Di sebuah ruangan luas dengan penerangan yang amat minim, yang berasal dari satu sumber cahaya, Televisi.

Di sebuah kamar yang remang-remang, seorang gadis tengah berbaring telungkup di atas tempat tidur besar. Di tangannya tergenggam sebuah benda berwarna merah mudah yang biasa disebut Ponsel. Manik karamelnya menatap kosong dinding di hadapannya, genangan air mata masih dengan setia bertengger di pelupuk mata indahnya.

"Jadi, sebenarnya Anda tidak se-pendiam yang dipikirkan orang-orang?"

Suara dari siaran televisi mendominasi keheningan di ruangan itu.

Lucy Heartfilia, gadis cantik berambut pirang yang sejak tadi tidak bergerak dari posisi tidurnya, memutar tubuhnya ke depan, menghadap televisi. Dia melihatnya, seorang pria yang selalu hadir di setiap mimpinya ada di sana. Tepat di layar televisinya, tersenyum lebar kepada semua orang.

"Yah, kau tidak bisa menilai seseorang hanya dengan penampilannya, bukan? Aku suka kebebasan. Teman-temanku sering menyebutku liar, dan aku hanya bisa tertawa geli mendengarnya. Karena yang mereka katakan itu memang benar, haha!" pria itu tertawa santai.

Lucy hanya bergeming mendengarnya.

"Hmm... Entah kenapa aku jadi ingin mengatakan ini. Aku yakin tidak semua orang bisa menemukan kebebasan tanpa sesuatu yang mengganggu mereka, tapi, apa salahnya kalau mencari kebebasan itu sendiri dan mengabaikan sesuatu yang mengganggumu? Aku sering melakukannya..."

"Jadi, itulah kenapa Anda pernah membakar Script Dialog Anda?"

Lucy mendengar tawa tanpa rasa bersalah dari pemuda di layar televisinya. Dia mengumpulkan semua kekuatannya dan menggunakannya untuk mendudukkan tubuhnya yang sudah mulai kaku. Mata cokelat jernihnya tak lepas sedikit pun dari benda elektronik di hadapannya.

Dia menggigit bibir bawahnya. "Kalau kebebasan itu adalah dirimu, apakah aku boleh mengabaikan segalanya demi mendapatkanmu?"

Fairy Tail by Hiro Mashima

Meltdown

By

Minako-chan Namikaze and Sakurajima No Yama

Warning: OOC every where! Typo(s), Seiyuu!Natsu, Calm!Lucy, and many more(?), keterangan pemenang fanfic Challenge Nashi Academy ada di dalam fic...

Keterangan: huruf italic berarti karakter tengah berbicara dengan bahasa asing.

Enjoy!

.

.

"Otsukaresama!"

"Osh! Otsukare! Aku akan pulang sekarang!"

"Ingat, jangan sampai terlambat lagi besok!"

Natsu Dragneel cengengesan mendengarnya. Melambaikan tangan pada rekan kerjanya, pemuda itu segera keluar dari live room.

"Oi, Natsu! Majalah dewasamu ketinggalan!"

"Sialan kau, stripper! Itu bukan punyaku!" Natsu melemparkan kacang yang tengah dia makan tepat ke jidat Gray.

"Hey! Kembalikan! Itu milikku! Beraninya kau menyentuh privasiku!" seorang pria berambut cokelat tiba-tiba meloncat ke depan Gray dan menyabet harta-nya.

"Kau yang menaruhnya sembarangan, dasar kakek tua mesum!" Gray memandang Gildartz dengan malas.

Natsu hanya menertawai Gray yang ditampar dengan majalah dewasa oleh sang Sound Editor bernama Gildartz. Pria itu tiba-tiba tersentak dan segera melirik arlojinya.

"Sudah hampir tengah malam. Aku harus pulang!" baru saja Natsu ingin melangkah keluar ruangan, suara Gildartz memaksanya berhenti melangkah.

"Oi, Natsu! Kau tidak ikut pesta malam ini? Jackal akan mentraktir kita semua di bar!"

Natsu meringis mendengarnya. "Aku tidak ikut. Lagipula, aku sudah janji pada Lisanna agar tidak telat lagi besok! Sudah, ya!" dan kepala pink itu segera menghilang dari balik pintu.

"Heee... Dia semakin dekat dengan Lisanna, huh?" gumam Gildartz, tersenyum aneh.

XXX

Natsu mendorong pintu keluar studio dan mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku mantel cokelatnya. Berjalan santai menuju parkiran, pria itu menemukan sesuatu yang aneh di dekat mobilnya. Sesuatu? Ah, tidak, lebih tepatnya seseorang. Natsu berjalan mendekati seseorang itu. Dan betapa terkejutnya dia mendapati seorang gadis cantik berambut pirang tengah duduk berjongkok di samping pintu mobilnya. Gadis itu mengenakan mantel putih yang kelihatannya cukup mahal, dan tampak kedinginan. Terlihat jelas dari gelagatnya yang terus mengusap kedua telapak tangannya atau sesekali meniupnya.

"Anu... Maaf. Bisakah Anda menyingkir dari pintu mobil saya?" tanya Natsu, dengan suara lembut.

Gadis itu tersentak. Dia segera memutar kepalanya ke arah sumber suara. Dan manik karamelnya langsung terbelalak.

"Ini sudah larut malam. Kenapa gadis cantik seperti Anda berada di tempat seperti ini dan duduk berjongkok di sini?"

Bibir gadis itu bergetar, membuat Natsu mengernyit bingung.

"Natsu... Dragneel..."

Sebelum Natsu sempat merespon, gadis itu buru-buru berdiri dan mencengkram mantelnya.

"Natsu Dragneel!" teriaknya.

Natsu segera syok dengan perlakuan gadis itu, tapi dia segera menyahut. "Y-Ya?"

"Aku mencintaimu! Bawa aku bersamamu!"

Dan udara di sekelilingnya seakan membeku.

"...Hah?"

XXX

Kelopak mata itu mengernyit ketika sepercik cahaya berhasil menembus tirai jendela kamarnya dan tiba-tiba menerangi ruangan yang gelap itu.

Kelopak itu terbuka, memperlihatkan permata onyx yang begitu jernih dari mata jenakanya. Erangan protes keluar dari kedua belah bibirnya. Menarik selimut yang berada di bawah kakinya hingga menutupi seluruh kepalanya, Natsu Dragneel berniat menyembunyikan dirinya dari cahaya mentari pagi dan tidur kembali. Namun, sesuatu yang merepotkan bernama pekerjaan membuatnya harus membuka matanya kembali dan dengan sangat terpaksa bangkit dari tidurnya.

Meraih handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya, pria itu berjalan bagai zombie menuju kamar mandi.

Cukup lama dia berada di kamar mandi. Entah melakukan sesuatu yang lain atau malah tertidur lagi di dalam sana, yang jelas pria itu baru keluar setelah satu jam kurang dua menit berlalu.

Dengan muka fresh dan semangat yang membara, Natsu keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju lemari bajunya. Mengusap-usap rambut pinknya dengan handuk, pria bermarga Dragneel itu menatap pantulan dirinya di cermin besar di pintu lemarinya.

"Lihatlah dirimu, Dragneel! Kau begitu tampan dan keren!" Natsu menunjuk pantulan dirinya dengan kedua telunjuknya sambil mengerling OOC(?).

"Dengan ketampanan tingkat dewamu ini, tidak ada gadis di dunia ini yang tidak akan jatuh cinta padamu! Iya, 'kan? Aku benar, 'kan? Kan? Kan?" kini pria itu menaruh jempol dan telunjuk kanannya di bawah dagunya. Oke, sekarang kita semua tahu sebuah fakta mengejutkan bahwa seorang Natsu Dragneel suka bernarsis ria di depan cermin.

Setelah lima belas menit bernarsis ria, Natsu segera memakai pakaiannya dan merapikan rambutnya dengan gel rambut.

"Perfect! Hahaha!" (oke, saya sudah mulai ketagihan menistakan orang ini #dibunuh)

Natsu segera meraih mantelnya beserta kunci mobilnya dan segera OTW ke tempat kerjanya.

XXX

"Hap!" Natsu memasukkan hamburger raksasa ke dalam mulutnya. Di tangannya tergenggam sebuah ponsel yang ia tempelkan di telinga kanannya.

"Ya, ya, Lis. Aku akan segera sampai ke sana sebentar lagi. Makan di jalan? Ah, tentu saja tidak! Hey! Jangan bocorkan rahasia itu! Oke! Oke! Aku sudah akan ada di sana dalam lima menit! Uhh, beraninya kau memerasku..." Natsu memutuskan sambungan telepon. Baru saja dia ingin menghidupkan mesin mobilnya, seseorang tiba-tiba mengetuk kaca jendela mobilnya.

Natsu buru-buru membukanya dan terbelalak melihat seseorang di balik jendela mobilnya.

"Kau... Gadis pirang yang semalam, 'kan?" tanya Natsu, terkejut.

Gadis itu hanya diam. Matanya menatap Natsu dengan dalam, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi tertahankan.

"Hey, bolehkah aku ikut denganmu?" tanya gadis itu.

Natsu mengernyit. Gadis ini tidak bicara dengan bahasa Jepang. Dia menggunakan bahasa Jerman.

"Di mana rumahmu?" tanya Natsu dengan menggunakan bahasa Jerman juga. Untunglah dia pernah tinggal di Jerman dalam waktu cukup lama, jadi dia bisa berkomunikasi dengan gadis ini.

Gadis itu menggeleng, wajahnya pucat, Natsu baru menyadari itu. Oke, jika benar kalau gadis ini tidak punya rumah, itu berarti semalam dia tidur di jalan dan belum sarapan pagi.

"Naiklah." Perintah Natsu, setelah itu dia buru-buru menutup kembali jendela mobilnya sebelum ada yang melihat wajahnya.

Tanpa disuruh dua kali, gadis itu segera masuk ke mobil Natsu, duduk di jok belakang. Lalu, mesin mobil pun menyala dan dijalankan ke suatu tempat.

Hening.

Keheningan menyelimuti atmosfir di dalam mobil ferrari itu.

Manik karamel itu berkedip beberapa kali menatap kepala pink yang berjarak kurang lebih 20 cm darinya itu. Entah apa yang gadis itu pikirkan, namun pipinya tiba-tiba memerah.

"Hey, siapa namamu?" tanya Natsu.

"Lucy." Jawabnya.

"Darimana kau berasal?" tanya Natsu lagi.

"Jerman."

"Hooo! Aku pernah tinggal di sana dulu! Di sana tempat yang hebat!" komentar Natsu.

Lucy hanya mengangguk. Matanya tak pernah lepas dari kepala pink di hadapannya.

"Hey, Lucy. Aku ingin tanya sesuatu. Kenapa kau berada di samping mobilku semalam?" tanya Natsu, menatap wajah lucy melalui spion di depannya.

"Karena aku ingin bertemu denganmu." Jawab Lucy.

"Kenapa kau ingin bertemu denganku?" nada yang sarat akan penasaran sekaligus heran terdengar dengan jelas dari pertanyaan sang Seiyuu muda ini.

"Karena aku ingin." Singkat, padat dan sangat jelas. Natsu Dragneel langsung bungkam, tapi bukan berarti rasa penasarannya berakhir begitu saja.

"Kau salah satu fansku?" tanya Natsu, sedikit PD.

"Tidak."

"Lalu?" Natsu merasa kalau gadis di belakangnya ini benar-benar aneh.

"Aku mencintaimu, tapi bukan berarti aku adalah fansmu." Jawab Lucy, agak pelan.

Dan Natsu kembali bungkam, dia senang dengan perasaan gadis itu, tapi dia tidak tahu harus menjawab apa. Dan pada akhirnya, mereka hanya diam sepanjang perjalanan.

XXX

"Kau ingin pesan apa?" tanya Natsu.

Lucy menunjuk dua gambar di menu. Natsu menatap gambar yang ditunjuk Lucy. Ah, iya, gadis ini tidak bisa membaca huruf Jepang.

Natsu menepuk telapak tangannya dua kali, dan seorang pelayan segera menghampirinya.

"Aku pesan dua hamburger ekstra jumbo dan satu nasi goreng special. Untuk minumnya..." Natsu melirik gambar minuman yang ditunjuk Lucy. "Satu susu Vanila dan satu Coca-Cola."

Pelayan itu mengangguk setelah selesai mencatat semua pesanan Natsu, kemudian permisi pergi.

Natsu menatap Lucy yang duduk diam bagaikan anak SD yang menaruh kedua tangannya di atas meja. Gadis itu menatap kosong ke luar. Sejenak, Natsu merasa kasihan dengannya tanpa alasan yang jelas. Cukup lama dia memandangi gadis itu, sebelum gadis itu tiba-tiba mengalihkan pandangannya dari pemandangan di luar dan menatap langsung ke mata Natsu, membuat pria itu nyaris terjatuh dari kursinya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Lucy.

Natsu melebarkan matanya. Sial, jadi gadis ini sudah tahu kalau dia memandanginya sejak tadi, namun gadis itu hanya diam?!

"Aku tidak menatapmu." Elak Natsu.

"Kau berbohong. Aku melihatmu memandangiku sejak tadi." Lucy tidak mau kalah.

"Tidak."

"Iya."

"Tidak! Sekali tidak tetap tidak!" Natsu bersikeras.

Lucy terdiam mendengarnya, kemudian dia tertawa kecil. "Kau ternyata kekanakan." Komentar Lucy.

Sebuah siku-siku bertengger di jidat Natsu. "Maaf saja, ya, kalau aku kekanakan."

"Tidak masalah. Kau lucu dengan sifatmu itu, daripada memasang poker face seperti tadi dan di TV." Ucap Lucy.

Natsu kembali terbelalak mendengarnya. "Apa maksudmu? Aku-"

"Tidak perlu ditutupi. Aku sudah tahu, jadi percuma kau menjelaskan sejuta alasan padaku." Lucy tersenyum penuh kemenangan.

Natsu komat-kamit tidak jelas sambil mengepalkan kedua tangannya dengan kaku. "Bagaimana bisa kau mengetahuinya? Aku sangat yakin aktingku sangat sempurna hingga bisa menipu semua orang."

"Aku tahu karena aku mencintaimu." Lucy meletakkan telapak tangannya di pipinya.

"Kau mengatakan itu lagi. Bagaimana bisa kau mencintaiku padahal kita tidak pernah bertemu dan kau bahkan bukan fansku." Ucap Natsu.

"Cinta tidak harus bertemu muka, bukan? Ia tumbuh sendiri tanpa bisa dicegah dan tanpa alasan yang jelas." Lucy menerawang ke atas.

"Kalau begitu, aku ingin mengatakan kalau aku tidak mencintaimu." Ucap Natsu, blak-blakan.

Lucy agak shock mendengarnya, namun dia tersenyum pahit. "Aku tahu." Karena itu aku datang ke sini untuk membuatmu jatuh cinta padaku, batin Lucy.

"Bolehkah aku ikut denganmu? Aku tidak punya tempat tinggal." Pinta Lucy.

"Oh iya, ini mengingatkanku. Kenapa kau pergi ke Jepang tanpa mempunyai uang dan tempat tinggal?" tanya Natsu.

Lucy terdiam sebentar lalu menjawab. "Aku dirampok ketika keluar dari bandara. Perampok itu mengambil semua uang dan barang yang kupunya. Aku tidak punya kenalan di Jepang, dan aku hanya mengenalmu. Aku tidak punya harapan lain selain meminta bantuanmu." Jawab Lucy.

Natsu terdiam, terlihat sedang berpikir keras, kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada Lucy. "Lalu, apa tujuanmu datang ke Jepang?"

"Bertemu denganmu."

"Kau punya alasan lain?"

"Melihatmu?"

Oke, Natsu tidak bisa berkata-kata lagi. Dia merasa, gadis cantik di hadapannya terobsesi dengan dirinya. Dia tahu kalau ketampanannya ini bisa menaklukkan dunia, tapi apakah ini tidak berlebihan? Mengorbankan segalanya hanya untuk bertemu dengannya?

"Maaf menunggu lama. Ini pesanannya." Pelayan tadi menaruh semua pesanan Natsu di atas meja, kemudian permisi pergi.

Natsu meraih nampan yang berisi dua buah hamburger raksasa dan secangkir Coca-Cola. Begitu pun dengan Lucy, gadis itu meraih nasi goreng dan susu vanilanya.

Dan mereka pun makan dalam diam. Tidak, hanya Natsu yang mengunyah makanannya dengan rakus. Lucy hanya dia menatap makanannya.

"Kenapa tidak makan?" tanya Natsu, dengan mulut penuh.

Lucy menatap Natsu dengan sedih. "Kau belum menjawab pertanyaanku."

Natsu berhenti mengunyah, kemudian menelan hamburger di mulutnya dan buru-buru meminum Coca-Colannya.

Menatap Lucy dengan tatapan yakin, beserta senyum sepuluh senti-nya, pria pink ini menjawab, "Tentu saja, Luce!"

Sesuatu di dalam diri Lucy berdesir dengan tiba-tiba dan tanpa diduga. Pipinya memerah.

"Arigatou..." ucapnya pelan.

"Whoa! Kau bisa mengatakannya dalam bahasa Jepang!" seru Natsu, kagum.

Lucy tersenmyum kecil. "Yah, aku sedikit mengerti bahasa Jepang." Ucap Lucy seraya menyingkirkan potongan tomat di nasi gorengnya.

"Kau tidak suka tomat?" tanya Natsu.

Lucy menggeleng.

"Heee..." Natsu merebut garpu di tangan Lucy dan mencondongkan tubuhnya mendekati piring Lucy. Dengan lahap, pemuda Dragneel itu menghabiskan potongan tomat di piring Lucy.

"Kau harus belajar menyukai tomat. Mereka itu menyehatkanmu." Ucap Natsu seraya memasukan potonngan tomat ke mulutnya.

Lucy menyaksikannya dengan wajah shock dengan tindakan Natsu yang tiba-tiba. Menatap wajah Natsu dari dekat begini membuatnya...

Tanpa sadar, tangan Lucy terulur merengkuh kedua pipi Natsu. Belum sempat Natsu bereaksi, Lucy sudah menempelkan bibirnya ke bibir pria pink itu.

Natsu hanya bisa berkedip, dan Lucy segera melepas ciuman singkatnya.

"M-Maafkan aku. Aku tidak sengaja! Kumohon jangan membenciku!" seru Lucy, dengan wajah seakan ingin menangis. Seharusnya dia bisa menahan diri!

Natsu hanya melongo dengan wajah bodoh. Kemudian kembali ke posisi duduknya. Memalingkan wajahnya dan menutupi mulut beserta hidungnya. Semburat merah menghiasi kedua pipi tannya.

"Natsu Dragneel?" panggil Lucy, pelan.

Brak!

Lucy terperanjat ketika Natsu berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkannya. Pria itu keluar dari restoran dan memasuki mobilnya. Lucy menatap dua lembar uang yang diletakkan di atas meja.

Entah apa yang Lucy pikirkan, dia segera berdiri dari duduknya dan keluar menyusul Natsu. Namun, sayangnya pria itu itu sudah lenyap dengan mobilnya. Meninggalkannya begitu saja tanpa mengatakan apa pun.

Apa sekarang Natsu membencinya? Kenapa dia bisa seceroboh itu?!

XXX

"Akhirnya kau datang, Natsu! Kau tahu, aku sudah lumutan menunggumu di sini!" omel Lisanna. Gadis cantik berambut platina pendek itu berkacak pinggang pada Natsu Dragneel yang baru saja memasuki kantin studio.

"Maaf, Lis. Sesuatu terjadi di jalan." Ucap Natsu, nyengir sepuluh senti.

Lisanna mengembungkan pipinya. "Dasar Natsu. Ya sudah, ayo kita langsung makan siang sebelum kau dipanggil melalui speaker kantin untuk proses dubbing." Lisanna mendorong Natsu duduk di kursi yang sudah Ia siapkan.

"Lihat! Aku memesan makanan kesukaanmu! Aku juga bawa saus tabasco, lho!" Lisanna menunjukkan sebotol kecil tabasco di tangannya.

"Lis, aku senang kau membawakanku sebotol tabasco, tapi bubur ini bukan makanan kesukaanku..." Natsu menatap ogah bubur ayam di hadapannya.

"Kau harus memakannya! Aku sudah memesannya khusus untukmu!" titah Lisanna.

"Kalau aku tidak mau?" tantang Natsu.

"Aku akan membocorkan rahasiamu lewat speaker yang terhubung ke seluruh ruangan di studio ini." Lisanna tersenyum penuh kemenangan.

"AP-! Lis, kau curang!"

"Aku hanya ingin kau makan makanan kesukaanku... Apa itu salah?" tanya Lisanna, dengan raut wajah kecewa.

Melihatnya raut wajah itu, sontak membuat Natsu dipenuhi rasa bersalah.

"Oke, baiklah! Hanya kali ini saja!" dan Natsu menyantap bubur itu dengan ogah-ogahan. Untung saja ada saus tabasco tercinta yang berhasil menetralisir rasa bubur yang asin itu.

"Kepada Natsu Dragneel, di mana pun kau berada, harap segera ke live room untuk proses dubbing dalam waktu lima menit dari sekarang! Terlambat satu detik saja, kau tidak akan bisa pulang malam ini! Sekian dan terima kasih."

Natsu dan Lisanna terdiam setelah mendengar raungan Gildartz melalui speaker studio itu.

Natsu segera berdiri. "Oke, aku harus menyelamatkan hidupku terlebih dahulu. Makan siang yang menyenangkan, aku pergi dulu, ya, Lis!"

Dan seiyuu muda berambut pink itu berjalan meninggalkan sound editor cantik berambut platina yang tengah tersenyum aneh menatap kepergiannya.

XXX

Brak!

Natsu mendobrak pintu masuk ruang tunggu.

"Yo, Natsu! Kau tepat waktu!" Gildartz melambai dari sofa panjang, di tangannya terdapat sebuah majalah yang tidak diragukan lagi adalah majalah dewasa.

"Brengsek kau, kakek tua! Apa-apaan dengan ancamanmu di speaker tadi, hah?!" Natsu Dragneel menghampiri Gildartz dengan wajah stress.

"Apa kau tidak punya jam? Sekarang giliranmu untuk proses dubbing!" Gildartz menggeplak kepala Natsu dengan majalah laknatnya.

Baru saja Natsu ingin menjambak rambut Gildartz, pria itu keburu melarikan diri ke Control Room, tempat sound editor itu bekerja.

"Sudahlah, Natsu. Gildartz memang suka menjahilimu, aku merasa kalian sudah seperti Ayah dan anak." ucap seseorang yang juga duduk di sofa yang duduki Gildartz tadi.

"Oh, Jackal! Aku tidak melihatmu di situ, tadi." Natsu mengeluarkan Script Dialog dari tas kecil yang ditentengnya sejak tadi.

Jackal meringis pelan. "Well, tubuhku memang transparan hingga kau pun tidak mampu melihatnya."

"Bukan begitu! Ayolah, aku hanya bercanda! Aku melihatmu, kok! Baiklah, ayo kita mulai dubbing-nya!"

XXX

"Baiklah, aku pulang sekarang!"

"Ya, otsukaresama! Ah, Natsu!"

Natsu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Lisanna. "Ya?" sahutnya.

Lisanna berjalan menghampiri Natsu seraya memegang sesuatu di tangannya.

"Tadi kulihat di luar sedang hujan, jadi aku mengambil ini dari loker Elf-niichan. Pakailah."

Natsu menerima jas hujan itu kemudian tersenyum lebar. "Baiklah. Terima kasih, Lis! Kau baik sekali!"

Lisanna hanya tersenyum merona mendengarnya.

XXX

Natsu mendorong pintu keluar Studio Fairy Tail itu. Ditubuhnya telah tertempel jas hujan cokelat milik Elfman yang diberikan Lisanna beberapa menit yang lalu. Menatap hujan yang cukup deras, Natsu kemudian melangkah menuju tempat parkir yang cukup jauh dari pintu masuk studio.

Tiba-tiba saja Natsu teringat akan gadis berambut pirang yang kemarin malam ditemuinya. Kira-kira, di mana dia sekarang? Natsu meninggalkannya begitu saja tadi siang. Natsu tidak tahu kenapa di bisa seperti itu, tubuhnya bergerak sendiri dan tahu-tahu saja dia sudah sampai di studio. Dia benar-benar shock dengan ciuman tiba-tiba itu.

Dia jadi khawatir pada gadis itu. Hey, bagaimana Natsu tidak khawatir! Gadis itu, Lucy, tidak bisa bahasa Jepang, tidak punya kenalan, tidak punya tempat tinggal, dan tidak punya uang! Mungkin saja sekarang Lucy tengah berteduh di suatu tempat yang sepi sendirian, dan yang lebih parahnya lagi, bisa saja dia sedang diganggu oleh pria-pria mesum yang berkeliaran di jalanan!

"Sial, seharusnya aku tidak meninggalkannya begitu saja!" Natsu mengutuk dirinya sendiri karena bisa sejahat itu pada seorang gadis, apalagi dengan fakta bahwa gadis itu sengaja datang ke Jepang untuk menemuinya.

"Aku akan mencarinya sekarang juga!" baru saja Natsu ingin membuka pintu mobilnya, tiba-tiba dia merasakan sebuah kejanggalan. Natsu menyipitkan matanya, dia sangat yakin kalau ada sesuatu yang bergerak di pintu samping sebelah kanan mobilnya. Dengan penasaran dan berani, Natsu berjalan pelan (atau mungkin mengendap-endap?) ke bagian samping mobilnya.

Dan betapa terkejutnya dia mendapati gadis yang menjadi pergulatan batinnya sejak tadi tengah duduk berjongkok di samping mobilnya seperti semalam. Mengusap kedua tangannya dan sesekali meniupnya.

"K-Kau...?!" Natsu tak mampu berkata-kata.

Lucy mendongak, tampak terkejut dengan suara teriakan yang begitu familiar.

"Natsu Dragneel!" Lucy buru-buru berdiri, wajahnya yang pucat tampak cemas.

"Ma-Maafkan aku! Aku memang salah karena telah lancang menciummu! Aku benar-benar minta maaf! Aku tidak bermaksud begitu, sungguh. Kumohon jangan membenciku!" Lucy menundukkan kepalanya. Setetes air mata jatuh dari pipinya.

Natsu mematung di tempatnya.

Gadis ini... Gadis ini... Benar-benar serius mencintainya...

Natsu mengatupkan bibirnya, kemudian tersenyum simpul. Berjalan mendekati Lucy yang masih menunduk menyesal, pria itu mengulurkan tangan kanannya demi menyentuh puncak kepala Lucy.

Lucy tersentak dan segera mendongak. Dan karamelnya langsung melebar ketika menyadari Natsu Dragneel sedang menempelkan keningnya di kening Lucy.

"Dasar... Kau ini memang aneh..."

Lucy tidak begitu mengerti apa yang Natsu katakan, karena pria itu mengucapkannya dalam bahasa Jepang. Tapi, dia merasa Natsu menganggapnya aneh.

Bersambung...

AN: Oke, sekali lagi, ini adalah fanfic collab antara Minako-chan Namikaze dan Sakurajima No Yama. Entah ya, ide tentang kisah cinta seiyuu ini tiba-tiba aja muncul di kepala saya setelah ngeliat video Amnesia Panel yang di dalamnya terdapat uhuksuamisayauhuk Kakihara Tetsuya aka Kakki sedang senyum-senyum tebar pesona sama fans-fansnya yang chialan itu #nak

Jadi, entah kenapa pas saya liat itu, terlintas di pikiran saya sebuah adegan di mana Lucy yang berdecak kesal mendengar fans-fans alay yang neriakin nama Natsu yang lagi lambai-lambai di atas panggung. Huehehe, terus berbagai moment lain mulai berdatangan tanpa bisa dicegah. Dan, jadilah fic ini! Saya collab sama Yama karena kayaknya Yama cocok untuk project ini... XD

Chapter ini saya yang bikin, sedangkan Yama akan mulai beraksi di chapter depan.

Oke, cukup bacotnya. Sudahkah kalian menemukan nama pemenang di dalam cerita atau dialog para karakter? Apa? Gak ketemu? Masa sih? Coba dicari lagi, mungkin terselip! Iya, saya taruh di dialog dan deskripsi kok! Coba cari lagi! #plak #diinjek

Oke, saya ngaku. Sebenernya nama pemenangnya ada di AN saya ini. Huehehehe kalian sudah tertipuuu! #dibunuh #tewas

Oke, karena saya masih punya rasa prikemanusiaan(?), saya akan mengumumkan siapa pemenang Challenge di Nashi Academy. Sistem penilaiannya kayak NaLu Day Event, jadi ini tergantung poin yang diberikan oleh para juri, dan bukan keputusan sepihak dari saya doang. Jurinya di sini adalah mama saya, wakil saya, dan guru kalian aka Nanami-sensei aka Nacchandroid.

Dan inilah perolehan nilainya!

The Shared Soul by Nnatsuki : 460

Ship is War by Adellecia Evans : 530

Gamang by Day-chan Arusuki : 510

Contracts and Maid, Courtesy of Pasta by Sakurajima No Yama : 495

Fur Elise by Chi Lolicon : 460

Poin maksimal penilaian adalah 600 poin.

Jadi, pemenangnya adalah...

Juara pertama dimenangkan oleh Adellecia Evans

Juara kedua oleh Day-chan Arusuki

Juara ketiga oleh Sakurajima No Yama

Dan sesuai janji saya, saya akan memberi kalian hadiah plus-plus untuk event ini, termasuk bagi yang kalah namun sudah berpartisipasi.

Oke, terima kasih sudah mengikuti event ini! Tunggu event menarik dari saya lagi ya! Dan, bagi reader yang minat ikut event challenge aneh yang beginian, silahkan gabung dengan sebuah grup di facebook yang bernama Nashi Academy. Uhukpromosiuhuk.

Oke, salam manis,

Minako-chan Namikaze & Sakurajima No Yama