Disclaimer : Rick Riordan.
Gadis yang Ditinggalkan
Aku tidak bisa mencerna apa yang sedang terjadi.
Luka terbuka di keningku mengucurkan darah ke wajahku, membuat mataku menjadi buta, dan memenuhi mulutku dengan darahku sendiri.
Tubuhku remuk tertindih sesuatu yang amat sangat berat. Seluruh bagian tubuhku terasa memar dan patah. Napasku terputus-putus, jantungku tertekan tanah, dan aku nyaris tak bisa merasakan denyutnya.
Kepalaku berdenyut dan berderit protes, berusaha mendapatkan ruang untuk bergerak, tetapi tubuhku mati rasa.
Aku akan mati, batinku.
Tak pernah terpikir olehku bahwa aku akan mati dengan cara seperti ini.
Aku menangis, tetapi aku merasakan hanya darah yang mengalir keluar dari lubang mataku.
Tubuhku berusaha menolak rasa sakit. Tapi tak kunjung berhenti. Rasanya lama sekali, terlalu lama menjelang detik-detik kematianku, menunggu arwahku meninggalkan tubuhku yang hancur.
Tak ada yang terjadi.
Kenapa? Aku membatin dengan marah. Biarkan aku mati dengan cepat! Apa salahku sehingga aku harus menderita seperti ini? Ini tidak adil! Aku—
"…ca?"
Telingaku yang rusak menangkap sayup-sayup suara di kejauhan. Suara itu terasa menusuk gendang telingaku, menyebarkan rasa nyeri ke sekujur tengkorak kepalaku.
"Bianca!" Suara jeritan itu makin memekakkan telinga.
Aku meringis, sejenak tertegun.
Bianca, batinku kosong, bukankah itu namaku?
"Bianca, Bianca!"
Aku bernapas dengan gemetar.
"Di mana kau?" Terdengar tak jauh di atasku, tapi bisa saja halusinasi karena sel otakku hampir semua rusak. "Bianca! Berikan kami tanda!"
Aku tak bisa menggerakkan jemariku. Aku tak bisa bergerak karena sakit.
Saat aku nyaris menyerah, samar-samar aku mendengar isak tangis seseorang.
"Kita akan menemukannya," kata seorang lagi, kali ini berada dekat sekali di tempatku berada.
Aku membuka mulut untuk memberitahu mereka aku ada di sini, tetapi aku tersedak oleh darahku sendiri.
Rasa sakit itu semakin meluas, mendalam, dan merasuki jiwaku. Aku ingin berteriak kesakitan, hanya saja aku tak berdaya.
"Kita tak akan menemukannya. Ini persis seperti yang seharusnya terjadi."
Apa? Aku tersedak. Aku berusaha keras untuk bergerak. Sia-sia saja. Tak ada ruang untukku, malah hanya menambah rasa sakit yang luar biasa itu.
"Ramalan itu." Nada suaranya sayup-sayup, aku nyaris tak bisa mendengar. "Seorang akan menghilang di dataran tanpa hujan."
Tidak! Jeritku tanpa suara. Aku ada di sini! Tepat di bawah kalian!
Aku berusaha mendengar suara mereka lagi, melawan rasa sakit, tapi hanya ada kesunyian yang mencekam.
Teman-teman, tangisku. Bianca ada di sini. Aku berada di sini. Aku tidak hilang! Jangan tinggalkan aku!
Mataku terasa disengat. Napasku mulai berat.
Jangan biarkan aku mati, bisikku.
Jantungku berdetak sekali lagi, lalu berhenti.
Harusnya emang ada warning kalau ini angst, tapi ya sudahlah.. ini ide muncul begitu aja sejak saya baca ulang HoH.. oke, cukup bacotan saya. Sampai ketemu lagi!