Tema : AKUMA by :Tobi chan :3

## This is YAOI :o ##

Rate : EEEEMMMMMMMMMMMUUUUAAACHHHHHHHH XD

M for this chap #Yeeyyyy \^^/

(Romance, Angst, Supranatural, dll)

PAIR : NarufemSasu, GaaIno, MinaKushi, dll

Ini hanya ide yang muncul di otak saya. Jadi maaf kalo absurd dan banyak thypo ^^

Happy reading, Terima kasih.. :)

Ah! Kalaupun dicerita ini ditemukan nama-nama asing. Saya minta maaf karena dulunya ada beberapa tokoh AU, Tapi karena para tokohnya ternyata memiliki cerita berbeda jadi saya ganti jadi NaruSasu :p heheee

Spesial thnks buat kaka :

Odie , Eluchidator, Guest, Lhanddvhianyynarvers, alta0sapphire, Naminamifrid, zukie1157 , yang udah mau review.

Dan terima kasih banyak buat pembacadan followers lainnya..

Ok bakalan sedikit ane jelasin tentang siapa Naru dan keluarganya maupun sasuke.

Naruto itu ane gambarin layaknya pangeran iblis. Di jaman dahulu itu Naruto dan kawanannya merupakan salah satu keluarga yang terhormat. Yah… kira-kira seperti itulah cuplikannya #Plak.

Dan Sasuke, dia hanya manusia biasa yang dipilih oleh Naru untuk menjadi pasangan hidupnya. Tapi ternyata Sasuke memiliki rahasia didalam dirinya.

Oikkk! Cekidoott…..

.

.

.

.

.

AKUMA

Chap. 2

Keesokan harinya Sasuke terpaksa tidak masuk kuliah lagi. Dia harus membersihkan kekacauan yang 'mungkin' di sebabkan olehnya sendiri. Sambil berkacak pinggang, dipandangnya riang tamu berdinding krem dengan beberapa perabotan klasik yang selalu tertata rapi karena memang tak pernah berfungsi sebagaimana mestinya-kini terlihat seperti bekas pesta anak bayi. Dua kursi berwarna coklat terbalik, beberapa vas bunga pecah menghamburkan isinya. Lemari antik yang anggun kini dihiasi dengan kaca yang pecah disalah satu pintunya. Dan beberapa benda lain yang terletak tak sesuai posisi semula.

"Siapa yang harus disalahkan? ck! menyebalkan." Gumamnya mulai memunguti benda-benda yang sekiranya masih utuh.

Setelah berhasil membalik kursi ke keadaan semula, Sasuke kembali termenung. Ia teringat sepertinya sudah cukup lama dirinya tak mendapat 'serangan' seperti itu. Ia menghela napas lagi dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Jauh dari keramaian di luar sana. Di tempat yang gelap di tengah hutan. Tempat yang tak pernah dijamah manusia. Bayangan-bayangan hitam saling berkelebat di selingi cahaya berwarna warni layaknya pesta kembang api. Secepat kilat sebuah cahaya putih mengarah ke seorang wanita berambut merah sampai cahaya tadi berpendar-hilang-ketika wanita tadi berhasil mengelak. Seorang gadis muda yang juga berambut sama tiba-tiba melompat di depannya. Kedua tangannya memegang rantai perak panjang. Di ujungnya terdapat benda seperti mata panah berkilat.

"Tahan Ten-ten!" Perintah wanita dibelakangnya. Ten-ten perlahan berdiri tegak dan menurunkan tangannya yang tadi dalam posisi sedikit membungkuk siap untuk menyerang. Tayuya melangkah maju lebih dekat ke arah kelompok lain di depannya.

Merasa terancm, dua lelaki di gerombolan lain mengerang menampakkan taring-taring tajam mereka. Tapi segera kembali tenang saat ketua mereka-Gaara mengangkat tangan kirinya.

Minato yang berada di sampingnya melirik melalui ekor mata. Sebuah senyum tipis berkembang karena bangga pada putra sulungnya yang mulai bisa menahan emosi dan mencoba tenang tapi tetap waspada.

"Hentikan pertarungan konyol ini." Ucap Tayuya. Perlahan, cahaya bulan mulai menyapu sela-sela hutan walau tidak terang tapi cukup untuk menampilkan sosoknya yang terbalut kain hitam berbahan kulit yang tak terlalu ketat namun masih bisa menampilkan lekuk tubuh rampingnya. Rambut merah itu kini tergerai agak berantakan karena ikat rambutnya terlepas saat menghindari serangan Minato tadi.

"Sepertinya kalian sudah mendengar kabar bintang terbaru." Ucapnya santai.

"Lalu?" Tanya Gaara. Raut mukanya terlihat sangat tegang. Dan matanya tak pernah terlepas dari ke empat orang di depannya-terutama si gadis rantai. Tayuya tertawa garing membuat Gaara kembali menatapnya.

'Apa perlu kujawab?"

"Ck! berhentilah."

Sekali lagi Tayuya terbahak. "Ah! apakah sekarang kalian para Akuma sudah mulai iba dan berfikir untuk melindunginya?"

"Kami tidak melindunginya." Sergah Minato.

Tayuya mendengus dan berjalan santai menghampiri seorang lelaki berambut hitam panjang yang sedang di bopong oleh seorang gadis muda lainnya. Dengan perlahan di sentuhnya bahu kiri lelaki tadi. Kemarahan sempat muncul lagi pada kedua maniknya saat melihat luka menganga akibat tercabik taring tajam Gaara. Darah masih mengucur walau tidak deras. Di pakaiannya juga terdapat bercak darah.

"Tayuya." Ucapan parau lelaki tadi mencoba menenangkannya. Tayuya memandangnya tanpa ekspresi.

"Lalu bagaimana dengan jagoanmu satunya?" Tanyanya yang tentu saja di tunjukkan kepada Minato. Dan tak perlu bertanya lagi, Minato mengerti siapa yang di maksud Tayuya. Naruto.

"Aku yakin sekarang dia sedang bersenang-senang 'dengannya'" Lelaki di depannya mengerutkan dahi melihat tatapan mata Tayuya. Tatapan yang sulit di artikannya.

"Sakura." Panggil lelaki tadi pada gadis yang membopongnya.

Mengerti di beri sebuah instruksi, Sakura mengangguk dan menguatkan genggaman pada lengannya. "Baik Orochi-sama." Dan dengan cepat Sakura melompat mundur menghilang di kegelapan.

Sebelum Ten-ten melangkahkan kakinya, Tayuya berbalik menghadap empat pria Akuma.

"Akan lebih menyenangkan jika Naruto sepertiku." Dengan cepat pula. Tayuya dan Ten-ten mengikuti jejak kedua temannya.

Setelah terdiam beberapa saat, Gaara berseru untuk segera kembali ke markas. Mengingat di sana hanya ada Ibu dan Kekasihnya saja. Walaupun mereka sama kuatnya, tapi tetap itu membuatnya khawatir apalagi Ino selalu bertindak gegabah.

Sesampainya di markas, Minato langsung menanyakan keberadaan Naruto kepada istrinya.

"Sejak tadi ia belum pulang. Ku pikir dia bersama kalian." Ungkapnya.

Minato sangat gelisah. Dengan tidak sabaran ia mengacak-acak surai merahnya.

"Shika! kau pergi dan carilah bocah itu." Perintahnya.

"Baik Minato sama." Setelah menunduk hormat, Shikamaru segera melompat melewati jendela terbuka di sampingnya.

Ino berdiri dari duduknya dan menghampiri Gaara. "Ada apa?" Tanyanya cemas.

"..." Gaara hanya diam menatap wajah cantik kekasihnya. Terlalu lelah untuk menjawab.

"Kita tidak bisa bila harus diam." Ucap Iruka angkat bicara. "Mungkin bukan kita semua yang melindunginya. Tapi Naruto yang akan melakukannya. Ini bisa juga menguntungkan kita tapi aku takut juga bisa jadi bumerang bagi kita."

"Benar apa yang kau ucapkan Iruka." Minato menyetujui. "Tapi kau tahu sendiri bagaimana sulitnya keadaan ini. Jika kita membiarkannya, Tayuya pasti akan memanfaatkannya. Tapi bila kita melindunginya, hasilnya mungkin akan sama hanya saja waktunya bisa cukup lama. Kita sendiri juga belum tau bagaimana efeknya nanti."

Suasana hening tercipta. Setiap orang sibuk dengan pemikiran masing-masing. Ino dan Kushina hanya diam disamping orang terkasih mereka.

"Emm...lalu bagaimana dengan Naruto?" Tanya Ino memecah keheningan.

Sebenarnya,yang lain pun juga memikirkan Naruto. Mereka kenal betul bagaimana tabiat bocah kuning itu. Kekerasan hanya akan membuatnya lebih membangkang. Sedangkan cara halus? bukan Naruto jika dengan mudah bisa luluh. Naruto seperti punya aturan tersendiri. Beruntung karena dia memiliki komitmen kuat serta kepercayaan diri yang bisa di sebut over itu.

"Memang apa saja yang sudah kita lakukan?" Tanya Minato pada putra sulungnya.

Gaara mengangkat sebelah alisnya. "Apakah perlu ku sebutkan semua Tou-san?".

Tanpa di jelaskan lagi, sang ayah pasti sudah tahu. Dia ingat betul apa saja yang telah mereka lakukan demi putra bungsunya itu: Mulai dari menyibukkannya dengan segala macam latihan,mengirimnya ke daerah pusat-Itali,mengurungnya ataupun cara-cara lain yang tak perlu disebutkan karena semua itu hanya sia-sia.

Minato tersenyum kecil mengingat tingkah polah putranya yang 'menggemaskan'. "Ah! apakah kita pernah ke dukun?" Ucapnya tiba-tiba sableng dan sukses mendapat hadiah jitakan dari istri tercinta.

"Ngawur!"

Sepertinya memang benar, rasa lelah bisa merubah pemikiran dan kerja otak seseorang. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Gaara dan Iruka.

"Apa ada yang mengganggumu?" Tanya Naruto yang duduk di sebelah biasa, di balkon kamarnya. Sedari tadi Sasuke selalu menghela napas. Dia tetap diam memandang langit. Bulan sesekali menampakkan diri menyinari rona pucatnya, tapi segera kembali bersembunyi di balik awan kelabu. Ia kembali menghela napas. Naruto mengernyit. Sumpah! Ia sangat risih.

Sasuke meraih pergelangan tangan kiri Naruto tanpa menoleh saat pria kuning itu hendak beranjak. " Naruto.." Panggilnya lirih. "Apa kau pernah merasa menyesal bersamaku?"

Naruto kaget Sasuke tiba-tiba bertanya seperti itu. Gadis bersurai raven itu menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit ke kiri-memandang Naruto lekat. Naruto pun juga sama. Karena tak segera mendapat jawaban dari yang di tanya, Sasuke tersenyum kecut. Ada yang pernah mengatakan, apabila: apa yang kau tanyakan tapi tidak langsung di jawab ada kemungkinan hal yang kau tanyakan itu pernah terjadi atau memang demikian kenyataannya.

Ada perasaan aneh merasuki Naruto ketika melihat pancaran mata Sasuke. Seperti..takut? bukan! lebih ke tersakiti. 'Apa aku menyakitinya?' Pikir Naruto.

"Suke." Panggil Naruto lembut.

"Tidak apa. Aku mengerti."

Sasuke kembali melihat ke arah kegelapan di depannya. Perasaan sakit tiba-tiba Naruto rasakan-di semakin mempererat genggaman mereka. Jika di ingat sudah ratusan tahun Naruto tidak pernah merasakan perasaan seperti ini. Oleh sebab itu pula ia tidak tahu harus berbuat apa. Karena ketika tangannya yang lain mencengkeram dadanya, rasa itu justru tambah menyesakkan.

"Suke." Panggilnya lagi.

Mendengar perubahan nada suara Naruto, Sasuke menoleh heran. Ia kembali kaget saat merasakan sesuatu yang dingin tapi terasa nyaman menyentuh bibirnya. Saat sadar, ternyata Naruto tengah menciumnya. Sasuke merasakan genggaman Naruto semakin kuat hingga buku-buku tangannya terasa sakit. Sebelah tangan besar Naruto yang lain juga mulai menyusup ke tengkuknya-menariknya lebih mendekat.

Meskipun itu bukan ciuman pertama mereka, tetap saja ia sejenak merasakan dinginnya bibir tipis Naruto. Membuatnya sedikit merinding. Tapi ia tidak pernah bisa menolaknya-Ia sendiri pula yang sejak dulu telah mengikat hubungan itu. Hubungan yang bisa membahayakannya. Menurutnya. Sasuke memejamkan mata menikmati ciuman lembut Naruto. Ia membalasnya. Ya! Ia memang selalu membalasnya. Andaikan ia menolak, tetap saja ia tidak akan bisa lepas dari pemuda pirang itu.

Waktu terasa berputar-putar dimata Sasuke. Kepalanya pusing. Diatasnya, bisa ia rasakan sentuhan-sentuhan lembut tangan Naruto masih memanjanya.

"Ngh.. Naruhhh.." entah siapa yang memulai. Kini tubuh keduanya bahkan sudah polos diatas ranjang empuknya.

Tubuh Sasuke bergetar kala lidah panjang si pirang merambat disekitar paha dalamnya. Membuat Naruto terkekeh karena berhasil menggoda kekasihnya.

"Berhentihh menggodaku Naruh!" kedua tangan putihnya mencengkeram kuat bantal, sekuat tenaga menahan desahannya.

Naruto mesejajarkan tubuhnya dengan Sasuke setelah sebelumnya memberikn jilatan singkat pada payudaranya yang sukses menciptakan jeritan menggoda dari Sasuke. "Kau tahu Suke, mengodamu itu membuat gairahku semakin mencapai puncak." Bisiknya parau.

"Ahh.. uhh.. Naruh.. Naruh.."

Masih tidak puas menggoda kekasihnya, Naruto menggesek-gesekkan ujung kejantanannya dibibir lubang kewanitaan Sasuke. Kedua tangannya mencengkeram tangan Sasuke yang gemetar. Sebentar lagi gadis itu akan klimas. "Uuuuuaaaahhhh..!"

Kekehan Naruto semakin keras saat melihat Sasuke terkulai lemas pasca klimaksnya. "Berhentih menerhthawaikuh…Idiot!"

"Kenapa? Kau malu karena aku bisa memuaskanmu?". Perlahan, dijilatnya cairan cinta Sasuke hingga bersih tak bersisa.

"Ngghhh.. Ahhh! Ahh..MMhhhh!" Onyx Sasuke kembali terpejam dan kedua tangannya mencengkeram surai pirang Naruto kala kenikmatan itu datang lagi.

"Tapi Suke, Aku suka saat kau bisa mendesah seperti itu." Dikecupnya sayang puncak kepala Sasuke membuat sang gadis merasakan kehangatan menjalar disekujur tubuhnya.

"Aku mencintaiumu Naru."

Naruto tersenyum mendengar ungkapan perasaan kekasihnya. Jarang-jarang Sasuke mau bilang itu lebih dulu.

"Ya.. Aku tahu. Doggy style please?" perlahan dengan bantuan tangan kekar kekasihnya, Sasuke memposisikan tubuhnya bertumpu pada kedua lutut dan sikunya. Sdikit mengangkat bagian belakang tubuhnya agar kedua belahan pantat kenyalnya biasa terlihat dengan jelas.

Tanpa sadar Naruto menjilat bibir bawahnya saensual melihat hidangan lezat didepan matanya. Diciuminya seluruh pundak, punggung serta pinggul Sasuke sampai meningglkan banyakn tanda kemerahan. Sedangkan Sasuke hanya biasa mendesah dan sebisanya mencoba menggoada Narutonya dengan meliuk-liukkan tubuhnya.

"Kau nakal Suke."

"Ahh.. kenapa? Kau tidak suka?" sebelah tangan kirinya terjulur kebelakang untuk meraih kejantangan Naruto yang sedari tadi menggesek belahannya terasa keras dan begitu tegak menantang. Dikocoknya kejantangan itu sesekali memberikan pijatan yang membuat empunya mengeram tertahan.

"Sukkehh nhh!" sebuah seringai muncul diwajah Sasuke karena berhasil membalas perbuatan Naruto tadi.

"Ada apa Naruhh?" sengaja ia buat suaranya mendayu dan sedikit mendesah diakhir. "Kau semakin terangsang eh?" diarahkannya ujung kejantanan Naruto tepat dilubang surganya. Kemudian brgerak mundur perlahan. Bisa ia rasakan kepala kejantanan kekasihnya masuk. Tapi kemudian ia gerakan lagi tubuhnya menjauh hingga kejantanan Naruto terlepas dari cengkraman lembut lubangnya. Dilakukannya hal itu berulang-ulang sampai Naruto merasa frustasi dibuatnya.

Dengus Napas berat pria dibelakangnya begitu terdengar jelas. Suara yang memanggil namanya membuat jantungnya berpacu naik dan terus naik. "Suke.. kau yang meminta ini." Direngkuhnya tubuh ramping itu protektif. Dijilatnya telinga kanan Sasuke hingga memerah. Mengikuti insting, Sasuke menoleh untuk menemukan sepasang mata yang awalnya biru jernih itu kini berubah menjadi merah menyala.

"Aku tidak akan memintamu berhenti Naru. Do what you want baby.." diciumnya liar bibir tebal pemuda itu seakan hanya dengan itu ia bisa bertahan hidup.

Tanpa menyianyiakan waktu Naruto langsung menghujamkan kejantanannya begitu dalam memasuki tubuh Sasuke. Dan kemudian menggerakan pinggulnya maju mundur dengan tempo yang cepat. Seperti apa yang diucapkan Sasuke, Naruto sama saekali tidak berhenti. Terus dan terus ia hujamkan aset berhargnya itu memenuhi lubang surga si raven. Mengisinya dengan jutaan benih sepertinya tiada habisnya. Membayangkan kekasihnya akan mengandung buah hati, buah hati mereka membuat Naruto semakin semangat dan liar melakukan sex malam ini. Dan entah sudah berapa kali pula ia membaut gadis kesayangannya itu menjerit nikmat di bawah tindihannya.

"Ahh! Ahh! Ahh! Nggh! Uahh Nar-narruhh.." Sasuke bergerak naik turun diatas kejantanan Naruto saat titik klimaksnya akan segera datang.

"Ouh.. Suke! Ngh!" Kedua tangan Narutopun tak tinggal diam. Mengetahui kekasihnya akan segera mencapai puncak, diremasnya kasar kedua payudara putih itu.

Tubuh Sasuke berkilat berlaut peluh. Kepalanya menengadah membuat surai ravennya terjuntai menutupi pinggung indahnya. Dan detik selanjutnya, teriakan nikmat kembali ia serukan dengan punggung yang melengkung kedepan. "Naruhh! Naruh! Naruhh! Nggaaahhhhhhh!".

"Sukeee!" begitupun dengan si pirang. Untuk kesekian kalinya ia tembakan jutaan spermanya kerahim Sasuke.

Masih dengan posisi kejantanannya di dalam lubang Sasuke,Nauto menegakan tubuhnya. Bisa ia lihat Sasuke mencoba mengatur napas dan menumpukan kedua tangannya didada bidang si pirang. Tak ingin menyakiti kekasihnya perlahan di keluarkannya kejantanannya yang sudah agak lemas itu. Membuat beberapa tetes sperma maupun cairan Sasuke menetes jatuh ke sprai maupun ke mengalir dipahanya.

"Naruhh?" Sasuke yang mengetahui kekasihnya masih hard merasa heran karena ia menghentikan kegiatan panas mereka.

"Sudah cukup Suke." Bisik Naruto lembut. Diselipkannya rambut Sasuke ke telinga. "Kau sudah terlalu lelah sayang."

Meskipun tidak biasanya, tapi Sasuke menurut karena memang tubuhnya sudah lelah untuk klimaks berkali kali. Dipeluknya leher kokoh Naruto dan menyandarkan kepala dipundaknya. Jari-jari lentiknya bermain membentuk putaran kecil di dada si pirang. Kebiasaan Sasuke setelah bercinta. Ia sedikit menjadi manja.

"Hei cantik?"

"Hm?" dipandangnya wajah rupawan pria depannya.

"Aku mencintaimu." Bisik mesra Naruto tulus.

Kembali diraupnya bibir plum Sasuke yang sudah membengkak membawanya dalam ciuman panjang. Merasa membutuhkan pasokan udara, Sasuke mengerang meminta dilepaskan. Naruto mengerti dan segera melepas ciumannya. Ia sedikit tertawa saat melihat Sasuke terengah mengambil napas.

"Naruto!" Gerutu gadis itu di sela-sela tarikan napas.

"Siapa suruh kau begitu menggemaskan."

"Hn".

Tawa Naruto meledak seketika melihat kekasihnya berubah cemberut. Ia memegang dagu Sen dan menyandarkan dahinya di dahi gadis coklat membuat hidung mereka hampir bersentuhan. Hening tercipta beberapa saat sebelum Naruto membuka suara.

"Perlu kau tahu Suke, tidak yang bisa membuatku membencimu?" Bisiknya. Sasuke mengedikkan bahu.

"Aku akan selalu bersamamu. Aku pasti melindungimu." Ucapnya. Sasuke hanya diam. Entah mengapa ia tak bisa menanggapi. Seperti...

"Sudah ku putuskan untuk menjadikannmu 'Mate'ku."

...Ada keraguan di hatinya.

"Dan selalu akan menjadi 'Mate'ku." Tambahnya.

Sasuke masih diam. Onyxnya menelusur mencari kesungguhan dimata sebiru langit itu. Perlahan.. Senyum tulus terpatri di wajahnya.

"Ehem!" Manik kedua sejoli itu saling pandang dalam dekat.

"Ehem! permisi." Keduanya menoleh dan mendapati seorang pria berdiri tegak di ambang pintu kaca dengan jubah hitamnya.

"Nara?!" Seru Sasuke kaget. "Sejak kapan kau di sana?!"

"Cukup untuk 'melihat-lihat'" Jawabnya enteng.

Sasuke bungkam. Rona merah tampak di wajah pucatnya saat mendengar jawaban Nara. Dan semakin terasa panas karena ingat apa yang baru saja terjadi antara dia dan Naruto. Dalam hati ia mengutuk Naruto yang dengan santai malah menyeringai-sepertinya sengaja tidak memberitahunya jika Nara datang dan melihat 'adegan mereka'. Kesal. Ia menyambar selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

Ia mendelik ke arah si pirang. "Kenapa kau tak memberitahuku kalau ada orang lain?!"

"Dan melewatkan 'hidangan lezat' yang tadi kau suguhkan? Oh tidak akan pernah." Jawabnya enteng. "lagipula Shikamaru adalah orang kepercayaanku. Dia tidak mungkin membocorkan tentang bagaimana liarnya kau tadi Suke."

Sasuke memalingkan muka dan beringsut dari pelukan kekasihnya untuk kemudian bergelum dalam selimut. "Pergi kau Idiot!". Semakin membuat Naruto menahan tawa.

"Ada apa?" Tanya Naruto pada Shikamaru.

"Minato-sama menyuruhku membawamu pulang."

"Aku bukan barang yang bisa dibawa-bawa Shika. Dan Tou-san... kenapa kau masih menuruti perkataannya? Bukankah Nii-san adalah Ketua yang baru?" Ucapnya sinis.

"Dalam proses." Koreksi Shikamaru tak ambil pusing tentang kesinisan Naruto.

"Apa dia datang lagi?" Perubahan topik pembicaraan ini sempat membuat Shikamaru bingung. Tapi ia segera mengerti kemana arah topik ini. Shikamaru sangat mengerti hal itu karena: Naruto, seorang bayi laki-laki yang lahir tepat saat bulan purnama tentu memiliki kekuatan tersembunyi yang anggota lainnya tak punya. Setiap makhluk seperti mereka memiliki Aura-secara sepintas terlihat sama. Namun hanya Naruto lah yang berbeda. Akan menjadi kelemahannya, karena dengan itu di manapun posisinya pasti akan mudah di temukan. Dan di sisi lain, kelebihannya ia bisa tepat mengenali Aura yang berbeda dimanapun tempatnya.

Merasa pertanyaan Naruto retoris, Shikamaru tidak perlu menjawab. "Lebih baik kita cepat kembali."

Naruto mengghela napas sejenak adan kemudian berdiri. "Baiklah.. Suke, tidurlah ini sudah sudah terlalu pagi." Ucapnya lembut.

"Ya. Dan jangan temui Aku lagi!" Sindir Sen.

"Terima kasih kembali sayang." Balasnya dengan senyum charming sambil mengusap puncak kepala Sen.

Shikamaru dan Naruto melesat pergi dari kamar Sasuke. Sedikit menahan nyeri Sasuke melilitkan selimut ketubuhnya, turun dari ranjang dan berjalan ke pintu kaca. Dari situ, Ia memandang datar bayangan kedua pria tadi saat cahaya bulan menerpa.

Sasuke meneguk teh tawarnya pelan sambil matanya tak lepas dari novel di tangannya. Hari ini dia ada jam kuliah pagi sehingga siang kelabu seperti saat ini,ia dan sahabatnya-Hinata bisa menghabiskan waktu makan siang bersama.

"..baiklah sayang. Ok! Jam tujuh. Bye~" Terdengar suara riang Hinata saat mengakhiri panggilan dan suara piip pelan saat panggilan di putus. Ia meneguk sisa teh yang sudah dingin sebelum bicara kepadanya.

"Apa kau mau ke rumahku malam ini?"

"Untuk?" Tanya Sasuke balik masih setia dengan Novelnya.

"Malam ini Kakashi akan melamarku."

"Dan?".

Hinata merasa sebal dengan sikap Sasuke yang cuek. Dengan malas ia bersandar pada punggung kursi dan melipat tangan di depan dada. "Dia akan melamarku."

Sasuke menghentikan kesibukannya dan memandang ke arah Hinata yang menggembungkan pipinya. Marah.

"Secepat itukah?"

"Ku pikir kau tak tertarik." UcapHinata Sinis.

Merasa bersalah dengan Hinata, Sasuke meminta maaf. Ya. Sifat cueknya memang keterlaluan. Ia pun sadar. Tapi, buah jatuh tak jauh dari pohonnya bukan? Dan itu terjadi padanya. Sikap cueknya adalah keturunan dari almarhum Tou-san nya. Terkadang saat bersaa Narutopun ia bisa sangat cuek bebek.

"Jadi, kau mau datang?"

"Baiklah. Aku datang." Sasuke membuka kembali Novelnya.

"Apakah tak ada ucapan selamat?" Hinata benar-benar tak percaya dengan sikap sahabatnya ini. Menyebalkan.

"Berikan aku komisi." Balas Sasuke dengan nada seperti orang kelaparan yang meminta-minta. Sedikit mencoba melucu. Kemudian.. mereka tertawa.

Jam menunjukkan pukul lima sore saat Sasuke berjalan pulang. Waktu yang sangat lama jika hanya untuk makan siang. Sebenarnya, setelah acara makan siang Sasuke harus ke perpustakaan kota mengembalikan buka Psikologi yang dipinjamnya untuk menyelesaikan tugas kuliah dan tentu saja 'sedikit' waktu berkeliling diantara rak-rak besar mencari buku yang bisa ia pilih untuk bacaan di rumah. Sedangkan Hinata, gadis yang sedang berbahagia itu segera pulang untuk menyiapkan acara nanti malam. Awalnya ia menawarkan diri membantu tapi dit tolak.

Sasuke melangkah santai melewati jajaran took-toko kecil dipinggi jalan. Tiba-tiba, langkahnya berhenti. Ia melepas headphone dan berjalan kembali. Dengan tetap menjaga langkahnya, dari sudut mata ia melihat sekeliling. Saat sampai di belokan akhir seratus meter menuju rumahnya, ia berhenti kembali. Ia mencengkeram tali tas selempangnya-memasang telinga baik-baik. Dan mendengus kesal saat menyadari ada orang yang mengikutinya.

'Sial! apalagi sekarang?!' Umpatnya dalam hati.

Mencoba tidak terlihat gugup, Sasuke berjalan santai tapi tetap hati-hati. Ia baru mulai berjaln cepat saat memasuki halaman rumahnya. Dengan cepat ia membuka pintu rumahnya dan menguncinya kembali saat sudah di dalam.

Kau tahu, insting terkadang lebih akurat. Dan memang benar apa yang ia rasakan. Seseorang mengikutinya. Di jalanan yang lenggang, gang sempit,,di balik tembok atau di atas pohon? Tidak. Lihatlah lebih luas. Seorang gadis berdiri di atas sebuah tiang. Anginyang berhembus seakan tak menjadi penghalang. Ten-ten menyeringai dan berbisik, "Sasaran masuik."

Di dalam rumah, sesudah Sasuke mengunci pintu ia tersentak menyadari ada orang lain berdiri membelakanginya di tengah ruangan. 'Siapa dia? apakah dia teman Naruto?'

"Tidakkah kau harus mengucap salam sebelum masuk ke rumah, Sasu-chan?" Ucap orang tersebut masih membelakanginya.

Dari suaranya, Sasuke memang tidak kenal dengan orang itu. Ia mereas tidak senang dan tidak nyaman dengan kehadirannya.

"Siapa kau?" Tanyanya penuh selidik.

"Ku anggap itu sebagai salam. Dan.. okaeri Sasu-chan." Perlahan orang itu berbalik badan memperlihatkan ke dua bola mata hitam kelamnya.

DEG!

Ini seperti De Javu. Spontan jantung Sasuke berdetak cepat. tubuhnya terasa gemetar. 'Kenapa ini? dan wanita itu.. sepertinya Aku pernah melihatnya. Tapi dimana?'. Sasuke berusaha menenangkan degub jantungnya yang ternyata sia-sia.

"Aku tidak punya urusan denganmu. Pergilah."

"Tapi kami punya."

Sontak Sasuke terbelalak mendengarnya. 'Kami?' Batinnya. 'Siapa? astaga..jangan-jangan ada orang lain di sini.'.

Sasuke bersikap seolah tidak perduli pada wanita di depannya. Dia berbalik menghadap pintu dan hendak membukanya. "Pulanglah."

Saat ia akan memutar kunci pintu, tiba-tiba sesuatu tak kasat mata seperti menampar tangannya hingga kunci pintunya terpental ke pojok ruang tamu.

"Aww!" Rintihnya.

Dengan kasar ia menoleh karena mendengar suara langkah kaki seseorang. Dan benar, muncul seorang gadis lain. Rambut merah muda dan sebelah tangannya terangkat tepat ke arahnya.

"Jangan coba-coba melarikan diri." Ucapnya dingin. "Sudah saya siapkan semua Tayuya-sama." Kini dia bicara pada wanita bernama Tayuya.

"Terima kasih Sakura." Tanpa menoleh ke arah Sasuke lagi, Tayuya langsung melenggang naik ke lantai atas.

"Hei! Mau kemana kau?!" Teriak Sasuke. Instingnya mengatakan wanita bernama Tayuya itu menuju kamarmya.

'Apakah mereka perampok?'

Tanpa pikir panjang Sasuke berlari mengikuti Tayuya tapi segera terhenti karena di tahan Sakura.

"Menyingkirlah!"

"Diam! Dan ikut dengan ku sekarang!"

Sebelah alis Sasuke terangkat. "Huh! apa-apaan kau. Aku menolak."

"Cih! Terpaksa." Dengan cepat Sakura memutar hingga dia di belakang Sasuke dan membekapnya. Sasuke meronta. Entah mungkin karena rasa takutnya,tanpa di sadari ia bisa melepaskan bekapan kuat Sakura. Merasa ada celah,ia berlari menaiki tangga. Tapi sungguh sial! sesuatu seperti mencengkeram kakinya. Sebelum sempat berpegangan pada pagar anak tangga, secara kasar kakinya tertarik membuatnya terjatuh di bawah. Ia kembali melihat sebelah tangan Sakura terangkat . Sasuke mencoba meraih karpet hijau pelapis anak tangga sebagai pegangan tapi tenaganya tidak cukup kuat.

"Hentikan! Lepaskan aku!" Teriaknya. Ia sangat ketakutan. Air mata membanjir di pelupuk dan pipinya. Apalagi rasa panas terasa menyengat pergelangan kakinya.

Dengan sekali hentakan tangan, Sasuke terseret sampai kelantai bawah.

"Ugh!" Erangnya kesakitan.

Rasa takut perlahan berubah menjadi kemarahan. Sasuke benar-benar marah di perlakukan seperti ini. Dari sudut matanya ia menangkap vas bunga-meraihnya dan mengghantamkannya ke pelipis Sakura. Bingo! Darah segar mengucur membentuk sungai kecil di sebagian wajahnya. Sasuke segera berdiri dan kembali berlari menuju ruang di sebelah tangga. Ruang keluarga. Dan seperti ruang tamunya, tak pernah berfungsi sebagaimana mestinya. Sasuke membanting pintu dan bersandar di baliknya.

'Oh crap! kenapa Aku tidak ke lantai atas?!' Runtuknya pada diri sendiri. Jelas saja dia menyesal. Karena ruangan ini hanya memiliki satu pintu utama dan tiga jendela rendah-ruang keluarga ini memang di buat seperti kamar pribadi.

'Bagaimana mungkin Aku bisa lari?' Ah! sekali lagi akibat kecerobohannya, setiap jendela memiliki terali (bener gak ya?). Baru kali ini ia sangat menyesal tinggal dirumahnya sendiri. Sungguh sempurna. Terdengar dering ponsel dari saku jaketnya.

Hime calling.

"Sasu-chan!" Seru Hinata setelah menekan tombol hijau.

"Ya."

"Apa kau bisa datang sekarang?"

"A-apa?!"

BRAK!

Sasuke terguncang saat pintu di belakangnya di dobrak.

"Sasuke. Ada apa?" Sepertinya Hinata mendengar suara keras tadi.

"Ti-tidak ada apa-apa. Maaf-Ahkk!" Sasuke terpental sejauh dua meter saat pintu di dobrak dengan sangat keras. Sebelum ia berdiri, Ia mengambil ponselnya yang sempat terlepas dari genggamannya.

"Suke! ada apa?! kau baik-baik saja?!

"Ugh! Hime, Maaf, aku tidak..bisa datang!"

Dari balik pintu yang sudah tak berbentuk, Sakura rahangnya mengeras.

.

.

.

~TBC~

Lalalalaa~~~~..

Hehehee

Sampe sini dulu ceritanya. Skali lagi ane lagi butuh temen2 buat join ffn. Yang berminat silakan add dan inbox di fb ane Mumuut Fujo

Terima kasih…

Jangan lupa tinggalkan Review ^^