DORMITORY BOMBIE ROOM
NarutoMasashi Kishimoto
Dorm Boom Room©Maru Glendive Diamond
Dormitory Bombie RoomIvyluppin & Maru Glendive Diamond
Pair : Sasunaru dan Gaanaru
Warning : No Lemon just lime, super OOC, dirty talk, BL, many kinda…
Don't bash, flame, sider, plagiat, and manymore.
.
.
Chapter 1
.
.
"Apa yang kau bawa Naruto? berat sekali kelihatannya."
"Entahlah Kiba, seingatku aku hanya membawa pakaian dan keperluan lainnya. Tapi perasaanku mengatakan bahwa Kaasan-ku telah menambahkann benda-benda yang lainnya."
"Okaasan-mu sungguh perhatian."
"Ya, terlalu perhatian."
"Ngomong-ngomong, untuk apa kau membawa kaktus segala Naru?"
"Aku tidak bisa pisah dengan kaktus ini, Kurama adalah kaktus kesayanganku yang kubeli dengan uang tahun baruku."
"Oh, yang benar saja Naru."
Pembicaraan ringan dua orang pemuda di sepanjang lorong asrama baru mereka terasa menyenangkan. Seseorang bernama Uzumaki Naruto membawa koper warna merahnya dengan sedikit kesulitan karena muatan di dalamnya terasa berat. Sedangkan di sampingnya, seseorang bernama Inuzuka Kiba juga membawa koper dengan warna senada dengan milik Naruto. Mereka terlihat akrab, tentu saja. Naruto dan Kiba adalah sahabat dekat sejak taman kanak-kanak. Kini usia mereka telah mencapai 18 tahun. Usia cukup untuk menempuh pendidikan di bangku perkulihan. Jadi di sinilah mereka sekarang, menuntun koper dan barang bawaan lainnya menuju kamar dormitory Konoha Art University.
"Kau kamar nomor berapa Naru?" tanya Kiba sambil melirik kertas di tangan Naruto.
"525, sayang sekali kita tak sekamar Kiba. Aku benar-benar sedih." Ujar Naruto sambil melihat angka '520' yang menunjukkan nomor kamar Kiba.
"Tenanglah Naru, kita hanya terpisah kamar. Tapi kita masih satu jurusan." Kiba tersenyum manis.
"Dorm masih sepi ya?"
"Kelihatannya memang begitu, penghuni asrama hanya menaruh barang mereka dan baru benar-benar tinggal 3 hari lagi saat tahun ajaran baru dimulai. Kau tahu Naruto, membayangkan kita akan tinggal di Dorm ini selama mengikuti pendidikan disini rasanya akan menyenangkan." Kiba tersenyum.
Naruto terkekeh pelan. Benar, pasti sangat menyenangkan. Naruto bisa merasakan hawa kebebasan disini. Jika di rumahnya, Naruto akan merasa seperti tahanan karena ibunya yang selalu menceramahinya, memata-matai tindakannya, mendiktenya, dan men-men-men yang lainnya lagi. Naruto menghela nafas mengingat hari-hari tinggal bersama keluarganya, sungguh kehidupan di rumah sangat sulit. Tapi disini, selama masa pendidikannya di jurusan musik modern dalam naungan Konoha Art University, Naruto merasa kebebasan masa lajangnya di depan mata. Ah~ indahnya hidup.
Dormitory Konoha Art University bernama 'Bombie Room', sebuah dormitory yang sangat besar. Terletak di area belakang kampus dekat dengan cafetaria pusat, gerbang belakang kampus dan jalan raya. Lokasi dorm juga menjadi tempat strategis untuk membelanjakan uang karena banyak toko-toko makanan, pakaian, penyewaan studio musik, hingga toko perlengkapan alat musik dan seni yang paling terlengkap di Tokyo. Ada juga 2 bangunan yang dijadikan sebagai galeri lukisan dan patung milik 2 seniman asal korea yang kini tengah berkarier di Prancis. Konoha Art University benar-benar tidak main-main dalam pendidikan seni-nya, para tenaga pengajar adalah lulusan terbaik Universitas seni se-dunia. Setiap tahunnya, Universitas Konoha Art ini hanya memberikan kuota tak lebih dari 2.000 orang dan 150 orang dalam kelas Internasional yang ingin bergabung dalam almamater Konoha. Lulusan dari Konoha biasanya akan terjun dalam dunia entertainment, panggung teather Wina, seniman proffesional atau menjadi komposer musik kelas dunia atau lain sebagainya. Sungguh antara beruntung dan pintar jika seseorang bisa menjadi mahasiswa Konoha. Seperti Naruto dan Kiba yang menjadi salah dua orang yang beruntung dapat masuk Konoha Art University.
Seperti yang sudah dijelaskan tadi, Dorm Bombie Room adalah dorm yang besar. Ada 12 lantai dengan ratusan kamar di dalamnya. Saat ini, di tempat Naruto dan Kiba, mereka baru saja keluar dari lift di lantai lima Dorm tersebut. Lantai 5 lebih sepi bahkan nyaris tidak ada orang dibandingkan 4 lantai sebelumnya. Bisa dibilang, hanya mereka berdua saja di lantai lima ini. Naruto dan Kiba menahan nafas melihat deretan pintu kamar sepanjang lorong lantai lima yang berjejer di depannya. Dorm ini benar-benar luas dan besar. Mereka akhirnya menelusuri satu persatu nomor kamar.
"Naru, kamarku disini." Ujar Kiba yang berhenti di salah satu kamar. Naruto menoleh saat mendapati Kiba membuka pintu kamar. Ia lantas menyusul Kiba.
"Wah, ada tiga ranjang...jadi tiap kamar berisi 3 orang? Sugoi, kuharap teman sekamarku adalah orang yang menyenangkan dan baik." ujar Kiba. Naruto masih merasa takjub dengan kamar itu. Baru ia tahu jika satu kamar harus diisi oleh 3 orang. Jadi artinya Naruto pun akan memiliki 2 orang roommate.
"Kiba, aku akan mencari kamarku dulu ne. Jaa~" Naruto keluar kamar Kiba dengan bersemangat. Tak sabar melihat calon kamarnya.
Naruto membuka pintu. Kamarnya persis seperti milik Kiba. Ada tiga buah ranjang ukuran single, meja belajar di sampingnya, dan 3 almari ukuran sedang di depan masing-masing ranjang. Naruto lantas menubrukkan diri ke kasurnya, melempar tubuhnya disana dan terkesiap sejenak saat mendapati bahwa calon kasurnya lebih empuk dibanding yang ia pikirkan. Ah, senang rasanya. Naruto tak berlama-lama di kasur. Ia lantas berdiri dan memeriksa kamar mandi. Itu kamar mandi yang sudah termasuk mewah baginya, kamar mandi itu dilengkapi shower dan mengaturan air panas dan air dingin dan sebuah bathup. Ya ampun, ini termasuk mewah. Lalu dengan hati lebih riang Naruto berlari kecil menuju jendela. Membukanya dan melangkah menuju balkon kamar. Pemandangan jalan raya terpampang di depannya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Udara di sini pun tercium enak bagi hidung Naruto.
Ia membuang nafas dan berbalik. Baiklah ini saatnya membongkar isi kopernya. Langkahnya berhenti sejenak. Naruto baru sadar jika ada 2 koper lain di 2 ranjang kiri dan kanan ranjangnya. Ternyata roommate-nya sudah dulu datang kemari? Naruto mencari-cari kiranya dimana dua orang roommate–nya itu. Akan baik jika mereka bisa saling berkenalan dulu dan mengobrol sembari menata pakaian ke lemari. Naruto membuka pintu kamarnya, berharap ia menemukan orang yang menjadi teman sekamarnya itu namun baasana koridor lantai 5 ini masih sepi. Naruto menatap sebentar ke kamar Kiba. Kamar itu tertutup. Mungkin Kiba juga tengah merapikan barang bawaannya. Naruto lantas mengendikan bahu dan kembali menutup pintu.
.
:: Dormitory Bombie Room ::
.
Tiga hari kemudian Naruto benar-benar kembali. Ia melangkah dengan riang menuju kamar. Kiba sudah kembali dari kemarin. Setelah berkenalan dengan roommate-nya, Naruto akan menemui Kiba untuk berbagi pasta kacang yang dikirimkan neneknya minggu lalu dari Osaka.
Langkahnya riang keluar dari lift, Naruto membawa tas ransel yang berisi beberapa makanan dan snack ringan untuk nanti malam. Koridor lantai 5 Dorm Bombie Room lebih ramai, beberapa pemuda yang melewati dorm dengan santai, terkadang ada yang sambil bercanda dengan temannya, sambil membaca buku, atau membawa alat musik hendak menuju entah ke studio musik di Gedung Graham Bell atau menuju ke tempat lainnya. Naruto beberapa kali menebar senyuman, mengangguk ringan, dan menyapa 'hai' pada setiap orang yang ia lewati. Hatinya sedang senang sekarang.
Hampir sampai di kamar asramanya sendiri tiba-tiba Naruto merasa ada hal yang tidak enak di hatinya. Jika kamar yang lainnya terkesan ramai dan meriah, 3 kamar di sekitar kamar Naruto nyaris senyap. Apa roommatenya belum kembali?
Naruto mematung di depan pintu kamarnya. Wajahnya nyaris pucat hanya karena melihat tulisan di pintu kamarnya.
-GIMME YER ASSHOLE-
Siapa yang berani-beraninya menulisi kata-kata kotor semacam itu? Naruto menyentuh tulisan itu. Tangannya terasa dingin disana. Seingatnya, kamarnya bagitu rapi, suci, dan bersih. Tapi kenapa baru ditinggal 3 hari sudah ada yang menulisi hal kotor seperti ini.
BRUAGH...
DUG...BRUG...DUG..DUG...
BUAGH...BUAGH...
Naruto tercekat mendengar suara gaduh dalam kamarnya. Ada apa ini? seorang pencuri sedang dihakimi? Atau bencana alam sedang melanda kamarnya? Dengan ragu Naruto membuka handle pintu, dan betapa terkejutnya dia melihat dua orang laki-laki saling berkelahi, menghancurkan wajah satu sama lain dengan saling memberikan bogem. Perkelahian itu terlihat sengit.
"DASAR BANGSAT, SHIT, MATIII KAAAUUU!" Teriak seseorang yang berpakaian hitam-hitam. Tangannya mengepal di udara, meneriaki laki-laki lainnya yang tengah bernafas ngos-ngosan. suara teriakannya nyaris seperti raungan singa.
BUAGH...
Mata Naruto melotot. Ia masih berdiri mematung di depan pintu, tas ranselnya sudah terjatuh di lantai saking kagetnya.
"CUIH, KAU PUNK KAMPUNG, I WANNA DRAG YA TO HELL." Teriak laki-laki satunya, ia membalas tinjuan itu dengan keras hingga laki-laki berpakaian serba hitam itu memalingkan muka dengan bibir sobek mengeluarkan darah.
BUAGH..
BUAGH...BUAGH...BUAGH...
Saling meninju. Naruto merasa dejavu saat melihat mereka berdua, ini mengingatkannya tentang ajang gulat internasional yang sering diperlihatkan kakak sepupunya di tv. Tapi yang Naruto lihat ini adalah acara live, bukan acara tv. Mereka benar-benar saling menghancurkan.
"HENTIKAAAAN~ JANGAN BERKELAHI DI KAMARKUUUU..." Naruto akhirnya berlari menghampiri mereka. Menarik salah satu punggung lebar milik laki-laki dengan jaket kulit warna hitam.
Sangat sulit memisahkan dua orang laki-laki yang tubuhnya lebih besar dibanding dirinya. Dan lebih sulit lagi jika ini adalah pengalaman pertamanya. Naruto menatap mereka berdua dengan pandangan tajam. Nafasnya pendek-pendek menahan amarah. Siapa mereka? Beraninya berkelahi di kamarnya dan mengacaukan tempat yang seharusnya menjadi surga kebebasan masa lajangnya.
"Pendek, siapa kau?" tanya seorang laki-laki yang mengenakan kaos hitam. Wajahnya yang sangat tampan terlihat sangar dengan tindik dan piercing di telinga, hidungnya, alisnya dan bawah mulutnya.
Naruto menelan ludah karena tiba-tiba ia merasa gugup. Pandangan pemuda jangkung dengan tindik itu sungguh mengintimidasinya "A-aku Uzumaki Naruto, penghuni kamar 525 ini, kalian siapa?"
Seorang yang lainnya, yang lengannya sedang Naruto tahan di sampingnya, meliriknya. Ya ampun, Naruto merasa ciut melihat ekor mata itu menatapnya tajam, seakan-akan tatapan itu memiliki sinar laser yang bisa menembus kornea matanya dan terus masuk menuju otaknya, mengobrak-abrik isinya hingga Naruto kehilangan keberaniannya meski hanya seujung kuku. Pemuda dengan jaket warna hitam itu melirik tangannya yang masih berada di lengan milik pemuda itu. Lekas-lekas Naruto melepas pegangannya.
"Bagus, Tuhan pasti sangat membenciku dengan menempatkanku sekamar dengan di Culun ini dan dengan PUNK KAMPUNG SEPERTIMU." Ujar laki-laki itu.
"HEI BRENGSEK, KAU BAHKAN LEBIH KAMPUNGAN DENGAN GENK MOTORMU YANG SEPERTI GEROMBOLAN TUKANG OJEK, DASAR RENDAH." Pemuda bertindik itu maju, mengadu dadanya dengan dada pemuda di samping Naruto. Matanya menatap geram seperti singa yang hendak mengunyah mangsanya.
"MATI KAU, DOG." Umpatan laki-laki di samping Naruto.
Tangan kedua pemuda itu saling mencengkram. Astaga! Apa mereka tidak sadar jika wajah mereka sudah babak belur seperti itu? sebenarnya dimana mereka meletakkan otaknya sih?
"BERHENTI, .BERHENTIIIII~" teriak Naruto, habis sudah kesabarannya.
Dua pemuda yang saling mencengkram itu pun akhirnya berhenti oleh teriakan Naruto. Mereka menatap Naruto dengan meringis karena teriakan super mematikan Naruto nyaris menulikan indera pendengaran mereka. Laki-laki bertindik di depannya bahkan mengumpat dan memasukkan jari kelingkingnya ke telinga.
"KELUAR DARI KAMARKU!" teriak Naruto lagi. Dadanya terlihat naik turun karena emosi.
"HEI BITCH, BERHENTI BERTERIAK. LEBIH ENAK MENDENGARMU MENDESAH, CULUN." Umpat pemuda dengan jaket hitam
"KAU SIALAN, JANGAN BERTERIAK! GENDANG TELINGAKU NYARIS PECAH, IDIOT." Umpat pemuda bertindik pada pemuda berjaket hitam.
"KAU..."
"APA? KEMARILAH KAU DAN JILAT BOKONGKU, SEX GOAT."
"DAMN, HARI INI KEMATIANMU, PUNK KAMPUNG."
"BERHEEEEENTIIIIIIIIIIIII~" Naruto berteriak dengan suara seriosa yang panjang dan sumbang.
Ruangan tiba-tiba hening, dua pemuda di depannya menutup telinga mereka dan meringis. Rasanya dengan teriakan Naruto saja, Dorm seakan mau runtuh saja.
"HEI! Berhentilah berteriak." Ujar pemuda berjaket hitam.
"Pergilah. Jangan merusak di kamarku, dua roommate-ku akan segera datang." Ujar Naruto dengan kesal. Ia membenarkan letak kacamata tebalnya.
"Bicara apa kau? Kamarku disini. Jangan mengusirku seenak jidad. Pergilah sana Culun Idiot berkamacata kuda." Ujar pemuda bertindik.
Naruto meremas tangannya, merasa begitu terhina dengan ejekan itu.
"Ah, siapa tadi namamu? Uzumaki Naruto? aaa~ haruskan aku menambahinya menjadi Uzumaki Culun Naruto?" ujar pemuda dengan jaket hitam.
"Jangan seenaknya mengubah nama orang." Pekik Naruto tak terima.
"Dan jangan seenak jidadmu mengusirku. Ini kamarku. Kau tak lihat? Dasar rabun idiot." Umpat pemuda berjaket hitam. Ia melangkah menuju ranjang yang paling dekat dengan balkon kamar, menyambar sebuah kontak entah kontak motor atau mobil dan helm hitam dengan banyak stiker tengkorak. Lalu pergi dengan umpatan keras setelah membanting pintu kamar. Meninggalkan Naruto yang terpaku di tempat dan seorang pemuda lain yang mengumpat dan berjalan ke arah ranjang dekat tembok.
Naruto melirik pada pemuda bertindik yang tengah memejamkan mata sambil melipat kakinya di kasur lalu ia melirik ke kasur dekat jendela yang ia yakini menjadi milik pemuda berjaket hitam yang baru saja pergi. Naruto berjalan pelan ke arah kasurnya sendiri yang berada di tengah 2 kasur lainnya. Ia duduk disana, masih diam dan terpaku. Ya Tuhan, jadi mereka berdua ini adalah roommate-nya?
.
:: Dormitory Bombie Room ::
.
"Narutooooo~"
Seorang temannya dari kelas biola memanggilnya sambil melambaikan tangan. Naruto tahu pemuda itu dari Kiba, ia pemuda yang selalu menggalungkan headphone di lehernya dan membawa tas ranselnya di bahu kanannya. Pemuda bernama Himura Sai dari kelas C-1 yang mengambil mata kuliah yang sama dengannya di hari pertama mereka tengah berjalan ke arahnya. Sai terlihat seperti pemuda flamboyan yang mengacuhkan penampilan fisik. Rambutnya berantakan.
Sai merangkulkan lengannya di bahu Naruto. Kiba mengernyit di sampingnya dan Naruto menatap tak percaya pada pemuda yang baru satu jam lalu dikenalnya. Ya ampun, dia sok akrab sekali.
"Naruto. Kudengar kau dan Kiba berada di lantai 5. Astaga! Kalian tahu? Lantai 5 adalah lantai neraka. Kabar mengatakan jika lantai 5 dihuni oleh 2 raja berandal kampus dan kabar lainnya mengatakan bahwa mereka ditempatkan di satu kamar atas surat perintah langsung yang diturunkan rektor membuat lantai 5 kabarnya akan jadi neraka dunia. Ya ampun, apa jadinya jika 2 rival abadi itu ditempatkan dalam satu kamar" Sai menepuk-nepuk punggung Naruto sambil menggelengkan kepalanya.
Kiba diam, tak begitu menghiraukan perkataan Sai. Tapi di sisi lain Naruto mematung. Ini mengingatkannya pada 2 pemuda yang menjadi roommate-nya. Apa mereka orang yang dimaksud?
"Memangnya kenapa disebut brandalan? Mereka melakukan kriminalitas?" tanya Naruto setengah ketakutan. Diam-diam ia merasa punggungnya berkeringat.
"Kau bercanda? tentu saja, mereka bahkan sering menyapa jeruji penjara. Kau tahu, yang satu adalah ketua genk motor 'Skull Warrior' dan yang satu adalah ketua dari anak punk 'Bloody Hardcore' yang menguasai wilayah Tokyo. Mereka setan mengerikan. Aku merasa kasihan pada calon teman sekamarnya. Yah! Aku akan mengirimkan karangan bunga padanya sebagai simbol bela sungkawa. Kau dilantai 5 kan? Jadi tolong beritahu aku siapa orang merana yang sekamar dengar 2 setan itu." Ujar Sai sambil memegang dagu dan tertawa. Rasanya suara tawa Sai menelannya bulat-bulat.
"Kenapa tidak dikeluarkan dari kampus saja? Mereka meresahkan masyarakat." Ujar Naruto dengan suara mencicit.
"Tidak bisa. Si Ketua genk 'Skull Warrior' adalah putra tunggal pemilik kampus sedangkan ketua punk 'Bloody Hardcore' adalah putra tunggal donatur terbesar di kampus. Mereka jantung kampus. Membuang mereka artinya melenyapkan Konoha." Sai terlihat menghela nafas tapi tiba-tiba dia tertawa saat mendapati wajah Naruto memucat.
Ya Tuhan, sepertinya tidak ada harapan. Meski sedikit banyak Naruto masih berharap jika anak malang yang ditempatkan di kamar para setan itu bukanlah dia. Naruto menimbang-nimbang, mungkin dua orang roommate-nya kemarin hanya terlibat kesalapahaman yang menyebabkan mereka bertengkar. Dan mengenai tatanan pakaian mereka, mungkin itu hanya kebiasaan yang wajar.
.
:: Dormitory Bombie Room ::
.
Sai masih setia berjalan dengan Naruto dan Kiba meski pemuda itu telah memasang headphone miliknya. Mereka berjalan ke gedung fakultas musik klassik. Ketika Naruto membuka tas ranselnya dan mencari-cari sesuatu di dalamnya, Sai tiba-tiba memekik dan itu membuat telinga kanannya berdengung.
"Astaga! Itu si Ketua genk motor." Ujar Sai sambil melepas headphonenya dan menunjuk takut-takut pada gerombolan pemuda-pemuda yang tengah berkumpul di antara motor Harley Davidson mereka. Kumpulan orang itu terlihat sedang bercanda, pakaian mereka penuh lambang tengkorak dan nyaris di dominasi warna hitam. Terlihat sangar.
Naruto menelan ludahnya, dengan jelas ia melihat seseorang yang sangat familiar di depannya yang tengah duduk di atas motor harley miliknya sambil menyeringai dan memeluk pinggang seorang mahasiswa wanita dengan tubuh semok. Ia tidak akan lupa dengan wajah itu, pemuda dengan jaket hitam yang sama dengan yang Naruto temui di kamarnya. Pemuda yang dalam kenyataannya merupakan teman sekamarnya.
"Sai, yang mana yang ketuanya?" Naruto bertanya dengan suara yang kecil, nyaris seperti berbisik.
"Yang berada di atas motor, yang sedang menyeringai sambil memeluk pinggang kakak tingkat perempuan. Ya ampun, aku tak menyangka bisa melihatnya secepat ini." Ujar Sai. Naruto melirik temannya itu sedangkan Kiba menangil-manggil namanya mengingatkannya akan jam masuk kelas.
"Kau tidak salah orang kan?" tanya Naruto lagi. Suaranya masih berbisik.
"Demi Tuhan, itu memang dia si Ketua Genk 'Skull Warrior', Uchiha Sasuke. Dia salah satu pemuda mengerikan meski wajahnya seperti pangeran. Naruto, kau tahu, dia mendapatkan tittle 'The King of Race Track' dan tittle lain yang lebih mengerikan..."
"Apa?" kejar Naruto, dirinya ketakutan setengah mati. Kiba sudah pergi meninggalkan mereka berdua karena kesal. Tapi Naruto tidak bisa mengejar Kiba, ia diliputi rasa terkejut. Rasanya dirinya akan meledak seperti soda.
"Sex God...Aku akan berdoa untuk teman sekamarnya. Kudengar pemuda merana itu berasal dari tahun pertama." Ujar Sai.
BINGGO...
Matilah Naruto. Lenyap sudah harapannya untuk tidak menemui kenyataan bahwa ia akan menjadi teman sekamar 2 setan Konoha selama beberapa tahun ke depan.
"Astaga Naru! Dia menyeringai ke arah kita. Naru, ayo pergi. Dia mengerikan." Sai menarik lengannya. Naruto ikut saja, nyawanya seperti terbang ke Osaka. Merengek di kaki neneknya untuk nasipnya.
Sai sudah menariknya hingga ke kelas meski otak Naruto masih memutar bayangan Uchiha Sasuke yang menyeringai ke arahnya. Apa pemuda itu menyadari jika ia adalah teman sekamarnya? Ya ampun, dia lebih suka diacuhkan saja. Naruto memohon pada Tuhan agar ia dijadikan latar saja, jangan biarkan Sasuke atau teman kamarnya yang bertindik yang namanya belum Naruto ketahui itu menyadari keberadaannya. Lebih baik dianggap tak tampak oleh mereka. Oh, keindahan masa lajangnya dalam bahaya.
.
:: Dormitory Bombie Room ::
.
Di hari kamis seperti ini jam kuliahnya sangat padat. Naruto mengela nafas berkali-kali setelah keluar dari lift sendirian. Kiba tidak lagi merasa kesal karena ia acuhkan tapi sekarang pemuda itu masih berada di swalayan Konoha untuk membeli persediaan mie ramen. Naruto merasa tulang badannya mau copot satu-satu. Rasa lelahnya sangat-sangat melekat di dirinya jadi dia tidak ikut Kiba berbelanja. Naruto ingin cepat tidur.
Kepalanya sedikit pusing. Ia melirik jam. Astaga sudah pukul 9 malam ternyata. Tapi kenapa lorong lantai 5 sepi orang? Yang terdengar hanya suara musik yang samar-samar berdentum. Naruto menghela nafas, orang gila mana yang memutar musik malam-malam begini?
/YOU KNOW I MAKE YOU WANNA SCREAAAAAMMMM! YOU KNOW I MAKE YOU WANNA RUN FROM ME BABY BUT KNOW IT'S TOO LATE YOU'VE WASTED ALL YOUR TIME!/
Kamar 525. Di depan kamarnya, Naruto melolot. Mendapati kenyataan gila yang mengatakan padanya jika suara musik gila itu berasal dari kamarnya. Naruto membuka pintu kamarnya. Terkunci.
"Hei! Buka pintunya, aku mau masuk!" teriak Naruto.
Pintu itu masih tertutup, tak bergeming.
"Hei! buka!" teriaknya lagi.
Merasa kesal karena diabaikan. Naruto mulai menendang pintu dan berteriak lebih keras "ORANG GILA. SIAPAPUN YANG ADA DI DALAM, BUKA PINTUNYA TULIIII~"
BRAAAKK...BRAAKKKK...
"BUKA PINTUNYA!"
BRAAAKK...BRAAKKKK...
Dan pintu pun terbuka.
Hal pertama yang didapat Naruto saat pintu itu terbuka adalah sebuah umpatan dari pemuda bertindik yang menjadi salah satu teman sekamarnya. Wajahnya memandang kesal pada Naruto.
"CULUN, KAU BISA MEMINTANYA DENGAN BAIK-BAIK, KAU PIKIR AKU TULI? HAH?" Pemuda bertindik itu benar-benar tidak bisa mengecilkan suaranya.
Naruto memandang kesal pemuda itu. Tapi rasa lelahnya membuatnya hanya mendorong bahu pemuda itu dan masuk. Astaga! Apa-apaan ini? kamarnya jadi seperti kapal pecah. Banyak botol alkohol di sana sini. Grafitti di tembok kamar dengan tulisan-tulisan kotor seperti FUCK YA, WHORE, SLUTTY BABY, BITCH, dan lain-lain. Cucian celana dalam yang berkibar-kibar di jemuran balkon yang terbuka. Lantai dan ranjang yang penuh kulit kacang. Dan Hell, suara sound system sialan yang membahana. Membuat telinganya sakit dan berdengung.
"Tolong matikan sound systemnya." Ujar Naruto sambil membersihkan kulit kacang di atas ranjangnya. Ia langsung tepar di kasur.
Tidak ada tanggapan.
"Hei! Matikan sound system sialan itu. Kau membuat kepalaku mau pecah."
Masih tidak ada tanggapan.
Naruto malah mendapati pemuda bertindik itu menghentak-hentakkan badannya, tenggelam dalam musik Hardcore gila dari sound system tersebut. Tangan kanannya memegang botol alkohol. Kepalanya mengangguk-angguk ia memejamkan mata sambil menyeringai.
Naruto bangkit dari tempat tidurnya. Melangkah menuju sound system sialan itu dan mematikannya. Ia menatap tajam ke arah pemuda bertindik.
"BRENGSEK, NYALAKAN KUBILANG. KAU MENGANGGU CULUN."
"KAU YANG MENGANGGUKU, SOUND SYSTEM SAMPAH INI MAU MELEDAKKAN KEPALAKU."
"LEDAKKAN SAJA KEPALAMU DI LUAR. AKU TIDAK MAU OTAK PENUH ILMU PENGETAHUANMU ITU TERCECER DI LANTAI KAMAR."
"ITU LEBIH BAIK DARIPADA TIDAK PUNYA OTAK SEPERTIMU."
"DAMN CULUN SIALAN." Pemuda itu berjalan ke arahnya dengan wajah mengerikan. Mendesaknya hingga dinding. Naruto menciut, ketakutannya tumbuh pelan-pelan.
"Culun, beraninya kau menentang ku. Menentang Sabaku Gaara. Kau tidak tahu siapa aku, HAH?" Pemuda yang akhirnya ia tahu namanya yakni Sabaku Gaara itu memepetnya hingga terjepit di tembok. Naruto menatap waspada.
Brakk...
Dua tangan Gaara mengunci pergerakan tangannya. Mengurungnya di dinding. Gaara berbisik di telinganya lalu menjilatnya. Membuat Naruto kegelian dan nyaris berteriak frustasi.
"Jika kau tidak terima, maka enyahlah. Atau kau lebih memilih kuperkosa sampai pagi, hah? Mood ku sedang tidak baik saat ini." bisik Gaara di telinganya.
Naruto melotot mendengarnya. Apa? Sabaku Gaara sinting ini bilang apa?
Keterlaluan.
"Kau pilih mana? Tinggal dan tenang atau tetap memberontak dan berakhir di ranjangku?" Gaara menekan Naruto. Menatapnya tajam, bibirnya nyaris menyentuh bibir Naruto tapi refleks dihadang oleh tangan Naruto. Tidak akan ia biarkan ciuman pertamanya direngut pemuda punk gila di depannya ini.
Naruto mengangguk pelan "Aku akan diam." Ujarnya dengan suara mencicit.
Gaara menyeringai. Merasa menang. Ia melepaskan Naruto dan mundur. Naruto menghela nafas. Ia berjalan menuju ranjangnya kembali.
/SCREEEEAAAAMMMMMMM! SCREEEAAAAAAAAMMMM! SCREEEEAAAAAMMMM THE WAY YOU WOULD IF I RAVANGED YOUR BOOOODDDYYYYYY! SCREEEAAAAMMM! SCREEEEAAAAAMMMMM!/
Sound system kembali di nyalakan Gaara. Naruto melengkungkan badannya seperti kepompong. Menyembunyikan kepalanya di bawah bantal. Suara sound system gila itu benar-benar menyeruak dan membuat kepalanya sakit.
"Nenek, tolong aku. Selamatkan aku dari tempat gila ini." ujar Naruto.
/ SCREEEEAAAAMMMMMMM! SCREEEAAAAAAAAMMMM!/
"Ya Tuhan, telingaku sakit." Gumamnya lagi sambil menekan bantal di atas kepalanya.
/SCREEEEAAAAMMMMMMM! SCREEEAAAAAAAAMMMM!/
Naruto memandang Gaara yang sedang menikmati musik hardcore dengan menegak kaleng birnya dengan mata berkaca-kaca. Salah apa dia sampai harus sekamar dengan pemuda biadab ini?
/SCREEEEAAAAMMMMMMM! SCREEEAAAAAAAAMMMM!/
.
.
.
Jam menunjukkan pukul 3 pagi saat suasana kamarnya jadi tenang dan hening. Gaara gila itu benar-benar berpesta sound system sampai pukul 3 dini hari. Kepala Naruto kini rasanya benar-benar pusing, pening, dan seperti mau meledak saja. Badannya lelah ingin tidur, tapi suara musik hardcore yang di-stel dengan volume kencang memaksanya tetap terjaga dalam siksaan.
Naruto duduk di kasur. Memandang Sabaku Gaara yang tertidur di lantai di samping botol-botol kosong dan kaleng-kaleng bir miliknya. Mata merah Naruto yang menahan kantuk menatap ke samping kiri. Ke tempat tidur teman sekamar lainnya yang diketahui bernama Uchiha Sasuke masih tetap kosong dari semalam. Pemuda yang menurut Sai adalah ketua genk motor 'Skull Warrior' itu sepertinya tidak akan pulang malam ini.
Brukk...
Suasana kamarnya remang-remang. Untungnya si Gaara gila itu sempat menutup pintu balkon jadi angin malam yang kejam tidak akan membuatnya masuk angin. Naruto menatap jam bekernnya lagi. Pukul 03.15. Rasa kantuknya benar-benar minta ampun menerjangnya. Naruto pun memutuskan untuk tidur. Mengabaikan fakta lain bahwa jam kuliahnya besok dimulai pukul 07.00 pagi. Masih ada sekitar 4 jam untuk tidur sejenak. Semoga ia kuat menghadapi harinya esok.
.
:: Dormitory Bombie Room ::
.
Suara gaduh membangunkannya. Naruto terkesiap saat seseorang menabrak badannya. Matanya terbuka dengan terpaksa. Ia menyibakkan selimut yang menutupi seluruh badannya lalu lekas mengambil kacamatanya dan memakainnya. Sekarang jelaslah di depan matanya bahwa sumber gaduh itu berasal dari 2 orang teman sekamarnya yang lagi-lagi berkelahi dan saling melempar umpatan sadis.
"PUNK KAMPUNG. BERANINYA KAU RUSAK KAMARKU DENGAN CORETAN GRAFFITI MURAHANMU ITU."
"MATA SIPIT, KAU TAK LIHAT ITU KARYA SENI?"
"KARYA SENI JIDADMU, DASAR RENDAHAN. MEMBUAT MATAKU IRITASI."
"MAKA PERGILAH DENGAN GEROMBOLAN OJEK MU ITU, BRENGSEK. KAU JAHANAM."
"MULUT BUSUKMU ITU INGIN KUROBEK SAJA. DASAR PUNK NORAK."
BUAGH...BUAGH...BUAGHHH...
DUAGH...DUAGH...BUAGHH..
Naruto bangkit dari tidur. Pagi-pagi begini ia harus memisahkan dua kerbau gila yang sedang berkelahi.
"Kalian kumohon hentikan, ini masih pagi." Naruto menarik lengan Gaara. Menahan sekuat tenaga pemuda berkekuatan badak itu.
Gaara dan Sasuke masih melempar umpatan mereka. Hingga umpatan Sasuke yang terakhir membuat kemarahan Gaara memuncak dan kembali menghajar Sasuke. Mereka berkelahi lagi, saling menonjok meski bekas lebam di wajah mereka akibat perkelahian terakhir belum hilang.
Naruto menarik lengan Sasuke, menahan lengan itu yang hendak kembali melempar tinjuan pada Gaara. Namun tanpa peringatan, Sasuke menepis lengannya yang dipegang Naruto, pemuda itu mendorong Naruto ke lantai dengan keras. Gaara menoleh, mendapati pekikan sakit dari Naruto.
Dorongan itu membuat kaca matanya terpental dan pecah. Naruto meringis karena pinggulnya sakit. Sedangkan 2 pemuda gila yang berkelahi tadi tiba-tiba bungkam.
"Kau bermetamorfosis?" tanya Gaara.
"Siapa kau?" tanya Sasuke.
"Aduh, pinggulku sakit. Dasar barbar. Hiks..hiks..nenek~"
Sasuke dan Gaara berjongkok di masing-masing sisi Naruto. Memandang wajah si Culun yang tiba-tiba berubah menjadi semanis ini tanpa kacamata idiotnya. Sasuke menyibakkan poni Naruto sedangkan Gaara mendongakan dagu Naruto. Dan kini terpampanglah wajah super manis milik Uzumaki Naruto yang sebenarnya.
"Ya ampun. Kau punya wajah semanis ini culun." Ujar Gaara terkesiap.
"Tidurlah denganku malam ini." ujar Sasuke menggoda.
Naruto terpaku. Melihat perubahan ekspresi 2 orang roommate-nya yang mendadak menjadi mesum. Kenapa mereka?
"Hei! Jangan berisik pagi-pagi. Kalian kira kamar ini ajang gulat kelas kacang? Seseorang yang normal yang tak lain adalah aku, butuh ketenangan. Aish...menyingkirlah, aku harus segera kuliah." Ujar Naruto. Ia kesal setengah mati. Rasanya seperti dikerubungi lalat saat Sasuke dan Gaara menyentuhnya sok simpati.
"Astaga! Kepalaku pening sekali, mau pecah saja rasanya." Gerutu Naruto sebelum masuk ke kamar mandi dan membanting pintunya keras.
Pintu kamar mandi tertutup. Naruto segera bersih-bersih karena jam kuliahnya dimulai pukul 7 pagi hari ini. Sedangkan Gaara dan Sasuke masih terpaku ditempat. Menatap tidak percaya pada perubahan wajah Naruto. Sasuke menyeringai, sedangkan Gaara mengusap-usap bibir bawahnya.
'Setidaknya ada mainan baru di asrama sampah ini.' gumam Gaara.
'Bagaimana rasanya menyentuh seorang laki-laki culun sepertinya? Aku sangat ingin tahu.' Gumam Sasuke.
.
:: Dormitory Bombie Room ::
.
Sepanjang hari ini Naruto kehilangan semua konsentrasinya pada mata kuliahnya. Rasa kantuk yang serasa memborbardir ditambah kepalanya yang terasa berputar-putar seperti kincir angin sungguh membuatnya nyaris kehilangan kesadaran. Gaara benar-benar berhasil membuat kepalanya mau pecah dengan pesta sound systemnya. Dan Sasuke berhasil membuat paginya berantakan dengan teriakannya. Kenapa dua setan itu harus merasuki hidupnya? Ah, rasanya masa lajangnya benar-benar diselimuti awan hitam.
"Naru, kau tak apa? Wajahmu pucat." Tanya Kiba. Suara khawatirnya bisa Naruto dengar dengan jelas.
Naruto menggeleng.
"Aku ngantuk sekali. Ba, aku akan membolos untuk jam sore nanti. Aku nggak kuat." Ujar Naruto sambil meremas rambutnya frustasi.
"Haruskah aku mengantarmu?" tanya Kiba.
Naruto menggeleng.
"Tidak perlu, lanjutan saja kuliahmu. Aku akan pulang sekarang. Jaa ne~" ujar Naruto.
Rasanya berjalan kaki dari gedung kuliahnya di dekat gerbang utama kampus menuju Dorm Bombie Room seperti perjalanan melintasi padang pasir sahara. Ini bukan soal panas matahari yang mendidihkan otak, tapi ini soal betapa gersangnya pikiran Naruto sekarang. Kata 'kasur' seperti Oase yang memenuhi otaknya. Menyediakan sisa kesadarannya untuk terus berjalan menuju asrama.
Brumm...brumm...
Ckiet...
"Yoo~ manis. Kau mau kemana seksi?"
Dengan malas Naruto menatap ke trotoar jalan. Melihat sebuah sepeda motor besar disana yang di atasnya duduklah seorang Uchiha Sasuke dengan seringaian miliknya. Naruto memutar matanya, menghembuskan nafas dengan kesal. Naruto berjalan lagi dalam gerakan seperti zombie. Matanya tinggal 5 watt, ia harus segera menuju kasur.
"Hei! Yang disana, kau tak mendengarku? Kau mengacuhkan Uchiha Sasuke? Yang benar saja." Sasuke turun dari motor harleynya. Menarik tangan Naruto dan membuat tubuh kecil itu sekonyong-konyong berbalik.
"Haloo~ ada jiwa dalam raga ini?" tanya Sasuke sambil melambaikan tangannya di depan wajah Naruto.
"Aku ngantuk." Ujar Naruto.
"Wow, waktunya tepat sekali. Aku juga sedang ingin tidur denganmu." Sasuke menarik tangan Naruto. Memaksanya menaiki motor yang hendak membawanya ke hotel. Tangan nakal Sasuke dengan sengaja memegang bokong Naruto dan meremasnya.
Plak...
Sebuah tamparan mendarat di pipi Sasuke. Keadaan terasa hening tiba-tiba, rasanya pun seperti ada gulungan rumput kering yang yang tertiup angin sebagai latar suasana hening itu, seperti Texas. Sasuke menyentuh pipi bekas tamparan Naruto. Ia melihat tak percaya pada pemuda manis yang dengan mata sapphire lebar kemerahannya tengah mendelik ke arahnya.
"…fak..." gumam Sasuke.
Naruto buru-buru membekap wajahnya. Menggeleng-geleng pelan. Ya Tuhan, nyali dari mana tiba-tiba ia bisa menampar Uchiha Sasuke. Tapi secepat angin bertiup di sekitar mereka. Naruto lantas mendorong bahu Sasuke lalu lari terbirit-birit. Di sisi lain, Sasuke masih diam di tempat, memegang pipinya. Seumur hidup, baru kali ini dia ditampar seseorang. Orang tuanya bahkan tak pernah memukulnya barang satu kali pun. Tapi pemuda culun itu menamparnya? Sasuke menggeram. Lihat saja, pembalasan Uchiha Sasuke segera datang Uzumaki Culun Naruto.
.
:: Dormitory Bombie Room ::
.
"Haah..haah...haah...si-si Gerandong itu ti-tidak me-meng-mengejarkhuu..hah..hah..kan?" ujar Naruto sambil menatap ke belakang. Takut-takut jika Sasuke mengejarnya dan membunuhnya di tempat.
Dengan badan lemas Naruto kembali melangkahkahn kaki menuju Dorm. Berjalan menuju lift. Membuka kamar, tersenyum sejenak karena kamarnya kosong. Tidak ada si-Gila-Gaara dan si-Gerandong-Sasuke. Hanya ada kasurnya di depan tatapan lurusnya.
'Kasur, oh kasur. Betapa kurindu setiap lekuk tubuh kakumu itu. I do love you, my honey.'
Bruukkk...
"Haaaahhh..."
Naruto berbaring telentang di atas kasurnya sambil memejamkan mata. Merasa begitu nikmat dan nyamannya kasur empuknya itu. Tangannya mengusap-usap seprei di bawahnya. Ayo tidur Naruto, pikirkan hidupmu nanti saja. Yang penting tidur dulu. Ini saatnya melepas letih sebelum 2 setan gila itu datang dan mengacau.
Dan Naruto pun terlelap.
.
:: Dormitory Bombie Room ::
.
/I LOVE YOUR BODY NOT SO MUCH I LOVE YOUR MIND! INFACT YOU'RE BORING, PRETEND NOT BEING OF MY KIND! YOU KEEP ON TALKING OF SOME GIRL I DON'T KNOW! WHEN WILL YOU SHUT UP AND WHEN WILL WE GO!/
"Ngggh..." suara erangan kecil lepas dari bibir Naruto
Sesuatu yang berat rasanya menimpa tubuhnya. Entah apa itu, tidurnya rasanya terganggu oleh berat badan yang menimpa tubuhnya. Kebun binatang mana yang kehilangan seekor badaknya? Hah? Kebun binatang mana? Kenapa rasanya ada seekor badak yang menimpa tubuhnya sekarang?
"Ngggh...nggaah..nnn..." Naruto menggeliat di antara tidurnya.
/SHUT UP! AND SLEEP WITH ME! COME ON WHY DON'T YOU SEEP WITH ME! SHUT UP! AND SLEEP WITH ME! COME ON UH HUH AND SLEEP WITH ME!/
Ia bisa mendengar suara berisik yang terdengar berdentum-dentum entah dari mana dan juga sensasi basah di dagunya. Naruto membuka matanya, mengerjap-erjapkan matanya. Mematung melihat plafon kamar, mengumpulkan nyawanya setelahnya Naruto melirik ke atas badannya. Ya ampun, ini bukan badak. Ini manusia jadi-jadian.
"Ya! Menyinggkir dari atas tubuhku. Berat~" Naruto berusaha mendorong tubuh itu.
"Tenanglah." Naruto membeku. Memutar otak dan mengingat-ingat suara familiar yang berujar di tengkuknya.
Ia memperhatikan manusia yang menindih badannya itu. Pakaian hitam, rantai di celana, gelang besi, anting dan piercing? Tidak salah lagi...ini Gaara si Gila.
"Menyingkir dari tubuhku senpai. Berat."
Gaara menegakkan tubuhnya. Menatap mata sapphire Naruto dalam. Lalu ia merunduk dan menjilati rahang Naruto. Mencekal tangan Naruto dan mengunci semua pergerakan laki-laki cantik itu. Naruto panik, meronta dalam ketidak berdayaan. Pemuda gila ini tidak akan melakukan yang tidak-tidak kan? Yang benar saja. Belum ada seminggu di Asrama ini, masak Naruto harus kehilangan keperawanannya karena pemuda punk nggak jelas ini.
"Berhenti memberontak...Shut up and sleep with me." Bisik Gaara di telinganya. Lalu Gaara menjilatnya lagi di rahang, dagu, dan leher, tengkuk, dan bahunya. Geli rasanya.
"Se-senpai...ngghh..ah...ber—henti..onegai.."
/SHUT UP! SHUT UP! SHUT UP! SHUT UP! SHUT UP! SHUT UP! SHUT UP! SHUT UP...UP..UP..UP! SHUT UP!/
Suara sound system masih membahana. Mengisi otak Naruto diantara jilatan Gaara. Ia masih meronta sambil mengerang. Meringis dalam hati, berharap seseorang datang dan menyelamatkannya dari Gaara.
BUAGH...
BRAAKK...
"Ah, shit, damn." Naruto tidak tahu apa yang terjadi tapi tiba-tiba tubuh Gaara menyingkir dari atas tubuhnya. Jatuh ke lantai dengan tidak elite-nya setelahnya umpatan pemuda punk itu terdengar kesakitan.
"Kau harus tahu bagaimana memperlakukan si Virgin ini STUPID. Atau setidaknya lakukanlah di tempat lain jika kau mau, Aish...mataku benar-benar mau iritasi saja, dasar kampungan."
Naruto menoleh ke kanan. Melihat Uchiha Sasuke yang melipat tangannya sambil memandang sinis ke arah Gaara. Naruto tahu sekarang apa yang terjadi. Sasuke baru saja menendang Gaara hingga pemuda punk itu terjatuh di lantai. Naruto yang tidak ingin menyia-nyiakan waktu segera bangkit. Menatap Sasuke yang malah meliriknya tajam. Naruto meringis sambil mengigit bibirnya. Pasti si Gerandong itu masih marah karena tamparannya tadi. Tapi di bawah semua itu, Naruto sangat berterima kasih atas pertolongan Sasuke.
"Dasar sialan, Argk, bokongku...sial, sakit sekali." Gaara berdiri dengan sedikit kesulitan. Naruto meringis melihat Gaara yang terlihat kesakitan. Pemuda bertindik itu mengumpat berkali-kali lalu keluar kamar dengan membanting pintunya keras.
Dan akhirnya di kamar itu tinggalah Naruto berdua saja dengan Sasuke. Naruto meremas ujung pakaiannya dan merasa gugup. Menimbulkan gigilan kecil di tubuhnya. Bagi Naruto ini seperti lepas dari mulut si Gila masuk ke mulut si Gerandong.
Tapi dugaan Naruto kiranya salah. Sasuke hanya memandangnya sambil lalu lantas menuju lemari kecilnya, mengambil handuk dan pakaian ganti lalu berjalan ke kamar mandi. Menutupnya setengah membanting pintu.
.
:: Dormitory Bombie Room ::
.
Mungkin Gaara sedang pergi kuliah atau entah melakukan hal lain atau mungkin terdampar di suatu tempat di dunia ini karena sejak dia pergi hingga sekarang pukul 8 malam, Gaara masih belum kembali. Naruto baru saja keluar dari dalam kamar mandi dan mendapati balkon kamar terbuka. Ia melihat Sasuke duduk disana, mengelap helm hitam penuh stikernya sambil bersiul. Naruto mengelap rambutnya yang baru saja di shampo. Ia duduk di kasur menghadap ke kasur Gaara, membelakangi kasur Sasuke dan balkon meski demikian ia sesekali menatap ke arah Sasuke. Menebak-nebak pikiran pria itu. Sejak kejadian tadi sore dimana Gaara sinting itu hendak me-rapenya. Sasuke tidak berbicara padanya, pria itu masuk ke kamar mandi setelahnya mengambil bir di kulkas kecil samping ranjangnya.
Naruto diam-diam menghela nafas, ingin rasanya dia menyapa, mengobrol dengannya, tenggelam dalam topik pembicaraan entah apa itu. Tapi Naruto merasa gamang.
"Kemarilah jika kau mau dari pada mencuri-curi pandang ke arahku. Jujur saja itu sangat mengangganggu." Ujar Sasuke.
Tubuhnya tersentak kecil saat Sasuke mengucapkan pernyataan frontal itu. Rasanya seperti pencuri yang ketahuan basah sedang mencuri. Sedikit gusar Naruto mendekat ke arah Sasuke. Takut-takut duduk di samping pemuda itu dengan jarak cukup jauh. Ia memandang Sasuke, melihat pemuda itu meletakkan helm-nya dan menegak sebotol bir lalu mendesah.
"Seumur hidupku aku belum pernah ditampar. Kau yang pertama, selamat." Ujar Sasuke setengah menyindir.
Naruto mengernyit, tuh kan benar. Sasuke masih menyimpan dendam tentang tamparan tadi siang yang dilakukannya tadi. Harus apa dia sekarang?
"Go-gomen, aku hanya refleks." Ujar Naruto dengan suara kecilnya.
Sasuke meliriknya lalu mendengus tak suka, pandangannya sinis.
"Sudah tak memakai kacamata lagi?" tanyanya pada Naruto. Sasuke menengadah menatap gelapnya malam.
"Sudah jelas kacamataku pecah. Aku akan ke optik besok."
"Jangan, tak perlu. Aku benar-benar mau muntah melihat wajah culunmu dengan kacamata idiot itu. Sampah." Ujar Sasuke. Naruto belum terbiasa dengan kata-kata kotor teman sekamarnya.
Mungkin cepat atau lambat Naruto harus membiasakan diri mendengar semua umpatan baik dari Sasuke dan Gaara. Mereka sebenarnya mahasiswa semester 7 atau 8, seharusnya sudah menyiapkan skripsi dan lulus. Tapi Sasuke dan Gaara tak terlihat sedang memikirkan itu dari wajah mereka.
"Kau masih virgin kan?"
Naruto tiba-tiba melotot karena pertanyaan itu. Ia memandang Sasuke, menggeram kesal. Tapi Sasuke melihatnya sebentar lalu tertawa.
"Ya..ya..ya. Wajahmu sudah mengatakan jawabannya...Tetaplah virgin."
"Hah?"
Gerakannya pelan, nyaris slow motion. Sasuke berbalik menghadap ke arah Naruto. mendekatkan wajahnya ke wajah Naruto. Dekat...dekat...semakin dekat. Hidung mereka saling bersentuhan.
"Tetaplah virgin karena hanya aku yang boleh merebutnya darimu."
Sasuke begitu dekat dengannya. Nafas pemuda itu menerpa wajah Naruto, membuatnya membeku dan berwajah merah.
"Kau cantik. Biarkan aku merengkuhmu malam ini."
Naruto memejamkan mata. Kehilangan akal sehat dan kekuatan untuk mengelak. Sasuke memenjarakannya meskipun tangan laki-laki itu sama sekali tidak mencekalnya untuk memberontak.
"Your're mine." Bisik Sasuke. Bibirnya mendekat, nyaris menyentuh bibir Naruto.
Sreeet...
Cup...
Naruto terbelalak.
"Heh, kau suka itu? Paman mesum? Cium terus pantat ayam idiot." Suara seseorang tiba-tiba menyeruak di keheningan. Itu suara Gaara yang tengah memandang sinis ke arah Sasuke.
Mendengar suara rivalnya, Gaara. Sasuke lantas membuka mata dan betapa kagetnya ia bahwa bukan Naruto yang diciumnya, melainkan...telapak kaki Gaara. Sasuke bisa melihat Naruto yang melihatnya sambil melotot. Kerah baju laki-laki cantik itu tengah dipegang Gaara. Terlihat seperti baru saja ditarik. Sasuke lantas menyingkirkan kaki Gaara.
"SIALAN, KAU LETAKKAN DIMANA KAKI BUSUKMU ITU, NORAK!" amarah Sasuke meledak.
"TEPAT DI MULUT BUSUKMU ITU TENTUNYA. SEX GOAT AMATIR." Ujar Gaara sambil terkekeh mencemooh.
'Oh tidak, mereka akan berkelahi lagi.' Batin Naruto cekat-cekot. Tidak bisakah sehari saja tanpa kepalan tinju yang saling melayang ke wajah?
Naruto cepat-cepat berdiri. Memposisikan badannya yang kecil di antara tubuh Sasuke dan Gaara yang terlihat menjulang tinggi. Astaga! Dia bahkan tak lebih tinggi dari bahu ke 2 orang ini.
"Hentikan, jangan bertengkar lagi. Kalian membuatku hampir gila." Ujar Naruto. tangannya masing-masing menahan dada bidang Sasuke dan Gaara.
Baik Gaara dan Sasuke melirik kepada Naruto. Secara bersamaan mereka memegang tangan milik Naruto.
Gaara melirik tak suka pada tangan kiri Naruto yang digenggam oleh Sasuke. Begitu pun dengan Sasuke yang tak suka melihat pemuda punk di depannya menggenggam tangan kanan calon mangsanya itu.
"Pemuda ini milikku, Uchiha."
"Tidak, tidak bahkan dalam mimpimu sekalipun. Dia MILIKKU."
"Hentikaaan! aku bukan milik siapapun." Teriak Naruto.
Sasuke dan Gaara malah menyeringai.
"Ya, Kupikir aku punya ide bagus punk kampung." Sasuke menyeringai.
"Sepertinya aku juga begitu, BRENGSEK."
Sasuke dan Gaara menatap Naruto.
"Siapa yang bisa memiliki Naruto lebih dulu adalah pemenang." Ujar Sasuke sambil mengangkat dagu seolah-olah sedang menunjuk dirinya sendiri.
"Dan sisanya adalah pecundang." Ujar Gaara sambil menatap Sasuke saat ia mengucapkan kata 'pecundang'.
Naruto terbelalak. Oh tidak, apa maksud 2 setan gila ini? batinnya miris.
"DEAL." Ujar dua laki-laki sinting itu. Naruto merasa semua perkataan Gaara dan Sasuke berputar terlalu cepat dikepalanya, ah tiba-tiba Naruto merasa pusing.
"Minggatlah dari Jepang jika kau kalah dalam taruhan ini. Uchiha -rendah- Sasuke."
"Dan jilat kakiku 500 kali jika kau kalah Sabaku -norak- Gaara."
Dan dari sanalah dimulai sebuah kompetisi mematikan yang terpaksa melibatkan Naruto sebagai piala tertinggi yang akan diperebutkan 2 setan Konoha Art University. Ini bukan hanya pertarungan antara Uchiha Sasuke melawan Sabaku Gaara atau pertarungan antara Skull Warrior melawan Bloody Hardcore. Ini lebih pada pertarungan final mempertahankan kekuasaan dan harga diri. Serta memperebutkan hadiah terbaik sepanjang masa. Uzumaki Naruto.
Pertarungan pun dimulai...
The Almighty King of Konoha...siapakah yang berhasil mendapatkan gelar tersebut?
Reader sekalian, dimanakah kalian akan meletakkan dukungan kalian? Pada Uchiha Sasuke kah? Atau pada Sabaku Gaara?
.
.
.
-tbc-
Hollaa Minna-san~
Ini adalah collaborate project remake dari fic milik Maru Glendive Diamond, kolaborasi ini tentunya Ivy buat dengan partner in crime Ivy tercinta yakni Maru Glendive Diamond selaku pemilik fic itu sendiri yang dulunya pernah mempost fic ini sebelumnya di fandom tetangga dengan judul "Dorm Boom Room" tapi dia terpaksa berhenti dan malah ngehapus semua fic badai dia karena kuliah ke Jerman dan kemarin via skype ngobrol2 cantik dan dia kasih fic itu ke aku buat baca dan gila aku ngakak banget. Dan akhirnya ide buat lanjutin fic ini versi Sasunaru terbitlah. So danke sehr buatmu Maru yang udah kasih ijin buat nerbitin nih fic gokil lewat akunku :****
Yah semoga kalian suka ya karena aku sendiri ngerasa fic ini segar banget idenya, nggak mainstream. Pokoknya Maru emang kecelah~
See ya in the next chap
-With love Ivyluppin & Maru Glendive Diamond-