Hai minna san!
Setelah sekian lama fanfic ini terbengkalai aku berusaha untuk melanjutkannya lagi, mungkin ada beberapa dari kalian yang lupa jalan ceritanya jadi silahkan baca dari awal jika berkenan
Terima kasih
...
Disclaimer: Masashi Kishimoto
I Know I love U but I lie by me
Pairing: Sakura Haruno x Sasuke Uchiha
Genre: Romance
Warning: Typo, alur berantakan de el el
Happy reading ^-^/
...
Kini hanya ada kecanggungan dirumah itu. Sejak pengakuan cinta Sasori aku berusaha menjaga jarak dengannya. Entah siapa yang bodoh disini. Aku hanya merasa kami tidak pantas untuk saling mencintai.
Kini lelaki itu tengah duduk santai sambil menatap tayangan televisi diruang tengah sambil menghela napas aku mendekatinya tak lupa dengan beberapa snack digenggamanku.
"Kau belum tidur Sasori?" Tanyaku sekedar basa-basi
Tapi dia hanya melirikkan manik nya kearahku lalu kembali fokus pada tayangan dihadapannya. Hanya ada kebisuan diantara kami. Bibirnya hanya menampilkan satu garis lurus, Diamnya Sasori seolah menjadi tanda bahwa dia sedang tak ingin diganggu tapi sekali lagi aku bertekad. Tak mungkin selamanya aku akan terus diam seperti ini dengan Sasori bukan? Kakakku sendiri?
Dengan cekatan aku meraih remote ditangannya dan tersenyum jahil dia mengenyitkan dahi. Tidak menyukai tindakanku.
"Kembalikan."
"Tidak!"
Dia mendesis "Jangan main-main Saki, kembalikan remote itu, atau-"
"Atau apa?!" Tanyaku menantang
Kening Sasori semakin berkerut aku menyeringai, dia memijat pelipisnya dan hendak bangkit tapi aku segera meraih tangannya. Aku menatapnya sendu dia menghela napas "Kau marah padaku?" Tanyaku
Dia menggeleng lalu melepaskan tanganku dan berdiri hendak meninggalkanku, aku terhenyak "Sebenarnya kau anggap apa adikmu ini Sasori?" Teriakku frustasi. Aku menatap tajam padanya.
Dia tersenyum kecil lalu matanya mensejajarkan diri padaku, menatap dalam. Aku terdiam tiba-tiba ada suatu degupan saat mata itu menatapku sedemikian rupah, oh ayolah Saki, kenapa kau jadi banyak mengagumi lelaki? Batinku frustasi.
Dia diam beberapa saat, membiarkan keheningan menyelimuti kami. Juga pandangannya yang seolah menyapu diriku. Aku menahan napas saat dia mendekatkan wajahnya, begitu dekat. Nyaris membuatku melupakan cara bernapas
"Kau. Bukan. Adik. Kandungku."
DEG!
Singkat dan jelas. aku terbelalak, salahkah pendengaranku? Beberapa kali kukedipkan mataku dan menatapnya aneh hei bercanda pun kau keterlaluan bukan Nii-san?
Tersenyum sinis Aku mendorong sedikit bahunya. Agar dia sedikit saja menjauh dan memberi ruang diantara kita "Bercandamu tidak lucu." Kataku terkekeh
Tapi dia hanya diam. Hanya menatap manik emeraldku. Bibirnya manampakkan satu garis lurus. Matanya sangat tajam rahangnya juga terlihat keras. Tidak ada suatu kecandaan diwajah itu. Aku menengguk kasar ludahku.
"Hei Nii-chan, sudahi ini." Kataku lemah seraya memutus kontak mata kita tapi dia hanya diam dan terus menatapku. Aku jengah! Tentu saja. Tanpa aku sadar dia meraih daguku dan mengembalikan pandangan mata kami.
"Berhenti memanggilku Niisan. Kita tidak ada hubungan darah." Ujarnya datar lalu seketika mencium lembut bibirku.
Aku terhentak dan menampar keras pipinya. Aku marah! Marah atas kelancangannya itu!
...
"Aku benar-benar frustasi!" Teriakkanku menggema dikamar Ino. Sedang gadis itu sedari tadi memeluk erat gulingnya terdenyum senang saat chat dengan Gaara. Aku menendang lemari. Saat itu juga atensi Ino kembali padaku
"Ternyata benar dugaanku bukan. Kalian bukan kakak beradik." Kata Ino. Aku menoleh
"Tapi apa maksud dari semua sikapnya? Kenapa tiba-tiba dia seperti itu? Seharusnya aku yang marah Ino! Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan!"
Ino menghela napas lalu beranjak dari tidurnya. Gadis itu mendekatiku. Memelukku lembut. Seketika itu juga seluruh kekecewaanku pada Sasori meluap, aku ingin menangis ya untuk saat ini biarkan aku menangis.
Aku memeluk erat tubuh Ino. Bahuku bergetar aku menyusupkan kepalaku pada perpotongan bahu Ino. Menumpahkan segala kegundahanku sedikit tersendat-sendat aku berusaha mengatur tangisanku. Sungguh bodoh.
Tapi tanpa kusangka bahu Ino ikut bergetar dia memelukku semakin erat
"Aku mengerti perasaanmu Saki. Sangat mengerti, menangislah agar semua menjadi ringan." Bisik Ino ditelingaku.
Aku terdiam menggigit bibirku, Ino menangis untukku aku sangat menyayanginya. Andai disini ada Hinata juga.
...
"Hei ada apa dengan kalian berdua?"
Aku kaget dan buru-buru melepas pelukan Ino aku mengusap mataku. Masih dengan pandangan kabur aku melihat sosok lelaki yang berdiri dipintu. Dia menatap kami heran, tapi aku yang lebih heran bagaimana bisa?
"Kenapa kau ada disini?!" Teriakku
Dia. Uchiha Sasuke bukan menjawab pertanyaanku malah melambai pada kami khususnya Ino. Seketika aku menoleh pada Ino dia nyengir dan menunjukan kedua jarinya. Menggerutu! Aku sangat ingin menggerutu! Bagaimana bisa tadi dia menangis bersamaku dan kini? Dia mengerjaiku!
"Aku memanggilnya kemari, kupikir kau butuh teman bicara." Kata Ino
"Tapi kan ada kau, aku tak butuh dia!" Jawabku seraya menunjuk Sasuke sedang kulihat manik oniks itu malah seolah tersenyum. Persetan!
"Baiklah, aku pergi dulu. Ada janji kencan" kata Ino aku melotot
What? Maksudnya?
Saat sampai diambang pintu Ino berbalik dan menatap kami berdua "Jangan jadikan kamarku tempat mesum! Ibu tidak pulang hari ini. Kemungkinan aku juga."
Bajingan! Dia terkekeh dan melambaikan tangan lalu pergi menyisakan aku dengan makhluk di hadapanku ini.
Dia mendekat, aku membuang muka. Berusaha mengalihkan fokusku pada sesuatu di luar sana. Tapi naas hanya ada langit dan langit! Aku menhela napas dan menoleh kebelakang.
Seketika aku terhenti. Dia sedang tersenyum menatapku. Sangat lembut sampai aku merasakan detakan yang luar biasa.
"Jangan menangis lagi." Ujarnya. Dia menyapukan jemarinya dipipiku menghilangkan bekas-bekas airmataku
Emeraldku perlahan menatap Sasuke. Dia hanya diam tapi wajahnya melembut saat menatap mataku. Dengan pelan dia merengkuh diriku, begitupun aku yang berusaha menyamankan diriku dalam dekapannya
"Aku takut." Kataku lirih tapi dia hanya diam saja, aku menahan napas dan isakanku tapi lagi-lagi Sasuke mengelus punggungku. Memberi ketenangan dan membuatku semakin tidak tahan menahan air mata ini.
"Saki, jadilah kekasihku."
Aku terhentak mendengar penuturan Sasuke, aku melepaskan pelukan kami menatap matanya berusaha mencari sesuatu disana. Tapi tidak ada. Hanya ada keseriusan diwajah itu.
Saat itu sekelebatan bayangan melewati fikiranku 'Dia yang membunuh orangtua kita.'
DEG!
Aku membulatkan mataku sekali hentakkan aku mendorong kasar dada Sasuke lalu menatapnya marah.
"Kau kenapa Saki?" Pertanyaan yang lembut. Aku seketika teringat aku harus membuatnya mencintaiku. Berpura-pura mencintainya juga. Lalu dengan helaan napas aku menariknya. Memeluk Sasuke erat.
"Temani aku malam ini." Pintaku dengan sedikit malu aku menatap manik oniks itu.
Dia seolah tersenyum jenaka dan berbisik di telingaku "Di ranjang?"
Bluusshh! Wajahku benar-benar memerah aku memukul lengannya dan dia tertawa sedikit gemas aku melayangkan cubitan di perutnya kulihat dia meringis.
Haha aku menang bukan? Melihat wajahnya yang seperti itu aku terkikik geli apalagi saat dia cemberut
Seketika dia menangkap tanganku yang hendak mencubit pipinya. Dia membiarkan tangan kami menggantung diudara, seperti tanpa niat untuk menurunkannya.
Aku menaikkan alisku dan Sasuke semakin mendekatkan wajahnya. Jantungku berdegup kencang. Manik emeraldku tiba-tiba terfokus pada bibir tipis Sasuke. Dia menggigit bibirnya perlahan menimbulkan kesan seksi dalam benakku. Bibirnya terlihat basah dan begitu menggoda.
Dia semakin mendekat begitupun dengan degupan jantungku aku menahan napas saat dia memejamkan matanya. Memyembunyikan oniks indah itu. Merasakan pipiku memanas aku ikut memejamkan mata.
Dan sebuah sentuhan sampai dibibirku. Sasuke mengecup pelan bibirku. Tubuhku seolah bergetar saat benda kenyal itu bergerak perlahan mengeluarkan lidahnya dan berusaha mengambil akses diantara kedua belah bibirku.
Lidahnya hangat, tubuhku semakin bergetar satu tanganku yang tidak digenggamnya segera kubawa ke kerah Sasuke. Menariknya mendekat dan berjalan menyelusuri wajahnya hingga nerhenti saat aku merasakan surai kehitamanmya. Aku meremasnya pelan saat Sasuke menggigit lembut bibirku.
"Aahh..."
Aku bergetar saat kudengar desahan keluar dari bibirnya. Dia memiringkan wajahnya san menciumku lebih dalam. Kurasakan Sasuke menurunkan tangan kami yang tadi memggantung di udara kemudian dengan hati-hati dia merebahkan tubuhku tanpa melepas pangutannya.
Aku merasakan sesuatu berdesir dibawah sana. Dan aku menggeliat aku bahkan merasakan senyum Sasuke saat melihat diriku.
Oh Tuhan... tolong jantungku! Bagaimana bisa dia begitu mempesona begini?
Sasuke meremas kecil rambutku dan kembali mendesah, kini pangutannya terlepas aku menatap mata penuh gairah itu. Sedang paru-paruku berusaha mengambil oksigen sebanyak mungkin. Dia mencubit bibirku yang terbuka lalu terkekeh meninggalkan sentuhan yang memyengat hatiku. Sasuke kembali mendekat dia memggigit ringan daguku lalu mencium leherku. Menjilatnya dan membuat sebuah tanda disana. Kiss mark.
Dia. Sasuke, telah menemani malamku.
...
"Kau bertengkar dengan Sakura?"
Sebuah suara kembali aku dengar, kakiku perlahan berhenti tepat di samping dapur rumahku. Retinaku menangkap dua sosok yang berada di dalam sana.
Lagi-lagi Gaara dan Sasori
"Aku tidak tahu apa yang aku lakukan, aku mengatakannya kalau kami bikam saudara kandung." Kata Sasori lirih dan aku melihat tatapan Gaara yang terlihat garang aku terdiam
BRAK!
Dia menggebrak meja dan menarik kerah baju Sasori. Wajahnya terlihat merah menahan emosi aku benar-benar terkejut aku hanya mampu menggigit bibirku dan kembali diam.
Gaara menatapnya sengit dia mendesis aneh "Bukankah sudah kupercayakan adikku itu padamu."
Eh?
Apa?
Apa yang barusan Gaara katakan?
Keningku berkerut, adik?
Siapa?
Aku?
Kegilaan macam apa lagi ini?
Aku menarik ujung rambutku tiba-tiba kekuatan dikedua kakiku hilang, tak mampu menahan beban aku menjatuhkan diriku ke lantai. Aku terisak memukul kepalaku dan menarik rambutnya. Airmataku mengalir tanpa mampu ku cegah.
Apa lagi ini? Apa lagi? Siapa sebenarnya aku? Apa aku hanya orang uang tidak dibutuhkan? Oleh siapapun?
Oleh siapapun itu?