Chapter 5

Naruto, dkk punya Masashi Kishimoto

Gaahina

Rated T

Romance and

family

Story pure for Jhino

Happy reading

Hinata inside:

Air mataku tak henti-hentinya mengalir, hatiku begitu sakit, jantungku seperti mau berhenti bergerak, oh kami-sama rasanya aku ingin mati saja. Inikah rasanya perasaan seorang ibu ketika anaknya kena bahaya? Sial betapa bodohnya aku ini kenapa baru sekarang aku merasakannya?

"Jhino-ah.." panggil Gaara melihat anak kami yang sulung sedang berdiri di depan kamar rumah sakit.

"appaa!", balasnya mematung melihat Gaara, dia seperti ketakutan. Gaara, aku dan Kiba mendekatinya.

"Jhino-ah, kau tak apa-apa, nak? Ada yang terluka nak?" Gaara berlutut sejajar dengan tinggi tubuh Jhino lalu memegang kedua bahunya, tapi Jhino hanya menggelengkan kepala sambil menunduk. Kedua tangan Jhino mengepal erat badannya bergetar. Oh tidak, apakah anakku menahan tangisnya. Aku sebagai ibunya hanya bisa menangis dalam diam melihatnya, tak berani menyentuhnya, takut ada penolakan darinya bila aku memeluk dia.

Gaara akhirnya menuntunnya kedalam pelukan Gaara. "hiks...hiks.. pu-pukul aku ap-appa, hiks.. pu-pukul aku..hiks..aku sudah ingkali janjiku appa..hiks". aku menutup mulutku, begitu terkejutnya aku mendengarnya. Putraku justru menyalahkan dirinya karena tak bisa menjaga adiknya seperti janji.. oh Tuhan, jangan hukum dia tuhan, hukum aku saja, yang tak bisa menjaga mereka.

"hei jagoan, kau sudah menjaga dongsaengmu dengan baik, appa bangga padamu nak. Sudah jangan menangis ya. Jhiro baik-baik saja. Kiba, tolong tanya dokter yang merawat Jhiro tentang kondisinya."

"ok Gaara." Jawab Kiba bergegas pergi.

Setelah Jhino tenang, dia mulai menceritakan peristiwa itu pada Gaara, "Tadi Jhilo lapal appa, lalu aku belikan loti. Aku lihat Jhilo kena bola yang ditendang teman kami tanpa sengaja setelah mengambil bunga. Aku...aku mau menolong Jhilo tap-tapi tellambat, appa. Mi-mianhe appa."

"arra Jhino-ah, tak perlu minta maaf chagi. Kau sudah menjaganya sayang. Appa bangga padamu. Lalu untuk apa dongsaengmu mengambil bunga chagi?" tanya Gaara lembut, dia memang ayah yang baik untuk anak-anakku, tanpa sadar aku tersenyum sambil mengusap air mata. Ku lihat Jhino, begitu mirip dengan Gaara hanya warna mata dan pipinya yang chubby mirip seperti aku.

"emm, bunga ini appa untuk eomma nanti.", aku tersentak ketika Jhino memperlihatkan bunga tersebut yang ia pegang pada Gaara. Aku membatin,'Bunga Lavender! Astaga! Bunga kesukaanku! Ya Tuhan, gara-gara aku Jhiro terluka dan Jhino menyalahkan dirinya. Aku ibu yang bodoh!'

"wah, bunga lavender! Kesukaan eomma eoh? Pintar kedua jagoan appa ini." Puji Gaara membuat Jhino tersenyum indah. Begitu hebatnya Gaara bisa membuat Jhino langsung tersenyum, membuatku terharu.

"kalo begitu, Jhino berikan sekarang pada eomma sekarang." Perintah Gaara lembut.

"eh? Eomma? ", Jhino terkejut lalu Gaara berdiri dan merangkul bahuku dengan tangan kanannya yang kekar. " Ne.. ini eomma kalian chagi. Eomma kalian sudah datang. Apa kau tak memeluknya, Jhino?" kata Gaara.

"eommma!eomma!hiks..bo-bogoshipoyo eomma..hiks..." Jhino berhamburan memeluk pinggangku sambil menangis kencang. Kami-sama, dia menangis untukku, dia memelukku. Dia tidak membenciku.

"Jhino sayang" aku mengusap-usap punggung kecil anakku. "oemma juga merindukanmu nak." Aku menggendongnya lalu memeluknya, menyalurkan kerinduanku padanya.

"eomma jangan tinggalkan kami ne. Ak-aku janji tak akan ingkali janjiku lagi eomma. Aku juga akan jaga eomma." Kata Jhino membuatku terharu, dia seperti Gaara.

"tak akan chagi. Tak akan.." aku memeluknya erat.

"ehm, Gaara maaf mengganggu, aku sudah berbicara pada dokternya. Jhiro tak apa-apa, hanya luka kecil saja, dia hanya syok saja makanya dia pingsan dan dibawa kerumah sakit." Jelas Kiba. Aku dan Gaara lega mendengarnya.

"Jhino sayang sudah dengar apa kata Kiba ajusshi kan?jadi kau tak perlu kawatir karena jhiro baik-baik saja." Jhino tersenyum mengangguk-angguk mendengar kata Gaara, kemudian bersandar di bahuku mencari kenyaman disana. Ah, rasa sangat menyenangkan dia manja padaku.

Kamipun masuk kamar inap yang di tempati Jhiro. Dia tertidur pulas dengan plester di sudut kening kanannya, mirip sekali dengan Jhino. Aku mendekatinya dan menangis melihatnya.

"uljima eomma..uljima.." , Jhino menghapus air mataku dengan tangan mungilnya. "Jhilo kuat kok eomma. Jhilo pasti bangun sebental lagi." Sambungnya membelai wajahku, dan aku hanya mengangguk tersenyum manis. Mereka memang pintar, aku bangga dengan mereka.

"Gaara, aku kembali ke kantor dulu. Kau disana saja, aku urus semua." Kata Kiba sambil membuka kenop pintu.

"ne, tapi kau jangan lupa makan siang. Ini masih jam istirahat, kiba. Terima kasih kiba.". gaara mengantarkan Kiba keluar.

Hinata inside off

"Gaara-kun, maafkan aku. Gara-gara aku , mereka seperti ini." Suara hinata bergetar.

"no love. Itu bukan salahmu. Mereka hanya ingin memberikan terbaik untukmu ketika bertemu. Namun yeah, tidak berjalan lancar, toh yang penting mereka baik- baik saja kan." Gaara mengecup kening Hinata sayang. Sedang Jhino tertidur dipelukan Gaara.

"eengh",erangan lirih dari Jhiro membuat Gaara dan Hinata segera mendekatinya.

"Hai jagoan appa. Bagaimana tidurnya sayang?" tanya gaara lalu menggedong Jhiro ke dalam pelukannya setelah sebelumnya menaruh Jhino di sofa. Sang anak mengusap-usap wajahnya di kemeja dada sang ayah, melihat hal itu Gaara dan Hinata tersenyum cerah.

"omo! Appa! Kita dimana appa? Hyung? Eomma? Kita janji beltemu eomma appa! Ya! Bunga yang Jhilo ambil untuk eomma di mana appa? Jangan hilang! Andwe appa!" Jhiro panik hendak menangis menatap sang ayah, namun sang ayah membalasnya tersenyum lega.

"bunganya sudah eomma taro di vas bunga Jhiro sayang." Jhiro langsung menatap wanita yang bersuara lembut itu.

"eom-eomma?" kata Jhiro terbata-bata dengan mata berkaca-kaca.

Hinata mengambil Jhiro dari gendongan Gaara kemudian mendekapnya, " ne chagi, ini eomma, sayang. Eomma sudah datang sayang. Terima kasih sayang bunganya. Eomma sangat menyukainya." Hinata memberikan kecupan lembut di kening Jhiro lalu mendekapnya lagi. Baik Hinata maupun Jhiro hanya bisa menangis dalam diam, menyalurkan kerinduan antara ibu dan anak. Gaara tersenyum lebih lebar dari biasanya, beban yang selama ini iya tanggung menguap begitu saja melihat hinata dan anaknya akhirnya bersama.

"emm, eommaa..appaaa...Jhilo lapal." Cicit jhiro.

"eomma buatkan bekal sayang, Jhiro mau?"

"uhm.. mau eomma, tapi jhino hyung ikut makan juga. Kita makan belsama." Jawab Jhiro yang masih senang dipelukan Hinata.

"arraso, appa bangunkan hyungmu." Gaara membangunkan Jhino. Kemudian mereka makan bersama.

"uh kenyaaang. Maishita eomma. Gomawoyo."ucap sikemar.

"besok akan eomma buatkan lagi, sayang." Hinata senang melihat mereka menyukai masakannya dan melahapnya.

"ne. Dan bawa lebih banyak lagi love. Karena mereka pasti menghabiskannya."

" benal eomma, yang banyak, aku dan hyung suka " Jhiro terkekeh. Gara dan Hinata tersenyum melihat kedua buah hatinya. Beban dana ketakutan yang mereka rasakan hilang begitu saja. Merekapun berusaha menyatukan kepingan-kepingan yang dulu pernah hancur dan menjadi keluarga yang bahagia.

END

PS: gomawo sudah membaca dan me-review cerita "our twin". (author bungkukkan badan 90%) ^_^