengan anggukan Changmin.

Mereka berdua duduk sambil meminum sebotol soju. Meski Changmin memperbolehkan adiknya minum namun diam-diam ia menghitung berapa banyak tegukan yang masuk ke tenggorokan Kyungsoo. Ia mengambil lebih banyak jatah tegukan karena khawatir adiknya akan terlalu mabuk.

"Hyung, aku tidak ingin pergi…apa aku egois?" ujar Kyungsoo dengan wajah merah, sedikit mabuk.

Changmin tertegun mendapat pertanyaan itu, ia memandang Kyungsoo lama lalu ketika Kyungsoo yang kesal menunggu jawaban Changmin yang tak pernah datang. Ia mengalihkan pandangannya ke Changmin.

"Tidak, kau tidak egois." Ujar Changmin.

"Jangan biarkan aku pergi hyung. Aku takut." Ujar Kyungsoo. Changmin mendapati mata Kyungsoo yang berkaca-kaca dan sumpah demi apapun. Dadanya terasa sesak melihatnya.

"Aku akan melindungimu, soo. Aku janji." Changmin membawa Kyungsoo dalam dekapannya. Bersandar di dadanya dan Kyungsoo menggumamkan sesuatu yang tidak bisa Changmin tangkap.

Malam beranjak lebih tinggi di antara gelap dan cahaya. Kabut dan angin musim semi bertiup dari tenggara. Changmin menyadarkan tubuhnya di tiang dan mendekap Kyungsoo yang terlelap di antara kedua kaki dan dadanya. Matanya memandang Kyungsoo yang begitu damai dalam tidurnya.

"Aku juga takut kehilangan keluargaku lagi. Aku berjanji akan melindungimu." Ujar Changmin serupa bisikan.

.

.

.

-Tbc-

Anbruch : manusia yang baru saja menjadi vampire. Golongan ini masih sulit mengendalikan diri dan nafsu mereka akan darah sangat besar.

Anbauer : seorang vampire yang menginfeksi manusia untuk menjadi vampire.

Alter : alter adalah tingkatan di atas Anbruch namun dia kehilangan Anbauer yang telah menginfeksinya dikarenakan mati. Maka dari itu, vampire pada tingkatan Alter telah lepas hubungan dari Anbauer namun mengabdi pada pureblood yang menjadi tuan Anbauer nya dulu.

Pureblood : vampire darah murni yang berusia ratusan tahun. Pemimpin tertinggi ras vampire. Dalam cerita ini pureblood hanya bisa dibunuh dengan perak murni yang dibakar dengan kayu ek berumur sama dengan pureblood itu sendiri.

Hei! Ivy kembali dengan cerita baru. Meski fic sebelumnya belum kelar sama sekali tapi fic ini begitu menggoda untuk di publish. Fic kali ini akan banyak hint Kyungsoo dengan tokoh yang lain, seperti dengan Changmin salah satunya. Namun main pair tetap Krisoo dan Kaisoo.

Jaa~ Sampai jumpa di bab selanjutnya…

Keberatan untuk review?