My First Love is My Housekeeper!

Naruto adalah artis terkenal Jepang. Karena jadwalnya yang padat ia tidak memiliki waktu untuk membersihkan rumah. Lucunya, pembantu barunya justru adalah teman SD nya dulu, Hyuuga Hinata. (Mainly Naruhina, Slight Sasusaku)

XXX

My First Love is My Housekeeper!

Chapter 1

Impian

Disclaimer : I do not own Naruto

Warning: Slight nudity

XXX

"Hei, lihat Naruto datang! Si bodoh datang!"

Naruto dapat melihat masa lalunya. Saat itu ia masih SD. Ia mengenakan seragam dan rambut pirangnya terlihat berantakan. Saat itu semua orang membencinya... Semua orang memandang rendah dirinya.

"Ia kan tidak punya orang tua," Salah satu temannya tertawa, "Makanya tidak ada yang mengajarinya."

Tidak. Naruto tidak ingin mengingat kejadian itu lagi. Bangun Naruto. Bangun dari mimpi ini.

Bangun.

"Menurutku, kau tidak bodoh Naruto-kun—"

Suara itu... Suara seorang gadis? Suara itu terdengar begitu familiar...

"Tidak ada orang yang bodoh di dunia ini," Suara itu sangat lembut, "Yang ada hanyalah talenta, namun aku percaya, kerja keras mengalahkan talenta ketika talenta tidak bekerja keras."

Suara itu... Hinata?

XXX

Uzumaki Naruto Artis Terkaya Jepang Saat Ini

By Kikuchi Kira

Forbes Magazine

Siapa yang tidak tahu nama Uzumaki Naruto? Pria yang tampan dan ceria ini memulai karirnya di umur enam belas tahun. Setelah sepuluh tahun bekerja sebagai aktor, Naruto banyak berinvestasi di bidang properti. Ia bahkan membeli banyak lahan di berbagai pelosok dunia.

Tidak hanya kaya, Naruto juga seksi. Pria ini menempati peringkat #2 di daftar tahunan Pria Terseksi di Asia. Ia mengalahkan artis-artis Korea seperti Kim Soo-hyun dan Hyun Bin. Tentu saja, para fans mengakui bahwa darah campuran Naruto memang membuat pria itu terlihat jauh lebih seksi.

Sebenarnya apa sih rahasia kesuksesan Naruto?

"Kerja keras," Ujar pria itu, "Saat aku masih kecil, ada seseorang yang mengatakan kepadaku bahwa kerja keras mengalahkan talenta. Orang itu benar."

Saat diwawancara oleh media, Naruto terlihat sangat dewasa. Pesona seorang Uzumaki Naruto memang berbeda dari artis-artis muda zaman sekarang. Maklum, pria ini memang sudah lama berada di industri ini. Anehnya selama ini Naruto tidak pernah berpacaran.

"Wah, cinta?" Naruto tertawa bingung, "Kurasa aku cinta ramen! Ya, aku sangat mencintai ramen!"

Kelihatannya Naruto masih akan tetap single untuk beberapa waktu dekat saudara-saudara.

XXX

Siang itu Tokyo sangatlah panas. Naruto dapat merasakan keringat turun dari pelipisnya. Ah, syuting film ini benar-benar melelahkan. Menyenangkan sih, namun melelahkan. Naruto tidak memakai stuntman untuk adegan actionnya, mungkin karena itulah dibandingkan aktor-aktor lainnya ia yang terlihat paling lelah.

"Yak, kita ulang adegan ini sekali lagi," Produsernya berteriak, "Take 6. Lights, camera, action."

Naruto harus terjun dari atap gedung Prada di Aoyama-Minami. Jujur, gedung itu tidak terlalu tinggi sih. Salah satu alasan gedung ini terpilih adalah karena gaya arsitekturnya yang kontemporer dan unik. Gedung yang sebenarnya merupakan toko butik tas mahal Prada ini terlihat seperti rumah kaca yang aneh. Bentuknya benar-benar menarik perhatian.

"Kau akan mati sekarang Eren!" Wanita berambut merah jambu memojokkan Naruto di atas gedung itu, "Kau tidak bisa lari dariku!"

"Siapa bilang aku tidak bisa lari?" Naruto tersenyum nakal.

Kalau ia tidak salah, ia harus terjun dalam hitungan lima detik dari sekarang.

Lima.

Empat.

Tiga.

Dua...

Ringan. Rasanya terjun dari atas gedung indah seperti ini memang menyenangkan. Naruto benar-benar ingin melakukannya sekali lagi.

"Cut!" Produsernya tersenyum dengan puas. Kelihatannya Naruto tidak perlu mengulang adegan itu kali ini, "Bagus sekali! Yak, semuanya istirahat!"

Saat Naruto jatuh di matrasnya, kru film itu melepas kawat-kawat yang menyangga Naruto. Akhirnya istirahat! Naruto sudah tidak sabar. Ia ingin segera berbincang-bincang dengan wanita berambut merah jambu tadi. Sejak pertama kali debut, Naruto selalu mengagumi wanita itu. Haruno Sakura namanya. Sakura benar-benar pandai dalam berakting. Artis cantik itu pernah membuat Naruto menangis karena pukulannya yang luar biasa sakit. Sakura memang hebat! Keren sekali!

"Sakura-chan!" Naruto dengan semangat berlari mengejar wanita idamannya, "Good job! Kau hebat sekali hari ini!"

"Ah, Naruto," Sakura menatap lawan bicaranya, raut wajahnya berubah menjadi agak kaget. Kelihatannya ia teringat akan suatu hal yang penting.

"Ada apa Sakura-chan?" Naruto meneliti raut wajah Sakura, wanita itu berpikir cukup lama sebelum akhirnya menghela napasnya.

"Sebenarnya aku sudah lama ingin menanyakan hal ini," Sakura mengambil ponselnya dan lanjut berbicara, "Apakah kau membutuhkan pembantu rumah tangga?"

Pria berambut pirang itu terlihat bingung, "Tumben sekali kau menanyakan hal ini... Memangnya kenapa Sakura-chan?"

"Salah satu teman baikku baru saja kabur— eh maksudku dipecat," Sakura terlihat serius menatap ponselnya itu, "Ia butuh tempat tinggal dan pekerjaan, kau mau tidak memperkerjakan dia? Ia bisa mengurus segalanya. Ia pintar masak dan melakukan pekerjaan rumah."

"Tapi aku punya persyaratan Sakura-chan," Naruto terlihat serius.

"Apa?"

"Ia harus bisa mengurus anjing," Naruto benar-benar terlihat serius, "Aku tidak bohong, Kakashi-sensei menitipkan anjingnya kepadaku selama satu minggu. Aku benar-benar tidak bisa mengurusnya!"

"Tenang, dia bisa mengurus anjing! Oh ya, dia boleh tinggal di apartemenmu tidak?" Sakura terlihat seperti anak kucing yang sedang memohon kepada tuannya, "Ia benar-benar tidak punya tempat tinggal sekarang."

Yah, apartemen Naruto cukup besar. Penthouse miliknya terdiri dari empat kamar. Ada kamar tamu yang bisa digunakan kalau pembantu itu memang ingin tinggal bersama dengannya. Well, biasanya pembantu Naruto tidak tinggal bersamanya sih, tapi kalau pembantu ini memang butuh tempat untuk tinggal kenapa tidak? Kalau orang ini memang teman baik Sakura, orang itu pasti adalah orang yang baik!

Sekarang apartemen Naruto benar-benar seperti kapal pecah. Anjing pug yang dititipkan kepadanya benar-benar merepotkan. Anjing itu suka buang air dimana-mana. Aaargh! Karena belakangan ini ia sibuk, ia belum sempat mencari pembantu rumah tangga baru.

"Boleh! Kalau bisa malah aku ingin ia bekerja hari ini juga," Aktor tampan itu terlihat senang, "Kapan ia bisa mulai bekerja Sakura-chan?"

Kali ini ponsel Sakura berdering. Wanita itu terlihat agak panik, kemudian saat ia mengangkat telepon itu Sakura mulai berbicara dengan suara yang halus. Wanita itu memang benar-benar pandai berakting.

"Maafkan aku," Sakura berbicara di telepon itu sambil tertawa sopan, "Aku juga sudah lama tidak mendengar kabar darinya. Apa? Tidak mungkin aku menyembunyikan dia di rumahku! Kalau kau tidak percaya kau boleh datang ke rumahku sekarang Neji!"

"Ada apa Sakura-chan?"

"Tidak apa-apa!" Sakura terlihat tenang, namun Naruto tahu wanita itu sebenarnya panik, "Oh ya! Bagaimana kalau dia bekerja sekarang saja? Mana kunci apartemenmu? Aku akan pulang duluan lalu memberikan kunci ini pada pembantu barumu! Ide bagus kan? Saat kau pulang apartemenmu sudah bersih!"

"Baguslah!" Naruto mengeluarkan kunci beserta akses masuk apartemen dari sakunya, "Ini dia! Pastikan apartemenku bersih ya Sakura-chan!"

Boleh dibilang Naruto tidak khawatir memberikan kunci apartemennya sembarangan seperti itu. Apalagi Sakura yang memintanya. Sudah pasti tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Ia dan Sakura sudah lama bekerja bersama, ia juga tahu kalau artis cantik itu bukanlah orang yang jahat. Lagipula, Naruto punya kunci dan akses cadangan di dalam tasnya.

"Nama pembantu barumu adalah Masakazu Hinata," Sakura tersenyum lega, "Tenang saja ia benar-benar pembantu rumah tangga yang luar biasa!"

Hinata ya? Naruto jadi teringat akan wanita yang bernama Hyuuga Hinata. Wanita itu adalah satu-satunya wanita yang percaya akan bakat Naruto saat ia masih SD dulu. Wanita itu sangat lembut dan pintar. Naruto sudah tidak pernah bertemu lagi dengannya sejak lulus SD. Ah, entah kapan ia bisa melihat wajah wanita itu lagi...

XXX

Sore itu setelah pulang kerja, Naruto akhirnya sampai ke depan pintu rumah apartemennya. Ia sedikit gugup ketika pintu itu akhirnya terbuka. Apakah apartemennya benar-benar bersih? Apakah anjing pug Kakashi yang bernama Pakkun itu sudah jinak?

Naruto berjalan melewati foyernya. Saat ia sampai di ruang keluarga. Ia membuka mulutnya dan berteriak senang, "Wah! Bersih sekali dattebayo!"

Jendela besarnya terlihat mengkilap. Sekarang Naruto bisa melihat jelas view laut dari penthouse lantai 52 itu. lantai kayunya juga bersih dari kotoran anjing. Karpetnya juga sudah di vacuum. Sofa cokelatnya terlihat bersih dan bantal-bantal kecilnya disusun dengan teratur. Luar biasa! Naruto benar-benar tidak percaya pembantu baru itu bisa membersihkan apartemennya dalam jangka waktu yang begitu singkat!

Naruto kemudian berjalan melewati dapur. Wah, bahkan dapurnya juga bersih dari minyak-minyak. Meja marble putihnya mengilap seperti di iklan-iklan, meja makan bundarnya yang terbuat dari kayu sudah benar-benar bersih. Sampah-sampah mie instannya sudah tidak ada di meja itu lagi! Luar biasa!

Setelah selesai mengagumi lantai satu dari apartemennya, Naruto langsung berlari menuju ke lantai dua. Luar biasa, bahkan tangga kayunya juga seperti baru dipoles. Sakura-chan memang hebat! Ia bisa berteman dengan orang sebersih Masakazu Hinata!

Bagaimana dengan kamar mandi ya?! Kamar mandi Naruto kan penuh dengan baju-baju kotor! Ia juga tidak pernah menyikat kamar mandinya. Naruto akhirnya membuka pintu kamar mandinya. Di sana ia tidak terlalu memperhatikan kebersihan kamar mandinya. Yang ia lihat adalah bayangan seorang gadis yang sangat cantik sedang mandi. Gadis itu tidak melihat dirinya. Naruto juga tidak benar-benar bisa melihat tubuhnya. Ia hanya bisa melihat bayangan gadis itu dari balik shower box yang penuh dengan embun. Kelihatannya wanita itu sedang mandi air panas.

Seharusnya Naruto tidak boleh terlalu lama melihatnya. Tidak boleh. Ini kan tidak sopan. Pergi dari tempat itu Naruto. Pergi. Kau tidak boleh terlalu lama berdiri begini. Tidak boleh.

"Guk!" Pakkun, anjing pug hitam Kakashi akhirnya datang dan menghancurkan segalanya.

Anjing itu berlari menuju ke kamar mandi dan gonggongannya membuat wanita yang sedang mandi itu kaget. Saat itu juga, wanita itu berhenti mandi dan membuka pintu shower boxnya. Naruto tidak sempat melihat apa-apa karena ia tahu diri. Ia langsung memalingkan badannya dan berlari keluar dari kamar mandi itu.

That was close!

Naruto hampir saja melihat tubuh seorang wanita yang telanjang. Itu benar-benar tidak sopan. Wanita itu pasti akan langsung memukul Naruto atau melaporkan perbuatannya ke kantor polisi! Entah apa yang akan diberitakan media nanti. 'Uzumaki Naruto Sang Artis Mesum Kekinian'. Mungkin Naruto akan langsung masuk ke penjara.

Artis muda itu bersembunyi di balik pot tanamannya yang besar. Sekali-kali ia mencuri pandang dari balik pot itu. Wajah wanita itu seperti apa ya? Apa wanita yang sedang mandi tadi itu pembantu barunya?

Ketika wanita itu keluar dari kamar mandinya Naruto hanya bisa membatu. Wanita yang mengenakan celana jeans dan t-shirt itu sangat familiar. Ia kenal wajah itu. Ia tidak mungkin melupakan wajah itu. Rambutnya yang hitam lurus... Tatapan wajahnya yang lembut... Kemudian kulit putih porselen itu... Wanita ini adalah Hyuuga Hinata. Kenapa Hinata ada di sini? Jadi pembantu Naruto itu Hinata? Kenapa? Lalu kenapa wanita itu mengganti namanya menjadi Masakazu Hinata? Apakah wanita itu sudah menikah?

Naruto menggelengkan kepalanya. Tidak. Hinata belum menikah. Tidak ada cincin pernikahan di tangan kanannya. Lalu... Apa itu artinya Hinata... Berbohong? Atau wanita ini kembaran Hinata yang ia kenal dulu?

"Hyuuga Hinata!" Spontan, Naruto langsung memanggil nama wanita itu.

Wanita itu terlihat terkejut ketika ia mendengar namanya dipanggil. Saat ia melihat artis muda berambut pirang itu, wajahnya langsung pucat.

"Na-Naruto-kun?" Raut wajah wanita itu tampak seperti baru saja melihat mayat hidup.

"Ternyata benar! Kau Hyuuga Hinata bukan?" Naruto kali ini tampak yakin, tidak mungkin orang yang baru pertama kali bertemu dengannya langsung memanggilnya dengan panggilan itu.

Lagipula caranya berbicara, suaranya yang lembut dan halus. Wanita itu pasti Hyuuga Hinata! Naruto tidak mungkin salah menerka! Tidak mungkin! Ini pasti Hyuuga Hinata yang ia kenal dulu!

"Hinata?" Naruto terlihat bingung, "Tadi aku melihatmu mandi... Kenapa kau mandi di tempatku?"

"Eh? Na-Naruto-kun melihatku mandi?" Hinata terlihat kaget, kemudian wajahnya berubah menjadi merah merona.

"Oh, eh, um, itu..." Naruto menggaruk-garuk kepalanya, "Aku tadi tidak sengaja masuk... Tapi aku tidak melihat apa-apa kok! Hanya bayanganmu saja!"

Naruto sudah siap ditampar, dipukul atau dimarahi oleh wanita yang berada di hadapannya itu. Anehnya Hinata tidak melakukan apa-apa, wanita itu justru membungkuk dan meminta maaf.

"Maafkan aku karena sudah lancang menggunakan kamar mandimu," Hinata tidak berubah... Wanita itu sangat lembut dan sopan. Seharusnya wanita pada umumnya akan menampar Naruto, Hinata justru malah meminta maaf.

"Eh, aduh Hinata... Seharusnya aku yang meminta maaf-ttebayo—"

Kemudian wanita itu pingsan.

"Hinata!"

XXX

Saat Hinata terbangun, ia sudah ada di atas ranjang yang baru saja ia bersihkan beberapa jam yang lalu. Ada kain hangat di atas dahinya dan tubuhnya ditutupi oleh selimut yang hangat.

"Hinata!" Suara Naruto mengejutkannnya, kelihatannya pria itu sudah menunggunya dari tadi. Wajahnya terlihat begitu khawatir, "Apa kau baik-baik saja?"

"Naruto-kun?" Hinata kemudian berusaha untuk duduk. Pria berambut pirang itu membantunya agar ia bisa duduk dengan tegak.

"Hinata... Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau pingsan? Apa kau belum makan?" Naruto tampak sangat khawatir, "Kau pasti lelah ya membersihkan satu apartemen ini..."

"A-aku..." Hinata kemudian terdiam... Ia hanya bisa memandang wajah Naruto dengan lembut.

"Hinata aku sudah membawakan bubur untukmu," Naruto kemudian menyuapkan satu sendok bubur yang sudah ia tiup, "Ayo buka mulutmu, kau harus makan."

Hinata kemudian menjauhkan wajahnya dari sendok Naruto.

"Ada apa Hinata?" Naruto kelihatan khawatir setengah mati, "Kau harus makan-ttebayo!"

"Se-sebenarnya," Hinata mulai gemetar, tangan kecilnya terlihat lemas.

"Sebenarnya ada apa Hinata?" Naruto meletakkan sendok buburnya dan menatap wajah Hinata yang putih pucat.

"Aku harus pulang," Hinata tampak bingung, "Tapi... Aku tidak ingin pulang..."

"Hinata..." Naruto menatap wajah wanita itu dengan hangat, "Tidak apa-apa, kau bisa menceritakannya kepadaku. Pelan-pelan saja."

Wanita itu terlihat ragu... Kemudian ia akhirnya mengambil kertas dan pena yang ada di meja kecil di sebelah ranjang itu. Tangannya sudah tidak gemetar lagi, tulisannya yang rapih memukau Uzumaki Naruto. Kata-kata Hinata di atas kertas terlihat begitu elegan. Rasanya seperti sedang melihat seorang bangsawan menuliskan surat wasiat saja.

"Naruto-kun," Hinata kemudian memberikkan kertas itu kepada Naruto, "Ini... Semoga bisa dimengerti."

Yth.

Uzumaki Naruto

Dengan hormat,

Pada surat ini saya selaku pembantu dari rumah Uzumaki ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya karena tidak dapat menjalankan kewajiban saya sebagai pengurus rumah dengan baik. Saya juga ingin meminta maaf karena telah merepotkan anda dan memakai kamar mandi anda tanpa izin.

Saya juga ingin meminta maaf karena sudah berbohong soal nama asli saya. Sebenarnya nama saya adalah Hyuuga Hinata, bukan Masakazu Hinata. Sakura-san telah membantu saya kabur dari rumah saya di Kyoto karena Sakura-san sangat baik kepada saya. Sebenarnya saya ingin menjadi seorang patisserie, saya ingin memiliki toko kue saya sendiri. Sayangnya ibu saya adalah kepala upacara minum teh di Kyoto. Kedua orang tua saya memaksa saya untuk menjadi penerus ibu, tapi saya tidak mau. Saya ingin mengejar mimpi saya di Tokyo. Karena itulah saya menjadi pembantu. Saya hanya lulus SMA dan saya pikir pekerjaan ini cocok agar saya bisa mengumpulkan modal untuk membuka toko kue saya sendiri.

Karena itulah saya ingin meminta maaf karena keegoisan saya ini. Saya paham, jikalau Uzumaki Naruto-san berkehendak untuk melaporkan saya dan mengembalikkan saya ke Kyoto.

Demikian surat pemberitahuan ini saya sampaikan, atas segala perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Ttd

Hyuuga Hinata

Naruto tidak habis pikir. Ternyata Hyuuga Hinata tidak berubah, tetap saja sangat sopan dan menghargai etika. Ia tidak pernah bertemu orang seperti wanita ini. Hinata benar-benar menggunakan bahasa yang sangat baku dan sopan. Naruto jadi agak bingung harus merespon surat pernyataan ini dengan apa.

"Sekali lagi maafkan saya," Hinata membungkuk dan meminta maaf.

"Hinata kau tidak perlu meminta maaf," Naruto tersenyum hangat dan menepuk pundak wanita itu, "Menurutku kau hebat sekali!"

Wanita yang lembut itu tampak bingung.

"Kenapa kau bingung seperti itu?" Naruto menepuk-nepuk pundak wanita itu lagi, "Kau sekarang sedang mengejar mimpimu bukan? Kau hebat! Aku sangat mendukungmu!"

"Naruto-kun..." Hinata tampak terharu, air mata turun perlahan dari bola matanya yang indah.

"Hei jangan menangis seperti itu-ttebayo!" Naruto langsung mengambil sapu tangannya dan mengusap air mata wanita itu.

"Terimakasih," Hinata membungkuk dan memberi hormat kepada Naruto, "Terimakasih banyak."

Naruto jadi salah tingkah. Ia tidak pernah dihadapkan dengan situasi seperti ini. Ternyata di dunia ini ada orang yang begitu sopan seperti Hinata. Wanita itu bahkan berterimakasih padanya sambil membungkuk seperti itu. Wanita Kyoto memang jauh lebih beradat dan sopan. Atau mungkin ini karena Hinata lahir dan dibesarkan oleh seorang kepala upacara minum teh?

"Sekarang lebih baik kau makan bubur ini Hinata," Naruto akhirnya menyendokkan satu suap bubur dan meniupnya pelan-pelan, "Ini kau harus makan... Tubuhmu pasti terlalu lelah. Aku tahu kok apartemenku memang sangat berantakkan... Apalagi Pakkun sangat nakal dan suka lari kemana-mana."

"Tapi..." Wanita itu terlihat ragu, kelihatannya ia merasa tidak enak telah merepotkan Naruto.

"Sudah, sudah! Jangan malu-malu!" Naruto tertawa dengan hangat, "Ketika orang berbuat baik kepadamu... Kau harusnya menerimanya Hinata!"

Wanita itu tampak bingung, namun akhirnya ia melahap bubur itu. Wajahnya awalnya terlihat takut, namun setelah ia menelan bubur itu ia terlihat bahagia. Raut wajahnya menjadi lebih santai dan senyuman muncul di wajahnya. Senyumannya begitu lembut, rasanya seperti melihat sebuah lukisan Jepang kuno.

"Terimakasih Naruto-kun," Hinata membungkuk lagi, "Kau baik sekali kepadaku."

"Kau juga baik sekali kepadaku," Naruto tersenyum hangat.

"Eh?" Hinata tampak bingung, "Aku tidak melakukan apa-apa."

"Kau mungkin lupa," Naruto menatap wanita itu dengan hangat, "Tapi saat kita masih SD dulu, semua orang menganggapku bodoh... Sedangkan kau... Kau percaya bahwa jika aku bekerja keras aku bisa mengalahkan yang lainnya."

Wanita itu kelihatannya sedang menerawang jauh. Mencoba untuk mengingat-ingat kejadian itu.

"Kejadian itu memang terjadi waktu kita masih SD," Naruto tidak berhenti menatap wanita itu, "Tapi kata-kata itulah yang membuat aku menjadi diriku yang sekarang."

Hinata kemudian terlihat agak malu. Pipinya merona dan ia berusaha agar ia tidak melihat wajah Naruto. Ia terdiam kemudian menatap Naruto, kemudian berhenti menatap Naruto, kemudian menatap Naruto lagi. Ia benar-benar terlihat seperti kepiting yang kepanasan.

Artis muda itu akhirnya tertawa melihat tingkah laku pembantu barunya itu, "Kau memang lucu sekali Hinata!"

Wajah wanita itu benar-benar berubah menjadi merah sekarang. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia katakan kepada Naruto. Ia hanya bisa terdiam dan mencoba untuk tidak menatap pria berambut pirang itu. Ia mengatur napasnya sepelan mungkin dan berusaha untuk terlihat tenang. Sayangnya kata-kata Naruto terus mengiang-iang di benaknya.

"Kau lucu sekali Hinata!" Kata-kata itu terus mengiang-iang, "Kau lucu sekali Hinata!"

Kali ini Hinata benar-benar terlihat seperti kepiting yang baru saja selesai di rebus. Kelihatannya hari-hari bersama dengan Naruto akan menjadi hari-hari yang berat, namun menyenangkan...

XXX

TBC

XXX

Thank you for reading :) Let me know if you want a second chapter!