Pairing : KyuMin / Kyuhyun-Sungmin
Rate : M untuk chapter kedepannya
Genre : Sci-fi, Romance
Warning : Miss Typo(s), GS (Gender Switch)
Disclaimer : Ini adalah Remake dari novel berjudul sama milik Sherrilyn Kenyon.
.
.
.
Bagian 6
Pintu didobrak dengan suara keras yang bergema.
"Turunkan dia, Gill."
Tubuh dia berubah menjadi dingin dengan lega begitu ia mendengar aksen kental yang ia ingat dengan sangat baik. Itu suaranya...
Kyuhyun.
Membuka mata, Sungmin memalingkan kepalanya dan melihat Kyuhyun berdiri dengan tenang di ambang pintu, lengannya ditopangkan ke kedua sisi kusen seolah ia sedang mengobrol santai dengan seorang teman.
Jubah panjang Kyuhyun ditarik ke belakang di kedua sisinya untuk memperlihatkan dua buah pistol blaster bersarung dan berbagai senjata yang hanya bisa Sungmin tebak jenisnya. Seperti sebelumnya, rambut coklatnya itu dikepang hingga ke punggung dan kacamata hitam menutupi sebagian wajahnya.
"Aku mau membunuhnya, orang aneh." Gill menggeram dengan penuh peringatan sambil melepaskan pengaman pistol blasternya.
Tampaknya Kyuhyun tidak terpengaruh oleh hinaan dan ancaman Gill−dan memangnya mengapa ia harus terpengaruh? Bagaimanapun, pistol blaster Gill tidak ditempelkan dipelipisnya.
Kyuhyun menghela napas bosan. "Kalau begitu, aku akan membunuhmu dan tertawa sambil melakukannya. Keduanya bahkan tidak akan membuatku berkeringat. Lepaskan dia setidaknya kau bisa keluar hidup-hidup dari sini. Tapi penawaranku memiliki batas waktu. Lekas ambil keputusan sebelum aku membunuhmu hanya karena kau sudah membuatku keluar malam-malam padahal aku ingin merajut di rumah."
Sungmin menelan ludah saat mendengar nada suara Kyuhyun yang ambivalen. Sungmin pasti mengagumi kemapuan pria itu untuk tetap tenang jika saja bukan nyawanya yang sedang dinegosiasikan.
Gill memelototi Sungmin dengan bimbang.
Gill menjauhkan pistol blasternya dari kepala Sungmin. Sungmin menarik napas dengan gemetar, memanjatkan do'a untuk bersyukur. "Kau pikir aku takut kepadamu, Blasteran?" ejek Gill, enggan melepaskan cengkramannya dari leher Sungmin.
Kyuhyun bergeser ke sebelah kusen pintu. "Berhentilah mengulur-ulur waktu, Bajingan. Apa kau sungguh-sungguh berpikir aku sebodoh itu dan akan berdiri di sini sampai rekanmu muncul di belakangku?" ia menjentikkan jari.
Seorang pria yang tidak sadarkan diri didorong ke pintu. Gill mengumpat.
"Aku benar-benar tidak suka mengurus sampah." Donghae bergabung dengan Kyuhyun sambil menggosok-gosok tangannya.
Gill melepaskan Sungmin.
Sungmin mengusap-usap lehernya yang memar dan turun dari meja. Ia langsung melompat ketika Gill mengarahkan senjatanya pada kedua pria yang berdiri di ambang pintu.
Sebelum Gill membidik salah seorang dari kedua pria itu, dua buah pistol blaster sudah muncul entah dari mana untuk meningkatkan akurasi pandangan mereka di tubuhnya. Dua buah laser merah diarahkan dengan mantap−yang satu ke tengah matanya dan yang satu lagi keatas selangkangannya.
"Pikir lagi," kata Kyuhyuh dengan nada mengancam, menarik pengaman pistol blasterannya ke belakang dengan ibu jari.
Gill tertawa gugup, dan mengangkat tangan. "Aku tidak akan benar-benar menembak kalian. Aku hanya ingin mencari tahu apa kalian memang sehebat apa yang meraka bilang."
"Lebih hebat lagi." Donghae beranjak maju untuk merenggut pistol blaster dari genggaman Gill. "Dan itu pun saat aku sedang mabuk. Bayangkan apa yang akan kulakukan kepadamu kalau sedang sadar."
Setelah senjata Gill dilucuti dan Donghae berdiri di antara Sungmin dan Kyuhyun barulah laser merah Kyuhyun menghilang dari dahi Gill.
Dengan ketenangan mengesankan, Kyuhyun menyarungkan senjatanya. "Minta maaf kepada Tara Lee karena sudah mengacaukan malamnya, lalu kau boleh pergi."
Mata hitam yang marah diarahkan kepada Sungmin dengan janji terselubung yang menyatakan bahwa ia akan kembali. "Maaf, Princess," kata Gill dengan suara kasar. "Jangan diambil hati,"
Keringat dingin menbasahi tubuh Sungmin sewaktu Gill membungkuk dan memukul temannya sampai bangun. Beberapa detik kemudian, sepasang pembunuh itu sudah pergi.
Kelegaan yang Sungmin rasakan karena kepergian dua orang itu digantikan oleh kecurigaan terhadap Donghae dan Kyuhyun juga niat mereka. "Apa yang kalian lakukan disini?"
"Menyelamatkanmu," jawab Kyuhyun dengan acuh tak acuh, mengamati koridor sambil meminggungi mereka.
Tapi Sungmin masih belum yakin bahaya sudah berlalu. Sentella sudah menolak kontrak untuk mereka menyelamatkan dari pitala hanya supaya bisa menukar nyawanya dengan imbalan bagi diri mereka sendiri.
Donghae menatap Sungmin. "Dia tidak terlalu terguncang, tapi kurasa diakan pingsan sebelum kau mengantarnya pulang."
Sungmin sudah menmbuka mulut untuk mengingatkan Donghae bahwa ia tidak pingsan, tapi terdian begitu Kyuhyun memasuki ruangan.
"Ini." Donghae memberi Sungmin sebuah permen.
"Aku tidak lapar."
Donghae menjejalkan di tangan Sungmin. "Makanlah. Kau membutuhkanya. Gulanya akan membantu mengurangi keterguncanganmu."
Sungmin menerimanya meskipun perutnya terasa mulas karena memprotes.
Donghae kembali menoleh kepada Kyuhyun. "Apa mereka keluar dari pintu belakang?"
"Ya. Aku bertaruh lima puluh dorca bahwa mereka sudah menyiapkan jebakan disekitar kapalku."
Donghae mendengus. "Tidak perlu bertaruh. Aku tahu mereka pasti melakukannya. Mereka terlalu bodoh sehingga tindakan mereka selalu terbaca jelas dan mudah diprediksi. Bah, aku tidak suka mematuhi hukum. Sayang sekali kau tidak bisa membantai mereka di tempat."
Kyuhyun mengangguk kepada Donghae. "Berhentilah mengoceh. Kau tahu apa yang harus dilakukan. Aku akan menemuimu di tempat pertemuan pada waktu yang sudah ditentukan."
Donghae balas menganguk. "Cepat pergi," katanya kepada Kyuhyun sambil keluar dari pintu.
Kyuhyun kembali mengalihkan perhatiannya kepada Sungmin, yang riasanya rusak karena air mata, sementara Sungmin membuka bungkus permen dengan tangan gemetar dan memasukannya ke mulut. Kyuhyun ingin sekali menghibur Sungmin, tapi tidak tahu caranya. Pada beberapa kesempatan ketika Kyuhyun menangis, ia malah dipukuli karenanya. Karena kata-kata dan sentuhan lembut asing baginya, ia tidak tahu-menahu tentang cara menawarkannya kepada orang lain.
Kyuhyun bahkan tidak mengerti mengapa ia merasakan keinginan tersebut.
Belas kasihan terhadap orang lain sudah dihilangkan dari dalam dirinya, namun Sungmin menembus kesakralan dari seluruh pelatihan itu. Akademi League pasti ngeri kalau tahu bahwa air mata seorang wanita bisa mengagalkan semua program mahal mereka. Pantas saja mereka mengurung pembunuh-pembunuh mereka.
Air mata masih mengalir di pipi Sungmin di mana riasannya terhapus karenanya.
Genggaman Kyuhyun di pistol blasterannya bertambah erat sementara amarahnya membara. Seharusnya ia membunuh Gill kerena sudah membuat Sungmin sedih.
'Aku benci hukum.'
Tapi selama Donghae bersamanya, Kyuhyun harus tetap berada di pihak yang benar menurut hukum atau ia akan menyaksikan temannya dieksekusi. Jadi sampah itu boleh hidup meskipun Kyuhyun ingin menghabisinya.
Mengekang kembali emosi-emosinya, Kyuhyun mengambil mantel Sungmin dari gantungan di balik pintu. Ia menodorkannya kepada Sungmin. "Ini. Kita harus berangkat."
Sungmin menelan permennya. Selama sejenak, ia tidak bisa memahami kata-kata Kyuhyun karena kebingungan. "Maksudmu pergi?"
"Ya."
Sungmin menggelengkan kepala. "Aku harus tampil." Suaranya terdengar semu bahkan di telinganya sendiri. Ia harus menari. Orang-orang sudah membayar terlalu mahal. Promotornya tidak akan memaafkannya jika ia mengecewakan penonton karena alasan apa pun.
'Pertunjukan harus dilanjutkan...'
Itulah peraturan yang Sungmin pegang sepanjangan hidupnya. Peraturan yang ayahnya sendiri tanamkan ke adalam dirinya. Apa pun yang terjadi atau apa pun yang dia rasakan, pertunjukannya harus diutamakan.
Namun di dalam dirinya Sungmin mendengar seseorang berteriak dan tidak mengetahui sumbernya. Anehnya, ia seperti mati rasa. Seperti sedang berjalan di dalam mimpi. Segala sesuatunya seolah berlangsung dengan lmabat.
Yang ia pikirkan sekarang hanyalah naik ke panggung...
Kyuhyun meraih lengan Sungmin ketika wanita itu berusaha melewatinya. Ketegaran Sungmin membuat Kyuhyun cemas. Apa Sungmin terguncang sehabis diserang? "Kau harus meninggalkan teater."
"Tidak bisa. Itu tidak di perkenankan."
Suara Sungmin, dengan kehampaannya yang mengerikan, membuat Kyuhyun khawatir. Walaupun nada suara itu wajar baginya, itu tidak wajar bagi orang lain. Tidak bagi orang yang tidak terbiasa melihat kematian dan berjuang demi nyawa mereka.
Kyuhyun ingin mengguncang tubuh Sungmin. Mata Foxy sayunya, tidak memancarkan emosi. Donghae benar, Sungmin terguncang.
"Dengar." Kata Kyuhyun, berusaha mengalahkan penenang ringan yang disediakan oleh otak Sungmin untuknya. "Gill tidak pergi jauh. Kalau kau keluar ke panggung, dia bisa mengabisimu dari tengah penonton. Setiap menit yang kita buang dia gunakan untuk mencari tempat menembak. Kita harus pergi. Sekarang."
Sungmin tertawa, tidak terlalu memahami perkataan Kyuhyun. Melepaskan diri dari cengkraman pria itu, ia berjalan menuju lorong.
Jari kaki Sungmin menyentuh sesuatu yang padat.
Ia menunduk.
Sungmin tidak lagi mati rasa saat kengerian meliputinya. Di lantai tergeletak mayat pengawal-pengawalnya. Mata mereka terbuka dan sayu, darah mereka merembes ke seragam mereka dan menyebar ke lantai berubin secara memuakan. Dan saat itu juga, masa lalu melandanya dengan kebrutalan yang tajam. Ia bisa merasakan ibunya ambruk ke tubuhnya setelah ditembak. Melihat darah mereka membaur.
Berat badan ibunya... Rasanya menyesakkan.
Jerit histerisnya membahana di lorong ketika Sungmin melihat laras pistol blaster yang menembaknya kala ia masih kecil. Melihat mata dingin milik pembunuh yang ingin membunuhnya.
Berkali-kali, Sungmin merasakan rasa perih pada lukanya dan mendengar ibunya berteriak memohon belas kasih...
"Hentikan! Kumohon, hentikan!"
Kyuhyun meringis saat mendengar suara yang seolah beasal dari suatu tempat yang kelam di dalam jiwa Sungmin suara itu terdengar memilukan.
Tanpa berpikir, Kyuhyun menarik Sungmin ke dalam pelukannya dan mendekap kepala wanita itu di dadanya untuk menghalangi mayat para prajurit dari pandangan Sungmin. "Jangan lihat."
Kyuhyun memeluk Sungmin tanpa berkata apa-apa sementara Sungmin menangis tersedu-sedu. Sudah lama Kyuhyun tidak merasa takut saat melihat mayat. Satu-satunya emosi yang dibangkitkan oleh pemandangan mengerikan itu di dalam dirinya adalah amarah terhadap kesia-siaanya.
Air mata Sungmin yang panas merembes ke kemeja Kyuhyun membuat kulitnya merinding. Aroma bunga yang lembut tercium dari rambut Sungmin yang sudah dihias dengan glitter dan dikepang dengan pita dan renda. Lengan ramping Sungmin memeluk Kyuhyun erat-erat sementara tubuhnya berguncang-guncang karena isak tangisnya.
Mengapa Donghae tidak ada di sini untuk menangani situasi ini? Donghae pasti apa yang harus dilakukan dan dikatakan. Dulu donghae pernah punya istri. Kyuhun merasa sangat bingung dan tidak siap−dua perasaan yang ia benci.
"Semua akan baik-baik saja," kata Kyuhyun, berharap agar memang itulah yang harus ia ucapkan. Ia hendak menepuk punggung Sungmin, lalu menahan diri karena tidak mau menyakiti wanita itu. Sungmin sangat rapuh dan mungil. Hal terakhir yang Kyuhyun inginkan adalah melukai Sungmin tanpa disengaja dengan kekuatan Andarion-nya.
Bagaimana caranya manusia saling menghibur?
Meminta Sungmin berhenti manangis dan melupakan segalanya rasanya tidak benar.
Apa lagi pilihannya?
Tidak yakin, Kyuhyun membiarkan Sungmin menangis sambil memeluk wanita itu.
Sungmin memegangi Kyuhyun seperti tali penyelamat. Ia membutuhkan keamanan yang Kyuhyun suguhkan, perlindungannya. Ia menemukan kenyamanan yang aneh dalam pelukan pria itu. Jantung Kyuhuyn berdebar mantap, iramanya menentramkan di bawah pipi Sungmin. Di dalam, Kyuhyun sama tenangnya dengan penampilannya. Aroma bahan kulit dan wewangian samar-samar tercium dari kulit Kyuhyun, meredakan kengerian yang Sungmin rasakan karena peristiwa malam ini dan masa lalunya.
Sungmin tidak mau mati. Tidak seperti ini. Tidak seperti pria-pria malang yang tergeletak di lantai...
'Seseorang tolong aku!'
Kyuhyun mengertakan giginya karena dekapan Sungmin bertambah erat. Di sepanjang hidupnya, belum pernah ada orang yang memelukanya seperti ini. Ia tahu keadaan emosional Sungmin-lah yang menggerakkan wanita itu untuk menyentuhnya.
'Kau membuang-buang waktu yang berharga.'
Kyuhyun harus segera membawa Sungmin ke tempat yang aman.
Menjauh, Kyuhyun memegangi bahu Sungmin dan memaksa Sungmin untuk memandangnya. "Kita harus pergi."
Sambil menarik napas dengan gemetar untuk mengendalikan diri, Sungmin mengambil mantelnya dari tangan Kyuhyun dan menyampirkannya ke bahu. Ia mengalihkan pandangan dari mayat-mayat itu. Saat ini, ia tidak mempunyai pilihan selain percaya kepada orang asing ini untuk mengamankannya dari Gill. Kyuhyun telah menyelamatkan nyawanya, jelas pria ini tahu apa yang sedang ia lakukan.
Mereka harus keluar dari tempat ini.
Kyuhyun memeriksa kedua arah sebelum melangkah ke lorong. Menggandeng Sungmin dengan sebelah tangan yang satu lagi ia membawa Sungmin ke pintu dapur, lalu ke pintu belakang dan keluar ke trotoar.
Kyuhyun memanggil kendaraan umum yang berbaris di sebrang jalan.
Sungmin masuk ke dalam mobil, bergeser sejauh mungkin di kursi. Ia hanya ingin menghilang dan tidak pernah diincar atau diburu lagi.
Kyuhyun memberikan alamat Sungmin kepada komputer.
Tubuh Sungmin berubah dingin karena ngeri. "Dari mana kau tahu di mana aku tinggal?"
"Semua tentara bayaran yang baik mengetahuinya. Probekein sudah mencantumkan nama dan alamatmu selama seminggu terakhir di dalam daftar orang yang mereka buru."
Sungmin semakin terguncang. Selama ini, ia sudah membohongi diri hingga berpikir bahwa ia nyaris aman. Seharusnya ia tahu lebih banyak.
Perut Sungmin terasa mulas ketika ia teringat kepada prajurit-prajurit ayahnya. Mereka mati karena kesalahannya. Walaupun mereka mengucapkan perkataan tidak sopan tentang dirinya, mereka tidak pantas mendapatkan apa yang telah dilakukan oleh Gill kepada mereka. Pasti mereka punya keluarga dan akan memiliki masa depan jika Sungmin...
Sungmin tidak sanggup untuk membanyangkannya.
Probekein menginginkan kematiannya dan semua orang yang berada di dekatnya bisa menjadi korban selanjutnya. "Apa kau tidak takut berdekatan denganku?"
"Takut?" Untuk pertama kalinya Sungmin mendengar emosi dalam nada suara Kyuhyun. Mengeherankan rasanya.
"Pembunuh yang berikutnya bisa saja membunuhmu tanpa disengaja."
"Biar kujelaskan, kalu seseorang membunuhku, itu bukan tanpa disengaja. Harga yang ditetapkan League untuk kepalaku membuat harga kepalamu tidak ada artinya. Belum lagi prestise yang akan langsung di dapatkan oleh seorang tentara bayaran kalau salah seorang tentara bayaran kalau seorang dari mereka berhasil."
Sungmin mengangguk, tidak sanggup berbicara karena tenggorokannya tercekat selagi menahan tangis. Di sinilah ia duduk, di sebelah seorang tentara bayaran sejati, seorang pembunuh brutal jika boleh jujur.
Mengapa Kyuhyun membantunya?
"Apa kau akan membunuhku?" suara Sungmin bergetar karena ketegangan dan rasa takut akan kata-katanya.
Kyuhyun sama sekali tidak bereaksi terhadap pertanyaan Sungmin. "Kalau berniat seperti itu, kau pasti sudah mati sebelum melihatku."
Kata-kata yang diucapkan tanpa emosi itu membuat Sungmin ngeri. "Tapi mengapa kau melindungiku? Kukira pembunuh sewaan hanya termotivasi oleh uang."
Kyuhyun mengusap tangan kanannya ke bisep kirinya−tempat dimana tato League-nya semestinya berada. "Kau belum bertemu cukup banyak dari kami untuk mengetahui apa yang memotivasi kami."
Sungmin mengakui Kyuhyun benar, tapi itu tidak mengubah kecurigaannya. "Kau menghindari pertanyaanku. Mengapa kau membantuku?"
Tangan Kyuhyun berhenti bergerak ia memalingkan wajahnya dari Sungmin. "Mungkin karena aku penggemarmu."
"Sungguh?"
"Ya."
Sungmin memandangi Kyuhyun, terlalu terkejut dan bingung untuk merasakan sesuatu. Kyuhyun duduk diam di sebelah Sungmin, ia tampak sangat lembut. Seperti malaikat kematian, hanya saja dalam kasus Sungmin, pria itu melindunginya−atau setidaknya itulah yang Kyuhyun akui. Rambut coklat madunya terlihat begitu halus. Seperti sebelumnya, kaca mata hitam menutupi wajahnya, membuat Sungmin menebak-nebak seperti apa tampangnya.
Kyuhyun benar-benar sebuah teka-teki. Jika sungmin harus percaya Kyuhyun akan menjaganya padahal sepertinya itu bertentangan dengan pembawaan Kyuhyun, ia ingin mengetahui sesuatu tentang pria itu. Sesuatu yang akan membuat Kyuhyun seperti...
Manusia.
"Siapa kau? Yang sebenarnya."
Kyuhyun mengangkat bahu. "Tidak pernah memikirkannya. Berpikir tentang diriku sendiri akan menghabiskan banyak waktu, dan waktu adalah suatu kemewahan yang tidak kumiliki."
Sungmin terdiam, berpikir, mengingat. Ia tidak bisa mengenyahkan bayangan tentara-tentara yang tewas dari benaknya, betapapun kerasnya ia berusaha. "Aku yang membunuh para pengawal itu, kau tahu."
Kata-kata Sungmin agaknya mengurangi ketegangan Kyuhyun sedikit. "Probekein yang membunuh mereka."
Sungmin menggelengkan kepala, tidak mau berpikir dengan jernih saat ini. "Tidak, mereka melindungi aku. Seharusnya mereka berada di rumah bersama keluarga mereka, bukan di arena perang Probekein."
Kyuhyun menoleh kearah Sungmin. "Mereka tentara Mu Tara. Kematian tidak lebih dari resiko bisnis. Mereka mengetahui resikonya dan sudah menerimanya saat memakai seragam mereka."
"Apa kau bisa menerimanya?"
"Aku sudah pernah menerimanya ."
Sungmin mnegerutkan dahi waktu mendengar pengungkapan Kyuhyun. "Kau dibangkitkan kembali?"
Kyuhyun tidak menanggapi pertanyaan Sungmin. "Kematian adalah serangan penghabisan yang cepat atau lambat kita semua harusa hadapi. Tidak ada yang kebal, percayalah kepadaku dalam hal itu, dam malam ini ajala menjemput mereka. Jangan menangisi mereka, Princess. Kujamin, mereka tidak akan menangisimu."
Kata-kata Kyuhyun melukai Sungmin. "Mengapa kau dingin sekali?"
"Aku tentara, Mu Tara. Emosi berbahaya bagi kami, jadi kami menyingkirkannya."
Sungmin mendengus. "Kau tentara bayaran. Ada perbedaannya."
"Benar. Tentara bayaran mendapat uang lebih banyak."
Rasa frustasi meliputi Sungmin. Kyuhyun berkaliber sama dengan Gill. Apa ia akan menempelkan pistol blaster ke kepala Sungmin kalau diiming-imingi uang yang cukup banyak?
Pemikiran itu membuat Sungmin ngeri.
Sungmin tidak bisa percaya kepada Kyuhyun. Ia menegtahuinya. Kepercayaan adalah masa lalu. Ia percaya pada pihak keamanan perusahaan tari untuk menjaganya di hotel dan ia diculik. Ia percaya kepada tentara-tentara ayahnya dan ia nyaris dibunuh. Ia tidak akan bersikap sebodoh itu lagi.
Kyuhyun harus diawasi sebelum Sungmin tahu persis kemana loyalitasnya tertuju.
"Mengapa kita menggunakan kendaraan umum? Bukankah ini berbahaya?"
Kyuhyun menggelengkan kepala. "Tindakan acak lebih aman dari kebiasaan. Karena mereka tidak mengetahui kendaraan ini, mereka tidak mungkin menandai atau melacaknya."
Menandai... istilah halus militer untuk memasang bom. Ya Tuhan, Sungmin sangat benci berada dalam situasi ini.
Kendaraan umum itu berhenti di depan gedung tempat Sungmin tinggal. Kyuhyun turun terlebih dahulu dan memeriksa jalanan sebelum bergeser supaya Sungmin bisa turun.
Kyuhyun melindungi Sungmin dengan tubuhnya saat merka menyusuri trotoar dan Sungmin memasukan kartu kuncinya ke lubang di pintu. Begitu pintu terbuka, Kyuhyun meraih lengan Sungmin agar tidak memasuki gedung sebelum Kyuhyun memeriksa lorong, lalu jalanan.
"Kau membuatku gugup." Sergah Sungmin saat tanganya yang gemetar hampir mebuatnya menjatuhkan kunci.
"Kau memang seharusnya gugup."
Sungmin menghela napas frustasi. Ia salah kalau mengira memiliki pengawal akan membuatnya tenang... Ia melangkah masuk ke koridor dan berjalan menuju lift. "Apartemenku ada di lantai paling atas."
"Aku tahu."
Kyuhyun membuat Sungmin gusar. Kalau pria ini tahu lebih banyak, mengapa ia tidak berjalan di depan saja? Oh, Sungmin ingin sekali memberi pria itu pelajaran karena keangkuhannya. "Kau pasti senang karena selalu benar." Ia menekan tombol lantainya.
Setelah pintu tertutup, Kyuhyun menoleh kepada Sungmin. "Kau bisa menyerangku sesukamu. Aku sama sekali tidak peduli kau mnyukaiku atau tidak. Tapi kau harus menghormatiku, mendengarkanku, dan mematuhiku. Apa kau mengerti?"
Amarah membuat pipi Sungmin memerah ketika ia mendengar Kyuhyun mendikte kelakuannya secara cepat dan tenang. "Aku bukan milikmu, kau tidak punya dokumen kepemilikan. Ya Tuhan, aku bahkan tidak menyewamu."
"Memang tidak. Ayahmu yang menyewaku."
Sungmin menegang kebingungan. "Apa maksudnya? Aku ada disana ketika Donghae menolak tawaran ayahku."
"Kami mempertimbangkannya kembali."
Ketegangan Sungmin berkurang "Mengapa?"
Kyuhyun melangkah mundur menjauhi Sungmin. "Gill dan Choi Seunghyun."
Sungmin mengerutkan dahi. Gill sudah ia kenal dengan sangat baik, apalagi karena ia masih bisa merasakan tangan licin pria itu dilehernya. "Apa profesi Choi Seunghyun?"
"Dia itu pembunuh bayaran tengik lainnya, Mu Tara."
Sungmin mengertakan gigi. "Mengapa kau terus-menerus memanggilku Tara? Apa itu ejekan?"
Kyuhyun menegang sebentar. "Itu istilah Andarion untuk 'Lady'."
"Oh." Penjelasan Kyuhyun membuat Sungmin terkejut. Mengapa Kyuhyun memanggilnya seperti itu setelah memperlakukannya secara kasar? Itu tidak masuk akal dan berhasil meredakan amarahnya terhadap Kyuhyun.
"Siapa Choi Seunghyun?" tanya Sungmin dengan nada yang lebih lembut, bertanya-tanya ada apa dengan tentara bayaran baru ini? Juga apa yang memotivasi Kyuhyun untuk membantunya setelah meraka menolak tawaran ayahnya. Apa Seunghyun lebih berbahaya dari Gill? Ia bergidik sewaktu membayangkannya.
Kesunyian menjawab pertanyaan Sungmin.
Sungmin memelototi Kyuhyun, menunggu jawaban. Sebelum ia bertanya lagi, pintu sudah terbuka dilantainya.
Menopangkan sebelah tangannya ke pintu lift untuk mencegahnya menutup, Kyuhyun melangkah keluar dan memeriksa koridor.
Tergoda untuk mendorong Kyuhyun dan mengoloknya, Sungmn bertaruh Kyuhyun akan tersentak.
Atau menembaknya... sebagai mantan pembunuh League, Kyuhyun pasti sangat berbahaya kalau terkejut.
Kyuhyun mengetuk alat komunikasi di telinga kanannya untuk mengaktifkannya. "Kami ada di lorong. Ada bahaya?" ia berhenti sebentar sebelum mengijinkan Sungmin berjalan lebih dulu ke partemennya.
Sungmin sampai di pintu apartemennya dan berhenti. Ada alat aneh yang dikaitkan ke slot kartunya. "Pintuku dirusak."
Ada seseorang di dalam apartemen Sungmin. Ia bisa mendengar mereka.
Rasa takut melanda Sungmin.
Jangan lagi...
.
.
.
TBC
Terimakasih bagi yang sudah membaca terlebih bagi yang sudah me review di chapter kemarin^^
Maaf updatenya lama lagi T.T, untuk chapter depan semoga saja lebih cepat updatenya, soalnya tinggal di edit saja...