12 Tahun lalu, Rumah sakit Seoul.
Saat yang paling menyakitkan adalah ketika Tuhan harus memisahkan umat yang disayangi-Nya, memberikan batas terakhir bagi manusia untuk bersama. Menerima atau tidak, pada akhirnya masa itu akan tiba. Tentang bagaimana kematian menjadi pemisah bagi yang hidup dan tidak.
Kematian itu misteri tentang apa yang akan terjadi setelahnya. Atau apa yang akan melukai yang ditinggalkan. Semuanya diatur oleh Tuhan, dengan sebuah cerita bernama takdir. Apakah memisahkan yang pantas berpisah, atau menyatukan yang pantas bersatu karena kematian. Tidak ada yang tahu, bahkan malaikat-malaikat yang hanya bisa menonton dalam dimensi yang berbeda.
Senja bergerak hadir, memberikan cahaya keemasan yang mempesona diufuk barat. Mengabarkan manusia tentang akhir dari satu hari.
Matanya mengerjap tak percaya, mengabaikan sinar keemasan yang memantul indah dari kedua bola mata coklatnya yang berkaca-kaca. Bibirnya bergetar tanpa suara, dan tetesan air mata menetes sama cepatnya dengan tangan pucatnya yang bergerak untuk menghapus. Menolak orang lain melihat tatapan rapuhnya.
Wajahnya yang tampan tertunduk, membiarkan air mata kesedihan meluncur dalam diam. Membasahi lantai rumah sakit yang berwarna putih, memantulkan tubuh mungilnya yang masih mengenakan seragam sekolah.
"Kibum-aa." Ibunya memanggil dengan suara lirih, mendekati tubuh anak tunggalnya yang masih berdiri dengan kaku disisi ranjang rumah sakit. Mengulurkan tangannya menyentuh punggung mungil Kibum yang menggigil ketakutan. "Masih ada Umma, Nak."
Bahkan Soo Jung merutuk suaranya yang bergetar. Matanya mengerjap berkali-kali, mencoba membersihkan air mata yang enggan untuk dibersihkan, melangkah secara perlahan dan memeluk tubuh mungil putranya. Mengusap punggung Kibum dengan sayang, memberikan kekuatan terakhir yang dia miliki.
"App-a." Lidah Kibum kelu, matanya terpejam. Mencoba bangun dari mimpi buruk yang menghampirinya begitu tiba-tiba. Tentang bagaimana ayahnya yang selalu tersenyum kini terbaring kaku didepannya. Dengan mata tertutup, dan sinar kehidupan yang menghilang dari sana. Dari tubuh tegap ayahnya yang kini mengurus.
"App-a."
Soo Jung terisak dalam diam, menyembunyikan air matanya yang membanjir ditubuh mungil Kibum yang berada dalam pelukannya. Tangannya bergerak sama kakunya dengan tubuh Kibum yang menggigil.
"Ssst… Kibum-aa."
Kibum hanya diam tanpa suara, sama sekali tidak menyadari tubuhnya yang menggigil hebat. Tatapan yang biasanya terlihat begitu mempesona kini terlihat mati, dengan pancaran dingin yang membekukan tulang. Seolah menolak apa yang dilihat oleh kedua bola matanya.
Menolak kenyataan dengan dinding tak kasat mata yang dia bangun secara perlahan.
"Umma akan tetap bersamamu, Sayang. Umma masih disini."
Kibum tersenyum, teramat menyakitkan. Wajah tampannya mendongak, menatap wajah cantik ibunya yang dipenuhi air mata. Bibirnya memerah dan membengkak, mengukir senyum teramat menyedihkan, dengan mata memerah meski air mata tidak terlihat disana.
"Akhirnya Appa tidak merasakan sakit lagi kan?" Suaranya dingin, suara yang bahkan terasa asing untuk Soo Jung. "Appa tidak menanggung sakit lagi, Umma. Appa melepas semua rasa sakitnya dengan menutup mata."
Soo Jung menggeleng, memegang tangan Kibum yang menjauh darinya. Ada yang berbeda dengan Kibum, ada yang berbeda dari tatapan Kibum.
"Appa memilih bahagia tanpaku kan, Appa memilih jalannya sendiri tanpa memikirkanku."
Soo Jung menggapai angin, matanya berkaca-kaca menatap tubuh Kibum yang semakin melangkah mundur. "Kim Kibum." Soo Jung nyaris berteriak, menatap takut tubuh mungil Kibum yang menghilang. Berlari begitu cepat meninggalkan kamar rumah sakit, berlari meninggalkan kenyataan seolah itu semua hanya mimpi buruk semata. Mimpi buruk yang tidak akan pernah berakhir karena Tuhan telah mengukir sebuah takdir baru.
.
.
0—0
.
.
"Apa yang kau lakukan?"
Kibum mendongak, menatap tidak fokus sosok yang berdiri dihadapannya dengan wajah dingin. Rambutnya berwarna coklat, terlihat mempesona karena cahaya bulan yang bersinar sempurna diatas mereka. Dengan tatapan mata datar dan tangan yang terlipat didepan dada.
"Bukan urusanmu."
Kyuhyun mendengus, melangkah menunju tempat dimana Kibum berdiri. Memegang pagar rumah sakit dan menatap kedepan, menikmati bagaimana angin malam yang berhembus dingin menyejukkan wajahnya yang teramat tampan.
"Kau terlalu muda untuk mati."
Kibum mendecih tak kalah sinis, menoleh dan menatap sosok yang berdiri disampingnya dengan tatapan yang tidak berbeda. "Apa kau pantas berkomentar seperti itu?"
Kyuhyun menggeleng santai, mendongak menatap bulan yang bersinar cerah. Seolah menertawakan kepahitan yang terlihat jauh didasar tatapan mata mereka berdua.
"Mati bukan satu-satunya cara." Kyuhyun tidak berpikir suaranya yang parau akan terdengar oleh orang asing yang berdiri disampingnya, orang yang sekali lihat mengingatkan Kyuhyun akan dirinya sendiri. Seorang yang mencoba tegar dengan cara menutupi diri.
"Tapi dia pergi."
Kibum berteriak pada Kyuhyun, pada orang asing yang mendekatinya dengan cara yang benar untuk pertama kalinya. Cara yang Kibum butuhkan, bukan sebuah elusan dipunggung atau tatapan mengasihani yang justru membuatnya semakin terpuruk.
"Kekasihku juga pergi."
Kyuhyun menjawab dengan santai, seolah menjawab Kibum bahwa bukan hanya dia yang kehilangan saat ini. Bukan hanya dia yang merasakan sakit saat ini. Ada orang lain sepertinya, yang mencoba menutupi diri mereka dengan cara yang mereka percayai.
"Tapi kenapa?"
Kyuhyun terkekeh dengan suara yang termyata menyedihkan. "Aku tidak akan bertanya jika Tuhan memberiku jawaban."
"Kenapa orang yang berjanji akan berdiri bersamaku sampai akhir malah terlebih dulu meninggalkanku. Kenapa? Apa aku tidak pantas untuk bersamanya, Tuhan?"
Kyuhyun terdiam, mengerjapkan matanya berkali-kali. Menolak emosi yang entah kenapa kini melingkupinya.
"Dia berjanji akan sehat dan tidak pergi. Dia yang berjanji, tapi kenapa aku tidak boleh menagihnya? Dia yang berhutang padaku."
Kyuhyun menatap sekeliling, menolak menatap Kibum yang kini terduduk dengan kaku dan terlihat sangat menyedihkan. Menolak kenyataan, bahwa mungkin Kyuhyun lebih menyedihkan dari Kibum.
"A-aku belum siap, A-aku belum siap untuk menjaga Umma seorang diri. Dia belum mengajariku dengan benar. Be-belum."
Kyuhyun memejamkan matanya, menulikan telinganya dari suara isakan Kibum yang terdengar teramat lirih. Isakan yang membuat Kyuhyun sadar bahwa Kibum terbiasa menyimpan semuanya seorang diri, membuat dirinya seolah melihat cermin dengan pantulan yang sama. Bahwa dia mungkin akan terlihat seperti Kibum suatu saat nanti.
"Dia pergi dan aku tidak ingin menerima kenyataan itu. Aku tidak ingin menerima bahwa aku tidak bisa melihatnya lagi meski hanya ada senyum kesakitan yang dia berikan padaku. Setidaknya aku masih ingin menggenggam tangannya, menjadi kekuatan yang berarti untuknya."
"Mereka salah, Mereka yang bersalah."
Kibum menatap Kyuhyun, sosok yang hanya diam disampingnya. "Mereka?"
Kyuhyun mengangguk, menekuk kedua lututnya mencari rasa hangat yang semu. "Mereka yang salah karena meninggalkan kita, mereka yang membuat kita terlihat seperti ini. Semua karena mereka."
Kibum diam, menatap Kyuhyun yang balik menatapnya. "Bukan karena mereka membenci kita?"
Kyuhyun menggeleng. "Bukan." Jawabnya tanpa berpikir sama sekali. "Mereka yang egois dengan pilihan mereka sendiri, bukan kita."
Bukan,
Kyuhyun tertawa sinis, menertawai rasionalitas yang menghampirinya. Menertawai ketakutan yang melingkupinya. Dia dan Kibum hanya akan mempercayai apa yang mereka percayai. Karena orang yang tersakiti, akan melihat dengan cara yang berbeda. Cara yang hanya mereka anggap benar.
Kyuhyun sadar, namun dia menolak untuk sadar.
"Apa yang akan kau lakukan?"
Kyuhyun menatap Kibum dengan yakin, tatapan yang sama-sama menutupi kenyataan yang ada dihadapan mereka.
"Melanjutkan hidup?"
Kibum tertawa, ikut menyandarkan tubuhnya seperti Kyuhyun yang ada disampingnya. "Hidup? apa kau memiliki alasan untuk hidup?"
"Tidak." Kyuhyun menjawab teramat santai. "Hanya saja aku tidak siap mati dan menyusulnya. Apa dia sangat pantas untuk aku susul? Dia yang terlebih dulu meninggalkanku tanpa berpikir."
"Kau picik."
"Itu yang membuatku masih berpikir rasional saat ini. Itu yang membuatku bisa menghentikanmu yang akan meloncat tadi."
Kibum menatap Kyuhyun tanpa suara.
"Jika hidupmu membosankan. Aku tidak akan menghentikanmu lagi."
Kibum hanya diam, memejamkan matanya dan menikmati rasa dingin yang membekukan tubuhnya yang masih mengenakan seragam sekolah yang sama. "Senang mengenalmu." Suaranya terdengar amat lirih.
Kyuhyun mengangguk tanpa memperdulikan Kibum sama sekali tidak melihatnya. "Setidaknya kau memiliki orang yang sama menyedihkannya sepertimu. Kau tidak sendiri."
"Yah, kita tidak benar-benar sendiri."
Dan dua orang pecundang, bertemu pertama kali saat itu. Diatap rumah sakit saat matahari sudah bergerak kembali menuju peraduannya. Mengganti hari menyedihkan menuju hari yang mungkin lebih baik. Mungkin~
o—o
.
.
Cho Kyuhyun dan Lee Sungmin
Romance, Drama
Rate : Mendekati M
Yaoi, BxB dan sebangsanya, M-Preg, TYPOs dan Ejaan tidak sempurna
©Lingkaran Cerita Kyumin
Yang baca wajib Review X_X
.
.
Chapter 12
.
.
"Aku tidak akan pergi." Kyuhyun berjanji. Memejamkan matanya dan menikmati bagaimana rasa takut itu mempermainkannya.
Membuatnya sadar bahwa dia terperangkap sangat dalam.
"Aku takut kau akan pergi."
Seakan Sungmin mengungkapkan kekalutannya, hati Kyuhyun semakin terasa sakit. Tangannya bergerak cepat, melepas pelukan Sungmin dan mengusap air mata yang merembes dengan deras diwajah cantik Sungmin, wajah yang kini terlihat begitu lelah.
"Bahkan ketika kau memintaku untuk melepas tanganmu, aku tidak akan pernah melepaskannya Lee Sungmin."
Sungmin terisak, memejamkan matanya dan membiarkan kyuhyun mencium bibir merahnya yang membengkak. Menahan isakannya dan membiarkan Kyuhyun memberikan pijatan lembut dibibirnya yang terasa beku. Menikmati bagaimana Kyuhyun ikut terisak didalamnya.
"Maafkan Aku." Kyuhyun berbisik disela pagutannya, menciumi setiap sudut bibir Sungmin. Menghilangkan rasa dingin yang menghinggap disana dengan perasaan menyesal.
Sungmin menggeleng, menarik nafas secara kasar dan memejamkan matanya. Menarik Kyuhyun untuk menciumnya semakin dalam. Matanya terpejam, menerima semua pijatan bibir Kyuhyun dengan wajah pasrah.
Kyuhyun mendesah, ikut memejamkan matanya dan menciumi Sungmin lebih dalam. Mengusap pipi pucat itu sesekali. Menghilangkan rasa dingin yang terasa nyata dikedua tangannya.
"Aku sangat menyayangimu, Ming."
Sungmin mengerjap, menjauhkan ciuman mereka dan menatap mata Kyuhyun dalam keremangan malam. Bibir tipisnya masih membengkak dan kini menyunggingkan senyuman manis.
"Aku juga."
Sungmin tersenyum begitu tulus, menjinjit dan mendorong Kyuhyun hingga menabrak pintu apartemen. Matanya mengerjap lembut sebelum mencari bibir Kyuhyun, mendekatkan kedua bibir mereka dan terhenti untuk sejenak.
"Bibirku beku."
Kyuhyun mengangguk, mengulurkan tangannya dan menarik leher Sungmin untuk mendekat. Mencium Sungmin dengan dalam kemudian.
Kyuhyun memejamkan matanya, menikmati tangan Sungmin yang membelai rambutnya. Menikmati sentuhan manis Sungmin yang selalu membuatnya nyaman, seolah sentuhan itu mampu menghantarkan ketenangan yang diinginkannya tanpa dia sadari.
"Aku merindukanmu." Kyuhyun berujar dengan suara seraknya, mengusap pipi Sungmin yang mendingin dengan lembut. Hanya sentuhan ringan, lebih lembut dari bisikan, tapi dibubuhi aroma yang menggoda.
Sentuhan sederhana yang menghantarkan getaran dalam diri Sungmin, membuatnya terlonjak yang diakhiri dengan senyuman manis disela pagutan mereka. "Aku juga merindukanmu, Aku sangat merindukanmu, Kyu."
Kali ini Kyuhyun menciumnya lebih lama, kyuhyun tidak memeluknya, namun Sungmin merasakan kehangatan yang selalu dirindukannya setiap saat. Bibir Kyuhyun menciumnya dengan hangat, tekanannya lembut dan membuat seluruh tubuhnya bergetar. Bibir atasnya bergerak pelan, seolah mengundang Sungmin dengan lembut.
Sungmin mengerjapkan matanya dengan polos, menatap wajah tampan Kyuhyun yang begitu dekat dengan wajahnya, mata tajam Kyuhyun sudah terpejam, dan tanpa sadar dia tersenyum kecil, membuka kedua bibirnya dan membiarkan Kyuhyun mencari cela disana. Mengajaknya bermain, dan membuat matanya terpejam erat.
Kenikmatan ciuman itu membuat Sungmin bingung, mereka sudah pernah melakukannya. Namun Kyuhyun selalu membuatnya sesuci sang perawan, membuatnya selalu kebingungan, dengan gairahnya yang seolah meledak tanpa Sungmin sadari.
"Ada apa?"
Sungmin tidak sadar jika Kyuhyun sedikit menjauh dari bibirnya, namun kedua hidung mereka yang bersentuhan membuat Sungmin tahu bahwa Kyuhyun masih begitu dekat dengannya.
"Aku takut aku tidak bisa mengontrol diri lagi, Ming."
Sungmin tersenyum kecil, mendekatkan tubuhnya semkin dekat pada tubuh Kyuhyun, mengabaikan tubuh mereka yang kini melekat sempurna dipintu apartemen. Bibirnya masih menyunggingkan senyuman kecil yang teramat manis. "Aku tidak masalah."
Kyuhyun tidak berkomentar, namun gerakannya lebih cepat. Dan lagi bibirnya menemukan bibir Sungmin, lidahnya menyelinap dengan lembut kedalam bibir Sungmin, tidak menembus dalam tapi jelas mengundang Sungmin untuk menicicipi gairah yang sama yang kini menyelimuti Kyuhyun. Sungmin tidak ragu, dan lidahnya menyambut undangan Kyuhyun dengan baik, lidahnya bergerak lembut dan mengisap lidah Kyuhyun dengan pelan. Hal sederhana yang mengantarkan getaran hebat kedalam diri Kyuhyun, membuatnya tersenyum kecil dalam ciuman panjang milik Kyuhyun.
Kyuhyun melepaskan ciumannya, menjauhkan sedikit wajahnya dan menatap wajah cantik Sungmin yang merona hebat didepannya. Matanya menggelap, seolah ada gairah yang menyelimutinya disana. Matanya memicing, menyelami mata bening Sungmin yang kini menatapnya dengan lembut, sebuah tatapan sayu yang mengundang.
"Kyuh~" Tangan Sungmin bergetar, bergerak menyentuh pipi Kyuhyun yang hangat dengan tangannya yang dingin, memejamkan matanya saat getaran lembut itu menggoda tubuhnya.
Kyuhyun hanya diam, menikmati wajah cantik Sungmin yang terpejam, mengabaikan tubuhnya yang juga bergetar hebat dalam sentuhan Sungmin.
Sungmin membuka matanya, menatap Kyuhyun dan tanpa sadar mendekatkan wajah mereka. Tersenyum kecil sebelum mendaratkan bibirnya dibibir Kyuhyun, menggoda bibir tebal Kyuhyun dengan jilatan-jilatan kecil yang menggetarkan tubuhnya, membuatnya tanpa sadar meremas rambut hitam setengah berantakan milik Kyuhyun dengan erat.
Kyuhyun memejamkan matanya, mempertahankan posisi berdirinya dan mengangkat tubuh mungil Sungmin dengan begitu santai, menggendong tubuh mungil Sungmin dengan tangannya yang memeluk pinggang Sungmin dengan posesif, masih membiarkan Sungmin bermain dengan bibirnya.
Kyuhyun tidak tahu bahwa Sungmin bisa semenggoda ini jika terlihat begitu pasrah.
Sungmin terengah, melepas ciumannya dan menyatukan kedua keningnya dengan Kyuhyun, mata Kyuhyun tengah menatapnya dengan lembut disana, tapi jelas Sungmin tahu bahwa Kyuhyun masih ragu dan tidak ingin melanjutkan apa yang baru mereka mulai. Kakinya melingkar erat dipinggang Kyuhyun. Seperti bertahan dengan posisi yang begitu erotis.
"Apa kau yakin ingin melakukannya?"
Kyuhyun masih bertanya, dengan bibir mereka yang begitu dekat, nafas yang menerpa wajahnya dengan begitu lembut, mata tajamnya yang tengah menatapnya dengan lembut, dan tangan pucatnya yang bergetar memegang pinggang Sungmin yang menempel pada tubuhnya.
"Kau tidak membutuhkan jawabanku untuk saat ini, Kyu." Sungmin ragu dia bisa menjawab dengan benar, entah kenapa dia tidak bisa berpikir dengan baik jika tangan Kyuhyun yang berada dipingganya masih memeluknya dengan lembut. Hanya pelukan, namun entah kenapa Sungmin sama sekali tidak bisa berpikir dengan baik. Semuanya terasa mengabur secara tiba-tiba.
Kyuhyun tersenyum kecil, mendaratkan ciumannya dan kini mencium Sungmin dengan lebih intensif. lidahnya mendesak masuk, mengelola gua hangat milik Sungmin dengan begitu posesif, percampuran saliva menjadi satu. Entah siapa yang menelan diantara siapa, Kyuhyun bergerak pelan, mencari sofa besar ditengah keremangan malam, kakinya melangkah secara perlahan, dengan tangan yang masih memeluk pinggang Sungmin yang ada dalam gendongannya dan bibir yang masih mengeksplor bibir Sungmin dengan lembut. Menikmati bagaimana tautan panas mereka sama sekali tidak terpisah.
Sungmin memejamkan matanya, seolah benar-benar pasrah apa yang akan Kyuhyun lakukan padanya. Kakinya kian mengerat, bergelantungan dengan nyaman ditubuh Kyuhyun yang kini berdiri kokoh disisi sofa ruang tamu.
"Kita tidak harus melakukannya, Ming."
Sungmin mengerjap tidak mengerti, menatap bibir merah Kyuhyun yang bercahaya karena saliva mereka masih menghias disana. Otaknya masih mengabur, dan Sungmin masih tidak bisa berpikir dengan jernih.
"Apa?" Matanya mengerjap begitu polos, dengan tangan yang bermain-main dengan asal dirambut Kyuhyun yang teramat berantakan.
"Aku tidak akan melakukan itu sekarang."
Sungmin sedikit mendongak, menjauhkan tatapannya yang masih ingin menatap bibir merah Kyuhyun dan menatap mata hitam Kyhyun yang menatapnya dengan lembut sejak tadi. Gorden jendela yang terbuka sesekali tersibak angin, membuat Sungmin dapat melihat dengan jelas wajah tampan Kyuhyun yang ada dihadapannya.
"Kenapa?" suaranya terdengar lirih.
Kyuhyun hanya diam, mendekatkan wajah tampannya dan menyatukan kening mereka yang tertutupi poni yang berkeringat. Menatap intens mata bening Sungmin yang masih menatapnya dengan wajah polos. Nafas mereka yang berhembus lembut membuat Kyuhyun dapat merasakan tarikan nafas Sungmin yang belum terkontrol, seolah Kyuhyun hampir membuat Sungmin kesulitan bernafas karena ciuman panjang mereka yang tiada akhir.
Kyuhyun tidak akan melakukannya sampai dia benar-benar siap. Sampai dia sanggup melupakan ketakutan yang selalu tiba-tiba menghampirinya. Atau setidaknya sampai Sungmin tahu yang sebenarnya. Mungkin dia yang tidak siap saat itu, namun setidaknya dia ingin melakukannya disaat Sungmin benar-benar terbuka untuknya. Disaat tidak ada kebohongan yang Kyuhyun tutupi.
"Baiklah." Sungmin menjawab dengan lirih. "Tapi biarkan aku mencium bibirmu sekali lagi."
Kyuhyun tersenyum teramat kecil, mendekatkan wajah tampannya dan kembali mencium bibir Sungmin dengan cepat. Mengabaikan pekikan kaget Sungmin dan memperdalam ciumannya begitu saja. Meredam teriakan Sungmin dengan ciuman yang entah kenapa tidak membosankan sama sekali. Seolah mengemut permen yang disukainya dan tidak ingin ada sisa disana.
Sungmin mengerjap lembut dalam pagutannya, menikmati bagaimana kyuhyun memanjakan bibirnya dengan begitu lihai. Satu hal yang Sungmin syukuri, Kyuhyunnya kembali seperti dulu. Dulu yang dia ketahui.
.
.
0—0
.
.
Bulu matanya panjang, bergelombang diujung memberikan kesan manis jika dia mengerjap. Alisnya tebal, dan Sungmin sangat menyukainya, menurutnya Kyuhyun terlihat begitu tampan jika rambutnya ditata formal, memperlihatkan alis tebal Kyuhyun yang membuatnya terpesona.
Hidungnya mancung, bibir merahnya yang tebal terlihat membengkak. Dan wajahnya merona tanpa Sungmin sadari, menggeleng pelan saat ingatan tentang ciuman panas mereka menghampiri ingatan Sungmin. Semalam Sungmin benar-benar berbeda, bahkan dia tidak mengenali dirinya sama sekali semalam.
Hell, dia mengajak Kyuhyun bercinta. Bahkan seolah memasrakan dirinya pada apapun yang akan Kyuhyun lakukan padanya.
"Tanpa sadar Aku selalu suka ketika dia menciumku." Sungmin berbisik lirih, tangannya terulur dan mengusap pipi Kyuhyun yang pucat, mengusapnya dengan gerakan teramat lembut. "Dia seksi ketika menciumku."
Sungmin lagi-lagi terkekeh, matanya mengerjap lembut menatap Kyuhyun yang terlelap. Seperti seorang malaikat yang terekam dalam sebuah gambar, damai dalam segala pesonanya. Sungmin tidak berniat membangunkannya, karena melihat Kyuhyun yang tertidur adalah momen manis tersendiri dalam hidupnya. Hal yang jarang dinikmatinya karena entah kenapa Kyuhyun benar-benar menjaganya. Kyuhyun tidak akan tidur berdampingan dengannya jika tidak ada alasan yang mengharuskan Kyuhyun tidur disampingnya.
Sungmin mendesah, membawa sisi wajahnya menyandar didada Kyuhyun yang polos. Membiarkan pipinya bersentuhan secara langsung dengan dada Kyuhyun yang berdetak teratur, mengantarkan getaran lembut ketubuhnya.
"Kau mulai sibuk sekarang, sangat-sangat sibuk."
Bibir mungil Sungmin terpaut, membentuk wajah kekanakan yang menggemaskan. Tangannya terulur dan bermain-main diperut polos milik Kyuhyun, membentuk lingkaran-lingkaran abstrak disana. Nafasnya bergerak teratur, sama teraturnya dengan tarikan nafas Kyuhyun.
Membuat Sungmin nyaman dalam satu tarikan nafas yang sama.
Ada gerakan kecil disana, dan Sungmin sadar Kyuhyun bangun karena tingkahnya yang bermain diperut Kyuhyun yang sensitif, apalagi area pusar yang ditumbuhi beberapa bulu-bulu halus. Bulu-bulu yang membuat Sungmin terpesona, membuatnya malu sendiri tanpa Sungmin sadari.
"Kau sudah bangun?" Suara Kyuhyun serak, khas orang bangun tidur. Dan itu terdengar berjuta-juta kali lebih seksi ditelinga Sungmin.
Entahlah, Sungmin merasa berbeda sekarang. Seolah-olah tidak ada lagi jarak yang menghalangi antara dirinya dan Kyuhyun. Sungmin merasa bahwa dia benar-benar luluh pada Kyuhun.
"Um." Sungmin bergumam manis, membawa kedua tangannya menjadi tumpuan dan menunduk menatap Kyuhyun yang kini menatapnya begitu lembut. Wajahnya menunduk dan mendaratkan ciuman selamat pagi disana. "Selamat pagi Kyu."
Kyuhyun mengerjap kaget, menatap tak percaya wajah cantik Sungmin yang kini berada begitu dekat dengan wajahnya. Ada senyum kecil yang teramat manis yang Sungmin berikan untuknya. "Pagi." Balasnya masih dengan wajah bingung.
Ketika dia bangun dan mendapati Sungmin didekatnya dengan senyum manis entah kenapa membuat Kyuhyun merasa bahwa dia masih bermimpi. Mimpi yang dia harapkan tidak akan pergi.
Sungmin mengerucutkan bibir mungilnya tanpa sadar, matanya mendelik menatap Kyuhyun. "Kau melamun?" Tanyanya tak percaya.
Kyuhyun sontak menggeleng, tangannya yang bebas merangkul pinggang mungil Sungmin dengan lembut, semakin mendekatkan jarak diantara mereka. "Aku masih tidak percaya bahwa kau sekarang terlihat begitu berbeda." Kyuhyun terdiam, menatap Sungmin dengan tatapannya yang berbeda. "Kau sangat menggoda, Ming."
Sungmin merutuk wajahnya yang lagi-lagi merona, matanya mengerjap lembut dan menatap Kyuhyun yang kini menatapnya dengan tatapan dalam. "Kau tidak menyukainya?" Tanya Sungmin tanpa disadarinya dengan suara yang ikut bergetar, Kyuhyun berhasil membuatnya gugup pagi ini.
"Aku menyukainya." Kyuhyun tersenyum teramat manis, Wajahnya kian mendekat, memberi sedikit jarak untuk menyelami keindahan mata Sungmin yang kini tengah menatapnya.
"Lalu?"
"Aku takut aku semakin jatuh cinta padamu."
Sungmin terkekeh kecil, bergerak bangun secara perlahan. "Itu adil."
Kyuhyun mengerjap lembut, menatap Sungmin dengan wajah bertanya.
"Karena tidak hanya aku yang selalu jatuh cinta padamu."
Dan Kyuhyun menyukai bagaimana wajah Sungmin merona secara perlahan, dengan lembut dan memberikan warna berbeda diwajah cantiknya yang alami.
Kyuhyun mengangguk, menggenggam tangan Sungmin dengan erat. Menatap Sungmin dengan tatapan sayangnya secara gamblang, tanpa perlu kata-kata yang menyertai.
"Apa yang akan kau lakukan hari ini?"
"Aku ingin bersamamu sepanjang waktu." Kyuhyun menjawab tanpa perlu berpikir sama sekali.
Sungmin menunduk, mendekati wajah tampan Kyuhyun yang masih berbaring. "Kau tidak bisa asal berjanji Kyu, karena aku benar-benar akan menagihnya sampai aku mendapatkannya."
Kyuhyun mengulurkan tangannya yang bebas, mengusap rambut coklat Sungmin yang tertata acak. "Aku akan senang jika kau melakukan itu."
Sungmin mendesah, sesekali memejamkan mata menikmati elusan lembut Kyuhyun pada rambutnya. "Terkadang aku takut jika hal manis seperti ini akan berakhir."
Kyuhyun tidak bersuara, menarik tangan Sungmin untuk mendekat secara perlahan. Bergerak maju dan kembali menciumi Sungmin. Mencegah apapun yang Sungmin pikirkan saat ini. Pagi ini terlalu indah untuk diganggu dengan ketakutan mereka yang selalu hadir secara tiba-tiba.
.
.
0—0
.
.
"Hei."
Seseorang memanggil dengan nada sinis, menatap sosok bertubuh mungil yang hanya berlalu melewatinya tanpa meliriknya sama sekali. Dan itu membuatnya teramat kesal.
"Hei."
Baekhyun menghentikan langkahnya, menatap sebuah tangan yang menahannya dengan kuat. Tubuhnya sontak berbalik dan menatap datar sosok yang tengah berdiri dihadapannya dengan wajah menyebalkan.
"Lepaskan tanganku."
"Bisakah kau bertingkah lebih sopan saat seseorang memanggilmu?"
Baekhyun mendengus tak kalah sinis, menyingkirkan sendiri tangan putih yang menggenggam lengannya. Mengabaikan rasa perih yang menghinggap disana. "Namaku bukan 'Hei', jadi aku tidak berpikir bahwa kau sedang memanggilku."
"Aku tidak peduli siapa namamu."
Baekhyun memutar kedua bola matanya dengan malas. "Kau pikir aku peduli padamu."
Dia mendesis, menatap tajam sosok mungil Baekhyun yang harus mendongak menatapnya. "Bersikap sopan pada seniormu, Byun Baekhyun."
Kata Senior adalah kata yang paling Baekhyun benci. Kata yang membuat orang tidak bersalah harus terlihat bersalah. Kata yang membuat orang kecil yang menyebut diri mereka Junior harus selalu membungkuk pada orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai 'Senior'.
"Apa aku menganggumu Oh Sehun?"
Sehun terbelalak, menatap tidak percaya sosok mungil Baekhyun yang sama sekali tidak terintimidasi. "Kau mengenalku dan masih bersikap seperti itu?"
"Aku sama sekali tidak pernah menganggumu. Aku sama sekali tidak pernah muncul dihadapanmu. Jadi apa alasanmu untuk tiba-tiba muncul dan bertingkah menjadi orang yang sangat menyebalkan." Baekhyun nyaris berbicara dalam satu tarikan nafas.
"Berhenti menganggu Chanyeol hyung."
Baekhyun mengerjap tidak mengerti. Mengganggu Chanyeol katanya? Siapa yang mengganggu siapa disini.
"Aku? Menganggu Chanyeol?"
Sehun mendesis sinis. Membungkuk dan mensejajarkan wajah tampannya dengan wajah cantik Baekhyun yang bersih tanpa polesan make up sama sekali. Terlihat begitu kekanakan dan polos diwaktu bersamaan.
"Berhenti membuat Chanyeol hyung selalu mengikutimu. Berhenti membuat Chanyeol hyung seolah melupakan bahwa dia adalah Publik figur besar di Korea hanya demi orang sepertimu."
Dan entah kenapa Baekhyun benar-benar merasa tersinggung. Matanya mengerjap tidak suka menatap Sehun yang masih menatapnya dengan wajah teramat dekat. Dan Baekhyun bersumpah bahwa wajah Sehun benar-benar putih dan bersih. Sama sekali tidak ada noda yang bisa dia lihat.
"Katakan pada Chanyeol, bukan padaku Oh Sehun-ssi."
Sehun mendengus. "Kau yang harus menjauhinya."
"Kenapa aku?" Baekhyun menjawab datar, membiarkan Sehun menatap langsung kedua bola matanya.
Kenapa Baekhyun? Karena Chanyeol tidak akan mendengarkan Sehun sama sekali. Karena Chanyeol sudah dibutakan oleh orang yang bernama Byun Baekhyun. Orang yang kini membuat Sehun lupa untuk bertingkah menyebalkan.
"Karena memang harus kau." Sehun nyaris berteriak.
Baekhyun mendelik, bergerak cepat dan menyundul jidat mulus Sehun dengan keras. Mengabaikan rasa sakit yang juga menghinggapi jidatnya yang tertutupi poni.
"Kau benar-benar menyebalkan, Albino."
Dan Sehun hanya bisa terdiam saat Baekhyun berlalu begitu saja, meninggalkan sosok tampannya yang hanya bisa mematung menatap punggung Baekhyun yang menjauh.
Dia baru saja ditinggalkan? Seorang Byun Baekhyun baru saja meninggalkan Oh Sehun magnae dari Boyband EXO yang terkenal?
Heol.
Sehun mendelik tidak percaya, mengusap jidatnya yang memerah. Sangat kontras dengan kulitnya yang teramat putih.
Sesuatu baru saja terjadi, Namun Sehun sama sekali tidak menyadarinya.
.
.
0—0
.
.
Sungmin tersenyum teramat manis, menatap Kyuhyun yang menyandar malas disofa dengan tangan yang menggenggam tangan Sungmin sejak tadi. Kyuhyun benar-benar menepati janjinya untuk menghabiskan waktu bersama Sungmin seharian suntuk tanpa melakukan apapun, hanya bersantai dan menonton siaran televisi secara acak.
Dan semuanya mereka lakukan berdua, seolah tidak ada hari esok.
"Sungmin-aaa."
Sungmin mengerjap pelan, beranjak bangun dan urung saat Kyuhyun masih menggengam tangannya, menahannya untuk bangun.
"Sungmin kau dimana?" Eunhyuk nyaris menelan suaranya, menatap sinis sosok Kyuhyun yang hanya menatap datar kearahnya dengan tangan yang masih menahan Sungmin untuk beranjak dari sisinya.
"Selamat sore."
Sungmin menyapa lembut, melotot menatap kyuhyun yang masih bergeming disisinya.
"Aku tidak heran kau terlihat kurus, Ming. Dia pasti menyiksamu kan?"
Sungmin menggeleng dan tersenyum manis, mengulurkan tangannya dan menyalami Eunhyuk yang melangkah mendekat dengan Donghae yang tersenyum dalam diam disisinya. Menatap mereka bertiga dengan wajah tenang.
"Apa kabar, Hyung?" Kyuhyun sontak bersuara, menyapa Donghae yang hanya mengangguk dengan senyum yanag masih menghias wajah tampannya.
"Sangat baik. Bagaimana dengan kalian?"
Sungmin menatap Kyuhyun, tersenyum kecil lalu kembali menatap Donghae yang kini duduk berdampingan dengan Eunhyuk disofa kosong yang ada disamping mereka. "Kami juga baik."
"Kau tidak melakukan hal-hal yang tidak pada Sungmin kan, Kyu?"
Kyuhyun menatap Eunhyuk yang tengah mendelik kearahnya dengan wajah datar. Menarik Sungmin untuk lebih mendekat padanya. "Menurutmu?"
Eunhyuk mendesis, mengalihkan tatapannya dan menatap Sungmin yang masih tersenyum sejak tadi. "Dia tidak menganggumu kan, Ming?" Tanyanya lagi karena tahu dia tidak akan mendapatkan jawaban yang dia inginkan dari Kyuhyun.
Sungmin mengangguk, menjawab pertanyaan yang sama yang Eunhyuk tanyakan. "Dia sangat melindungiku. Jangan khawatir."
Eunhyuk mengangguk pasrah, kembali menatap Kyuhyun yang masih bersikap seenaknya. "Umma memintamu untuk membawa Sungmin kerumah. Jangan memonopolinya seorang diri."
"Aku tidak-"
Sungmin mendelik, menatap Kyuhyun dengan tajam.
"Baik." Kyuhyun mendesah kalah. Mengabaikan senyum kemenangan yang menghias wajah tampan Eunhyuk. "Aku akan membawanya dalam waktu dekat."
Donghae terkekeh kecil, mengusap lengan Eunhyuk yang sejak tadi tertawa bangga. "Kami ingin memberikan sesuatu pada kalian."
Sungmin bergerak bangun meski Kyuhyun belum melepas genggaman tangannya sama sekali. Tangannya terulur dan menerima sebuah amplop berwarna biru shapire dengan pita berwarna silver menghias diatas.
Matanya mengerjap tak percaya, menatap tinta perak yang terukir dengan indah disana.
"2 Juni?"
Kyuhyun mengerjap tak percaya, mengabaikan ekspresi kagetnya dan menatap pasangan yang masih tersenyum manis didepannya.
"Kalian?" Sungmin membeo, tangannya menunjuk Eunhyuk dan Donghae bergantian.
Donghae mengangguk, mengambil tangan kanan Eunhyuk dan menggenggamnya. "Orang tuamu sudah merestui, Kyu." Ada senyum yang teramat puas yang bisa Kyuhyun lihat diwajah tampan Donghae. "Kami akan menikah di Hawai beberapa minggu lagi. Tidak ada alasanku untuk menunda-nunda waktu kebahagiaan kami."
Sungmin mengerjap tak percaya, menatap pasangan dihadapannya dengan mata berkaca-kaca. "Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan." Bibirnya menyunggingkan senyum teramat manis, tangannya bergerak lembut melepaskan genggaman Kyuhyun dan beranjak bangun. Mendekati eunhyuk yang juga berdiri dengan wajah bahagia yang terpancar jelas. "Selamat." Sungmin berbisik tulus, memeluk Eunhyuk dengan erat. "Aku benar-benar bahagia mendengarnya."
Eunhyuk mendesah, mencegah matanya yang berkaca-kaca untuk menangis. Balas memeluk Sungmin dengan erat. "Terima kasih karena mendukung kami."
Sungmin menggeleng, "Aku benar-benar bahagia untuk kalian."
"Dan aku juga berharap kau cepat menyusul kebahagiaan kami."
Sungmin mengangguk dan melepas pelukannya, "Aku juga sangat berharap." Ada senyum teramat manis diwajah Sungmin, dirinya bergerak mendekati Donghae, dan memeluk Donghae juga dengan lembut. "Selamat, Dokter Lee."
Donghae tersenyum manis, mengusap rambut Sungmin dengan lembut. "Terima kasih, Sungmin."
Kyuhyun tersenyum kecil, melangkah mendekat dan menatap anak tertua dikeluarga Cho. "Kau tidak akan menangis lagi kan, Hyung." Eunhyuk menggeleng, namun mata coklatnya berkaca-kaca. "Aku bahagia untukmu, Hyung."
Eunhyuk terisak pelan, memejamkan matanya dalam pelukan Kyuhyun yang erat. "Aku tidak tahu saat seperti ini akan datang, Kyu."
Kyuhyun mengangguk, menenangkan Eunhyuk yang menangis dalam pelukannya. "Semuanya terbayar dengan kesabaranmu selama ini. Tidak ada yang harus kau takutkan sekarang."
Eunhyuk tertawa meski air mata masih menetes dengaan lembut diwajah tampannya. Tangannya bergerak melepas pelukan Kyuhyun. "Kau juga harus menikahi Sungmin sesegera mungkin."
Kyuhyun tertawa kecil, menganggukkan kepalanya dengan pelan. "Aku akan melakukannya secepat mungkin."
Eunhyuk tersenyum manis, kembali memeluk Kyuhyun dengan erat. "Aku hanya mau dia sebagai adik iparku."
"Aku juga hanya mau dia sebagai pasanganku, Hyung."
Eunhyuk tertawa, mengangkat kepalanya dan tersenyum menatap Sungmin yang juga tersenyum manis menatapnya disisi Donghae.
.
.
0—0
.
.
"Aku butuh penjelasan."
Kyuhyun mengangguk tanpa komentar, melangkah duduk disofa empuk berwarna merah marun yang ada dihadapan Siwon. Matanya mengerjap datar, menatap Siwon yang menatap tajam kearahnya sedari tadi.
"Aku tidak akan mengakui apapun."
Siwon mendesis, menegakkan tubuhnya dan menatap Kyuhyun dengan tajam. "Jika kau ingin bermain-main, dengan siapapun itu aku tidak akan memperdulikannya. Tapi jangan dengan Sungmin."
"Kenapa?" Kyuhyun bertanya dengan nada lembut. Teramat lembut.
"Apa kau butuh alasan Kyuhyun-ssi?"
"Karena kau ingin melindungi Sungmin?"
Siwon terdiam, mata tajamnya menatap tidak mengerti kearah Kyuhyun.
"Berhentilah." Kyuhyun mengulang dengan nada yang masih sama. "Berhentilah menjadi sosok pelindung Sungmin, aku akan yang melindunginya mulai saat ini."
"Kau yang berhenti bermain-main Kyuhyun-ssi. Sungmin bukan lahan permainan baru untukmu."
Kyuhyun mendesah, mengulurkan tangannya dan menyesap wine berwarna ungu ditangannya dengan gerakan pelan. "Kenapa kau berpikir aku bermain-main dengannya?"
"Karena dari awal kau tidak berniat padanya. Kau belum bisa melupakan masalalumu. Kau masih terkungkung disana."
"Itu aku atau kau, Siwon-ssi?"
Siwon mendesis. "Aku masih ingin menghormatimu. Jadi bersikaplah sebagai Cho Kyuhyun yang biasanya. Itu sama sekali tidak cocok untukmu."
"Baiklah dan mari berhenti bermain-main." Kyuhyun mengerjap datar, memegang gelas wine ditangannya dengan erat. Tatapan matanya yang tajam menatap langsung kearah Siwon yang juga menatap tajam kearahnya. "Aku tidak pernah bermain-main dengan Sungmin seperti apa yang kau pikirkan saat ini," Tangan Kyuhyun mengibas dengan tatapan penuh intimidasi. "Aku tidak akan pernah melakukan sesuatu hal yang akan menyakiti Sungmin seperti yang kau lakukan selama ini."
"Kau yang berhenti Siwon-ssi. Berhentilah menghantui hidup Sungmin dan hapus rasa bersalah yang mengukungmu sejak dulu. Kau tidak pernah mencintainya, kau menjalin hubungan dengannya karena rasa tanggung jawab dan bersalahmu yang berlebihan. Apa kau pikir Sungmin bahagia selama ini?" Kyuhyun mendesis, mengabaikan emosinya yang tiba-tiba berubah.
"Kau berpikir menjadi orang paling menderita disini. Kau berpikir dengan kau ada disisi Sungmin kau mampu menebus rasa bersalahmu dan membuatnya bahagia. Tapi sadarkah, kau memberinya kebahagiaan semu yang lebih menyakitkan. Kau memberinya harapan, yang kau tau tidak akan pernah bisa kau wujudkan. Karena dari awal-" Kyuhyun menghela nafas dengan kasar. "Kau menjalin hubungan karena rasa bersalah. Tidak ada rasa sayang sedikitpun disana."
"Kau tahu apa?" Siwon bertanya dengan nada berbahaya.
"Aku tahu apa?" Kyuhyun mendesis. "Aku tahu semuanya, Siwon-ssi. Aku tahu Kangin ahjussilah yang mendalangi kematian yang menimpa Ibu Sungmin dan Ayah Baekhyun. Kau terkejut sekarang?" Kyuhyun tersenyum teramat sinis, mengabaikan senyum pias yang ada diwajah tampan Siwon. "Berhentilah bermain-main, kau tahu bahwa kau tidak bisa selamanya melindungi Sungmin dari ayahmu. Kenapa kau tidak menyerah sekarang? Kau tahu bahwa tidak ada yang lebih aman bagi Sungmin selain bersamaku. Aku bisa melindunginya lebih baik darimu"
"Kua tahu itu tidak sesederhana itu bukan?"
Kyuhyun mengangguk. "Tidak sesederhana dengan nyawaku juga sebagai ancaman bukan?"
"Aku yang memulai." Siwon menyahut dengan nada lemah. "Sudah seharusnya aku yang mengakhiri ini semua."
"Ini semua berkaitan dengan Sungmin." Kyuhyun menyela dengan nada teramat datar. Mengabaikan tatapan asing yang Siwon layangkan untuknya. "Kau bisa menertawai aku sekarang Siwon-ssi. Karena aku terjerat kepada Sungmin sekarang. Aku pikir aku tidak akan bisa hidup jika Sungmin tidak ada disampingku. Aku terperangkap dengannya."
"Kau bercanda?"
"Aku tahu kau bisa mengerti apa yang aku maksudkan Siwon-ssi." Kyuhyun beranjak bangun. "Aku hanya meminta padamu untuk tidak mengharapkan Sungmin lagi, aku tidak meminta kau menjauhi Sungmin. Aku hanya ingin kau membiarkan Sungmin hidup dengan baik bersamaku. Aku yang akan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi pada Sungmin sekarang, aku hanya ingin kau melepas tanggung jawab dan rasa bersalahmu pada Sungmin, dan membiarkan Sungmin menjalani hidupnya yang baru bersamaku."
"Kenapa?"
Kyuhyun berbalik, menatap mata Siwon yang menatapnya dengan linglung. Tatapan yang mengingatkan Kyuhyun pada Kibum dulu.
"Karena aku jatuh cinta padanya." Kyuhyun tertawa, seolah menertawai hidupnya yang kini berubah total. "Aku ingin melindunginya karena aku jatuh cinta padanya. Aku tidak melindunginya hanya karena rasa bersalah."
"Kau mencintainya sesingkat ini?" Siwon membeo.
Kyuhyun mengangguk, tatapan matanya beralih pada ponsel canggih milik Siwon yang bergetar. Ada sebuah panggilan masuk disana.
"Aku tidak tahu siapa orang yang membutakan matamu hingga kau sama sekali tidak terpesona pada Sungmin." Kyuhyun tampak berpikir, merasa tidak yakin dengan apa yang dilihat oleh kedua bola matanya."Tapi aku bersyukur, itu artinya aku tidak melukaimu terlalu dalam."
"Jadi ini semua berakhir?"
Kyuhyun mengangguk, membungkuk dengan sopan pada akhirnya. "Terima kasih telah menjaga Sungmin selama ini. Aku benar-benar berterima kasih padamu."
Siwon mematung, lidahnya kelu dan pikirannya terasa buntu. Dia tidak mampu berkata apapun lagi saat Kyuhyun berlalu meninggalkannya. Meninggalkan tubuhnya yang terasa kaku, namun entah kenapa ada yang berbeda. Seolah ada beban yang hilang dalam hidupnya. Hilang begitu saja tanpa Siwon duga sama sekali.
"Apa dunia begitu sempit?" Kyuhyun tertawa begitu miris. Membelakangi Siwon dan melangkah menjauh. Pikirannya penuh dan entah kenapa dia ingin menertawai takdir menyedihkan yang menimpa mereka.
"Kau tidak bisa menyalahkan kepada siapa kau akan jatuh cinta, tapi setidaknya kau bisa bertanggung jawab. Akan melanjutkan, atau menyerah sampai disitu."
Kyuhyun terkekeh, teramat sinis. "Seolah rasa itu akan berlalu seiring berjalannya waktu?"
"Mungkin aku bisa menyimpannya untuk waktu yang lama."
"Berhentilah."
"Aku ingin tapi aku tidak bisa." Kibum mendesis, menatap tajam Kyuhyun yang masih menatapnya tanpa takut. "Aku tidak bisa melupakan bajingan itu meski hanya rasa sakit yang dia berikan padaku."
"Kalian saling mencintai namun bertingkah saling menyakiti." Kyuhyun mengusap wajahnya dengan kasar, membanting pintu mobil dan terdiam didalam mobil. Pikirannya kembali teringat ucapan yang Kibum layangkan padanya beberapa hari yang lalu. "Apa dengan Sungmin bersamaku kalian bisa bersatu?"
Kyuhyun bergumam entah pada siapa. Menatap cermin yang menampilkan wajah tampannya yang pucat.
Dia pikir takdir itu tidak ada, Kyuhyun pikir takdir hanya perumpamaan bagi orang-orang yang pasrah akan nasib yang Tuhan gariskan untuk mereka. Tapi Kyuhyun terdiam, matanya masih tidak percaya saat mendapati wajah tampan sahabatnya ada didalam ponsel canggih milik Siwon, menjadi wallpaper ponsel canggih milik Siwon dengan senyum yang menghias wajah tampan Kibum disana. Sebuah gambar yang sekali lihat membuat Kyuhyun tahu bahwa gambar tersebut diambil secara diam-diam.
"Hah."
Kyuhyun menyerah, merasa pusing dan yakin bahwa ini belum berakhir.
.
.
0—0
.
.
"Kyu, kau datang?"
Kyuhyun mematung, langkah kakinya terhenti begitu saja didepan ruang keluarga apartemen mewah miliknya. Matanya menatap tidak yakin senyum tipis yang ayahnya lemparkan untuknya dari sudut sofa yang berdampingan dengan Sungmin.
"Appa-a?"
Kyuhyun tidak yakin bahwa suaranya yang bergetar adalah suara seksinya selama ini.
"Mendekatlah." Sungmin tersenyum begitu manis, melambaikan tangannya meminta Kyuhyun untuk mendekat.
"Apa ini?" Kyuhyun bergumam tidak percaya, melangkah mendekat dengan tatapan yang tak lepas dari tatapan ayahnya yang menatapnya dengan tatapan tidak terbaca miliknya.
"Beri salam pada ayahmu, Kyu." Sungmin berbisik lembut, tersenyum kecil pada Hangeng dan menarik Kyuhyun untuk duduk disisinya.
"Selamat malam, Appa." Kyuhyun membungkuk sopan, sama sekali tidak mampu menyembunyikan wajah tampannya yang kebingungan.
Kenapa ayahnya bisa datang dan berbicara dengan Sungmin seolah tidak terjadi apa-apa?
Apa ayahnya menerima Sungmin?
"Kau baru pulang?"
Kyuhyun mengangguk sopan, mengalihkan tatapannya dan menatap Sungmin yang masih tersenyum disampingnya. "Bagaimana kabarmu, Appa?"
Sungmin mendesah, menatap interaksi canggung dihadapannya dengan wajah menggeleng.
"Aku akan lebih baik jika kau tidak menghindar lagi, Kyuhyun-ah."
Kyuhyun terdiam, wajah tampannya sontak menunduk. Ini pertama kali ayahnya mengeluh tentang keputusannya yang ingin hidup jauh dari keluarga. Seolah-olah lari dari kenyataan ada pailihan yang paling baik untuknya.
"Maafkan aku."
Hangeng tersenyum kecil, beranjak bangun dan tersenyum manis pada Sungmin yang membungkuk sopan padanya.
"Tidak bisakah Appa menginap disini untuk malam ini?"
Kyuhyun mendongak, menatap bingung wajah cantik Sungmin yang tersenyum manis pada Hangeng. Berapa lama Sungmin berbicara dengan Hangeng hingga Sungmin bisa memanggil Hangeng dengan sebutan begitu akrab?
Apa yang tidak Kyuhyun ketahui disini?
"Kalian yang harus mengunjungi kami. Berkunjunglah ke Mansion, Ming."
Sungmin mengangguk, membungkuk sopan dengan senyum manis menghias wajah cantiknya. "Aku pasti akan mengajak Kyuhyun kesana. Terima kasih telah mengunjungi kami."
Hangeng mengangguk, mengulurkan kedua tangannya dengan lembut, "Kemarilah."
Sungmin mengangguk, meninggalkan Kyuhyun dan melangkah mendekati Hangeng, Memeluk sosok paruh baya dihadapannya dengan lembut. "Terima kasih karena menerimaku." Sungmin berbisik dengan sendu, menolak matanya yang berkaca-kaca.
"Sudahlah." Hangeng mengusap rambut Sungmin dengan lembut, melemparkan tatapan yang sulit Kyuhyun pahami. "Antarkan Appa kedepan, Kyu."
Kyuhyun mengangguk, mengikuti langkah hangeng yang menjauh setelah sebelumnya mengusap rambut Sungmin dengan lembut sekali lagi. Kakinya mengikuti langkah Hangeng dengan banyak pertanyaan memenuhi pikirannya.
"Kau terkejut?"
Kyuhyun menghentikan langkahnya, menatap Hangeng yang kini tengah menatapnya.
"Semuanya menjadi tanggung jawabmu sekarang, Kyu." Kyuhyun terdiam, menatap tidak mengerti kepada ayahnya yang kini tersenyum begitu lembut, senyum yang selalu mampu menenangkan Kyuhyun sejak dulu. "Apapun keputusan dan langkahmu, kau tahu Appa akan selalu mendukungmu."
Matanya mengerjap tidak mengerti, tubuhnya kaku saat Hangeng melangkah mendekat dan memeluknya dengan pelukannya yang kokoh. "Selamat datang kembali, Cho Kyuhyun."
Kyuhyun hanya bisa mematung menatap punggung ayahnya yang menjauh.
Selamat datang kembali?
Apa selama ini Kyuhyun menyakiti keluarganya? Apa yang sudah Kyuhyun lakukan selama ini? Apa dia benar-benar menjaga jarak dari orang-orang yang snagat menyayanginya?
Rasa bahagia dan sesal bercampur menjadi satu. Memenuhi rasa kosong yang selama ini menemaninya. Hanya pelukan, namun Kyuhyun tahu ayahnya memaafkannya dan siap memeluknya sekali lagi.
"Menangislah."
Kyuhyun berbalik, menatap Sungmin yang kini tengah mengulurkan kedua tangannya. Menunggu Kyuhyun untuk memeluknya.
"Lepaskan semua masalahmu dan menangislah."
Kyuhyun terdiam, melangkah dengan kaki yang terasa lemah dan memeluk Sungmin dengan erat. Membiarkan air mata asing meluncur bebas dari wajah tampannya.
Hanya pelukan, dan Kyuhyun merasa begitu tenang. Apapun yang terjadi nanti, Kyuhyun hanya ingin mengenang pelukan hangat yang selalu siap Sungmin berikan untuknya.
.
.
TBC
.
.
Hai ! Selamat mengulang hari senin yang menyibukkan XD
PurpleLittleCho+NurindaKyumin Maaf karena kelamaan update sampai jalan ceritanya dilupaiin, tapi jangan lupain Kyumin yaa XD and terima kasih udah tetap review sampai saat ini.
DinaLee96 Kecerewetanmu belum berubah juga saeng, haha eonni jadi tersipu (?) bacanya. Aduh gimana ya, kisah cinta Sibum itu mengingatkan Eonni pada Goowon couple. Belum bisa move on buk XD tetap baca terus and review yaa. Salam sun dan sayang *eh
Orangegirls Aduh Kangin itu jalan pikirannya susah ditebak, dika aja sampai bingung apa yang harus dika lakukan padanya *apa-apaan ini. Haha intinya mah tetap pada sama yaa, Kyuhyun dan Sungmin jangan berpisah dan Sibum kalau bisa juga disatuin. Itu juga mau dika kok, jadi tetap baca dan review yaa. Terime kasih XD
Prisna+Gyuminever Apa dipikiran kalian hanya ada mereka EnCian? Astaga, dika tidak tahu bahwa para joyer begitu mesum *ditabok massa. Ada kok, ada. Tapi sabaar yaa, adegan diatas cukup menghibur kan ya? *tutupmuka
Calum'sNoona Insya Allah gak bakal discountinued kok. Hehe tapi terkadang entahlah yaa XD doaiin dikaa biar sadar, pikirannya jangan ngambang mulu.
Lusiwonest Makasih udah Fav *malu. Ini juga dibuat panjang, panjang bangeeeeet malah. Iya kan ya?
Choco137 Welcome back! Serasa lagi nyanyiin lagu Ikon *eh. Terima kasih atas sambutannya, terima kasih cerita panjang lebarnya. Itu bibir Ming udah gak beku lagi, cukup kan ya? Iyakan? Haha terima kasih udah review *kecupsayaaang
Buat semuanya yang gak bisa Dika sebutin satu persatu. Terima kasih banyaaaak. Chapter depan kalu bisa pasti bakal dika jawab lagi kok bagi yang nanya. Pokoknya terima kasih. Tetap semangatin dika yaaa *ini ngarep loooh. Hehe XD
PS : Buat Chanbaek shipper yang nanya nasib Chabaek gimana, dika pinginnya buat Pathos tapi dari sudut pandang Chabaeknya sendiri. Artinya disana kisah yang diangkat kisah Chanyeol sebagai anggota EXO dengan 4 member (Chanyeol, Suho (leader), Kai, dan Sehun(Magnae). Lalu tentang Baekhyun yang jadi Trainee dan berusaha untuk debut dengan kisah Kyumin sebagai pengiring. Kalau emang ada EXO-L yang berminat, mungkin Pathos versi Chabaek judulnya bakalan jadi ATHANASIA dan bakalan dika update kisaran minggu ini juga. Jadi dika liat respon dulu yaa :)
"Tidak ada penulis yang tidak bahagia jika tulisan milik mereka dihargai" Ini curhaaaaat .