Watanabe Niko Present…..

Kembali membawa cerita Oneshoot…

Thanks kepada; Aizen L sousuke, Ayuha chaan, Byakugan no Hime, yudi, Guest, Luqi Kimberly (yang sudah bersedia meriview fict oneshoot pertamaku yang berjudul kegalauan Naruto hho… dan disini aku akan membuat Naruto semakin Nista. Untuk Naruto-fans mohon jangan menembakku dengan pistol atau apapun itu)

.
Diclaimer: Masashi Kishimoto

Pairing: Naruto Uzumaki, Hinata Uzumaki dan Boruto Uzumaki

Genre: Humor, Family

Warning: EYD ancur, typo dan segala kekurangan lainnya. Depersilahkan menekan tombol back jika tak menyukainya.

DLDR

.

Iris sebiru batu safir itu melebar dan mengerjap berkali-kali berusaha mencerna ucapan yang baru saja dia dengar. Apakah pendengarannya semakin memburuk karena jutsu-jutsu yang sedang dikembangkannya? Oh ayolah… Naruto merasa jutsu itu tidak akan membuatnya tuli dadakan, bayangkan saja. Masa seorang Hokage ke-7 yang disegani seluruh penduduk Konoha dan seorang Jinchuriki Kyuubi budeg? Ah baiklah, bahasanya terlalu kasar mari kita perbaiki dan dicetak tebal Hokage ke-7 TULI! Oh My God! Tidak bisa bayangkan..

Hinata mengenyitkan dahi melihat suaminya dengan kedua telapak tangan yang menutupi sisi telinganya menggeleng kencang dan bergidik geli. Apakah ada seekor serangga yang menempeli telinga Naruto-kun? Hinata tertawa membayangkan itu, namun sepertinya tawa Hinata menarik perhatian Naruto menurunkan telinganya dan menatap horror Hinata.

''Aku hamil lagi Naruto-kun.''

Ini pertanda buruk bagi Naruto.

.
Watanabe Niko present….

.

''Boruto! Dimana kau?''teriak Naruto. Rona bahagia terpampang jelas diwajah Naruto, Hokage dengan tiga garis dipipinya itu berkeliling desa dengan meneriaki anak sulung kesayangannya yang hobby sekali mengecat patung para Kage. Namun Naruto tak bisa memarahi kelakuan Bolt, mengingat kejahilannya dulu lebih parah darinya. Beberapa warga desa menatap aneh wajah Hokage mereka, ada yang mengenyitkan dahi ada yang tersenyum simpul, maklum dan bahkan saat melewati Akademik seluruh anak-anak disitu menertawakan dirinya dengan sangat keras.

''Kau berisik Tou-ppfftt! Huahaahaa… kenapa dengan wajahmu?!''Boruto tertawa keras seraya memegangi perutnya. Jari telunjuk bocah itu mengarah tepat pada wajah sang Hokage. Naruto terdiam melihat Boruto, kerasukan setan apa dia? Sampai berani menertawakan wajahnya

''Ka-kau akan punya adik Boruto!''Naruto terlihat sangat antusias tanpa mengindahkan tawa Boruto, tiba-tiba Sarada yang bersandar dibelakang Boruto menoleh dan tersenyum melihat wajah Hokage. Dengan kalem Sarada mengeluarkan sebuah kaca kecil dari dalam tasnya dan menyerahkan pada Naruto. Naruto menatap bingung kaca yang dikasih Sarada. Dengan isyarat Sarada memintanya untuk melihat cermin itu, disampingnya Boruto telah siap dengan sebuah kamera ponsel mennggu momen yang tepat

"Huaaa!"

KLIKK

Tawa Sarada dan Boruto pecah melihat hasil jepretan Boruto, Naruto dengan wajah yang dipoles bedak setebal-tebalnya lalu mascara yang menghiasi bulu mata lentik itu. Kemudian polesan lipstick berbentuk love di bibirnya juga bentuk spiral di kedua pipi tan itu yang dibuat dari lipstick juga. Ditambah jepitan rambut berbentuk bunga matahari yang menghiasi sisi kanan rambutnya. Naruto histeris.

.

.

"Hinata." Ujar Naruto seraya membuka pelan pintu rumah itu, merasa sangat konyol dengan dandanannya yang tadi Naruto berlari dengan cepat meninggalkan duo bocah jahil yang sukses mengambil gambarnya, tapi sungguh! Naruto akan membalas perbuatan Boruto nanti.

"Aaa! Naruto-kun?" sambut Hinata tersenyum sumringah, Naruto menatap ngeri pada sesuatu dibalik tubuh Hinata karena istrinya itu menyembunyikan kedua tangannya disana.

"Sebenarnya aku ing-"

"Kau mencari Boruto? Aku senang sekali kau keluar tanpa membereskan dandanan mu itu Naruto-kun."

"Aku terlihat bodoh dimata mereka Hime… bisa kau hapus ini semua?" Tanya Naruto pelan, sepelan mungkin agar Hinata tidak tersinggung karena istrinya itu benar-benar sensitive untuk sekarang.

"Hiks…"

"Ehh?" Naruto kaget dan buru-buru mendekati Hinata, dipeluknya tubuh mungil wanita terhebat dalam hidupnya ini. Naruto merasa bersalah karena telah berkata demikian, pasti sangat menyakiti hati Hinata. Wanita itu semakin kencang terisak dan menangis tersedu-sedu kedua tangan yang tadinya disembunyikan dibelakang tubuhnya itu kini terlihat memegang sebuah dress dan menangis sejadi-jadinya. Naruto kelabakan dan mengelus rambut Hinata

"Maafkan aku… baiklah sekarang lakukan apa yang kau mau Hime." Ujarnya lembut, tiba-tiba Hinata menyeringai dan mendongakkan kepalanya. Naruto mengenyitkan dahi, jejak air mata di pipi istrinya tiba-tiba hilang dan berganti senyum misterius Hinata. Naruto menghela nafas dan menggeleng, dia sukses terjebak dalam kejahilan Hinata.

Ini kah karmaku karena sikap jahilku dulu Kami-sama? Mengapa anak dan istriku begitu kejam menyiksaku?

.

.

Sarada mematikan Bluetooth smart phonenya, senyuman sukses terpancar dibibirnya, photo ini bisa menjadikannya pemenang atas taruhannya bersama ayahnya. Ya… sebuah taruhan untuk mendapatkan wajah bodoh Hokage. Sakura yang mengetahui taruhan antara suami dan anaknya menggelengkan kepala. Namun ia merasa penasaran juga siapa yang akan menjadi pemenang disini.

Disampingnya Boruto telah memasukan handphonenya dan peralatan berlatih lainnya. Boruto menatap Sarada yang sedang bersandar dipohon dan menatapnya bosan, iris biru safir yang didapat dari ayahnya itu memutar dan Boruto menghela nafas.

"Kudengar tadi ayahmu berkata kau akan memiliki adik?"

Boruto menoleh dan mengangkat bahu, tak peduli apapun yang akan dilakukan ayahnya.

"Mengurusku saja tidak becus, bagaimana nanti adikku?" Sarada menatap Boruto intens dan mengalihkan tatapannya saat melihat kilat mata Boruto yang seolah berkata 'Jangan menatapku seperti itu.'

"Setidaknya ayahmu masih sering berkumpul bersamamu. Dibanding ayahku."

"Sudahlah. Ayo kita pulang." ajak Boruto disertai anggukan oleh Sarada, merekapun berjalan kaki melewati hutan tempat mereka latihan. Dari belakang Sarada menatap sendu punggung Boruto yang terlihat kesepian, betapa sebenarnya sang Hokage selalu menyempatkan waktu untuknya. Kenapa dia tidak juga bersyukur?

Dilain tempat, tepatnya diruang keluarga kediaman Uzumaki Hinata telah tertawa senang saat memakaikan sebuah wig di kepala suaminya. Naruto menatap pantulan wajahnya didepan cermin. Sebuah dress yang berada 7cm diatas lutut berwarna biru laut serta renda-renda yang menghiasi bawah dressnya. Tak lupa sebuah pita dengan ukuran sedang di samping pinggulnya. Juga sebuah wig berwarna kuning yang sedang dihias sebuah pita, wajah yang sudah dioleh sempurna dengan make up dan sepatu kaca berwarna biru laut juga, Naruto mendecih namun buru-buru Naruto berusaha menutupi kejengkelannya, ia tak ingin Hinata menangis dan menambah tingkat kejahilannya.

"Ka-Kau marah," cicit Hinata. Naruto buru-buru menggeleng dan Hinata tersenyum senang. Sambil bersenandung wanita itu mengambil satu buah dress dengan ukuran yang lebih kecil. Naruto menatap bingung.

"Kau ingin dandan juga?" tanyanya ragu.

"Tidak ini untuk Boruto." Tertawa renyah Hinata berbalik dan mengambil beberapa alat make-up yang lain, Naruto menyeringai jahat membayangkan wajah Boruto yang tadi tertawa jahat meledeknya.

''Tadaimaa~'' suara buah hati mereka telah menyapa telinga Hinata membuat wanita bersurai indigo itu tersenyum jahil sementara Naruto yang bisa dibilang jauh dari kata selamat hanya meringis.

''Kena kau Boruto.''

''Okaeri Boruto-chann.'' sapa Kaa-chan tersenyum manis sampai kadar maksimum. Boruto yang melihat hal aneh pada Kaa-chan nya perlahan mundur kebelakang.

''Hehe.. Kaa-chan cantik.''

''Kau pasti lebih cantik.'' jawab Hinata jahil sukses membuat Boruto mundur selangkah, sebuah seringaian dia lihat diwajah Naruto yang telah sukses menjadi gadis cantik dibelakang Hinata

''Huaaa Kaa-chaaaannnn.''

.

.

Hahaha aku puas sekali membuat fict ini. Membayangkan wajah Naruto dan Boruto yang menghadapi kehajilan Hinata karena mengidam ada yang sepaham denganku?

Baiklah ….

Sampai disini saja

Jaa…!

Tinggalkan jejak Review yaa

Watanabe Niko.