THE BOY BESIDE ME
(Chapter 1)
KYUMIN FANFICTION
Rated : T (rating akan meningkat sewaktu-waktu)
Main Cast : Cho Kyuhyun x Lee Sungmin (KyuMin)
Author : Cat13 (LeeJunRa1001/past)
Genre : Romance / Drama
Warn! : YAOI Fanfiction. OOC. AU. Typo(s). Bad EYD
A/N : Halo, LeeJunRa1001 disini! Dengan penname baru, Cat13. Disini kita akan memulai berbagi cerita-cerita yang akan mengingatkan kalian kepada KyuMin. Sebagai KyuMin shipper janganlah menyerah, oke? Author menyajikan FF baru untuk kalian, jadi… nikmatilah. [FF DEBUT] Ya sebenarnya bukan debut pertama di ffn karena sebelumnya sudah pernah, tapi debut dengan penname baru dan cerita baru :) jadi Be Nice and Enjoy!
.
.
.
.
enJOY reading!
"Kurasa… hubungan kita sampai disini saja ya."
"Min.. kau bicara apa tadi?!"
"Kita putus. Hubungan kita akhiri sampai disini."
"Apa kau gila?! Kau tidak memikirkan semua yang sudah kita lakukan untuk mencapai mimpi kita?! Sampai sejauh ini, kau sia-siakan begitu saja?"
"Maaf… tapi ini memang waktunya untuk berpisah."
"Kau egois, Lee Sungmin!"
"Maafkan aku."
.
.
.
.
..."Pesawat sudah sampai di tempat tujuan, harap memeriksa barang bawaan anda"...
Sungmin terbangun dari tidurnya setelah mendengar instruksi awak pesawat yang menggema, pemuda bermarga Lee itu memeriksa ke jendela luar, bandara Incheon tertampang di pandangannya. Segera saja lelaki dewasa itu bersiap-siap untuk turun dari pesawat.
Perjalanan dari Jepang-Korea selama dua setengah jam itu membuatnya tertidur di dalam pesawat. Dan, Ia bermimpi kejadian yang sangat Ia ingin hindari di dalam hidupnya.
Kakinya mendarat di permukaan tanah Negara Gingseng itu, Negara di mana Ia lahir dan tumbuh besar di sana. Negara di mana ia merasakan manis dan pahitnya cinta.
Sungmin segera memasang sunglassesnya, matahari terlalu terik siang hari ini. Segera saja Ia memasuki bandara besar tersebut.
.
.
.
.
"Masi-group editorial. Tujuanmu sudah sampai, tuan."
"Kamshamnida.." Sungmin tersenyum dan memberikan uang tip kepada supir taksi di depannya, lalu berjalan keluar dari dalam mobil. Mata hazelnya menatap lekat gedung pencakar langit di hadapannya, tinggi dan besar namun di desain dengan modern dan elegan secara bersamaan. Kaca-kaca yang mengkilap karena pantulan cahaya matahari, benar-benar tempat yang ideal.
Sungmin segera menggeret kopernya, masuk ke dalam gedung hebat tersebut. Di dalamnya terdapat banyak karyawan yang berlalu-lalang sibuk dengan pekerjaannya. Mata Sungmin tertuju pada meja resepsionis di depannya.
"Permisi nona.." ucap Sungmin lembut, sesampainya.
"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya pegawai cantik dengan balutan blouse ungu dihadapannya.
"Saya Lee Sungmin, ditunjukan sebagai karyawan literatur, mulai bekerja hari ini. Bisa saya tahu di mana ruangannya?"
Si Resepsionis wanita itu mengecek buku besar di hadapannya, "Tunggu sebentar.." tak lama kemudian Ia berbicara kembali, "Aaahh.. benar. Lee Sungmin. Silahkan anda ke lantai 3a, ruang sapphire. Tuan Cho sudah menunggu anda."
"Tuan Cho?" Sungmin mengernyit bingung. "Baiklah. Terimakasih" pamitnya, lalu bergerak menuju lift.
.
.
.
.
"Buku apa ini?" seorang remaja berseragam SMA dengan iseng mengambil buku yang sedang di baca Sungmin.
"Ish, kembalikan!" Sungmin bersunggut sebal dan segera mengambil kepemilikannya dari tangan pemuda itu.
"Duuhh.. posesif sekali dengan buku kuno itu." Remaja tersebut merebahkan kembali kepalanya di kedua paha Sungmin.
"Kelihatannya memang sangat kuno, tapi isinya sangat menarik lho, mau lihat?" usul Sungmin sambil menatap bola mata obsidian di bawahnya.
"Tidak mau. Aku tidak mengerti." tolak mentah-mentah pemuda berambut ikal itu, "Itu buku macam apasih?" tanyanya lagi.
"Ini literatur. Karya sastra yang di kemas dalam hardcover, dan ini bukan sembarang karya sastra. Hasilnya benar-benar indah." ucap Sungmin.
"Huh?" pemuda tersebut mengerutkan alisnya yang tebal, tetap saja tidak mengerti.
Sungmin menghela napas kesal, "Aduuhh… Anak zaman sekarang. Yang cuma kau tahu hanya game, komik, game, makanan, game dan game."
Dan, pemuda di bawahnya hanya bisa tertawa.
.
.
.
.
"Sapphire room.." Sungmin membuka pintu bewarna silver di hadapannya, di intipnya suasana ruangan itu dari luar. Terdapat lima karyawan yang sedang serius bekerja. Sungmin dengan perlahan membuka pintunya lebar dan masuk kedalam.
Serentak karyawan-karyawan di dalamnya menoleh kearah Sungmin, yang di lihat hanya tersenyum kikuk.
"Annyeonghaseyo.." ucap Sungmin pelan, kelima orang itu makin menatapnya bingung. "ano.. Choneun Lee Sungmin imnida, bangeupseumnida.." balas Sungmin memperkenalkan diri.
Salah satu karyawan di dalam segera berdiri, "ah! Kau Lee Sungmin yang itu?!" pemuda berperawakan mungil tersebut berjalan mendekati Sungmin, "uuuwaaaahhh~~ Tak kusangka kau semanis ini~" ungkapnya dengan suara tenor yang melengking.
"Ma..manis?" Sungmin sedikit terlecehkan mendengar ungkapan 'manis' dari lelaki mungil di hadapannya, namun wajahnya tampak merona. Pemuda dengan rambut hitam mangkuk tersebut segera memeluknya erat-erat.
"Kau manis.. aahh akan sangat senang mempunyai rekan kerja semenarik dirimu~"
"Aah.. Terimakasih." ucap Sungmin gugup, lalu melepaskan pelukan si lelaki mungil dari tubuhnya. "Siapa namamu?"
"Perkenalkan namaku, Kim Ryeowook. Panggil saja, Wookie!" ucap lelaki mungil tersebut ceria. Ryeowook menarik pergelangan tangan Sungmin, menghampiri meja kerja di mana karyawan lainnya sedang bekerja.
"Yang di sana. Zhoumi-ge. Dia orang cina, sangat tinggi, namun sangat baik!" unjuk Ryeowook kepada pemuda jangkung yang duduk di dekat pintu. "Yang itu Shindong-hyung. Suka makan dan membuat banyak lelucon." unjuknya kepada pemuda gempal yang duduk di hadapan Zhoumi.
"Yang ini, Kangin-hyung. Hati-hati dia sangat galak!" Ryeowook terkikik kecil saat mendapat makian dari pemuda berpostur tubuh besar di sana, "Yang ini, Leeteuk-hyung. Dia tertua diantara kami dan kadang Ia menjadi penasihat sajangnim kalau berulah lagi." unjuk Ryeowook kepada lelaki berlesung pipi duduk di samping Kangin. Sungmin memberi hormat kepadanya.
"Dan.. ini mejamu, kau duduk disampingku." Ryeowook menunjuk meja dengan taplak polos bewarna merah jambu.
"Aaahh.. Terimakasih atas perkenalannya, Ryeowook-shii." Sungmin tersenyum sambil membungkukkan badannya.
"Kuharap kita akan saling mengenal dan menjadi rekan yang sportif, Sungmin-shii~" ucap Leeteuk hangat. Ah, rasanya rekan kerja Sungmin di ruangan ini memang sangat bersahabat dan unik.
Ngomong-ngomong soal Leeteuk yang menjadi penasihat sajangnim… "Permisi, Leeteuk-shii. Sajangnim ada di mana ya? Aku harus menemuinya." tanya Sungmin sopan.
"Si setan kecil itu baru saja keluar untuk makan siang. Kau bisa tunggu saja disini." tiba-tiba Kangin menyahut menjawab pertanyaan Sungmin, tatapan pemuda itu masih fokus dengan layar komputernya.
"Setan kecil?"
"Aah.. begitu." Sungmin mengangguk paham. "Mungkin lebih baiknya aku menghampirinya saja? Kurasa aku harus cepat bersiap untuk melakukan pekerjaan. Jadi, letak kantin kantor ini di mana ya?"
"Kantin ada di lantai dasar, belok kanan dari lift." sahut Shindong tiba-tiba, pemuda gempal ini memang punya reaksi bagus tentang makanan.
"Terimakasih atas informasinya."
Sungmin bergegas menuju kantin kantor.
.
.
.
.
Sesampainya di kantin. Sungmin memandang sekeliling, suasana cukup ramai karena waktu makan siang. Sembari menunggu sosok pemimpin grupnya Ia pun duduk di dekat vending machine.
"Aahh..panas sekali cuaca hari ini," eluh Sungmin sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Keringat bercucuran di sekitar pelipisnya.
"Seperti apa ya Cho sajangnim itu? marga yang tak asing.. semoga saja.." baru saja Sungmin melanjutkan gumammannya, rasa dingin menyerang pipi kanannya. Sungmin pun kaget dan berdiri dari duduknya.
"Tidak baik bergumam sendiri di tempat ramai, orang-orang bisa menganggapmu gila. Apalagi kau membicarakan seseorang." seorang pria jangkung menyodorkan sekaleng kopi dingin kepada Sungmin, "Mau kopi?" tawarnya.
Sungmin masih shock apa yang barusan terjadi. Ia masih memegang pipi kanannya. Mata hazelnya memandang lurus menatap kedua obisidian hangat di hadapannya, kedua bola mata jernih yang sangat ia kenal.
"K..kau?"
"Masih mengenalku?" pemuda itu tersenyum miring. Tangannya masih menyodorkan sekaleng kopi dingin yang belum Sungmin terima.
.
.
.
"Pertemuan itu bagaikan sengatan listrik. Mengejutkan namun sangat menggelitik"
.
.
.
To Be Continued
DON'T FORGET LEAVE A REVIEW FOR THIS FANFICTION.
WE NEED YOUR PARTICIPATE :)
KEEP CALM AND SUPPORT KYUMIN
.
(A/N) : Masih belum ada apa-apanya sih buat FF Rated M. Pokoknya liat aja nanti oke ;)