Disclaimer:

Fairy Tail by Hiro Mashima

Broken Vow

By

Minako-chan Namikaze

Genre: Drama, Romance, hurt, etc.

Warning: DON'T LIKE, DON'T READ! Jika tidak suka dengan fic ini, sebaiknya langsung tekan tombol back karena hal-hal di fic ini bersifat OOC dan bikin yang baca mau banting apapun. Dan saya tidak menerima Flame tidak membangun dari para pembaca sekalian karena sudah saya tekankan di AN ini, bagi yang tidak suka, jangan dibaca.

Ini sekuel dari fic You're Not Her Father

.

Enjoy!

.

.

"Luna, makannya pelan-pelan. Nanti tersedak bagaimana?" seorang wanita berambut pirang panjang berlarian kecil menghampiri seorang gadis kecil sambil memegang penggorengan yang berisi omelet di tangannya.

Memindahkan omelet ke beberapa piring di meja makan, wanita itu segera meraih tisu dan mulai membersihkan selai strawberry di sekitar mulut putrinya.

"Ghomen, Mhama! Lhuna lhafhar bhanget sih!" ucap Luna dengan mulut penuh roti.

"Dasar! Habiskan dulu makanan di mulutmu lalu bicara. Itu kebiasaan yang tidak baik!" Lucy Dragneel menasihati Putrinya.

Luna Dragneel menelan rotinya dan menyahut. "Iya, iya."

"Luce, apa kau tidak mau mengelap selai di sekitar mulutku juga?" suara seorang pria membuat dua wanita di ruangan itu menoleh ke arahnya.

Natsu Dragneel menunjuk bibirnya yang dipenuhi selai strawberry sambil tersenyum lebar. Lucy mendengus geli lalu meraih tisu makan. Sementara Luna meraih piring omeletnya dan mulai makan. Tidak mempedulikan drama picisan gratis yang akan tayang sebentar lagi.

Lucy memegang pipi Natsu dengan sebelah tangannya sementara tangan yang satunya mulai membersihkan selai yang menempel di bibir lembut suaminya.

"Aku tahu kau sengaja mengoleskan selai ke bibirmu." Cibir Lucy.

Natsu meringis, seakan hal itu memang benar.

"Sudah." Kata Lucy sambil menjauh, namun Natsu segera meraih pinggangnya.

"Belum." Kata Natsu.

Lucy mengerutkan kening. "Apanya yang belum? Sudah bersih begini! Kau mau aku menjilati bibirmu begitu?"

Natsu tersenyum lebar, namun dianggap Lucy sebagai senyum mesum. "Kalau sudah tahu kenapa masih bertanya?" dan Natsu segera memonyongkan bibirnya, namun Lucy segera memukul kepala Natsu sebelum bibir itu berhasil menangkapnya.

"Ada anak kecil di sini tahu! Kau mau anakmu menonton adegan porno di usianya yang sekecil ini?!" omel Lucy seraya melepaskan diri dari Natsu.

Natsu cemberut dan mulai mengomel tentang betapa tidak adilnya Lucy kepada suaminya yang tengah haus kasih sayang saat ini yang sama sekali tidak digubris Lucy.

Seperti inilah kehidupan Natsu dan Lucy setelah menikah. Mereka tampak harmonis dan saling mengasihi. Natsu yang sangat mencintai Istri dan anaknya, dan Lucy sebagai Istri dan Ibu yang pengertian mengurusi suami dan anaknya dengan penuh kasih sayang.

Namun, ada satu masalah yg mereka peributkan akhir-akhir ini. Siapa sangka hal ini akan terjadi dalam rumah tangga pernikahan Natsu dan Lucy. Yaitu Lucy masih belum juga hamil. Meskipun mereka sudah menikah selama satu tahun, Lucy masihh belum menunjukkan tanda-tanda kalau dia hamil. Walaupun mereka sudah mempunyai Luna, tetap saja Natsu ingin memiliki bayi yang bisa dia rawat untuk menebus kesalahannya pada Lucy dulu semasa mengandung Luna. Paling tidak, dia bisa menemani Lucy ke klinik untuk pemeriksaan kandungan, menuruti permintaan Lucy yang sedang mengidam, menemani wanita itu ketika proses melahirkan, dan tentunya membesarkan anak mereka bersama.

Tapi, bukan berarti hal itu membuat hubungan mereka menjadi buruk. Natsu dan Lucy masih saling mencintai, hidup damai dan harmonis. Meskipun hal ini tidak terelakkan menjadi beban pikiran Lucy beberapa minggu ini hingga wanita itu menjadi gelisah dengan perkiraan-perkiraan yang bermunculan di otaknya.

XXX

Lucy melingkarkan tangannya di pinggang Natsu yang tengah tertidur membelakanginya. Wanita itu menempelkan wajahnya di punggung hangat suaminya.

Natsu tiba-tiba berbalik dan memeluk Lucy. Membuka mata onyx jernihnya, dia menatap wajah istrinya dengan lembut. "Ada apa?" tanyanya, pelan.

Lucy mengeratkan pelukannya dan meringsut ke dada Natsu. "Berjanjilah kalau kau tidak akan pernah meninggalkanku." Gumamnya.

Natsu bisa menangkap kecemasan dari nada suara Lucy.

"Tidak akan. Aku akan selalu di sisimu, aku berjanji." Ucap Natsu seraya mengusap punggung Lucy.

"Jangan berhenti mencintaiku, karena aku akan langsung hancur jika itu terjadi." Gumam Lucy, lagi.

"Aku tidak akan pernah berhenti mencintaimu, sayang. Itu sesuatu yang tidak mungkin untuk bisa kulakukan." Natsu mengecup puncak kepala Lucy.

Lucy mengangguk, kemudian mendongak menatap wajah suaminya yang tengah tersenyum menenangkannya. "Maaf, aku masih belum bisa hamil sampai saat ini. Padahal sudah satu tahun kita menikah," raut wajah Lucy benar-benar memancarkan kesedihan yang mendalam. Seakan ada banyak beban berat yang tengah Ia pikul saat ini.

"Kenapa kau meminta maaf? Dengar, Luce-ku sayang, jangan menyalahkan dirimu kalau kau belum bisa hamil lagi sampai sekarang. Kita sudah periksa ke dokter dan dia bilang rahimmu baik-baik saja. Kita hanya perlu menunggu lebih lama lagi sampai bayi itu datang. Lagipula, kita sudah memiliki Luna," Natsu mengusap kepala Lucy, menenangkan kegelisahan di hatinya.

"Tapi Luna terus-terusan meminta adik. Dan bisa saja kau mencari kesenangan lain di luar sana karena merasa sia-sia melakukannya denganku karena tidak bisa menghasilkan apa-apa..." Lucy mulai meracau. Natsu segera meletakkan telunjuknya di bibir Lucy, menghentikan wanita itu untuk bicara yang tidak-tidak.

"Aku tidak peduli dengan semua itu. Aku tidak akan mencari kesenangan lain di luar sana sementara sumber kebahagiaanku ada di sini, menungguku dan selalu menyambutku pulang dengan senyuman manisnya." Ucap Natsu seraya mengusap air mata yang sudah membasahi pipi Istrinya.

"Kau benar. Maaf aku terlalu ketakutan kau akan pergi dariku hingga tidak bisa mempercayaimu," bisik Lucy.

Natsu tersenyum kemudian mengacak-acak rambut Lucy. "Itu tidak akan terjadi. Hanya Istriku yang kuperbolehkan menyentuhku. Tubuh dan hatiku hanya milik Istriku seorang." Ujarnya, kemudian mencium bibir Lucy dan memeluknya. Menenangkan wanita yang paling dicintainya itu hingga terlelap.

XXX

"Jadi, kesimpulannya adalah..."

Drrttt... Drrrtt...

Natsu menghentikan ucapannya dan merogoh ponsel di saku kemejanya. Dia mengernyit melihat nama Lucy tertera di layar ponselnya. Ada apa Lucy meneleponnya di tengah meeting seperti ini?

Natsu tersenyum kepada para klien-nya dan permisi keluar ruangan.

"Lucy? Apa apa menelepon? Aku sedang meeting saat ini." Sahut Natsu.

"Ah, maaf aku mengganggu meetingmu. Begini, aku sangat ingin makan Ramen yang dijual di dekat kantormu. Pulang nanti belikan aku, ya?"

"Oke, oke. Nanti kubelikan. Sudah dulu, ya," ujar Natsu.

"Iya, jangan lupa, ya!"

"Iya, iya." Dan Natsu memutuskan sambungan telepon dan kembali ke ruang meeting.

XXX

Lucy duduk di ruang keluarga. Sesekali matanya melirik jam yang menandakan sudah hampir tengah malam. Ke mana Natsu? Kenapa belum pulang juga sampai sekarang? Apa meeting harus sampai selarut ini?

Terdengar deruan mesin mobil di luar sana. Lucy segera beranjak dari sofa dan berlarian ke pintu keluar. Dia mendapati Natsu baru saja ingin membuka pintu. Lucy tersenyum lebar dan menghampirinya.

"Akhirnya kau pulang. Aku sudah menunggumu dari tadi," ucap Lucy sambil meraih jas dan tas kerja Natsu.

Natsu hanya mengangguk dan bergumam 'ya', membuat Lucy mengerutkan keningnya. Ah, dia tahu! Natsu pasti kelelahan bekerja sampai pulang selarut ini.

Lucy menyodorkan tangannya sambil terus tersenyum lebar. Natsu memandangi tangan itu dengan kening berkerut.

"Ada apa dengan tanganmu itu?" tanya Natsu seraya melepaskan sepatunya.

"Ramen." Lucy semakin melebarkan senyumannya. "Mana ramenku?" tanyanya.

Natsu membulatkan matanya, kemudian mengeluh pelan. "Astaga! Maaf, Luce, aku lupa beli." Natsu memasang raut bersalah di wajahnya yang kusam.

Senyuman Lucy sirna. "O-Oh, ya sudah tidak apa-apa." Ucapnya dengan senyum kecil yang dipaksakan. Dalam hatinya, dia merasa kecewa dengan suaminya. Tapi apa boleh buat? Natsu pasti kelelahan hingga tidak ingat untuk membeli ramen untuknya. Yah, dia harus perhatian sebagai Istri dan tidak boleh menjadi Istri yang egois.

"Besok akan kubelikan," ucap Natsu seraya berjalan masuk dan meninggalkan Lucy yang masih berdiri membelakanginya.

Lucy berbalik dan mengikuti Natsu menaiki tangga ke atas, ke kamar mereka. "Natsu, kau mau mandi? Kusiapkan air hangat, ya, untukmu." Tawar Lucy.

Natsu membuka pintu kamar dan menghempaskan dirinya di kasur. "Tidak usah, Luce. Aku lelah, mau langsung tidur saja."

"Oh, ya sudah kalau begitu." dan Lucy menggantungkan jas Natsu dan meletakkan tas kerja suaminya di atas meja kerja. Kemudian wanita itu keluar dari kamar dan berjalan menuju kamar Luna, memeriksa Putrinya.

XXX

Esoknya, Lucy masih memiliki keinginan untuk makan ramen. Jadi, dia sekarang menunggu Natsu pulang. Sama seperti kemarin, Natsu pulang larut malam lagi. Tapi sebagai Istri yang baik, Lucy harus mengerti kesibukan Natsu yang sebagai seorang Direktur Perusahaan dalam mengurus perusahaannya. Apalagi, Igneel mempercayakan Perusahaan Inti di Hargeon ini pada Natsu.

Terdengar suara mesin mobil memasuki perkarangan rumah. Lucy segera berlari menghampiri pintu. Dan mendapati Natsu yang baru masuk dan sedang membuka sepatu.

Lucy menerima jas dan tas kerja suaminya lalu menyodorkan tangannya. "Ramen." Gumamnya.

"Apa sih, Luce? Suami pulang bukannya disambut dengan kata-kata selamat datang malah minta-minta Ramen!" gerutu Natsu.

Lucy merengut mendengarnya. "Selamat datang di rumah, Suamiku tersayang! Sudah, sekarang mana ramenku?" tuntutnya.

Natsu menghela nafas kemudian berjalan melewati Lucy. "Aku lupa. Besok kubelikan,"

Hati Lucy mencelos mendengarnya. Perasaan kecewa segera menghampirinya. "Oh, kau lupa, ya. Ya sudah sih, tidak apa-apa..." gumamnya entah pada siapa. Padahal Natsu sudah berjalan menaiki tangga sementara dia masih berdiri di depan pintu.

Lucy berbalik dan berjalan ke arah kamar dengan lesu. Begitu memasuki kamar, dia mendapati Natsu sudah terlelap di atas tempat tidur.

Lucy tersenyum kecewa. Dia menaruh jas dan tas Natsu ke tempatnya kemudian membaringkan dirinya di samping Natsu, membelakangi pria itu. Menutupi seluruh wajahnya dengan selimut, Lucy menahan diri untuk tidak menangis. Oh, ayolah. Ini konyol! Bagaimana mungkin dia bisa secengeng ini hanya karena tidak dibelikan ramen?

XXX

Lucy selalu menunggu Natsu yang selalu pulang larut malam lima hari belakangan ini. Alasannya tetap sama, menunggui ramen pesanannya yang tidak kunjung hadir di hadapannya. Sebenarnya dia bisa beli sendiri, tapi entah kenapa dia hanya ingin memakan ramen yang dibawakan oleh Natsu. Itu yang selalu dia rasakan. Tapi, Natsu selalu lupa membawakannya ramen. Entah kenapa suaminya itu bisa selalu lupa. Sebanyak itukah pekerjaan di kantornya hingga dia selalu lupa meskipun Lucy sudah mengingatkannya melalui SMS?

Lucy selalu berusaha untuk tidak mengeluh dan menambah beban Natsu dengan kemarahannya. Dia harus pengertian sebagai seorang Istri. Natsu selalu pulang dengan wajah lelah dan gusar, seakan banyak masalah yang dia hadapi di luar sana. Bagaimana mungkin Lucy mau memicu pertengkaran di antara mereka hanya karena Ramen?

Terdengar bunyi mobil Natsu memasuki perkarangan rumah. Seperti biasa, Lucy segera berlari menghampirinya. Lucy meneliti penampilan Natsu dan mendapati bahwa suaminya itu tidak membawa kantung ramen. Lagi-lagi Lucy tersenyum kecewa, namun dia berusaha menutupinya dari Natsu.

"Selamat datang. Kau mau makan? Hari ini aku memasak ayam tabasco kesukaanmu. Akan kutemani makan. Atau mau mandi dulu? Oh, iya. Luna bilang senin nanti diadakan pertemuan antara orang tua dan guru di sekolahnya. Dia ingin kau yang datang. Dia bilang mau memamerkan ayahnya yang tampan pada teman-temannya," Lucy bercerita sambil mengikuti Natsu yang berjalan ke kamar.

"Aku capek. Mau langsung tidur saja." Ucap Natsu seraya menghempaskan dirinya ke kasur.

Lucy tersenyum kecewa. Lagi-lagi seperti ini. Tidak ada lagi senyuman lebar dari suaminya, tidak ada lagi pelukan hangat yang diberikan untuknya, tidak ada lagi ciuman mesra yang mampu menghilangkan rasa rindunya. Kenapa Natsu mendadak jadi dingin seperti ini? Apa pria itu sudah mulai bosan dengannya? Ah, tidak. Suaminya hanya jenuh dengan pekerjaannya dan selalu pulang dalam keadaan yang begitu lelah. Yah, dia harus pengertian.

"Natsu, bagaimana dengan permintaan Luna?" tanya Lucy seraya mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur.

Tidak ada jawaban.

"Sudah tidur, ya. Cepat sekali." Gumamnya. Kemudian dia menarik selimut hingga menutupi tubuh suaminya. Memandangi wajah tidur Natsu, Lucy merasakan sesak di dadanya mengingat sikap suaminya padanya akhir-akhir ini.

Natsu seakan sudah tidak peduli lagi dengannya. Dia mulai khawatir apakah natsu sudah bosan padanya karena dia tidak bisa memberi Natsu bayi, lagi.

Lucy berbaring di sebelah Natsu yang memunggunginya. Dengan bibir bergetar dan hati yg kalut, lucy memeluk Natsu dari belakang, menghirup aroma tubuh suaminya. Dan tanpa diduga, Natsu tiba-tiba berbalik dan balas memeluknya. Lucy tersentak kemudian medongak. Mata Natsu terpejam. Raut wajahnya begitu lelah dan pria itu tampak kelihatan begitu stress. Tampaknya ada masalah di kantor.

"Maaf, aku selalu lupa membakanmu ramen. Aku janji besok pasti akan kubawakan." Ucap Natsu pelan, tanpa membuka matanya.

Lucy tersenyum kecut. Natsu selalu berkata seperti itu sejak kemarin-kemarin. Namun apa? Pria itu selalu pulang dengan tangan kosong. Bukannya dia kekanakan hanya karena masalah sepele seperti ini, namun masalah sepele jika terus diulang lama-lama juga menimbulkan luka dan rasa kecewa. Tapi apa boleh buat? Dia harus mengerti posisi Natsu saat ini. Pria itu pasti sibuk mengurusi perusahaan yg sedang dilanda masalah. Sebagai istri yang baik, Lucy harusnya bisa pengertian pada Natsu, dan bukannya malah menambah beban pikiran pria itu dengan permintaan kecilnya.

Lucy lagi-lagi tersenyum kecut. Permintaan kecil...

Lucy berencana akan ke kedai ramen besok. Dia tidak bisa terus-terusan menahan diri. Ini memang aneh. Dia terlihat seperti sedang mengidam. Apa jangan-jangan dia hamil? Memikirkan itu membuat kesedihan Lucy sirna. Wanita itu berencana untuk membeli test pack besok sepulang dari kedai ramen.

XXX

Lucy sudah siap untuk ke kedai ramen. Saat ini dia sedang dalam perjalanan menuju sekolah Luna dengan Ferrari biru hadiah ulang tahun dari Natsu untuknya bulan lalu. Dia berniat menjemput Luna dulu lalu mengajak Putrinya makan di kedai ramen. Saat mobilnya sudah sampai di depan gerbang SD Yousei, Lucy menurunkan jendela mobilnya dan matanya mulai menelusuri setiap murid yang berjalan keluar dari gerbang. Dan akhirnya dia menemukan Luna. Putri kecilnya yang manis itu tengah berjalan keluar sambil digandeng oleh seorang pria tak dikenal...

Tunggu! Siapa pria itu?! Kenapa dia membawa Luna pergi ke mobilnya?!

Lucy segera keluar dari mobilnya dan menghampiri mobil pria itu dengan panik.

"Luna!" teriaknya.

Luna menoleh dan tersenyum lebar. Gadis kecil berambut gulali itu segera berlari ke arah mamanya dan memeluknya dengan gembira.

"Mama! Luna pikir mama gak jemput Luna hari ini!" seru Luna, senang.

Lucy tersenyum bersalah. Yah, dia memang agak terlambat hari ini gara-gara sibuk mencari kunci mobil yang lupa ditaruhnya di mana.

"Maaf, ya, sayang. Mama membuatmu lama menunggu." Lucy mengusap kepala Luna kemudian beralih menatap pria yang tadi mau membawa Luna.

Pria itu tersenyum simpul ke arahnya. Wajahnya juga seperti pernah lihat.

"Lalu... Ini siapa?" tanya Lucy.

"Itu Om Zeref. Katanya dia onii-channya papa!" jawab Luna.

"Onii-chan? Kakaknya Natsu? Sejak kapan dia punya kakak?" gumam Lucy.

"Ah, kamu salah. Maksudku, aku ini sepupunya Natsu. Luna, yang tadi itu Om salah bicara." Zeref menepuk kepala Luna seraya tersenyum gugup.

Lucy menaikkan sebelah alisnya. Zeref?

"Oh, astaga! Kak Zeref! Kapan kakak ke sini? Kenapa tidak langsung ke rumah? Kakak sudah bertemu Natsu? Bagaimana keadaan kakak?" tanya Lucy, bertubi-tubi.

Zeref tertawa pelan lalu menepuk kepala Lucy. "Kakak baik. Dan kakak baru sampai pagi ini dari bandara. Kakak akan menemui Natsu di kantor nanti. Saat meeting. Tadinya kakak mau menjemput Luna dan sekalian mampir ke rumahmu, tapi kamu sudah muncul di sini." Jawab Zeref.

Lucy membulatkan bibirnya. "Ah, kalau begitu, ayo kita pulang! Kakak pasti capek, 'kan? Akan kubuatkan makan siang yang enak untuk kakak!" ucap Lucy, tersenyum lebar.

Zeref tersenyum lalu menggeleng. "Tidak usah. Setelah ini kakak harus ke kantor Natsu." Zeref melihat arlojinya. "Nanti kalau sempat, kakak akan mampir." Ucapnya.

Lucy mengangguk, kemudian melambai. "Kalau begitu, aku tunggu kunjungannya, ya!"

"Dadah, Om Zeref!" teriak Luna.

Zeref masih tersenyum simpul, kemudian senyumnya menghilang dengan perlahan seiring dengan menghilangnya mobil Lucy dari pandangan. Kemudoan pria itu masuk ke dalam mobilnya.

XXX

Malamnya, Lucy menunggui Natsu pulang. Terdengar bunyi mesin mobil Natsu yang memasuki perkarangan rumah. Lucy buru-buru berjalan ke arah pintu dan mendapati Natsu tengah membungkuk sambil melepas sepatunya. Lucy menerima tas kerja beserta jas Natsu dan menaruhnya di kamar.

"Ini." Natsu menyodorkan sebuah kantong plastik kepada Lucy.

Lucy menerimanya dengan kening berkerut. "Kenapa ramen? Bukannya tadi aku bilang aku mau donat yang dijual di dekat klinik Porlyusica-san?" tanya Lucy.

"Apa maksudmu? Bukannya dari kemarin kau bilang ingin makan ramen? Itu sudah kubelikan!" ujar Natsu, kesal.

Lucy tersenyum masam, dia berusaha untuk tidak tersulut emosi dengan perkataan Natsu. "Tapi, tadi siang aku sudah sms kalau aku minta dibelikan donat. Apa kau tidak baca?"

Natsu mengerutkan kening. "Sms apa? Aku tidak menerima sms-mu hari ini." Sangkalnya.

Lucy merengut. Dia meraih ponselnya dikantung celananya dan mengotak-atiknya. Dan matanya melebar. Ternyata sms-nya tidak terkirim. Dia mengigit bibir bawahnya dan menatap Natsu dengan raut bersalah, sementara Natsu masih memandangnya dengan jengkel.

"Sudahlah! Kalau kau tidak mau ramen itu, buang saja! Besok aku akan menyuruh anak buahku membelikan donat yang kau inginkan." Natsu mendengus marah dan beranjak ke kamar mandi.

"Natsu, aku tidak tahu smsku ternyata tidak terkirim. Maaf..." Lucy memelas, dia mengikuti Natsu dari belakang.

"Ya, ya. Kumaafkan. Lain kali periksa dulu smsmu." Ucap Natsu ketus sebelum menghilang dari balik pintu kamar mandi.

Lucy mematung di tempatnya. Dadanya terasa sakit melihat sikap ketus Natsu terhadapnya. Natsu terlihat seperti orang asing baginya sekarang. Apa yang terjadi dengan Natsu-nya? Natsu tidak pernah sampai memarahinya seperti ini. Pria itu selalu menjaga perasaannya. Ada apa sebenarnya?

Lucy menaruh ramen itu di kulkas. Siapa tahu dia tiba-tiba menginginkannya lagi besok. Lucy duduk di sofa depan TV. Matanya memandang lurus ke arah TV, namun pikirannya melayang entah ke mana. Dia kembali teringat akan hasil test pack-nya tadi siang. Dia positif hamil. Seharusnya dia sudah memberitahu Natsu tentang kabar baik ini tadi, tapi melihat keadaan yang tidak memungkinkan, lebih baik dia menunggu mood pria itu membaik.

Sebuah ide tiba-tiba terbesit di otaknya. Dia mulai menyusun rencana untuk membuat sebuah kejutan pada Natsu besok. Dia akan datang ke kantor Natsu dan membawakan makanan kesukaan pria itu lalu memberitahukan soal kehamilannya. Yah, mungkin seperti itu lebih bagus.

Lucy mulai menyusun rencananya masak-masak. Dia akan datang ke kantor Natsu besok siang.

XXX

Lucy sudah menyusun rencananya sesempurna mungkin. Dan saat ini dia sudah berdiri di depan meja resepsionis.

"Apa Natsu ada di ruangannya?" tanya Lucy.

Resepsionis itu tersenyum sopan dan mengangguk. "Iya, Natsu-sama ada di ruangannya."

Lucy mengucapkan terima kasih kemudian berlalu ke arah lift. Senyum lebar terus bertengger di wajah cantiknya, seolah senyum itu akan berada di sana untuk selamanya. Membayangkan wajah gembira Natsu saat dia memberitahu pria itu tentang kabar baik ini.

Lift terbuka dan Lucy segera berjalan cepat ke ruangan Natsu. Dia sudah akan mengetuk pintu ruangan Natsu saat dia menyadari kalau dia mengetuk, itu namanya bukan supprise. Jadi, Lucy membuka pintu itu dengan sepelan mungkin dan masuk dengan mengendap-endap. Namun, baru setengah badannya yang telah memasuki ruangan, dia langsung dikejutkan dengan suara-suara aneh. Lucy membelalak, dia tidak mempercayai apa yang sedang dia lihat saat ini. Bahkan dalam mimpi terburuknya pun tidak pernah terlintas kalau Natsu akan melakukan ini.

Lucy menahan nafasnya. Kakinya lemas, matanya memanas. Dia merasa seperti ditimpa sebuah batu besar ketika mendapati suaminya sedang berciuman dengan mesra dengan sebuah wanita di atas sofa. Desahan demi desahan memenuhi kesunyian di ruangan itu. Lucy masih bisa menerima kalau yang mencium Natsu adalah wanita sialan yang sedang bersamanya saat ini. Namun, entah apa yang merasuki suaminya itu hingga dia berani-beraninya bermain di belakang Lucy. Natsu berada di atas wanita itu, menciumi dengan penuh gairah dan meraba-raba dada wanita itu.

Lucy sudah tidak tahan lagi dengan pemandangan di depannya. Dia ingin berteriak dan menampar wanita itu, namun suaranya tidak mau keluar. Lidahnya kelu, dia mendadak bisu. Hati Lucy seperti diremas oleh sesuatu. Air matanya tumpah. Dia masih tidak mempercayai apa yang sedang dia saksikan saat ini. Tak mampu berkata-kata, bahkan bernafas. Dia menutup pintu ruangan Natsu dengan sepelan mungkin karena tangannya begitu lemas tak bertenaga. Dia menjauhi ruangan Natsu dengan pikiran kosong. Tangannya masih bergetar saat dia menekan tombol lift.

Pikirannya kosong, dadanya sakit, perutnya terasa mual. Apa ini hanyalah mimpi? Natsu tidak mungkin menghianatinya. Tidak menyakitinya lagi dengan cara yang begitu kejam seperti ini...

Bersambung...

AN: JANGAN BUNUH SAYAAAA! #berlindung

Saya memang sengaja bikin Natsu menjadi lebih brengsek dari sebelumnya. Namun, semua tindakan pasti ada alasannya bukan? Konflik di fic saya yang satu ini bakalan lebih berat dari fic –fic saya yang lain dan jangan berjengit jijik jika kalian mendapati kalimat yang gak banget di sini.

Soal kebrengsekan Natsu di sini... kenapa?! Kalian gak suka?! Bagi yang gak suka fic ini, saya sudah taruh warning di atas agar segera tekan tombol back agar tidak merusak mata dan ketentraman jiwa kalian. Dan Natsu yang OOC di sini, saya juga gak tega mau bagaimana lagi? Ini tuntutan peran. Hehe, kenapa Natsu bisa jadi gini? Dipelet kah? Diguna-gunain kah? Hanya author dan Tuhan yang tau... #smirk

Oke, see you di next chap minna! #jikaadayangmauliatchapdepannyasih

Salam manis,

Minako-chan Namikaze