Main Cast : KyuMin
Other Cast : temukan di dalamnya ^^
Disclaimer: Semua cast milik Tuhan, tapi cerita ini milik author mesum (Cupid'skyumin)...
.
.
Notes:
Kyuhyun : 23 YO
Sungmin : 19 YO
Chapter 1
Please Take Care Of My Boyfriend
...
...
Semilir angin kian berhembus, menyertai derap langkah ringannya di senja itu. Gemricik hujan mungkin masih meratap di luar sana, menggetarkan setiap ranting pepohonan yang kebas karna air. Dan pria tampan itu...Cho Kyuhyun, hanya bisa mengulum senyum saat melihatnya dari balik jendela koridor yang dilaluinya. Setidaknya itu sedikit mengurangi rasa penatnya, akibat aktivitas di hari ini. Menangani operasi lebih dari 12 jam lamanya tentu bukan main lagi menguras energinya bukan. Tapi entahlah raut lelahnya sepertinya tersamarkan oleh senyum menawan di bibir merah itu. Ya! Semua karna tak lama lagi Ia akan bertemu seseorang.
Satu-satunya namja yang tak pernah lekang membuatnya merindu, selelah apapun situasi yang mengepungnya...baginya, itu akan cepat terobati dengan hanya melihat senyum cantiknya. Ya! hanya senyum Vincent... miliknya seorang.
Ah! Namja manisnya tentu telah menunggunya terlalu lama. Dan sungguh, Ia tak berharap...Vincent mendadak kesal hingga berlari keluar dari kamar demi mencari dirinya. Seperti beberapa waktu silam. Tidak! Ia tak kan mungkin membiarkan hal itu terjadi dan membuat namja mungilnya berakhir collapse.
Dokter muda itu semakin mempercepat langkahnya, merasa was-was dengan pintu kamar vvip yang masih tertutup rapat di ujung sana. Dan, berharap besar namja mungilnya telah terlelap damai di dalamnya.
"Dear—
Pintu terbuka namun seketika itu pula, Ia mendadak tertegun melihat namja mungil itu terduduk menghadap jendela balkon, sepasang earphone pun tersemat manis di kedua telinganya. Begitu mempesona.,..Hingga rasa-rasanya sosok cantik itu benar-benar membuatnya semakin jatuh terpana.
Apapun itu, Ia tau...Vincent tengah menikmati rintik hujan di luar sana. Dan mungkin namja mungil itu tak menyadari kehadirannya karna musik yang didengarnya saat ini.
Ia beralih melepas dua kancing kemeja teratasnya, sebelum akhirnya berjalan mendekat, bahkan benar-benar berada tepat di belakangnya, tapi masih saja Vincent tak menyadari kehadirannya.
Membuatnya semakin merunduk...dekat...sangat dekat...Dan...
'Chupp'
Satu kecupan, mendarat mesra di pipi chubby itu. Tak ayal, Vincent pun tampak berjengit...hingga gadget di tangannya nyaris terjatuh karna terkejut.
"K-kyu.." Gumamnya sembari melepas sebelah earphonenya, namun ditahan Kyuhyun saat Ia berniat melepas sisi yang lain.
"Apa yang kau dengarkan?" Bisik Kyuhyun masih dengan menatap lekat kedua foxy eyes itu. sesaat kemudian, Ia beralih menyematkan sebelah earphone yang terlepas di telinganya sendiri.
"Musik ini lagi hn?" Kekeh Kyuhyun begitu mendengar nada yang mengalun pelan dari earphone tersebut. meski sebenarnya Ia cukup takjub, melihat Vincent rasanya tak pernah jemu atau bahkan bosan mendengar lagu yang sama di setiap harinya. Dan hanya satu lagu itu yang mengisi playlist miliknya.
"Uhm...aku sangat menyukainya" Ucap Vincent sembari menepuk-nepuk pipi Kyuhyun, sebelum akhirnya membelainya dengan lembut.
"Tsk...gantilah dengan yang bertempo lebih cepat, itu akan membangkitkan semangat—
"Aniya...aku hanya menginginkan ini. H-hanya lagu yang kau nyanyikan...kau tau? Suaramu membuatku merasa ingin hidup, dan aku selalu ingin mendengarnya"
Kyuhyun diam tercekat, terlalu sesak melihat Vincent menyembunyikan raut getir itu di balik senyum manisnya. "Sssh...tentu saja kau bisa mendengarnya kapanpun kau menginginkan—
"Jika tiba saatnya nanti, bisakah aku membawa lagu ini bersamaku? Masih bisakah aku mendengar suaramu di sana? A-aku—
"Geumanhae (Hentikan), tak ada yang perlu kau cemaskan. Kau akan tetap sehat bersamaku...dan aku akan selalu menjaga dan menemanimu di sini" Kyuhyun menangkup kedua pipi Vincent, berusaha menepis tatapan risau namja mungilnya. "Aku akan menyanyikan lagu untukmu,sebanyak apapun yang kau minta. Ku mohon...jangan pernah memikirkan hal ini lagi Dear" Lanjutnya lagi meyakinkan, masih dengan menangkup kedua pipi halus itu.
Vincent hanya memejamkan mata, melihat senyum tulus itu membuatnya merasa bersalah atas apa yang baru saja di risaukannya. Tidakkah Kyuhyun telah berusaha keras mengorbankan waktu dan materi hanya untuknya...membuatnya tetap bisa bernafas hingga detik ini, tak semestinya Ia meracau demikian dan membuat Kyuhyun semakin terbebani.
"Tersenyumlah, bukan raut ini yang kuinginkan darimu Dear"
Vincent makin terkesiap mendengarnya, oh sungguh! Tak ada yang lebih menguatkan dirinya selain suara dan senyuman namja tampan itu. Meski sebenarnya Ia tau vonis apa yang menghantui hidupnya saat ini. Ya, namja mungil itu memang tau cepat atau lambat jantungnya akan benar-benar berhenti berdegup di dalam sana.
"M-mianhae" Lirih Vincent seraya meraih leher Kyuhyun untuk dipeluknya seerat mungkin.
Kyuhyun menghela nafas pelan, dan balas memeluk tubuh mungil itu dengan perlindungan penuh, bahkan sesekali pula Ia mengecupi tengkuk Vincent demi menenangkannya. "Apapun akan kulakukan untukmu, dan membuatnya tetap berdetak di dalam sini" Ucap Kyuhyun kemudian, seraya menyentuh dada kiri Vincent, tepat di jantungnya.
Vincent mengangguk cepat sambil menyerukkan kepala semakin ke dalam dekapan Kyuhyun. Ia memang takut, bahkan terlalu takut dengan sisa hidupnya. Tapi ketakutan terbesarnya adalah saat tangan besar itu tak bisa lagi digenggamnya, bahkan suara dan hembusan hangat itu tak lagi dapat diruamnya. Ia benar-benar takut meninggalkan Kyuhyun dan sungguh Ia tak kan sanggup jika sampai saat itu tiba padanya.
"Kyu.." Panggil Vincent tiba-tiba.
"Hn?" Kyuhyun sedikit merenggangkan pelukan keduanya, demi menatap wajah baby face itu lebih lekat.
"Apa kau bahagia bersamaku?"
Sejenak, Kyuhyun tampak terdiam...namun tiba-tiba saja Ia kembali mendekap erat tubuh ringkih itu dan menghirup dalam-dalam ceruk lehernya. "Apa yang kau bicarakan hm? Tentu kau tau apa jawabannya bukan? Aku benar-benar bahagia bersamamu dan mencintaimu seperti ini" Ucapnya masih terus mendekap Vincent, bahkan sebelah tangannya tak henti-hentinya mengusap lembut kepala namja mungil itu.
Apa yang terucap memang benar adanya, Ia begitu menjaga penuh perasaan dan kesetiaannya untuk namja mungil itu. Ya! Saat-saat bersama Vincent, menjadi hal terindah untuknya...dari awal pertemuan keduanya dan tujuh tahun berlalu hingga detik ini...perasaan itu tetap terajut hangat di dalam hatinya. Dan semua yang Ia lakukan semata hanya untuk kebahagiaan Vincent, menjaganya...bahkan melakukan apapun demi detakkan halus yang bersemanyam dalam tubuh mungil itu.
"Apa kau meragukanku?" Kyuhyun sedikit menaikkan dagu Vincent.
Membuat namja yang belum genap berusia 19 tahun itu terkikik kecil dan hanya memainkan surai ikal Kyuhyun dengan jemari mungilnya. "Tsk..siapa yang percaya dengan namja sepertimu" Dengus Vincent berusaha mengalihkan suasana hati namja tampannya, Ia tau...Kyuhyun tengah menahan rasa sesaknya saat ini.
"Aissh lihat... kau terlihat seperti brandal dengan rambut sepanjang ini. Dokter macam apa kau? Bahkan aku yakin...semua anak kecil di rumah sakit ini akan menjerit ketakutan saat melihatmu Cho Uissangnim" Canda Vincent lagi, dan benar saja...apa yang dilakukannya berhasil meregang raut getir namja tampan itu menjadi decakkan menahan gemas.
"Mworrago? Katakan sekali lagi hn...Dokter brandal, right?" Kyuhyun beralih cepat mendorong tubuh mungil itu hingga benar-benar terbaring tanpa memberinya kesempatan untuk berkutik lebih.
Tak ayal Vincent mendadak panik melihatnya, dan makin membelalakkan mata lebar begitu melihat seringai tajam yang tersungging di bibir merah itu. walau tak diulaspun, Vincent tau... situasi macam apa yang tengah menjebaknya saat ini.
Ia berusaha bangkit dengan menahan dada Kyuhyun...namun gagal begitu namja tampan itu beralih cepat menahan kedua pergelangan tangannya di sisi kepalanya
"K-kyu...tunggu~ mmphh...Nnn~
Vincent mengerjap panik kala ciuman itu membungkamnya telak. Berulang kali ia mencoba untuk memalingkan wajah, namun semakin Ia menghindar semakin dalam Kyuhyun memagut bibir tipisnya...membuatnya hanya bisa melenguh pasrah dan membiarkan kekasih tampannya itu mencecap isi mulutnya.
"Nghh...Kyufth...aanghhh" Desah Vincent begitu Kyuhyun memainkan lidah basah itu di setiap inchi langit-langit mulutnya. Dan berakhir dengan hisapan kuat di sudut bibirnya, menyesap sisa saliva yang meleleh dari pagutan keduanya.
.
.
.
.
"Terlalu lelah eum?" Kyuhyun tersenyum tipis kala menarik selimut sebatas dada Vincent. Oh sungguh! Namja cantik yang terpejam itu benar-benar menggetarkan sesuatu di dalam dadanya...rasanya semakin hari paras baby face itu semakin lekat memikatnya, hingga membuatnya betah berlama-lama menatapnya, terlebih saat vincent terlelap pulas seperti ini...memudahkannya mencuri kecupan manis dari bibir pouty itu.
"Yeppeoh..." Bisiknya setelah mencium kening Vincent. Namun tatapannya seketika meredup begitu piyama Vincent tersingkap, memperlihatkan bekas operasi pertama di dada kiri namja mungil itu. bahkan jahitannya pun belum sepenuhnya pulih.
"Setelah operasi kedua ini, kau akan benar-benar sembuh Dear" Ucapnya sembari mengancingkan piyama Vincent yang tersingkap. "Dan aku yakin, kau akan mampu melaluinya" Lanjutnya lagi, kali ini dengan meraih tangan kanan Vincent lalu diciumnya begitu lama.
Lama Kyuhyun memandang wajah damai itu dalam diam, hingga Ia lebih memilih menyandarkan kepala di dada Vincent, mencoba meresapi detakkan halus di dalamnya. Dan tersenyum lega, begitu mendengar jantung itu masih berdebar dengan teratur. Kondisi Vincent yang lemah memang menjadi sekat untuk mencurahkan seluruh perasaan cintanya, ya...Ia terpaksa mengurung namja mungil itu di kamar Vvip ini, dan melarangnya melakukan setiap hal yang disukainya. Kyuhyun tau, namja mungil itu begitu menginginkan kebebasan dan mungkin keadaan saat ini, membuatnya merasa tertekan. Tapi...semua demi kebaikannya. Jantung Vincent terlalu lemah, semenjak kecil...organ itu tak berkembang sebagaimana mestinya. Tentu mengharuskannya bergantung sepenuhnya dengan semua alat dan obat-obatan medis itu untuk tetap bertahan hidup.
Kyuhyun memang seorang dokter yang disegani di rumah sakit, tak hanya kemampuan intelect yang membuai, tapi materi dan visual yang dimilikinya membuat kesempurnaan itu benar-benar melekat dalam dirinya. Semua diagnosa yang dilakukannya tak satupun meleset, apapun tindakan yang dilakukannya selalu terencana dan penuh perhitungan. Bahkan Ia memiliki sebutan Tangan kanan Tuhan, karna kemampuan menakjubkannya itu.
Kendati demikian, satu hal yang benar-benar menjadi ketakutan manusia hebat itu. Ya...Organ kecil yang bersamayam dalam tubuh Vincent adalah satu-satunya kelemahan yang dimilikinya. Sungguh! Kyuhyun tak kan sanggup menghadapi jika jantung itu benar-benar berhenti berdetak. Dan memupuskan segala harapannya untuk namja yang lebih dari 7 tahun ini dicintainya.
Tidak...semua itu mustahil terjadi. Dan apapun akan benar-benar Ia pertaruhkan demi kekasih mungilnya itu. Bukankah, Vincent masih bernafas hingga detik ini...Kyuhyun yakin, Vincent akan benar-benar sembuh total, setelah menjalani operasi keduanya...dua minggu ke depan.
.
.
"Kau milikku...dan selamanya akan tetap seperti itu Dear, bertahanlah untukku" Bisik Kyuhyun tepat di bibir namja yang masih terlelap pulas itu. sesaat Ia mengamati lekat wajah baby face Vincent...sebelum akhirnya melumat lembut bibir shape M miliknya.
"Saranghae..."
.
.
.
.
Esoknya..
"Kyu...aku tak yakin dengan operasi kali ini, kau tau bukan...apa kemungkinan terburuk jika kau tetap memaksa—
"Pastikan semua persiapan berjalan sempurna untuk dua pekan ke depan Hae, aku yakin Vincent akan mampu melaluinya" Sergah Kyuhyun menyela argument seorang Dokter di hadapannya. Sesaat Ia menatap lekat rekan kerjanya itu, sebelum akhirnya berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Donghae berdecak seraya memjit pelipisnya sendiri. Oh sungguh! Baru kali ini ia merasa ragu dengan jalan yang diambil Kyuhyun. Ia tau Kyuhyun memang tak pernah salah dalam memperhitungkan keputusannya dan ia sepenuhnya memahami Kyuhyun begitu menginginkan apapun yang terbaik untuk kekasihnya, tapi tidakkah Dokter Cho itu terlihat begitu memaksakan kehendaknya? Kondisi Vincent terbilang lemah untuk menjalani operasi keduanya. Tapi jika tak menempuh jalan oprasi tersebut, kondisi Vincent pun akan sama halnya semakin menurun. Ah! Sungguh...situasi semacam ini benar-benar membuatnya merasa riskan untuk mengambil langkah.
"Aisshh...aku benar-benar berharap, keputusanmu memang yang terbaik untuknya Kyu" Gumam Donghae seraya menelisik rekap medik milik Vincent di meja kerjanya.
.
.
..
.
"Kau terlihat segar hari ini, aku rasa tidurmu semalam sangat pulas eum?" Ujar seorang suster sembari bergerak cekatan, memastikan suhu tubuh dan tekanan darah namja mungil di sisinya.
Vincent mengangguk dan tersenyum manis. "Uhm..." Gumamnya mengiyakan.
Suster itu terkikik kecil melihatnya, tapi setelahnya Ia bergerak cepat untuk mendekat dan mulai berbisik lirih.
"Apa yang dilakukan Cho Uissangnim semalam? Apa kalian melakukannya lagi?" Bisik suster itu seraya menelisik was-was ke sekitar.
Vincent membulatkan mata lebar mendengarnya. "M-mwoo? Apa maksudmu?"
Suster itu makin berdecak gemas melihat raut polos itu, tanpa sungkan...Ia menepuk-nepuk kepala Vincent layaknya dongsaeng kecilnya sendiri.
"Ayolah...beri tahu Noonamu ini, semalam kalian melakukan hal menggairahkan bukan? Lihat apa yang ada di lehermu ini?" Ucap Suster itu seraya menunjuk-nunjuk kiss mark merah kontras di perpotongan leher vincent.
Vincent makin kebas mendengarnya, cepat-cepat Ia menarik kerah piyamanya ke atas, berusaha menutupi bekas hickey tersebut. meski nyatanya spot merah itu masih saja terlihat karna tersebar banyak di sekitar leher dan garis rahangnya.
"Ini hanya gigitan serangga, kau tak perlu tau apapun Sica!" dengus Vincent sembari memalingkan wajah ke lain arah.
Suster bernama Jessica itu makin tergelak dalam tawanya, melihat ekspresi ketus sekaligus menahan malu seperti itu. baginya...Vincent benar-benar terlihat sangat menggemaskan jika seperti itu.
"Aigoyaa...mengapa marah, aku hanya sedikit bercanda. Mianhaee" Rajuk Jessica berusaha mengiba. Dan terkekeh pelan begitu melihat bocah polos di hadapannya hanya mengangguk lalu mengambil beberapa butir obat yang telah Ia persiapkan di tangannya.
"Hm...anak manis" Kekeh suster itu seraya menepuk-nepuk kepala vincent saat namja mungil itu menegak obat miliknya.
.
.
.
.
"Nunna...bolehkah aku meminta sesuatu?"
"Neee...tentu saja, apa yang kau inginkan um?" Jawab Jessica ringan masih dengan merapikan dan mengemas peralatan makan di meja nakas itu.
"Aku ingin berjalan-jalan di luar...otteyo?"
Jessica mengerjap sesaat, tapi setelahnya membulatkan mata dan menatap penuh selidik . "Cho Uissangnim akan murka jika tau kau berkeliaran di luar"
"Ayolah...aku bisa menjaga diriku sendiri, lagi pula hanya di sekitar taman rumah sakit ini, ne?"
Suster itu menatap redup,Ia sepenuhnya tau...Vincent benar-benar merasa suntuk setiap hari harus terkurung di dalam kamar ini. mungkin semua kebutuhan memang tercukupi,tapi tidak untuk suasana hatinnya. bukan sekali dua kali ini Vincent merengek demikian, bahkan setiap kali Ia datang dan memantau kondisinya...Vincent akan meminta hal yang sama dan jawaban yang di berikannya selalau 'Tidak'
Tapi kali ini rasanya terlalu sesak jika Ia kembali menolaknya. Ah! Bocah manis itu benar-benar menginginkannya, tak ada salahnya mengizinkannya keluar bukan? Lagipula... ini akan mendukung psikis Vincent nantinya.
"Ah johta...aku akan menemani—
"Aniya...aku ingin berjalan seorang diri"
"Mwooo?"
"Aku akan baik-baik saja, percayalah. Aku tak pernah mengingkari janjiku...kau tau itu bukan?" Rajuk Vincent lagi,berusaha membujuk Yeojja yang masih menggigit bibir karna ragu itu.
"Tapi itu—
"Hidupku tak lama lagi bukan?" Sergah Vincent.
DEG
Yeojja itu mulai tergagap mendengarnya. "V-vincent...apa yang kau bicarakan eum? Ssshh...jangan—
"Ku mohon...Sica"
Jessica menutup bibir dengan punggung tangannya, demi apapun itu...Ia tak bisa menolak jika Vincent sudah merajuk hingga seperti ini.
"Baiklah...kupegang janjimu. Kembalilah ke kamar tepat pukul 10 nanti. Bawa ponselmu...dan hubungi aku jika terjadi sesuatu. Arrachi?" Ucap Jessica, seraya meraih ponsel Vincent di meja nakas, lalu meletakkannya dalam genggaman namja mungil itu.
"Kau benar-benar mengizinkannya?" Vincent menatap penuh binar...ah sungguh! Suster itu benar-benar sahabat terbaiknya di rumah sakit ini.
"Uhm...tapi aku akan mengawasimu dari atas. Jadi, kau tak bisa pergi kemanapun" kekeh Sica, sembari mengacak surai hitam Vincent.
"Ishh..." Desis Vincent kesal, tapi setelahnya mengangguk dan tertawa kecil...setidaknya, Jessica mau memahami dirinya saat ini.
.
.
.
"Kau tak akan mengatakan apapun pada Kyuhyun bukan?"
"Neeee, pakai sweatermu ppali-ppali"
.
.
.
.
Vincent membentangkan lebar-lebar kedua tangannya, kala berjalan melintasi padang rerumputan itu...ah sungguh! Ia benar-benar senang bukan kepalang menghirup semerbak bunga di setiap penujru taman rumah sakit ini. Dan jika saja bukan karna sesuatu yang berdetak lemah di dalam dadanya, tentu Ia sudah melonjak-lonjak girang sedari tadi.
Ia beralih menduduki sebuah kursi panjang di bawah pohon sakura, dan tersenyum manis bahkan terkekeh geli begitu melihat beberapa anak kecil saling menjerit dan berlarian di tengah taman itu.
"A-Ahjjushiii..."
Vincent sedikit mengernyit begitu mendengar lengkingan tenor itu, berulang kali Vincent mengedarkan pandangan ke sekitar mencoba menemukan asal suara tersebut. Namun betapa terkejutnya Ia kala menoleh ke belakang dan melihat seorang pria tampak menyeret kasar seorang namja kecil, hingga berjalan tersendat-sendat.
.
.
.
"Kemari kau!"
"A-andwaeyo! Jangan lakukan ini Ahjjushiiiii" Rengek namja kecil itu, masih berusaha memberatkan langkahnya. Tak menginginkan Pamannya menariknya ke suatu tempat yang tak Ia ketahui.
Pria baruh baya bernama Hong Man itu tak sekalipun menaruh hirau, tetap menariknya kasar...hingga membuatnya tersungkur keras di atas jalanan beraspal itu.
'Aku rasa rumah sakit ini, cukup jauh dari rumahku...aku bisa membuang bocah ini di sini. Dan kupastikan Dia tak akan pernah menemukan jalan untuk pulang' Batin Pria itu sembari mengedarkan pandangan awas ke sekitar, mengantisipasi polisi tak sedang berpatroli di wilayah rumah sakit ini.
Namja mungil itupun terperanjat hebat mendengar suara hati tersebut, dengan kalut ia merangkak dan meraba-raba aspal di hadapannya berusaha menggapai kaki Pamannya.
"Tidak! Jangan membuangku seorang diri di sini? Tempat apa ini? Aku tidak mengenalnya Ahjjushii...ku mohon jangan tinggalkan aku" ratap namja kecil itu, makin mengeratkan pelukannya di kaki sang paman.
Hong Man terlonjak mendengarnya. Mungkinkah anak itu bisa membaca pikirannya? 'M-maldo andwae, Apa dia siluman?' Batin pria itu lagi semakin bergidik ngeri, berulang kali Ia berusaha menyentak kakinya...tapi semakin Ia mencoba...semakin erat bocah itu menggelayuti kakinya.
"Aku bukan siluman Ahjusshi...ku mohon jangan membuangku di sini"
"A-AHHHH!" Hong Man makin terperanjat ketakutan. Ah! Sungguh sejak kapan bocah itu memiliki kemampuan membaca pikiran seperti itu. dengan panik Ia menyentak kasar pelukan di kakinya, hingga membuat namja mungil itu jatuh terjerembab ke belakang.
"Ahjjushiiiii~" Namja kecil itu mulai menangis, bahkan sesekali merintih kesakitan karna luka lecet di kedua sikunya. Meski demikian...Hong Man sama sekali tak menaruh iba sedikitpun, bahkan semakin kasar menghempas tangan namja mungil itu, saat berusaha menemukan kakinya.
"Menjauh dariku!" Gertak Hong Man, Ia bersiap lari...namun tertahan begitu namja mungil itu memeluk cepat kaki kanannya.
" Appa dan Eomma telah meninggalkanku...ku mohon, bawa aku hidup bersamamu...aku tak memiliki keluarga lagi selain Hong Man Ahjusshi" Pinta namja kecil itu, semakin terdengar pilu kala isakkannya pecah mengiringi nafasnya yang tersendat-sendat.
"Tck! Tak ada yang menguntungkan dari kematian kedua orang tuamu! Seharusnya mereka meninggalkan harta untukku! Bukan anak buta sepertimu!" Sentak Hong Man, membuat namja kecil itu makin terisak hebat mendengarnya.
"Singkirkan tanganmu Bocah tengik! Siapa yang sudi merawat seorang siluman Hah!" PLAKKK
Hong Man menampar keras pipi namja kecil itu, membuatnya kembali tersungkur untuk kesekian kalinya.
"K-Kajimaaa (Don't go)...Ahjjushiii!"
Namja kecil itupun makin meraung pilu, sesuatu benar-benar tersayat dalam hatinya. Bukan...
Bukan karna tamparan yang menyisakan lebam dan bercak darah di sudut bibirya, melainkan karna suara pijakkan kaki yang semakin menjauh meninggalkan dirinya. Ya! Ia tau...Pamannya benar-benar telah meninggalkannya. Membuangnya di tempat yang asing untuknya...bagaimana bisa Ia menemukan jalan untuk pulang, sementara semua yang dilihatnya hanya fraksi hitam kelam. Ia tak bisa melakukan apapun selain merangkak meraba-raba jalanan aspal di hadapannya, berharap tak ada mesin berat yang menghantam tubuh ringkihnya detik itu juga.
"Uhn..." Rintihnya begitu siku lecetnya, membentur pembatas jalan di sisinya. Meski demikian Ia tetap merangkak...berusaha menemukan keramaian di sekitarnya.
TAP...TAP...TAP
Namja kecil itu berhenti merangkak, dan mengernyit begitu mendengar derap langkah seseorang yang mendekatinya. Demi apapun itu, Ia tak berharap sosok asing itu memiliki niat buruk untuk mencelakainya.
,
,
,
Vincent sedikit menekan dadanya begitu sesuatu di dalamnya berdenyut ngilu, akibat Ia gunakan untuk berlari, meski hanya pelan...tapi itu sudah membuatnya kesakitan seperti ini.
"Hhh...hhh...M-mianhae a-aku hhh...datang terlambat" Ucap Vincent terengah-engah. Sejenak Ia menarik nafas dalam-dalam demi menstabilkan deru nafasnya, sebelum akhirnya tersenyum dan semakin berjalan mendekati namja yang masih menundukkan kepala di hadapannya.
"Gwaenchana?...apa kau terluka? Siapa Ahjjushi yang berbuat jahat padamu itu?" Tanya Vincent bertubi-tubi sembari mengais surai pirang namja malang itu. berusaha menyingkirkan seresah yang melekat di atasnya.
"A-ahjjushi bukan orang jahat" namja mungil itu mulai menegakkan tubuh dan sedikit mengangkat wajahnya, namun seketika itu pula Vincent membulatkan mata lebar...bahkan nyaris menjerit karna terkejut. Takdir macam apa ini? Bagaimana mungkin Ia bertemu dengan sosok yang bahkan parasnya sama persis dengan miliknya. Oh sungguh...setiap inchi dari wajah itu benar-benar sama, hanya surai keduanya yang membedakannya.
"K-kau—
Vincent makin tergagap seraya menutup bibir dengan sebelah tangannya, ah demi apapun itu...Ia benar-benar sulit mencerna apa yang dilihatnya saat ini. Tidakkah ini sangat mustahil...ya! Vincent bahkan masih mengira...dirinya tengah bermimpi saat ini.
'Bagaimana mungkin namja ini sangat mirip denganku?' Gumam Vincent dalam hati. Kedua foxy eyes itu pun tampan menatap nanar ke depan.
"Siapa yang mirip denganmu?"Namja itu mulai membuka suara, dan itu benar-benar membuat Vincent terperangah bukan kepalang. Tidakkah Ia hanya berucap dalam batinnya?tapi bagaimana mungkin namja itu bisa mendengarnya? Ah! Sungguh Ia memang benar-benar tak sedang bermimpi saat ini.
Vincent mengedarkan pandangan ke sekitar, mengantisipasi tak ada yang melihat keduanya. Dan beruntung...belakang halaman rumah sakit memang minim lalu lalang. Jalanan ini sangatlah sepi...pantas saja Ahjjushi itu meninggalkannya di tempat seperti ini.
Masih dengan menyimpan rasa terkejut dan banyak tanda tanya di dalam benaknya, Vincent beralih menggenggam tangan namja itu...berniat membawanya pergi dari tempat itu.
"Ikut aku..." Ucap Vincent setelahnya...tapi tersendat begitu namja itu seolah enggan untuk berjalan.
"Aku buta.."
"M-mwoo?" Pekik Vincent terkejut sembari mengayunkan sebelah tangannya tepat di hadapan namja mungil itu. "A-aku akan membimbingmu berjalan dengan perlahan...percayalah aku tak memiliki niat buruk terhadapmu" Lanjut Vincent.
"Uhm...aku tau itu" sahut namja mungil itu, seraya berjalan perlahan mengikuti pegangan Vincent.
.
.
.
"Kau...bisa membaca pikiranku?" Tanya Vincent takut-takut, tapi melihat wajah tertunduk itu membuatnya mencelos dan beralih semakin mendekati namja berparas mirip dengannya itu lalu meggenggam erat tangannya.
"N-nde...apa kau takut?" Namja mungil itu mulai menggigit bibir bawahnya sendiri, berharap sosok asing yang menyelamatkannya saat ini...tak menjerit takut, atau bahkan berlari meninggalkannya.
Vincent tersenyum lembut, dan menggeleng pelan. Meski nyatanya...namja di hadapannya sama sekali tak melihatnya. "Ani...mengapa harus takut. Kau memiliki kemampuan yang spesial". Ucapnya menenangkan.
"Aku Vincent...siapa namamu?" Lanjut Vincent lagi, masih melanjutkan langkahnya meniti jalan menuju bangunan yang menjulang tak jauh dari keduanya.
Sesaat namja cantik itu tampak terdiam, namun begitu membaca pikiran Vincent...Ia tersenyum tenang. Ia tau...Vincent benar-benar memiliki hati yang mulia untuknya.
"L-lee Sungmin" jawabnya lirih.
"Ahh...Sungmin" Namja cantik itu kembali terkekeh pelan mendengarnya, Ia benar-benar tak pernah menduga...semua ini akan terjadi padanya. Apa dirinya memiliki saudara kembar? Ayah dan Ibunya hanya memiliki seorang putra, dan itu dirinya. Mustahil...Sungmin saudara kembarnya.
"Berapa usiamu saat ini?" Lanjut Vincent lagi, merasa yakin jika keduanya mungkin seumuran.
"H-hampir 19 tahun" Jawab Sungmin lirih.
Vincent menatap terkejut. "Whoa kita sama Sungmin~ah!" Pekik Vincent setelahnya,
"J-jjeongmalyo?"
"Uhm...tidakkah ini sangat ajaib?" takjub Vincent, dan namja manis di sisinya hanya mengangguk menahan sungkan.
Kajja, sebelum matahari semakin terik" Vincent beralih merangkul bahu namja mungil itu, dan membuatnya berjalan lebih cepat.
.
.
.
Beberapa Saat Kemudian
"T-tempat apa ini?" Sungmin meraba-raba dengan panik dinding di sisinya, begitu Vincent membawanya masuk ke sebuah ruangan asing.
"Mungkin memang tak terlalu besar, tapi aku rasa ini apartemen yang nyaman untukmu" Yakin Vincent sembari mendudukkan namja itu di sebuah sofa.
"M-mwoo? Apartemen? T-tapi kau tak harus—
"Gwaenchana...orang tuaku memiliki apartemen di sekitar rumah sakit ini. Dan tempat ini salah satunya...kau bisa tinggal di sini Sungmin~ah" Ucapnya sembari berjalan mendekati lemari esnya, dan mengambil beberapa bahan makanan dari dalamnya.
Sungmin semakin menuduk sungkan mendengarnya, ah sungguh! Namja seperti apa Vincent sebenarnya...hingga berbuat sebaik ini pada orang yang bahkan baru dikenalnya hari ini.
"G-gomawo Vincent~shi"
"Yya...tak perlu sungkan terhadapku. Ah...Aku akan datang setiap hari untuk mengunjungimu, lagipula...jarak kita cukup berdekatan"
Sungmin terhenyak mendengarnya. "K-kau tak tinggal di sini?"
"Tidak...aku menghabiskan waktuku di rumah sakit. Tempat tinggalku di sana" Ucap Vincent riang.
"M-mwo?"
Vincent kembali terkekeh pelan mendengarnya. Ia mengangkat hasil masakan yang dibuatnya lalu beralih mendekati Sungmin.
"Makanlah terlebih dahulu" Ujar Vincent sembari membimbing tangan Sungmin untuk menyentuh makanannya.
"Uhm...Ne"
.
.
.
"Mianhae...jika aku tak bisa menemani dan mengawasimu sepanjang waktu. Mungkin kau akan banyak melakukan apapun seorang diri di apartemen ini" Sesal Vincent. Kedua tangannya tampak mengutak-atik ponsel di tangannya, berusaha mengalihkan panggilan dari Jessica. oh sial!...bahkan ini masih jam 9 pagi. Dan Suster itu sudah serusuh ini menghubunginya
Sungmin menggeleng pelan. "Gwaenchana...saat di rumah Hong Man Ahjjushi, aku terbiasa melakukannya sendiri. Kau tau? Aku memiliki daya ingat dan pendengaran yang tajam" Jelas Sungmin meyakinkan.
"Jinjjayo? Ah! Syukurlah...setelah ini, aku akan mengenalkan setiap sisi tempat ini. Dengan begitu kau akan cepat terbiasa dengannya"
"Mengapa kau sebaik ini padaku?" Sungmin menggapai-gapai ke depan, berusaha mencari posisi Vincant. Detik itu pula Vincent menyambut tangannya dan menggenggamnya erat.
"Karna memang...aku harus melakukannya Sungmin~ah" Ucap Vincent pelan.
'Entahlah, aku merasa kita memiliki ikatan yang kuat ...bahkan wajah kitapun benar-benar mirip' Batin Vincent,
"Benarkah? wajah kita benar-benar mirip?" Celetuk Sungmin tiba-tiba, masih dengan bibir terisi penuh dengan makanan.
"Aissh jinjja, kau melakukannya lagi...jangan membaca pikiranku seperti itu" Canda Vincent seraya merebut suapan di tangan Sungmin. Tak ayal gelak tawa keduanyapun pecah memenuhi apartemen itu.
,
.
.
"Aku harus kembali ke rumah sakit...Suster menyebalkan itu pasti sudah menggila karna mencariku, pastikan kau tak membuka pintu untuk orang asing arrasseo?" pesan Vincent, begitu melangkah mendekati ambang pintu. Dan Sungmin hanya mengangguk cepat menanggapinya.
"Mengenai masakan, apa kau—
"K-kau tak perlu mencemaskan hal itu. aku cukup ahli mengingat semuanya" Sergah Sungmin meyakinkan.
"Baiklah...aku akan datang setiap hari. Cha...aku pergi... Annyeong"
"Uhm...berhati-hatilah"
CKLEK
Pintu tertutup rapat, dan Sungmin beralih melangkah perlahan merambati dinding untuk menemukan letak kamar yang telah Vincent tunjukkan padanya. Ah! Semestinya ia tak bisa percaya begitu saja dengan sosok yang baru saja di kenalnya. Bukankah mereka baru bertemu hari ini...tapi entahlah, Vincent berbeda. Dan seperti apa yang di dengarnya dari suara hati Vincent...jika Ia dan namja bersuara lembut itu memiliki ikatan yang kuat. Bahkan hubungan keduanya menjadi lekat begitu saja. Dan lebih dari itu...Sungmin benar-benar membaca ketulusan dari diri Vincent. Hingga membuatnya menaruh rasa percaya tanpa syarat.
.
.
.
Sementara itu di tempat lain
.
.
DRRRTTT...DRRRTTT
Vincent menghela nafas berat begitu ponselnya bergetar untuk ke sekian kalinya, Ia beralih menatap layar gadget tersebut dan mengangkat panggilan itu dengan malas.
"Yeobsse—
"YAACKK! Dimana kau?! Mengapa tak mengangkat panggilanku Hah?! Apa kau tak melihat jam? Ini hampir pukul 10! Cho Uissangnim akan membunuhku jika tau kau meninggalkan kamarmu seperti ini. Cepat kembali kemari!"
Vincent meringis sembari menjauhkan ponselnya, begitu suara Jessica melengking memekakkan dalam line telfonnya.
"Nunnaaa~" Rengek Vincent setengah terisak, membuat Yeojja dalam line telfon itu mendadak luruh...dan panik mendengarnya.
"W-wae? Eoddi ni? Apa kau baik-baik saja!"
"Nunna...aku tersesat, aku tak tau jalan kembali ke rumah sakit"
Vincent makin menyeringai...yakin, Jessica akan benar-benar kalut saat ini.
"M-Mwooo? Katakan...di mana kau saat ini Vincent?"
Benar dugaannya bukan, Yeojja itu tak mungkin meledak marah...bahkan mulai terdengar langkah tergesa dari line telfon tersebut. Sudah pasti...Jessica tengah panik, berlari keluar dari rumah sakit.
"M-molla...sepertinya aku berdiri di depan mini market. Aku tak tau tempat ini...M-musseowo (Aku takut) Nunnaaa~"
"Aisshh Jinjja...mengapa kau sampai di tempat seperti itu? jangan menangis...Nunna akan segera tiba di sana! Jangan menangis...arrachii" Ucap Jessica berulang-ulang. Dan berlari secepat mungkin...sebelum kekasih Kyuhyun itu menangis di tengah keramaian.
"Uhn~" PIP
Vincent terkikik kecil begitu mengakhiri line telfon tersebut. ah! Sungguh... Mengelabui suster penjaganya itu...bukanlah hal yang sulit untuknya.
.
.
.
.
satu minggu berlalu, dan selama sekat waktu itu...Vincent tak pernah ingkar, datang menemui namja yang bahkan dari ujung kaki hingga puncak kepalanya, nyaris persis tanpa sela dengan dirinya. Ya! Ia selalu mencuri waktu...dan mengelabui siapapun demi menemui Sungmin. Mungkin hanya berselang singkat...tapi entahlah, baginya bisa bertemu dan berbicara dengan Sungmin, begitu membuat harinya semakin terasa berharga. Mereka saling merasakan hal yang sama, Walau tak menutup fakta, Sungmin sama sekali tak bisa melihat selayaknya dirinya.
.
.
"Beberapa hari lagi...aku akan menjalani operasi keduaku" Ucap Vincent tiba-tiba, sembari menatap lekat-lekat namja manis yang tengah memandang kosong ke depan itu.
Sungmin meraba-raba, kedepan dan berhenti begitu Vincent mengulurkan tangan untuk meraih tangannya.
"Aku takut Sungmin~ah" Ungkap Vincent lirih sembari menunduk dalam, satu bulir air matapun lolos cepat dari pelupuknya begitu mengingat wajah Kyuhyun.
"J-jangan takut...semua akan baik-baik saja. Kau akan mampu melaluinya...dan hidup dengan sehat" Sungmin meremas erat jemari mungil Vincent, berusaha menguatkan namja yang diyakininya tengah terisak saat ini.
Vincent tersenyum getir...tak hanya dari Sungmin Ia mendengar kalimat penuh kekuatan itu. setiap orang disekelilingnya bahkan Kyuhyun sekalipun, begitu optimis...ia akan mampu bertahan memalui operasi itu. tapi mengapa hatinya bertolak dari keyakinan semua orang itu...entahlah, Ia merasakan firasat yang lain untuk hidupnya.
'Benarkah? Tapi aku merasa...tak lama lagi aku akan meninggalkan semuanya Sungmin~ah' Lirih Vincent dalam hati.
Sungmin tiba-tiba saja bangkit berdiri, dan mengepalkan tangan kuat-kuat. "A-apa yang kau katakan! Kau akan tetap baik-baik saja! Jangan pernah memikirkan itu Vincent!" Seru Sungmin tak terima.
Vincent terkekeh pelan, meski demikian air mata itu tetap mengalir deras dari manic foxynya. "Tsk...berapa kali ku katakan jangan membaca pikiranku lagi" Canda Vincent sembari menarik tangan Sungmin agar kembali duduk di sisinya.
"Peluk aku Sungmin~ah" Pinta Vincent tiba-tiba, dan dengan cepat Sungmin meraba tubuhnya dan memeluknya seerat mungkin.
"Ulljimaa...percayalah semua akan baik-baik saja" Bisik Sungmin seraya membelai punggung Vincent dengan lembut.
'Bagaimana dengannya...aku takut meninggalkan namja itu. apa yang akan dilakukn manusia bodoh itu tanpa diriku Min? Apa Dia akan hidup dengan baik?' Vincent kembali meracau dalam hatinya.
Sungmin tampak terdiam, meski berulang kali menegarkannya...Vincet tetap saja terlihat rapuh seperti ini. Dan lagi...kalimat yang sama mengenai 'namja itu' kembali Ia dengar dari hati Vincent. Namja itu...sudah pasti sosok paling berharga untuk Vincent bukan ?
"Tidak...kau tak akan pernah meninggalkannya. Karena itu, berjuanglah demi manusia bodohmu itu...arrasseo?"
Vincent makin tergugu mendengarnya. Entahlah...kemana Ia harus membawa hati dan ketegarannya, untuk meyakinkan dirinya sendiri. Bahwa semua memang akan baik-baik saja, sama seperti yang dikatakan semua orang. Ia benar-benar ingin hidup lebih lama...dan mencintai Kyuhyun sepenuhnya. Oh demi apapun itu, hanya kebahagiaan Kyuhyun yang di harapkan dalam hidupnya.
Sesaat Vincent tampak mengusap kasar air matanya, lalu tersenyum lebar...meski nyatanya senyuman itu tetaplah terlihat getir.
"M-mianhae...aku tak mengenalkanmu pada orang-orang di sekitarku. Bahkan aku terkesan menyembunyikanmu seperti ini, m-mianhae Sungmin~ah. "
Sungmin meraba wajah Vincent, lalu mengusap linangan air mata itu dengan perlahan.
"Sssh...kau terlalu baik merawatku seperti ini. Jangan memikirkan apapun...aku cukup bahagia dan berterima kasih dengan semua yang kau berikan untukku... Vincent"
Namja cantik itu mengangguk cepat mendengarnya, lalu beralih melepas pelukan keduanya. "Tunggu sebentar" Ucapnya sembari meraih secarik kertas dan mengulas beberapa guratan di atasnya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Sungmin sedikit mengernyit mendengar Vincent mendadak sibuk dengan benda bergemrisik di sekitarnya. Tapi sedetik kemudian ia kembali terkseiap begitu namja itu kembali mendekatinya, dan melesakan sebuah lipatan kecil di dalam genggamannya.
"Ini...simpan baik-baik benda ini. Dan jangan sekalipun menghilangkannya arraseo?" Tekan Vincent.
"A-apa ini?"
"Menjelang operasiku, tentu aku tak bisa pergi kemanapun. Bahkan untuk sekedar menemuimu...sepertinya aku tak akan bisa melakukannya. Tapi jangan cemas...seseorang akan menggantikanku untuk menemanimu di apartemen ini. Jessica...Dia seorang suster yang bisa kau—
"Vincent...benda apa ini?" Sergah Sungmin, sama sekali tak menghiraukan rasa cemas Vincent terhadap dirinya.
Vincent tersenyum getir melihat raut tegang namja mungil itu. Ia beralih menggenggam tangan Sungmin...memastikan lipatan kecil itu benar-benar tersemat dengan aman dalam genggaman Sungmin.
"Suatu saat kau akan benar-benar bisa melihat. Dan saat itu tiba, benda ini yang akan menuntunmu untuk menemuiku. Cari aku dengan benda ini...jadi jangan pernah menghilangkannya. Simpan di tempat yang aman dan mudah untuk kau ingat. Sekali kau menghilangkannya...kau tak akan bisa menemuiku, arrasseo?"
Sungmin begitu tergagap mendengarnya. Apa sebenarnya diungkapkan Vincent...Bukankah Ia hanya menanyakan benda apa yang ada di dalam tangannya saat ini? Tapi mengapa jawabannya penuh dengan pesan tersirat seperti itu. dan lebih dari itu...sesuatu dalam hatinya benar-benar terasa sakit dan sesak mendengar Vincent berkata demikian, meski sebenarnya Ia masih belum mencerna apa makna dari semua kata itu.
"Tapi benda ini—
"Ssh...dengarkan kata-kata ku tadi. Untuk beberapa hari ke depan. Aku tak bisa menemuimu" Vincent melepas paksa genggaman tangan Sungmin, dan bangkit untuk menjauhi namja mungil itu dengan perlahan.
"V-vincent...tunggu! J-jangan pergi...ini belum pukul 10 bukan?" Sungmin turut bangkit dan menggerakkan tangannya ke depan, berusaha meraba-raba posisi Vincent. Namun tanpa di sadarinya, Vincent menangis lirih sembari berjalan ke belakang menghindari jangkauan tangannya.
"Jangan membuka pintu, untuk orang yang tak kau kenal, kecuali jika orang itu membawa namaku Sungmin~ah"
"Di mana kau?! Ku mohon genggam tanganku..." Sungmin masih bersi kukuh merangsak apapun di hadapannya demi menemukan Vincent, tak peduli berulang kali Ia tersungkur karna tersendat benda-benda di hadapannya. "Vincent!" Jerit Sungmin, berharap namja itu lekas menyambut jangkauan tangannya. Tapi tetap saja semuanya tak tersambut...semuanya tetaplah hening, mungkin hanya isakan lirih Vincent yang samar-samar didengarnya.
Ah sial! Seandaianya Ia tak buta...mungkin tak akan sesulit ini menemukan Vincent. Demi apapun itu...Sungmin hanya ingin memluk namja itu, dan menghentikan isakannya.
Vincent kian terisak melihat Sungmin begitu kacau mencarinya, semakin ia menjauhi namja itu...semakin ia yakin, sesuatu memang terikat kuat di dalam diri keduanya. Entahlah...Vincent benar-benar merasa ada bagian dirinya dalam sosok Sungmin.
"Apa kau merasakan ini?" Vincent tiba-tiba menyentuh dada kirinya. Sontak Sungmin terdiam mendengarnya...dan tanpa Ia sadari tangannya pun turut terangakat menyentuh dadanya sendiri sama persis dengan apa yang dilakukan Vincent.
"A-aku merasa sakit di sini, apa yang salah dengan bagian ini?" Ucap Sungmin, tatapan kosongnya pun tampak bergerak tak tentu..seolah ingin menunjukkan pada Vincent, bahwa rasa sakit itu benar-benar berdenyut nyata di dalamnya.
DEG
Vincent terkesiap melihatnya. Sungmin sama sekali tak bisa melihat...tapi namja itu merasakan bahkan melakukan hal yang sama persis dengannya. Terlebih ia pun tak sedang bergumam apapun dalam hatinya. Apa ini?
Tidakkah ini semacam ikatan batin yang kuat? Mungkinkah Ia dan Sungmin—
Vincent tak mampu menerka segalanya, mengapa semua begitu mendadak? Dan mengapa harus di ujung kisahnya seperti ini...Ia bertemu dengan Sungmin?
Dengan gontai ia berjalan mendekati namja yang masih bergerak kacau mencari dirinya, semakin Ia menatap wajah itu...semakin yakin, dirinya dan Sungmin memang terikat darah yang sama. Tak perlu bukti medis! Hatinya telah jauh meyakini semua itu. entah apa yang terjadi di masa lampau...hingga membuat keduanya terpisah. Dan Tuhan sepertinya kembali menarik garis takdir keduanya. Tapi sekali lagi...mengapa harus sekarang Tuhan memepertemukannya dengan Sungmin? Bahkan Ia hanya menghitung hari dengan sisa tarikan nafasnya.
GREB
"Apapun yang terjadi, kau harus bahagia...Apa kau bingung? Ne...akupun tak mengerti dengan pertemuan kita ini Sungmin~ah? Tapi aku yakin...kaupun merasakan hal yang sama...dalam diri kita mengalir darah yang sama. Apa kau percaya itu?"
Sungmin membalas pelukan itu lebih erat, tak menginginkan Vincent beranjak sedikitpun meninggalkannya seperti beberapa saat lalu.
"Aku harus pergi" Bisik Vincent.
Sungmin menggeleng kasar, dan makin mengeratkan pelukannya...persetan jika Vincent kelak akan merintih kesakitan. Ia benar-benar merasakan firasat buruk dengan semua yang dikatakan namja itu.
Vincent mengulas senyum getir, ia beralih menangkup pipi Sungmin...sedikit berjinjit dan mencium lama kening namja cantik itu. "Aku menyayangimu Sungmin~ah" Lirihnya.
Sungmin mematung, entahlah perasaan sakit itu semakin merambati dadanya kala mendengar Vincent berkata demikian. Hingga membuat pelukannya dapat dilepas dengan mudahnya.
Vincent mengepalkan tangan kuat-kuat, tak seharusnya ia terlihat rapuh seperti ini...dan membuat Sungmin semakin larut dalam rasa sesaknya. Dengan perlahan ia melepas paksa genggaman tangan Sungmin, lalu berlari menjauh...sebelum hatinya semakin tersayat melihat dan memdenhar Sungmin memanggil-manggil dirinya.
"VINCENT!"
"Mianhae..." Lirih Vincent seraya berlari keluar dan menutup pintu apartemen serapat mungkin. Menyisakan isakkan keras dari namja mungil di dalamnya.
.
.
.
"Untuk apa kau mengatakan semua hal bodoh itu?! Esok kau akan menemuiku lagi bukan?" Sungmin meraba pelan daun pintu di hadapannya. dan berbisik lirih, seolah Vincent masih berdiri di baliknya.
.
.
.
.
Esoknya...
"Apa kau sedang memikirkanku?" Ucap Kyuhyun seraya memeluk tubuh mungil itu dari belakang. Vincent hanya mengangguk kecil menanggapinya, tapi sesaat kemudian ia menghela nafas berat begitu melihat secangkir kopi di tangan kekasihnya itu.
"Tck! Bukankah sudah ku katakan jangan terlalu banyak meminum kopi hitam seperti ini" sungutnya sembari mengambil alih minuman tersebut. "Berapa kali dalam sehari ini kau meminumnya?"
Kyuhyun hanya terkekeh pelan melihatnya, dan menggigit hidung mungil itu karna gemas. Ah sungguh kekasihnya benar-benar menggoda jika sedang mendelik kesal seperti ini.
"Hanya 3 kali..." jawab Kyuhyun santai sembari mengecupi bibir pouty itu bertubi-tubi.
"Tidak! Kau meminumnya 5 kali Kyu!"
Sejenak Kyuhyun tampak menghela nafas pelan, sebelum akhirnya mengangguk pelan dan memeluk tubuh mungil itu dengan perlindungan penuh. "Hn...Mianhae Dear"
"Cium aku" Pinta Vincent tiba-tiba. Membuat namja tampan itu mengernyit dengan rengekan tak biasa itu. Kyuhyun tersenyum lalu memegang tengkuk dan rahang Vincent dengan lembut hingga membuat namja cantik itu menengadah karenannya.
"Mmmh~" lenguh Vincent, begitu belahan merah itu menghisap lembut bibirnya. Ia sedikit membuka bibirnya, begitu Kyuhyun makin memiringkan kepala...membiarkan namja tampan itu mendominasi penuh pagutan keduanya.
.
.
.
.
"Kembali ke dalam Dear. Udara malam tak baik untuk tubuhmu" Bisik Kyuhyun lirih. Mencoba membujuk kekasih mungilnya untuk segera meninggalkan balkon kamar vvip itu.
Namun Vincent menggeleng enggan, dan tetap memaksa namja tinggi itu memeluknya seperti ini.
"Biarkan seperti ini" kekeuh Vincent, semakin menyerukkan kepalanya ke dalam dekapan hangat itu. Biar saja Kyuhyun menyentak marah, Ia hanya ingin berlama-lama dengan posisi seperti ini dengan kekasihnya sendiri.
"Berpelukan di dalam juga bisa bukan? Bahkan kita bisa melakukannya lebih dari itu" Kyuhyun mulai menyimpul seriangai tajamnya.
Namun tanpa di sadarinya, namja mungil dalam dekapannya itu tampak menatap redup. Taukah Kyuhyun? Ia benar-benar menyukai saat-saat seperti ini? Setiap perhatian, pelukan, ciuman bahkan celoteh menyebalkan saat namja itu menggodanya adalah hal yang paling di sukainya. Tapi akankah Ia bisa merasakabn semua sentuhan itu...saat jantungnya tak lagi berdetak. Bahkan mungkin setelah malam ini berlalu. Mungkinkah semua itu masih dapat direngkuhnya?
.
.
"Kyu.."
"Hn..." Sahut Kyuhyun sembari mengecupi puncak kepala Vincent.
"Bisakah kau mencintai seseorang selain diriku?"
Kyuhyun berdehem pelan. "Tidak! Bagiku itu harus dirimu" Jawab Kyuhyun telak.
Dalam diam satu bulir air mata mulai lolos cepat dari pelupuknya. Vincent tak tau...seberapa remuk hatinya saat ini mendengar jawaban pasti itu, dan firasat buruk semkin lekat memenuhi benaknya.
"Jangan lupa untuk selalu sarapan"
Kyuhyun terkekeh pelan. "Hn...tentu saja. Cepatlah sembuh...dan buatkan sarapan spesial untukku"
"Pastikan bajumu bebas kusut dan hanya minum secangkir kopi sehari"
Namja tampan itu kembali mengangguk mengiyakan, merasa kekasih mungilnya sepertinya sedang bersemangat mengomel padanya saat ini. Namun tanpa di sadarinya, Vincent tengah menekan dadanya sendiri.
"Uhmp~" Vincent sedikit tersedak. Namun dengan cepat ia menutup bibirnya.
"K-katakan yang harus dikatakan s-saja" Vincent mengernyit...berusaha meredam denyut nyeri di seluruh dadanya. Bahkan darahpun mulai merembas dari sela-sela jari yang menutup bibirnya. Dan Kyuhyun masih tak menyadarinya.
"Aissh...aku bukan pria yang banyak bicara Dear, kau tak perlu mencemaskannya"
"M-makanlah nasi, meski hanya kemasan. J-jangan sakit...nnh~
Kyuhyun mulai mengernyit mendengar cara bicara Vincent sedikit tersendat-sendat. Ia memaksa merenggangkan pelukannya demi memastikan namja mungil itu, tapi Vincent tetap bersi kukuh tetap menyambunyikan wajahnya di balik dada bidang itu.
"J-jangan sakit...jika aku...Ugh! tak ada...uhuk! S-saranghae"
"D-dear!" namja tampan itu benar-benar panik saat ini, dengan kalut Kyuhyun menjauhkan tubuh ringkih itu. dan betapa tertikamnya ia kala melihat darah telah memenuhi bibir vincent. bahkan hingga terbatuk mengotori piyama dan lantainya.
"J-jaga tubuhmu sendiri. Mian—Nghh"
Vincent lunglai begitu saja, sebelum sempat mengusaikan kata terakhirnya. Membuat Kyuhyun berteriak kalap...bahkan tanpa tersadar bulir bening mulai merembas dari sudut mata tegas itu. Demi apapun itu...ia benar-benar takut melihat Vimcent seperti ini.
"ANDWAE! BUKA MATAMU DEAR!"
Dengan kalut Kyuhyun menyeka darah itu, dan menggendong bridal namja mungilnya...kembali memasuki kamarnya.
"SUSTER!" Panggilnya keras, dan tak lama berselang beberapa tenagan medis berhamburan memasuki kamar vvip tersebut.
.
.
.
.
"Kita harus melakukan operasi secepat mungkin...kondisi Vincent semakin melemah" Seorang pria paruh baya berjalan mendekat, dan menepuk pelan bahu Kyuhyun yang masih terduduk lemas di depan pintu ICU itu. Ia terlalu kacau, dan Kyuhyun tak mampu berpikir apapun dengan perasaan sakit dan takut yang berbaur menjadi satu itu.
"L-lakukan apapun...yang terbaik" Kyuhyun mulai bangkit dan mencengkeram jas medis park Uissangnim. "Selamatkan Vincent-Ku!" Lanjutnya lagi kali ini dengan mengguncang kasar tubuh Dokter senior itu.
"K-kyu tenanglah...semua akan baik-baik saja" Tenang Donghae seraya menahan Kyuhyun dan menariknya menjauh dari Park Uissangnim.
Sementara beberapa Dokter lainnya, segera melangkah cepat memasuki ruang ICU...dan melakukan apa yang semestinya menjadi tugasnya di dalam sana.
Kyuhyun kembali merosot sembari meremas surai coklatnya. Masih lekat dalam ingatannya...bagaimana Vincent terbatuk dengan darah sebanyak itu, dan lunglai begitu saja dalam dekapannya. Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah pagi ini...namja mungil itu masih baik-baik saja...bahkan terlihat begitu ceria saat bercanda bersamanya. Tapi mengapa semua berubah sedrastis ini dan mengharuskannya menjalani operasi 3 hari lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan?
Kyuhyun bangkit, dan berusaha merangsak ke dalam namun dengan cepat ditahan oleh Donghae dan beberapa perawat lainnya. "Biarkan aku masuk...aku yang akan melakukannya sendiri!"
"Hentikan Kyu! Kau hanya akan mengacau di dalam sana dengan kondisi sekalap ini!" Donghae berteriak keras, tapi masih saja...Kyuhyun menggila ingin merangsak pintu di sebrangnya itu.
"Biarkan aku menyelamatkannya! Dia VINCENT-KU!"
Hingga tiba-tiba saja seorang pria kekar mendekat, dan bergerak cepat menyuntikkan semacam cairan khusus ke dalam tubuh Kyuhyun. Perlahan namun pasti...tubuh kokoh itu mulai melemas...dan terlihat sedikit tenang.
"Sampai kapan kau bertindak kekanakan seperti ini Putraku"
"A-appa...selamatkan Dia" Lirih Kyuhyun, makin bersandar lemas di bahu Ayahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
CKLEK
"U-Uissangnim! Park Uissangnim...Bagaimana kondisi Putra-
Yeojja itu mendadak membelalakkan mata lebar begitu melihat Park Uissangnim, menghela nafas dengan wajah tertunduk, seolah tengah menyiratkan suatu sesal dari gurat lelahnya.
"Apa?! mengapa kau hanya diam?! Katakan...bagaimana dengan Vincent kami?!" Yeojja itu mencengkeram lengan Park uissangnim, dan makin menggila kala tak satupun kata keluar darinya.
"N-nyonya Lee...kami mohon tenanglah" Ujar seorang perawat, masih berusaha keras menahan Yeojja itu.
"Kami telah berusaha keras. Tapi maaf...kondisi Vincent-
kata demi kata yang terucap dari pria itu, bagai bergema dan mendengung tak jelas.
sangat tak jelas...hingga rasa-rasanya itu terdengar begitu menyakitkan!
Tak satupun bergeming...
Semua terlalu sesak untuk diungkapkan...ya! dan tak ada satupun yang menduga. Namja mungil yang selalu berkeliaran dengan senyum cerahnya itu. Perlahan menghilang dari kenangan.
"Kyu—
BRUGH
"YACK! CHO KYUHYUN!"
Semua berteriak panik, begitu namja tinggi itu tiba-tiba saja limbung ...tak sadarkan diri. Pengaruh obat penenang yang diberikan ayahnya beberapa saat lalu, sedikit banyak telah membuatnya pening, dan mendengar Park Uissangnim menyatakan dengan lugas fakta menyakitkan mengenai Vincent semakin membuatnya goyah hingga melemas total.
"ANDWAEEE! VINCENT PUTRAKU!"
"N-nyonya Lee"
.
.
.
Sementara itu di tempat lain
DING
Sungmin mengernyit mendengar seseorang menekan bel apartemen. Mungkinkah itu Vincent...tapi bukankah Vincent akan masuk begitu saja ke dalam apartementnya. Tanpa harus menekan bel tersebut? Ah sungguh! Ini tak biasa...siapa sebenarnya yang bertamu saat ini.
"Vincent...kau kah itu?" Seru Sungmin seraya mempelkan telinga di daun pintu, berusaha memastikan itu benar-benar Vincent yang datang.
"Hiks.."
Namun bukannya suara tenor Vincent yang di dengarnya, melainkan isakkan seorang Yeojja misterius.
"N-Nuguya?"
"S-sica...aku Jessica...Hiiiks, buka pintunya!" Racau Yeojja itu semakin hebat terisak.
Sungmin mengerjap. Jessica Dia bilang...ah! bukankah Vincent pernah mengatakan nama itu. Ya! Yeojja itu suster penjaga Vincent bukan?
Cepat-cepat Sungmin membuka pintu. Dan seketika itu pula tubuhnya terdorong ke belakang begitu Yeojja itu tiba-tiba saja memeluknya dan menangis sejadi-jadinya.
"K-kalian benar-benar terlihat sama" Lirih Sica di tengah-tengah isakannya.
"W-wae? Di mana Vincent...mengapa anda menangis seperti ini?" Sungmin makin berdebar hebat dan tanpa tersadar air mata itu lolos cepat dari pelupuknya.
"Ikut aku" Jessica mulai menggenggam tangan Sungmin, berniat membimbingnya keluar.
"S-suster...Ku mohon katakan padaku, di mana Vincent?"
"Jangan banyak bicara! Ikut aku Sungmin~ah!" Bentak Jessica seraya mengusap kasar linangan air mata di wajahnya. Sungmin menunduk...dan hanya berjalan patuh mengikuti langkah Yeojja itu. Demi apapun itu...firasatnya semakin terasa memburuk saat ini.
"Apa Vincent baik-baik saja?"
"..."
"Kau akan membawaku pada Vincent bukan?"
"..."
"S-suster...katakan sesuatu, di mana Vincent?"
"..."
.
..
.
.
Dua Bulan kemudian
.
.
"Cha...sekarang buka matamu Sungmin~ah" Ujar seorang pria cantik seraya mengamati lekat-lekat Sungmin yang masih berusaha membuka kedua matanya itu.
"Hyukkie...benarkah ini akan berhasil" Gumam Sica, turut antusias menunggu Sungmin benar-benar bisa menggunakan mata itu dengan baik.
"Jangan meragukanku" Sahut Dokter bernama Eunhyuk itu dengan pasti.
"Minnie...jangan tergesa-gesa arrachi?" Ucap Jessica seraya merapikan anak rambut yang menjuntai di kening dan pipi Sungmin.
Sungmin mulai menggerakkan kelopak matanya, terasa menyakitkan kala bias lampu ruangan itu serasa mengepungnya dalam bayangan putih. Berkali-kali Ia mencoba mengerjap, semakin banyak Ia mengerjap...semakin goyah bayangan yang di tangkapnya. Dan Itu benar-benar membuatnya pening.
"Pejamkan sejenak...lalu buka sepelan mungkin Sungmin~ah" Ucap Eunhyuk lirih.
Sungmin mengangguk patuh. Memejamkan mata erat...lalu membukanya dengan perlahan, hingga kedua foxy eyes itu benar-benar terbuka dengan sempurna.
"Berhasil? Dia berhasil melakukannya?" Pekik Jessica seraya mengguncang lengan Eunhyuk, mencari kepastian.
Namun racauannya terhenti begitu sebelah tangan Sungmin menyentuh bahunya. "Kau kah...Sica Nunna?" Tanya Sungmin tiba-tiba dengan mata mengerjap polos.
Tak ayal...Sica menjerit antusias melihatnya. Dan memeluk namja mungil itu dengan eratnya...bahkan bulir bening mulai mengalir cepat dari sudut matanya. "A-aku seperti melihatmu kembali" Ucap Sica terenyuh. Membuat namja mungil itu makin tak mengerti dengan sikapnya.
Ya! Sampai detik ini...Sungmin masih belum mengetahui apa yang terjadi pada Vincent. semua tetap dirahasiakan dengan apik dari namja mungil itu.
.
.
.
"Mulai sekarang, kau harus menggunakan dan menjaga kedua mata ini sebaik mungkin Sungmin~ah" Jessica menangkup kedua pipi Sungmin, lalu setelahnya beralih mengemas beberapa potong pakaian Sungmin ke dalam koper berukuran sedang.
"Siapa sosok yang berbaik hati memberikan kedua mata ini? Ahh Yepeeoda~" Gumam Sungmin sembari bercermin, dan menatap takjub pada pentulan kedua mata indahnya.
Suster itu terkekeh pelan. "Kelak kau akan mengetahuinya sendiri Sungmin~ah"
'Kau tak akan mungkin melihat sosoknya lagi Minnie' Batin Sica, seraya menundukkan kepala.
"Mworrago? Siapa yang tak mungkin ku lihat lagi?" Celetuk Sungmin tiba-tiba. Membuat Jessica menepuk jidat keras, lupa...jika Sungmin memiliki kemampuan mendengar suara hati seseorang. Dan hanya dirinya yang tau, tentunya Vincent telah mengatakan hal ini sebelumnya.
"Berhenti membaca pikira seseorang. Dan kau harus merahasiakan kemampuanmu itu dari siapapun. Demi kebaikanmu...arrachi?"
Sungmin sedikit berdecak tapi tetap mengangguk mematuhinya. "Ah! Nunna...di mana Vincent? Bukankah kau berjanji akan —
"Sssshhh...apa kau masih mengingat apa yang Vincent katakan padamu?"
Sungmin mengerjap tapi setelahnya ia bangkit dan terlihat mengacak isi koper yang telah dikemas dengan rapih oleh Sica.
"Apa yang kau cari?"
"Dimana kotak itu? aku yakin...aku membawanya bersama baju-baju ini" Ucap Sungmin tergesa.
"Apa yang kau maksud benda ini?" Sica meraih sesuatu dari lipatan baju Sungmin, lalu memperlihatkan box kecil tersebut untuk namja mungil itu.
"B-benar! Benda itu!". dengan antusias Sungmin mengambil lipatan kertas dalam kotak kecil itu, dan membukanya dengan perlahan.
..
.
.
"Sebuah alamat?" Sungmin mengerjap polos.
"Hm...dan pesan dari Vincent di setiap lembarnya, aku harap kau melakukan apapun yang diinginkannya Minnie" Ujar Sica seraya mengelus kepala Sungmin.
Namja cantik itu mengangguk pasti. Lagipula...Bukankah Vincent mengatakan jika benda ini yang akan membimbingnya menemui Vincent bukan? Pasti Vincent berada di rumah yang beraalamatkan ini. Yakin Sungmin sembari menatap lekat-lekat rentetan huruf dan angka di kertas itu.
.
.
.
.
"Benarkah ini rumahnya? Whoaa besar sekali" Takjub Sungmin begitu memijakkan kaki tepat di pintu utama sebuah rumah mewah.
Lama Ia menelisik ke sekitar. Lalu setelahnya memutuskan menekan bel tepat di sisi atasnya...barang kali Vincent di dalam, dan segera membuka pintu untuknya.
Tapi lama Ia menekan benda nircable itu, tak ada satupun yang menyahut terlebih membuka pintu untuknya. Ah! Mungkin sampai bel itu remuk sekalipun...pintu tersebut akan tetap tertutup rapat seperti itu.
Merasa tak sabar, Sungmin beralih mengetuk-ngetuk pintu itu...namun betapa terkejutnya Ia begitu mengetuk lebih keras...dan pintu terbuka dengan sendirinya.
"T-tidak di kunci?"Pekiknya tak percaya.
.
.
.
.
"Tck!"
Decaknya keras begitu bias mentari menerpa wajah kusutnya, ia beralih bangkit untuk duduk dan mengacak kasar surai coklatnya. Bahkan mentari pagi bisa terasa menyakitkan seperti ini. Lama Kyuhyun menatap kosong ke depan, tapi semakin ia diam semakin tak menentu pula perasaan yang berkecamuk dalam batinnya. Masih lekat dalam ingatannya, bagaimana sosok mungil itu menyibak tirai dan menjerit dengan lengkingan tenornya, untuk membangunkannya. Ah! Benar-benar manis...saat Ia menariknya, lalu memenjarakan namja mungil itu di ranjang ini dan menciumnya dengan intens. Demi apapun itu...setiap kenangan yang terajut bersama Vincent... benar-benar hidup di kamar ini.
"Semua tak akan sama tanpamu" Gumam Kyuhyun sebelum akhirnya bangkit untuk berdiri, dan mengeratkan tirai yang sedikit tersingkap. Tak membiarkan cahaya menerobos masuk...barang secercah pun. Atau bias mentari itu, hanya akan mengingatkannya pada sosok Vincent.
Bahkan lebih dari dua bulan ini, Kyuhyun cuti dari rumah sakit...mengurung diri dalam rumah yang bahkan lampu pun tak diizinkannya untuk menyala. Semuanya begitu gelap...senyap dan dipastikan dibalik kesuraman itu, debu tercecer di manapun...bahkan sepertinya jaring laba-laba turut menghias setiap sudut rumah mewahnya. Apapun itu...Kyuhyun benar-benar menyerupai pangeran kegelapan di rumahnya sendiri. Dan Ia nyaman dengan keaadaan itu. Sekali lagi, bias mentari bahkan suasana terang dan bersih hanya akan membuatnya ingat akan sosok Vincent. dan Itu benar-benar menyakitkan.
Ya! Kyuhyun terpuruk...terlalu jauh membenamkan dirinya dalam luka itu. selepas...Vincent benar-benar menghilang untuk selamanya dari rengkuhannya.
Namja tampan itu beralih berjalan gontai, keluar dari kamarnya...untuk sekedar mengambil minuman bersoda dari lemari pendinginnya. Kedua matanya masih setengah terpejam, saat membuka benda itu...hingga tak sadar. Ruang makan itu...telah berpendar cahaya terang.
.
.
'Thud...Thud'
Kyuhyun sedikit mengernyit begitu merasakan sesuatu yang keras seperti menusuk-nusuk pinggangnya, tapi ia mengabaikannya dan tetap meneguk cola itu dengan tenang.
'Tuk...Tuk'
Namun lagi-lagi, sesuatu kembali menusuknya dan kali ini beralih di kepalanya. Ah! Sial...siapa sebenarnya yang mengusiknya saat ini. Apa penghuni yang lain dari rumahnya? Memang tak heran jika itu makhluk halus. Karna bagaimanapun Kyuhyun membiarkan rumahnya tak terurus, begitu gelap dan mengerikan layaknya makam umum.
Kyuhyun berdecak sembari menutup kasar pintu kulkasnya lalu memutar tubuh dengan gusar. "MWOO?! BERANI-BERANINYA KAU—
Kyuhyun mendadak stagnan, begitu melihat seorang namja kecil berdiri was-was dengan sebuah sapu di tangannya, seolah dirinya adalah ancaman mengerikan. Tapi bukan sikap penuh waspada itu yang membuatnya tercekat, melainkan pada paras namja mungil itu.
Apa ini? Mungkinkah dirinya benar-benar gila ? Melihat sosok Vincent berada di hadapannya seperti ini? Oh demi apapun itu! ini bukanlah hal yang bisa dicerna oleh logika! Tapi Ia memang tak sedang bermimpi...namja tercintanya itu benar-benar nyata mengerjap polos ke arahnya. Meski sosok mungil itu hantu sekalipun, ia tak akan peduli! Selama itu benar-benar Vincent miliknya.
"Dear" Gumamnya lirih seraya berjalan mendekat dengan tatapan kosongnya.
"N-nuguya? Apa kau salah seorang pembantu di rumah ini?" Ujar Sungmin takut-takut, sambil merambati meja pantry di belakangnya, bermaksud ingin menghindar.
Kyuhyun sedikit mengernyit, merasa ganjal dengan celoteh tersebut. Apa Vincent mengalami amnesia...hingga menganggap kekasihna sendiri sebagai 'pembantu'?
Ah! Biarlah namja cantiknya meracau seperti itu. setidaknya Vincent kini di hadapannya. Ya! Kekasih mungilnya benar-benar kembali. Tidakkah dirinya satu-satunya namja paling beruntung di dunia ini? Tuhan begitu berbaik hati mengembalikan Vincent untuk nya, meski telah berubah warna rambut menjadi pirang seperti itu.
"Nuguya! Kau ingin mencuri di sini?!" Sungmin makin ketakutan, begitu namja tinggi itu kian mengikis jarak dengannya...bahkan hingga merampas sapu di tangannya dalam sekali tangkap.
"Kau kembali...kau benar-benar kembali padaku Dear"
Kedua manik foxy itu terbelalak lebar, apa maksudnya itu? siapa yang kembali sebenarnya?
tapi belum sempat Ia menerka segalanya, jeritannya pecah begitu saja...kala namja itu memeluknya dengan tiba-tiba.
"Y-YACKKK! LEPASKAN A—Mpppfth~
Sungmin berjengit hebat dengan pupil membesar begitu sesuatu yang basah menghisap penuh bibir bawahnya. Apa lagi sekarang?
Sesaat sungmin mengerjap hingga lumatan itu semakin intens dan menyentak sadarnya,Ya Tuhan...namja itu benar-benar sedang menciumnya!
Sungmin berontak panik, ia tak mungkin membiarkan namja asing dan tak waras itu mencuri ciuman pertamanya seperti ini!
"Lepfhast! Mpfth! MMMMMHH!"
.
.
.
T.B.C
.
.
.
Chaaaaaaaaaaaaaaaa annyeoong Cupid'Kyumin bawa ff Baru...
Sya masih berusaha mengembalikan mood menulis dengan FF ini.
Scandal Ming kemarin itu benar-benar membuat author ...T_T
Jadi untuk Breakable Heart dan Near Dark Season 2, di tunggu sebentar ya.
.
Otteyo? FF ini layak dilanjutkan atau tidak Chinguya?
Mohon Reviewnya nee...jika ingin ini dilanjut ^^
Gomaawoooooooooo
Saranghaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaeeeeee