Janji kelingking atas kesetiaan dengan seseorang yang ternyata adalah kembaranmu, menyakitkan bukan?
.
Thanks kepada; HimeLo, engel beitrage, Virgo Shaka Mia, hqhqhq, Vin'DieseL D'.Newgates.
Review kalian adalah semangatku.
.
"Hi-Hinata-Chan."
"Bukan." Seperti mendesis Sakura sedikit mendengar apa ucapan Hinata namun kini matanya sukses membelalak saat melihat Hinata yang mengacungkan gunting ditangan kirinya itu kearahnya.
" He-henti-"
"Aku bukan anak haram!" teriak Hinata sambil berlari mendekati Sakura dihunuskan ujung gunting runcing itu kearah Sakura, iris emerald Sakura sukses membelalak dengan dahi yang berkeringat gadis itu menutup kedua matanya sambil berteriak
"Kyaaaaaa!"
.
PROMISE by Niko Watanabe
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Pairing: Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Rate: T
.
''Dia bukan anak haram kau tahu!? Dia anakku!'' teriak Hikari dengan lantang, matanya menatap tajam pada penduduk yang sedang berkumpul dirumahnya. Dengan satu tujuan yakni melenyapkan Hinata Hyuuga. Namun semua warga mendecih mendengar umpatan dari wanita yang berstatus janda dari Hiashi Hyuuga itu.
''Ia, dia memang anakmu yg dilahirkan dari si wanita kyuubi. Uzumaki Kushina bukan? Dengan kata lain suamimu telah menidurinya! Berfikirlah lebih realistis! Kau menggelikan Hikari'' ujar hizashi tenang. Wajahnya datar, seperti kesunyian malam itu. Hikari menatap nanar pada kakak iparnya itu. Pandangannya beralih pada beberapa warga desa yang menampilkan satu raut wajah. Benci. Dan Hikari muak akan itu semua.
Hikari menutup rapat2 telinga anaknya, ekor matanya menatap gemetar pada tangan mungil yang mencengkeram erat kimononya. Hinata sangat ketakutan, gadis kecil berusia 5 tahun itu dapat merasakan betapa kehadirannya hanya menjadi aib bagi keluarga sang ibu.
Hiashi, suami dari Hikari telah meninggal bersama dengan kedua orangtua kandung Hinata. Hikari merasakan sakit yang teramat dalam dihatinya. Namun, bukan waktunya untuk mencerca ketidaksetiaan Hiashi padanya. Sekarang bocah ini membutuhkannya. Lihatlah, dia memiliki mata seorang hyuuga. Benar-benar asli.
Keluarga uzumaki tidak menginginkan Hinata, Uzumaki Karin. Seorang yang mengadobsi Naruto menolak mentah-mentah gadis kecil yang sedang gemetaran dibelakangnya. Ekor mata Hikari menatap tajam beberapa warga desa yg menindasnya.
''apa sebenarnya mau kalian? Kenapa hanya hinata yang kalian ganggu? Bagaimana dengan kembarannya!?'' teriak Hikari, pedih sangat dirasakannya. Genggaman tangan mungil hinata semakin dalam, bahkan terdengar suara isakan kecil, hinata mengeratkan pegangannya pada orang yang ia ketahui sebagai ibunya. Hati Hikari semakin teriris. Dari lubuk hatinya yang terdalam. Hikari mengutuk semua klan Hyuuga.
''Naruto itu seorang Namikaze. Tidakkah kau lihat!? Berbeda dengan DIA!'' jari telunjuk itu menunjuk tepat diantara kedua bola mata Hinata yang bergetar, menangis. Gadis itu menangis dengan histeris. Muak! Hikari merasa muak dengan semua bajingan-bajingan itu.
''Pergi! Pergi dari rumahku, bajingan!''
.
.
Deg
Hinata membelalakan matanya tangannya berhenti melayang diudara. Peluh mengalir dipelipisnya yang pucat, Dihadapannya sakura terlihat sangat jauh dari kata baik. Dia terlihat-kacau, peluh dan air mata membanjiri wajahnya. Hinata segera melempar gunting itu dan berteriak seraya menjambak2-jambak rambut indigonya berharap rasa sakit yang menderanya hilang dan tak muncul lagi.
''Aarrgghh! Sakiittt!''
sakura terhenyak. Hinata semakin kacau, ingin rasanya memeluk gadis itu, namun ketakutannya pada Hinata semakin besar, kakinya pun gemetar dan hinata semakin menjerit, Sakura panik ekor matanya bergetar berharap siapapun itu mendekat.
''Hina-astaga! Apa yang terjadi?'' Sakura menoleh pada sosok Naruto yg muncul diruangan itu. Matanya menatap nanar. Naruto melihat sekeliling. Keadaan Sakura yang berantakan dan juga Hinata yang semakin parah. Segera lelaki berkulit tan itu memeluk Hinata dan menenangkannya. Hinata memberontak diawal namun usahanya gagal. Naruto malah semakin lebih kencang memeluknya. Tubuh Hinata bergetar dengan kencang dan Naruto menyadari itu. Lelaki itu berusaha menenangkan Hinata
''Sakit, Sakit sekali! Dimana Sasuke dimana dia?'' racau Hinata.
Naruto menggeleng ''Tidak. Kau tak butuh dia ada aku disini.''
Naruto mengelus rambut Hinata, mengecup pelan keningnya. didepannya sakura mulai terlihat tenang dan berinsut pelan mendekati mereka. Sakura dapat merasa lega saat mengetahui bahwa Hinata sudah lebih baik.
''Naruto lepaskan Hinata!'' bentak Sasuke tiba-tiba. Mereka menoleh Sasuke terlihat sangat khawatir. Namun mata Naruto menatap tajam Sasuke.
''Hinata ada aku. Bawa Sakura dan tenang kan dia'' ujar Naruto mantap. Sasuke menatap tajam kornea Naruto yang sewarna biru itu. Tidak ada keraguan didalamnya, Sasuke menggeleng.
''Ka-''
''Percayakan padaku'' ujar Naruto mantap. Sasuke mendecih dan mendekati Sakura kemudian menggendongnya. Dan pergi dari hadapan Naruto dan Hinata
.
.
Naruto merasakan hembusan nafas Hinata yang mulai teratur. Iris safirnya menatap intens wajah di pangkuannya. Jari-jari tan Naruto menelusuri wajah sang gadis. Menyentuh matanya, hidungnya, pipinya hingga berhenti tepat di atas bibirnya. Naruto tersenyum, tidak pernah sebelumnya Naruto merasakan perasaan nyaman yang teramat sangat seperti ini. Hinata menggeliat, dan Naruro buru-buru menurunkan jarinya.
Mata lavender itu membuka perlahan. Menampakkan iris lavender pucat yang cantik dimata Naruto. Hinta perlahan bangkit dibantu oleh Naruto, senyum tak lepas dari wajah yang memiliki tiga garis di pipinya, tangan kanan Hinata menyentuh dahinya dan Naruto menatap khawatir, takut-takut Hinata akan merasakan sakit lagi.
''Kau sudah baikan?'' tanya Naruto pelan. Hinata menatapnya. Bukan dengan tatapan malu-malu seperti biasanya. Namun wajahnya datar. Bahkan dapat mengalahkan kedataran wajah sasuke.
''Aku kalap. Maafkan aku. Potongan ingatanku kembali dan jika tak ada Sasuke aku akan mengamuk seperti tadi'' Naruto tersenyum maklum. Betapa beruntungnya Sasuke karena telah mengenal lebih dulu Hinata dibandingkan dirinya. Apakah Hinata akan menganggapnya penting jika dia lebih dulu mengenal Hinata dibanding Sasuke?
''Apa kalian akan menjauhiku?'' bagai sebuah bisikan Hinata seperti mengguman sambil menunduk gadis itu membuang pandangan matanya. Naruto menggeleng. Telapak tangannya menyentuh pipi Hinata dan tersenyum lembut, Hinata terpana. Sebuah perasaan hangat menjalari hatinya.
Hinata memejamkan mata, diikuti oleh wajah Naruto yang semakin mendekatinya. Dengan lembut Naruto mengecup pelan bibir Hinata dan tersenyum. Begitu pula Hinata.. Dengan perasaan hangat yang membuatnya nyaman, gadis itu mengalungkan lengannya di perpotongan bahu dan leher Naruto. Naruto kembali mengecup Hinata. Sangat lembut dan pelan seakan tak ingin menyakitinya. Gadis itu sedikit membuka bibirnya memberikan akses masuk pada Naruto. Dan mereka semakin memperdalam ciuman mereka.
Tanpa Naruto tahu keadaan yang sesungguhnya. Tentang dirinya yang menjadi penyebab awal kehancuran bagi Hinata.
.
.
Sasuke bersandar di samping pintu kamar Hinata, matanya terpejam menyaksikan kejadian barusan. Tangannya mencengkram erat dada kirinya dan sasuke mendesah.
''Tak seharusnya aku menganggap dia lebih dari seorang adik.''
Sasuke memejamkan mata oniksnya, kenangan akan Hinata terus berputar dibenaknya. Lelaki ini tahu Hinata tak akan menganggapnya lebih dari seorang kakak. Seharusnya dia bersyukur saat bibi Hikari menitipkan Hinata pada keluarganya, tapi seandainya Hinata tidak datang hari itu, Sasuke tidak akan merasakan sakit seperti ini.
Dan Sakura yang dengan sengaja mengikuti Sasuke harus mendengar pengakuan Sasuke yang membuatnya semakin ingin menangis.
.
.
Sangat pendek untuk chapter 4. Aku tahu banyak kekurangan dan mungkin feelnya pun tak terasa.
Tapi aku akan selalu menunggu review dari kalian karna review kalian adalah semangatku untuk terus melanjutkan fict ini
.
.
MIND TO REVIEW?