Pairing : KyuMin / Kyuhyun-Sungmin

Rate : M untuk chapter kedepannya

Genre : Sci-fi, Romance

Warning : Miss Typo(s), GS (Gender Switch)

Disclaimer : Ini adalah Remake dari novel berjudul sama milik Sherrilyn Kenyon.

A/N: Seperti yang sudah saya katakan diatas ini adalah versi remake dari novel milik Sherrilyn Kenyon, saya hanya merubah castnya dan beberapa hal untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Tujuan saya membuat remake ini, tak lain hanya ingin merubahnya kedalam bentuk fanfic dengan cast favorit saya dan juga berbagi pada teman-teman yang belum berkesempatan untuk membaca novel aslinya. Jika kalian menyukai cerita remake ini, berterima kasihlah pada Mbak Sherrilyn telah menciptakan novel (yang menurut saya) bagus ini, dan juga kalian bisa memberi dukungan kepada penulis aslinya dengan cara membeli bukunya. Selamat menikmati~~.

.

.

Prolog

"Aku mengundurkan diri dari Laegue malam ini."

Dr. Lee Donghae tertegun saat mendengar suara berat dan beraksen kental yang berasal dari sudut tergelap kantornya. Ia mendongak dari arsip-arsip medis elektronik yang sedang ia pelajari di atas meja kaca obdisiannya, tapi sosok pria yang bersembunyi dibalik kegelapan itu sama sekali tidak terlihat.

Ia sudah terbiasa dengan hal itu.

Sebagai seorang pembunuh League yang terlatih Cho Kyuhyun benar-benar menyatu dengan malam yang paling pekat. Tidak ada seorang pun yang pernah melihatnya datang dan pergi.

Mereka hanya merasakan hujaman kematian ketika pria itu menghunuskannya kepada mereka.

Meskipun Donghae adalah seorang dokter yang sudah bersumpah untuk menyelamatkan nyawa semampu mungkin, pembunuh brutal ini merupakan satu-satunya pria yang kepadanya ia bisa mempercayakan keselamatannya dan keluarganya.

Atau lebih tepatnya, satu-satunya pria yang kepadanya ia bisa mempercayakan rahasia-rahasia terbesar dari masa lalu yang sudah ia hindari semasa hidupnya.

" Kau tidak bisa mengundurkan diri. Kau hanya bisa pensiun." Ungkapan yang lebih halus dari ritual bunuh diri yang dilakukan setiap kali tugas-tugas pembunuh membuat seorang prajurit League kewalahan secara mental atau tubuh mereka sudah terlalu terluka atau terlalu cedera untuk bisa menjalankan misi lagi.

Tidak ada yang meninggalkan League begitu saja.

Tidak ada seorang pun.

Kyuhyun melangkah keluar dari balik bayangan sehingga cahaya temaram menyinari rambut coklat madu yang terjalin indah di kepalanya, juga kepangan sebagian kecil dari rambutnya di sepanjang punggungnya−tanda kehormatan seorang pembunuh. Baju tempur hitamnya yang kuat dan tipis membalut setiap lekuk tajam dari tubuhnya yang berotot kekar. Dua bentuk belati disulam dengan warna merah gelap dilengannya−satu-satunya tanda pangkat eksternal yang disandang oleh seorang pembunuh. Kedua belati Kyuhyun dinaungi oleh sebuah mahkota disetiap gagangnya, mengumumkan kepada seluruh semesta bahwa ia merupakan yang paling berbahaya dari kaumnya, seorang anggota pasukan pembunuh dengan pangkat tertinggi.

Seperti biasa, Kyuhyun selalu tenang dan mewaspadai kegelapan seolah menduga ada seseorang seperti dirinya yang siap mengejarnya kapan saja. Muram . Dingin. Berbahaya. Sifat-sifat yang ditanamkan kedalam dirinya sejak ia masih kecil. Selama bertahun-tahun Donghae mengenalnya, belum pernah sekalipun melihat Kyuhyun tersenyum. Belum pernah sekali pun pria itu melupakan prinsip-prinsip pelatihan militer yang telah membuatnya tidak bisa merasakan emosi.

Satu hal yang paling meresahkan adalah kenyataan mata Kyuhyun tersembunyi dibalik kacamata gelap, tameng yang digunakan para pembunuh militer untuk membuat orang-orang disekeliling mereka merasa gelisah karena tidak tahu kemana mereka melihat atau apa yang mereka pikirkan.

Atau lebih tepatnya, siapa yang menjadi target sang pembunuh.

Wajah tampan Kyuhyun sama dinginnya dengan gaya berdirinya yang kaku. " Aku menolak untuk menyelesaikan misi ini."

Donghae mengerutkan dahi kebingungan. Ini bukan pria tegas dan tidak berbalas kasihan yang ia kenal. Pria yang tidak segan-segan bertindak brutal.

"Yeah, benar. Kau harus menyelesaikannya." Meskipun kejam, itulah hukum di dunia yang mereka huni. Begitu target diberikan, target harus diselesaikan. Berhasil atau mati. Tidak ada pilihan ketiga.

Hal terakhir yang Donghae inginkan adalah melihat satu-satunya saudara yang pernah ia kenal dibunuh secara keji dan dieksekusi. Lebih baik orang lain, siapa saja, selain Kyuhyun yang mati.

"Mereka mengutusku untuk membunuh seorang anak-anak." Nada suara Kyuhyun datar dan kaku.

Darah Donghae membeku saat akhirnya ia menyadari garis batas yang tidak akan pernah mereka berdua lewati tidak peduli apa pun keadaanya. Garis batas yang dahulu menyelamatkan nyawa Donghae saat Kyuhyun hendak membunuhnya.

Donghae melirik kubus hologram yang berjarak beberapa sentimeter dari tangannya dimana putranya yang masih bayi tersenyum dengan keluguaan yang tidak pernah mereka berdua kenal.

Kyuhyun melanjutkan, "League ingin seluruh anggota keluarganya dihabisi."

Pernyataan yang kejam, tapi tidak mengejutkan. Mungkin seharusnya Donghae merasa terganggu karena sahabatnya mencari nafkah dengan membunuh, tetapi jika mrngingat masa lalunya sendiri yang brutal, ia sama sekali tak peduli.

Dunia memang kejam dan getir, apalagi bagi mereka yang tidak bisa melindungi diri mereka sendiri. Donghae telah mengalaminya sendiri, dan fakta itu telah memberinya bekas luka sebanyak bekas luka Kyuhyun.

Selain itu, Donghae telah melihat sisi diri Kyuhyun yang belum pernah dilihat oleh siapa pun. Sisi diri Kyuhyun yang tak sanggup menyakiti seorang anak kecil apapun resikonnya terhadap dirinya sendiri.

Kyuhyun tidak seperti monster yang ada di masa lalu mereka dan begitu pun Donghae.

"Kalau kau tidak membunuh mereka , League akan membunuhmu."

Kyuhyun memiringkan kepala saat tiba-tiba mendengar suara dari luar. Kedengaran seperti ranjang pasien yang sedang didorong lewat. Ia tak bicara sebelum suara itu berlalu dan ia yakin tidak ada yang mendekat ke kantor Donghae. "Aku membunuh sang ayah sebelum aku menyadari ada seorang anak dirumah. Anak perempuan itu terlelap dalam pelukan ibunya ketika aku mendekat'"

"Dan kau tidak mau membunuh mereka?"

Kyuhyun mengangguk sekilas. " Ibu dan anak itu aman di tempat yang tidak akan ditemukan oleh League dan musuh-musuh mereka."

"Apa kau..." Donghae tidak mau repot-repot menyelesaikan kalimatnya. Tentu saja Kyuhyun yakin. Ia tidak pernah membuat kesalahan seperti itu. Kehidupan dan keamanan Donghae saat ini adalah bukti nyatanya. "Apa yang akan kau lakukan?"

"Yang selalu kulakukan, bertahan dan bertempur."

Donghae tertawa getir. Kyuhyun membuatnya terdengar sangat mudah, tapi ia tahu apa yang dapat dilakukan oleh League. Mereka sama-sama tahu. "Mereka akan memburumu dengan segenap kekuatan mereka."

"Dan aku akan melawan mereka dengan segenap kemampuanku yang telah mereka ajarkan kepadaku."

Donghae bergidik. Yang telah mereka ajarkan pada Kyuhyun adalah menjadi predator unggulan yang membabi buta. Semoga para dewa menolong mereka semua. Pria ini tidak akan mundur sebelum menghabisi banyak orang.. Kyuhyun merupakan pembunuh terbaik yang pernah mereka latih dan League tidak menyadari apa yang telah mereka ciptakan.

Tapi Donghae tahu. Ia pernah memandang kegilaan yang ada di dalam mata Kyuhyun dan melihat kengerian yang tersembunyi di balik kacamata hitamnya. Ia mengenal amarah yang sama-sama mereka kekang karena takut akan apa yang mereka lakukan karenanya.

Usaha keras yang mereka lakukan, untuk memastikan tidak ada yang bisa menyakiti mereka lagi. Mereka mungkin terlihat tennag dari luar, tapi di dalam, jiwa mereka yang terluka berteriak menginginkan pembalasan dendam dan pelepasan.

Yang terutama, yang terutama jiwa mereka berteriak meminta ketenangan.

Kyuhyun beranjak maju dan meletakan sebuah disket perak kecil di meja Donghae. Ia menyorongkan ke depan Donghae. "Aku sudah menghapus seluruh jejak persahabatan kita dan semua bagian dari masa lalumu. Kau tidak akan melihatku lagi." Demi keselamatanmu dan keselamatan keluargamu.Kyuhyun tak perlu mengucapkan kata-kata itu. Donghae memahami ikatan erat yang mereka miliki.

Saudara hingga akhir, bahkan walau harus melewati api neraka dan yang lainnya sekalipun.

Kyuhyun mundur selangkah ke balik bayangan.

"Tunggu." Donghae berdiri.

Kyuhyun bimbang.

"Kalau kau membutuhkanku, Aridos," Kata Donghae, suaranya penuh ketulusan sewaktu ia mengucapkan kata Ritadarion yang berarti saudara, "aku pasti datang."

Nada suara Kyuhyun tetap datar dan tanpa emosi. "Kalau aku membutuhkanmu, Aridos, aku pasti sudah mati sebelum bisa menghubungimu."

Lalu Kyuhyun pergi seperti bisikan gaib yang diembus oleh angin kencang.

Muak dengan apa yang sudah dilakukan oleh temannya, tapi memahami sepenuhnya, Donghae duduk dan menarik disket yang diberikan Kyuhyun kepadanya. Ia membukanya dan menemukan chip yang ditanamkan ke semua tubuh para pembunuh. Alat itulah yang digunakan League utuk melacak mereka. Kyuhyun pasti mengeluarkannya dari tubuhnya dan menghancurkannya agar mereka tidak bisa menemukannya. Tindakan final untuk melepaskan diri dari ikatan mereka.

Tindakan yang berarti hukuman mati.

Donghae merinding karena ikut merasa sakit, mengingat hari ketika ia mengeluarkan alat serupa dari tubuhnya yang masih belia. Darahnya, rasa sakitnya... Ada beberapa kenangan yang tidak akan memudar dengan berlalunya waktu. Kenangan-kenangan yang terlalu brutal untuk dilupakan.

Dan itu menjadi pengingat yang mengerikan jika menginga fakta bahwa chip inilah yang mengawali persahabatan mereka. Ia pasti akan berpikir bahwa temannya sentimental jika saja ide tersebut tidak menggelikan.

Memejamkan mata, Donghae menggenggam chip itu, berharap segalnya berbeda. Berharap mereka dilahirkan sebagai orang normal seperti orang-orang yang dirawat oleh Donghae di ruang-ruang rumah sakit setiap hari. Orang-orang yang tidak tahu menahu tentang kengerian yang sesungguhnya ada di semesta ini.

Namun Donghae bangga karena, terlepas dari semua yang telah Kyuhyun lalui, sahabatnya masih memiliki jiwa.

Bahkan setelah semua itu, monster tidak pernah merenggut semangat ataupun kehormatan Kyuhyun. Sementara yang lainnya telah dilucuti dari dirinya sama seperti Donghae.

Segala sesuatunya.

Dan karena Kyuhyun, Donghae menjalani hidup yang dulu hanya bisa ia impikan. Ia berhutang segalanya kepada pria itu.

Pria yang kemungkinan besar tidak akan bertahan untuk melihat fajar esok hari.

Donghae menghela napas panjang muak. Hidup tidak adil. Ia sudah mempelajarinya sejak dini dibawah tinju ayahnya. Ia hanya berharap agar Kyuhyun pada akhirnya bisa menemukan kedamaian yang selalu menghindari mereka berdua.

Bahkan jika ia harus mati untuk menemukannya sekalipun.

.

.

.

TBC

Ini prolog yang udah di edit. Setelah dibaca ulang typonya mengerikan sekali, banyak banget ternyata. Hehehe, maklumlah inikan baru yang pertama kali, terus juga saya postingnya buru-buru banget waktu kelas pagi sambil nunggu dosen, jadi ya... Tapi untuk yang selanjutnya saya akan berusaha untuk lebih memperhatikan masalah typo. Jadi mohon bantuannya untuk mengingatkan saya jika masih terdapat typo. Terima kasih^^