Naruto, dkk punya Masashi Kishimoto
Gaahina
Rated T
Romance, hurt/comfort and
family
Story pure for Jhino
Happy reading
Ini adalah kisah menyedihkan, seorang gadis kaya raya, pintar tapi di mata keluarga dan lingkungannya gadis itu hanyalah seorang gadis yang pendiam, pemalu, dan gagap. Bahkan dia selalu di bully oleh teman-temannya. Bagi sang ayah , gadis itu hanya pembawa sial, gadis itu bernama Hyuuga Hinata yang sedang berdiri di pinggir jembatan sungai. Dia menangis pilu seperti hatinya yang pilu, tersayat mengingat dan memikirkan ucapan orang-orang terdekatnya.
Flashback on
"apa kerjaanmu hanya menggambar saja?! Harusnya kau belajar ekonomi karena kau pewaris perusahaanku!", hyuuga Hiashi marah, namun Hinata hanya diam saja dan menangis.
"ini hanyalah sampah!", Hiashi merobek-robek gambar Hinata sampai menjadi kepingan kecil yang terbuang di tempat sampah.
"ak-aku..ingin jadi..de-designer, ayah." Suara Hinata lirih disertai isak tangisnya.
"APA?! KAU! KAU! ANAK KURANG AJAR!" teriak Hiashi kemudian tangannya...
PLAAK!
PLAAK!
Hinata langsung tersungkur di lantai dengan darah yang mengalir di sudut bibirnya, kedua pipinya merah. Hinata menangis sejadi-jadinya.
"ayah! Apa yang kau lakukan! Dia anakmu! Anak kita!" seru Hyuuga Hikaru, ibu Hinata terburu-buru menghampiri anaknya yang lemah.
"Dia, telah berani melawanku, Hikaru! Harusnya kau tak membelanya!", ucap Hiashi kemudian pergi.
"sayang, kau harus diobati. Ibu akan ambilkan kotak obat sayang." Kata Hikaru mengambil kotak obat di dapur.
Hinata memeluk kedua lututnya dan menangis. Ketiks itu, seorang gadis yang sama usianya menghampirinya.
"kau memang bodoh, Hinata! Bukan kertas itu saja yang sampah tapi kau juga.", ucap gadis itu dengan wajah dingin.
"kau puas Sakura? Gara-gara ada kau disini, ayahku menjadi benci padaku! Mulutmu sangat berbisa!" balas Hinata sambil mengusap air matanya kasar.
"memang itu TUJUANKU hinata. Aku akan merebut keluargamu dan perusahaanmu darimu. Kalau perlu mereka mengusirmu!", seru Sakura.
Plak!
"Hinata apa yang kau lakukan nak? Kenapa kau menampar sakura?", teriak Hikaru kaget melihatnya lalu memeluk Sakura.
"ibu...dia menghinaku ibu..dia ingin merebut ayah, ibu, hanabi, dan neji dariku." Jelas Hinata menghampiri ibunya hendak memegang tangan sang ibu.
Puk!
Hikaru menepis tangan Hinata membuat hinata tersentak. " tak mungkin Sakura, begitu teganya terhadap kita semua. Dia sudah bagian dari keluarga kita sejak kalian sekolah dasar dan orang tuanya meninggal. Ibu...ibu kecewa padamu, Hinata."
Deg!
Hati hinata mencelos...sangat sakit...ibu yang penuh kesabaran dan kelembutan selama ini, sekarang telah membuat hati Hinata tercabik-cabik, dan dia kembali menangis dan berlari keluar rumah.
Flashback off
Hinata masih menangis di pingiran jembatan sungai itu dengan mengepalkan kedua tangannya erat agar rasa sakit yang menjalar di hatinya reda, namun sial malah sangat sakit karena terngiang-ngiang di otaknya.
"mereka lebih menyayangi Sakura..hiks.."
"ayah..hiks"
"ibu..hiks"
"hanabi...hiks.."
"neji...hiks.."
"bahkan..na..naruto juga berpaling dariku...hiks.."
Hinta menangisi kisah hidupnya yang menyedihkan, hingga terlintas dipikirannya untuk terjun dari jembatan itu, bunuh diri. Ya, itu solusi satu-satunya agar dia terhindar dari masalah ini. Benar sekali. Hinata kemudian duduk dipinggir jembatan itu dan tersenyum disela tangisnya..
Selamat tinggal ayah...ibu...hanabi...neji..dan naruto...semoga kalian bahagia tanpaku." Ucapnya sambil menengadah ke langit, lalu dia mulai meluncur ke bawah, namun..
Hup!
Sebuah tangan memeluknya dari belakang. Tangan yang kekar dan nafas yang berhembus di sela lehernya.
"jangan bodoh!" ucap pemilik tangan itu kemudian mengangkat Hinata menjauh dari pinggir jembatan itu, sedangkan Hinata tercengang.
Pemilik tangan itu kemudian membalikkan tubuh Hinata dan mendekapnya, membuat Hinata tersadar dan menangis didada pria itu.
"ada aku. Tenanglah, ada aku. Jangan lakukan itu lagi.", ucap pria itu sambil mengelus rambut indigo Hinata dengan lembut memberikan kehangatan dan kenyamanan untuk hinata. Membuat Hinata membalas pelukan pria itu dengan erat.
.
.
.
.
.
.
Setelah setengah jam menangis di dada pria itu, Hinata menjadi tenang dan diam.
"apa sudah tenang nona?hem?" tanya pria itu dengan lembut dan masih setia mengelus rambut Hinata.
Hinata hanya mengangguk sambil menenggelamkan wajahnya ke dada pria itu, membuat sang pria tertawa geli.
"hehehe, ohya perkenalkan, namaku Gaara. kalo boleh tau nama nona siapa?"
"Na-namaku Hyuuga Hinata, panggil saja Hinata.. emm, terima kasih tuan Gaara." ucap Hinata malu-malu dan menutupi wajahnya dengan dada Gaara.
"aigoo... manisnya namamu Hinata, semanis dan secantik wajahmu. Oya panggil aku Oppa, ne." Ucap Gaara mengangkup wajah hinata melihat keindahan wajah gadis itu terutama mata yang berwarna ungu pucat.
"oppa?" tanya Hinata polos.
"ne.. Oppa itu artinya Kakak dan karena lahir dan tinggal di Korea, tapi orang tuaku orang Jepang kok. Dan aku baru pertama kali menginjak kaki disini." Jawab Gaara dengan senyum tippis, membuat kedua pipi hinata merona. Tiba-tiba..
Kriuk kriuk.
"ma-maaf op-oppa.." kata Hinata malu gara-gara perutnya berbunyi.
"kalau begitu kita kerestoran, aku juga lapar. Aku traktir sebagai salam perkenalan kita Hinata, bagaimana?"
"baiklah op-oppa. Aku akan tunjukkan tempat makanan yang enak."jawab Hinata dengan senyum yang manis.
Merekapun pergi dengan mobil gaara. sesampainya di sana, mereka memesan makanan dan mengobrol ringan, tak jarang mereka tertawa bersama, Hinata akhirnya dapat melupakan kesedihannya walau sejenak.
"Hinata sibuk apa sekarang?", tanya Gaara setelah menyelesaikan makanannya.
" em.. aku baru lulus SMA op-oppa. Kalo Gaara oppa?"
"aku kerja di sebuah perusahaan. Umurku 30 Tahun. Kalau Hinata?"
" wah Gaara oppa seperti tua sekali...ups", Hinata langsung menutup mulutnya.
"hehehe...tak apa-apa Hinata, sepertinya umur kita terpaut jauh ya."
"eem iya.. umurku 18 tahun oppa."
"wah jarak umur kita sekitar 12 tahun ya...hehehe..tetap panggil aku oppa saja ya Hinata."
"uhm.. Gaara oppa." Ucapp Hinata mantap. Setelah mereka makan, Gaara mengantarkan Hinata pulang karena langit mulai gelap.
"nah, sudah sampai Hinata." Kata Gaara sambil mengelus rambut Hinata.
"arrigatou Oppa...hari ini sangat membahagiakan untukku. Aku tak akan melupakannya. Cup.." ucap hinata kemudian mencium pipi Gaara, sukses membuat Gaara bersemu merah di kedua pipinya.
Ketika hinata membuka pintu mobil, tiba-tiba Gaara memegang tangan hinata satunya.
"Hinta..emm..maaf sebelumnya.. tapi apakah kita bisa bertemu lagi? Setiap hari?..tapi..kalau Hinata Tak mau, tak apa-apa, oppa tak akan memaksakan." Ucap Gaara dengan penuh harap.
Hinata terkejut dan mukanya pasti merah karena baru kali ini ada pria yang mengajaknya bertemu, dan dia merasa jantungnya berdegup tak karuan.
" ne oppa, aku mau kok. Kita akan bertemu setiap hari di tempat pertama kali bertemu saja ya oppa?" kata Hinata malu-malu.
"ne Hinata...terima kasih. Kalau begitu Hinata cepat masuk ke dalam, selamat malam hinata." Ucap Gaara dengan senyum tipisnya namun hatinya berbunga banyak sekali.
.
.
.
.
.
Selama satu bulan Gaara dan Hinata selalu bertemu walau hanya jam makan siang saja, kecuali hari libur, hinata selalu menjadi pemandu Gaara kemanapun mereka pergi.
"Hinata, boleh oppa tanya sesuatu?"
" apa oppa?"
"kenapa Hinata berniat bunuh diri waktu itu?", tanya Gaara penasaran. Mendadak wajah Hinata menjadi sedih.
"aku..aku.. keluargaku membenciku, terutama ayahku oppa. Mereka ingin aku seperti yang mereka mau, tapi aku lemah..bodoh..tak berguna. Bahkan laki-laki yang aku sukai juga menjauhiku. Aku tak punya sapa-sapa lagi, aku sendirian oppa.", ucapnya parau sambil menahan air mata yang siap tumpah.
Gaara langsung memeluknya, " ssstt...Hinata tak sendirian, ada oppa. Oppa akan selalu ada buat Hinata. Oppa janji."
"Arrigatou oppa."
.
.
.
.
.
Esoknya di kediaman Sabaku
Semua keluarga Sabaku berkumpul di ruang keluarga di pagi hari menikmati kue dan teh hangat.
"Nanti malam kita akan makan lam di rumah teman appa." Sabaku No Rei, kepala keluarga membuka perbincangan.
"teman? Sapa Yeobo?" tanya Sabaku Karura, istri Rei.
" Hyuuga Hiashi, chagi. Teman kuliah kita.", Rei mengingatkan Sang istri.
"Hyuuga?" tanya Gaara kaget.
"Ne, gaara. kenapa memangnya?" tanya Rei.
"nama marga itu sama seperti nama marga gadis yang aku cintai." Jawab Gaara ringan, yang sukses membuat seluruh anggota keluarga Sabaku tercengang, malah kakak laki-lakinya Sabaku No Kankurou sampai tersedak teh, sehingga sang istri sabaku Mitsuri menepuk punggung suaminya pelan.
"aigoo, namdongsaengku sudah punya pacar nih." Goda anak sulung sabaku, Sabaku No Temari.
"akhirnya ada juga yang mau denganmu ", kali ini kankurou menggodanya.
"jangan salah hyung, banyak yang mau denganku tapi karena harta saja. Lagi pula kau beruntung hyung, karena Mitsuri Noona mau dengan wajah burukmu." Balas Gaara telak, membuat Kankurou menatap tajam pada Gaara, namun buru-buru Mitsuri mengelus dada suaminya agar tenang.
"jangan kau masukkan dalam hati sayang, kau juga salah menggoda dongsaengmu. Ah gaara, siapa gadis itu?" tanya Karura lembut.
"namanya Hyuuga Hinata, Eomma." Jawab Gaara tersenyum tipis.
.
.
.
.
.
Kediaman Hyuuga
"Rei! Apa kabar? Sudah lama kita tidak berjuga sobat!", ucap Hiahi memeluk Rei, sahabatnya sewaktu kecil.
"kabarku baik kawan. Terima kasih sudah mengundang kami.", balas Rei dengan senyuman.
"karura-chan, lama tak bertemu. Aku merindukanmu" ucap Hikaru.
" aku juga merindukanmu Hikaru-chan." Balas Karura.
"ah silahkan masuk, kita bicara di ruang kelurga saja."
Kedua keluarga tersebut berjalan menuju ruang keluarga yang luas minus Hinata karena harus menyiapkan minuman dan makanan.
"wah Temari dan Kankuro sudah menikah ya? Bahkan kalian sudah punya anak. Maafkan Jiisan dan baasan ya, karena tidak bisa menghadiri pernikahan kalian waktu itu." Kata Hiashi.
"tak apa-apa Jiisan, lagi pula pernikahan kami di Korea, coba kalo di Jepang, pasti Jiisan dan baasan datang." Kata Temari tersenyum manis.
Tiba-tiba seorang Gadis berpakaian kimono berwana putih datang membawakan nampan berisi minuman untuk keluarga Sabaku.
"Hinata.." ucap Gaara memanggilnya lembut dan tak lupa tersenyum.
"ga-gaara oppa!" Hinata terkejut bukan main sampai menjatuhkan nampannya untung dia sudah menaruh minuman-minuman tersebut di meja.
"Hinata! Kau ini bodoh sekali!kau sengaja menjatuhkannya hah?!", Hiashi marah. Semua langsung tercengang mendengar suara Hiashi.
Kecuali Gaara, dia langsung menghampiri Hinata dan menangkup pipi hinata dengan kedua tangannya. " hinata tak apa-apa?", tanya Gaara penuh kekawatiran karena melihat mata Hinata berkeca-kaca dan ketakutan.
"Gaara..apa dia yang kau ceritakan nak?" tanya Rei.
Gaara menoleh ke ayahnya, sambil menggenggam tangan Hinata. "Ne, appa. Dia Hyuuga Hinata, kekasihku."
TBC