Luas, semu dan tidak tersentuh. Kumpulan awan itu seolah menyapa dan akhirnya tertinggal, menyisahkan pemandangan yang sama sejak satu jam yang lalu.

Changmin mengerjap tidak percaya, manusia tampan dengan tinggi yang sedikit diatas normal itu mengalihkan perhatiannya dari lautan awan dan menatap dekorasi mewah jet pribadi milik Kyuhyun.

Disana, Kyuhyun tengah menatap seorang pemuda yang tertidur dengan bantuan selang pernapasan dengan mata tidak terbaca. Tangan Kyuhyun masih berada disana, ditangan pucat milik Sungmin.

Laki-laki yang baru dikenalnya, namun sudah menjungkir balikkan kehidupan seorang Cho Kyuhyun, Changmin menyadari itu dengan baik.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan, Kyu?"

Kyuhyun tersenyum lembut, bahkan mungkin jika orang terdekat Kyuhyun yang melihatnya, tidak akan ada yang percaya. Bahwa Kyuhyun bisa tersenyum begitu lembut, Bahkan Changmin sekalipun.

"Membawanya pulang bersamaku." Mungkin jika Changmin seorang wanita, dia akan terpesona pada Kyuhyun saat ini. Ada aura yang berbeda disana. Aura yang membuat seorang Cho Kyuhyun terlihat begitu lembut. "Bukankah kau yang memberi saran?"

"Yak." Changmin tanpa sadar berteriak. Laki-laki tampan itu mendesah frustasi. "Aku gila, hilang akal, bodoh atau apapun namanya itu, aku tidak bermaksud mengatakan hal itu tadi. Sejak kapan kau mau mendengar saran dariku."

"Aku tidak peduli." Kyuhyun mengalihkan pandangannya dari Sungmin untuk pertama kalinya sejak pesawat lepas landas, matanya yang tidak terbaca menatap Changmin. "Aku akan menjadikan Sungmin milikku, dan tidak ada yang bisa menolaknya." Changmin mendesah berat. "Kau tahu itu."

"Tapi Kyu-" Changmin mengindahkan tatapan protes dari Kyuhyun. "Sungmin memiliki kehidupan sendiri, bagaimana mungkin kau ingin mengambil kehidupan Sungmin dengan kemauanmu yang harus selalu terpenuhi itu."

Mungkin jika orang lain yang mengatakan itu, Kyuhyun tidak akan berfikir dua kali untuk melemparnya keluar dari pesawat, namun disana adalah Changmin, sahabat dan orang kepercayaan keluarganya sejak mereka belum bisa melangkah bersama.

"Aku tidak mengambil kehidupan Sungmin," Changmin merasakan aura yang berbeda disana. "Aku hanya memberikan kehidupan baru yang lebih baik untuk Sungmin."

"Baik untukmu atau Sungmin, Kyu?"

"Untukku dan juga Sungmin."

Dan Kyuhyun menjawabnya seolah dia mengatakan akan menikahi Sungmin besok bagaimanapu caranya. Tidak peduli bagaimanapun rintangan yang akan dihadapinya.

Teguh, pasti, dan tidak dapat diganggu gugat.

"Aku tidak tahu kau Gay?"

Kyuhyun menatap Changmin, dan Changmin heran bagaimana dia berani untuk ikut menatap Kyuhyun. "Aku berfikir aku tidak Gay." Kyuhyun menjawab yakin, tangannya masih menggenggam tangan Sungmin yang memakai infus dengan lembut. "Aku tidak menyukaimu yang notebane seorang laki-laki, sedikitpun tidak."

Entah Changmin harus merasa tersinggung atau tidak.

"Aku juga tidak pernah menyukai laki-laki manapun."

Tanpa sadar Changmin mendesah lega, seolah Kyuhyun yang tidak menyukainya –sedikitpun tidak- merupakan sebuah penghinaan besar.

"Karena aku hanya menyukai satu laki-laki untuk pertama dan terakhir kalinya, dan itu hanya-" Changmin lagi-lagi tersentuh, saat Kyuhyun mengalihkan tatapannya dan menatap lembut ke arah. "Sungmin, Lee Sungmin."

Changmin menggelengkan kepalanya, menghilangkan perasaan mudah tersentuhnya dan kembali menatap tajam ke arah Kyuhyun.

"Jika Sungmin sadar dan dia menolakmu, apa yang kau lakukan?"

Changmin dapat melihat mata Kyuhyun kini menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat. "Dia tidak akan bisa menolak Cho Kyuhyun."

"Bagaimana dengan Baekhyun, kau fikir bagaimana khawatirnya Sungmin jika sadar nanti?"

"Aku bisa menyingkirkannya." Changmin tanpa sadar melempar tatapan horor. "Tapi aku fikir masih ada cara lain yang lebih mudah, itu sederhana."

Changmin mendesis, hampir berdiri dari tempat duduknya jika tidak ingat sabuk pengaman yang masih dikenakannya. "Kau tidak mengenal Sungmin, Kyu. Bagaimana bisa kau membiarkan dia merubah semua hidupmu dalam waktu singkat. Kau tidak gila kan?"

"Aku tidak akan marah jika kau menyebutku gila karena Sungmin."

"YAK." Changmin sontak menarik nafasnya dengan gusar. "Dia bukan laki-laki biasa seperti yang kau kira."

"Apa yang tidak kau katakan tentang Sungmin padaku kemarin?" Kyuhyun bertanya dingin, bahkan teramat sangan dingin, benar-benar merasa terganggu disana.

Changmin mendesah gusar, merapikan posisi duduknya dan dengan berani balas menatap Kyuhyun yang kini menatap intimidasi ke arahnya, tatapan yang dijamin akan membuat seorang yang memiliki penyakit asma akan pingsan secara mendadak.

"Alasan Sungmin dan Ibunya pindah ke China karena keluarganya kecelakaan di Korea, hanya dia dan Ibunya yang selamat. Sungjin adiknya, dan ayahnya meninggal ditempat."

Kyuhyun tidak tahu, tapi tatapan intimidasinya berubah datar secara perlahan tanpa disadarinya.

Semua tentang Sungmin, mempengaruhi emosinya.

"Dia lupa ingatan sepuluh tahun yang lalu, sejak kecelakaan sampai ibunya memutuskan untuk menikah dengan keluarga Byun dan menetap bersama mereka di China."

"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"

Oke, Changmin menyesal, suara Kyuhyun kali ini benar-benar berbeda. "Aku fikir kau hanya bermain-main dengannya, seperti yang sudah-sudah. Dan sama sekali tidak ada yang menarik dalam diri laki-laki polos sepertinya yang menurutku akan membuatmu begitu tertarik. Aku tidak menyangka kau akan sampai sejauh ini."

"Jangan menghina Sungmin."

Changmin mendesah frustasi. "Bukan itu yang aku khawatirkan sekarang-" Tangannya lagi-lagi mengibas, gerakan aneh yang timbul saat dirinya begitu gelisah. "Ibu dan ayah tiri Sungmin meninggal karena sebab yang sama Kyu, Kecelakaan. Dan itu sama sekali tidak wajar."

Kyuhyun diam, matanya sontak menatap Changmin dengan tatapan tidak percaya. Namun tetap saja, wajah si tampan bermarga Cho itu terlihat begitu datar. "Apa maksudmu ini semua kesengajaan?"

Changmin mengangguk lemah. "Menurutku itu bukan kecelakaan biasa, dan sampai sekarang Sungmin masih kabur dengan masalalunya. Dia tidak benar-benar hidup sebagai Lee Sungmin."

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Sungmin?"

Changmin menggeleng frustasi, sama frustasinya dengan tatapan yang Kyuhyun layangkan padanya. "Yang jelas, Hidup Sungmin dipermainkan oleh seseorang."

Tangan Kyuhyun mengepal erat, dan yang Changmin lihat. Kyuhyun menggenggam tangan pucat itu dengan posesif. Ada pancaran tidak biasa disana.

Pancaran yang membuatnya sadar-

Kyuhyun benar-benar terikat dengan Sungmin.

.

.

PATHOS

.

Kyuhyun milik Sungmin, Sungmin milik Kyuhyun.

Saya percaya itu.

.

YAOI, BxB, M!warning, M-Preg, Typo(s), Bahasa yang tidak sesuai ejaan yang disempurnakan, membingungkan, dan berantakan.

.

Disclaimer : Mereka semua milik Tuhan, orang tua mereka, dan tentu saja diri mereka sendiri. Namun saya percaya, cerita ini milik saya XD

.

.

Berani baca, Berani komentar bukan? XD

.

.

Chapter 2

.

"Apa kau yakin dengan keputusanmu?"

Kyuhyun menatap Changmin dengan tatapan bosan, hanya tatapan karena wajahnya sedatar papan seluncuran. "Aku bosan mendengar pertanyaan tidak kreatif milikmu."

"Aku hanya tidak yakin dengan keputusanmu, ini terlalu cepat dan tidak masuk akal. Da dia-" Changmin mengibaskan tangannya dengan gelisah.

"Laki-laki?"

Changmin mengangguk cepat.

"Aku tidak peduli."

Dan sama cepatnya dengan wajah Changmin yang sontak berubah, menatap emosi ke arah Kyuhyun. Bagaimana bisa dia memiliki sahabat yang begitu mirip dengan iblis.

"Baik, sekarang kenapa kau tidak membawanya ke Rumah sakit? Dia terluka, dan jelas butuh perawatan lebih untuk kesembuhannya."

"Kau fikir kenapa aku membawanya ke apartemenku?"

Changmin terdiam, menatap tak mengerti ke arah Kyuhyun. "Kau ingin merawatnya seorang diri?"

Kyuhyun menghela nafas, menatap Changmin dengan tatapan tanpa emosi miliknya. "Yang pasti Sungmin akan kembali sehat."

Baik, Changmin menyerah. Dia hanya mengangguk dan urung bertanya karena dia tahu Kyuhyun tidak akan pernah secara sukarela menjawab pertanyaannya. Tentu saja. Dia Cho Kyuhyun. Manusia dingin berhati iblis yang kini tergila-gila dengan pemuda bernama Lee Sungmin.

Sebuah keajaiban lain untuk hari ini. Yang Changmin tahu, dan dia yakin dia tidak amnesia. Kyuhyun sangat tidak suka jika ada seseorang yang memasuki kamarnya, bahkan saudara laki-laki ataupun perempuannya sekalipun.

Tapi sekarang?

Changmin mendesah, menatap gadis yang kini membungkuk sopan kearah Kyuhyun. Gadis yang baru saja melangkah keluar dari kamar yang kini ditempati Sungmin, kamar milik seorang Cho Kyuhyun, yang membuka pintunya saja Changmin tidak pernah.

Oke, Changmin iri dengan Sungmin sekarang.

"Saya sudah merapikan semua kebutuhan teman anda, saya sudah memastikan bahwa infus, selang pernapasan, dan pendeteksi jantungnya berjalan dengan baik. Ada lagi yang anda inginkan, tuan?"

Kyuhyun kembali menjadi Kyuhyun yang biasa, seorang pewaris keluarga Cho yang dingin dan mengintimidasi. "Tugasmu selesai sekarang." Suara bassnya yang dingin namun anehnya digilai semua wanita terdengar singkat, tangannya terulur menyerahkan sebuah cek kosong. "Kau bisa isi berapapun yang kau mau, tapi pastikan kau melupakan semua yang kau lakukan hari ini."

Tanpa uangpun, Changmin yakin gadis itu sama sekali tidak akan mengatakan apapun. Tatapan Kyuhyun, seorang iblis pun akan merasa iri dengan tatapannya yang sangat mengintimidasi.

"Baik tuan." Gadis yang tidak diketahui namanya itu sontak membungkuk, menerima uluran cek kosong dari Kyuhyun dan menggenggamnya dengan erat. "Saya permisi."

Dan seperti biasanya, Kyuhyun sama sekali tidak peduli.

.

.

.

~...~

.

.

.

Kyuhyun tidak tahu rasanya jadi patung, Kyuhyun tidak tahu bagaimana rasanya ketika tubuhnya mati suri, Kyuhyun tidak tahu rasanya menjadi kaku. Namun Kyuhyun tidak menyadari saat dirinya merasakan itu semua sekarang.

Tubuhnya yang terdiam bagai patung dipinggir tempat tidur mewah miliknya, kakinya yang tiba-tiba tidak bisa melangkah seolah mati suri, atau bahkan kedua matanya yang serasa kaku bahkan untuk mengerjap sekalipun.

Kyuhyun kebingungan, tangannya terkepal erat saat retina matanya menangkap gambar Sungmin yang tertidur diatas tempat tidur miliknya, tubuhnya yang terbungkus banyak perban mengenakan sebuah piama lembut berwarna biru, ada selimut besar berwarna putih yang membungkus kakinya hingga pinggang, seolah memberikan kehangatan pada tubuh Sungmin yang terlelap.

"Hai sayang," Kyuhyun berujar parau, memaksakan tubuhnya untuk bergerak dan mendudukkan dirinya disamping Sungmin, kembali menggenggam tangan lembut Sungmin yang tidak bertenaga, tangan yang begitu pas dalam genggamannya dan kini ada selang infus yang menganggu disana. "Aku, Kyuhyun. Kekasihmu."

Kyuhyun tidak mengharapkan jawaban, karena dia tahu belum saatnya Sungmin-nya menjawab pertanyaannya. "Apa kau merasa sakit?"

Ada suara parau disana. Namun Kyuhyun tidak peduli, tangannya masih menggenggam tangan Sungmin dengan lembut.

"Terkadang aku menyesal, kenapa aku baru sekarang melihat malaikat sepertimu."

Mata onixnya mengerjap lembut, menatap wajah tampan mendekati cantik milik Sungmin yang kini terlihat pucat. Ada perban yang membungkus kepala dengan surai hitam milik Sungmin, mata beningnya yang Kyuhyun suka tengah terpejam dengan bulu mata lentiknya yang seolah memberikan keindahan tersendiri disana, Hidung bangirnya tertutupi oleh selang pernapasan yang membantu nafas Sungmin. Dan disana, bibir merahnya yang berbentuk M kini pucat dan terkatup rapat.

Namun dimata Kyuhyun,

Semuanya tetap indah.

"Kau tidak melupakan aku kan?"

Kyuhyun tidak perlu menoleh untuk tahu bahwa Changmin kini memasuki kamarnya, dan Kyuhyun juga tidak perlu menoleh untuk tahu bahwa Changmin kini menilai dan menatap kemewahan kamarnya untuk yang pertama kalinya.

Bersyukurlah karena ada Sungmin, karena kalau tidak. Kyuhyun tidak perlu berfikir dua kali untuk mengusir Changmin sekarang juga.

"Aku tidak tahu kamarmu semenarik ini."

Changmin tidak heran saat Kyuhyun seolah-olah tidak menganggapnya ada, dia sudah kehabisan rasa terkejut semenjak kedatangan Sungmin.

Percayalah.

"Aku hanya ingin memberikan rekaman medis milik Sungmin karena kecelakaan sepuluh tahun yang lalu."

Dan Changmin serasa ingin memaki saat Kyuhyun kini menatapnya, menatap fokus ke arahnya.

Oke, Changmin harus ingat jika yang ada didalam otak Cho Kyuhyun sekarang hanya Sungmin, Sungmin dan Lee Sungmin.

"Aku mencetaknya di ruang kerjamu tadi, tidak masalah kan?"

Kyuhyun menatap Changmin, dan Changmin tahu bahwa Kyuhyun tidak marah, hal yang biasanya akan membuatnya pulang dengan kaki pincang. Dulu, sebelum ada Sungmin.

Kini tidak,

Oke, ini karena Sungmin lagi.

Kyuhyun menerimanya, membukanya dan membacanya dengan serius, mengabaikan Changmin dan sama sekali tidak mengucapkan terima kasih.

Oke, yang di China Kyuhyun hanya khilaf. Atau Changmin yang berhalusinasi mendengar Kyuhyun mengucapkan terima kasih.

"Baik." Changmin mendesah pasrah. "Karena aku tidak diperlukan, aku akan kembali ke China, tapi mungkin aku ingin menghubungi calon kekasihku terlebih dulu."

Kyuhyun sama tidak peduli, bahkan ketika Changmin jelas-jelas menyindir dengan kata-kata 'Calon Kekasih' yang sangat sensitif untuk Kyuhyun yang biasanya. Changmin menyerah, hendak melangkah keluar sebelum Kyuhyun menghentikannya sesuka hati.

"Pastikan Donghae Hyung kemari sekarang juga."

"YAK." Changmin tanpa sadar berteriak, melempar tatapan frustasinya kearah Kyuhyun yang memasang wajah datar tanpa pose miliknya. Wajah yang membuat semua kaum hawa menjerit frustasi karena terpesona.

"Sungmin-ku tidur, Shim."

Changmin melotot geram, menahan tangannya yang mengepal. "Donghae itu seorang dokter spesialis Cho, dia memiliki pasien dan juga tugasnya sendiri dirumah sakit. Bagaimana bisa kau memerintah sesuka hati hah?"

"Pernahkah aku meminta sesuatu yang normal?"

Urat kesabaran seorang Shim Changmin hampir putus. Matanya melotot gemas. "Tapi kau tidak ingan identitas Sungmin diketahui orang lain kan."

"Benar." Kyuhyun menjawab datar, lagi-lagi sedatar papan seluncuran. "Tapi kau tahu Donghae Hyung bukan orang lain kan? Dia hanya menunggu restu dari Eommaku untuk menikahi Eunhyuk hyung."

Changmin kalah, matanya mengerjap lemah sebelum melangkah menuju pintu, meninggalkan kamar 'menarik' milik Kyuhyun dengan Kyuhyun yang lagi-lagi tidak peduli.

Heran, bagaimana bisa Changmin begitu sabar menghadapi sebuah iblis tidak berperasaan.

"Shim."

Changmin mengulurkan kepalanya dari celah pintu, sungguh mengherankan bagaimana bisa dia mendengar suara Kyuhyun yang begitu datar dari dalam kamar. Mungkinkah bisikan Kyuhyun seperti alarm ditelinga Changmin?

Entahlah. Changmin mendesah, dan menatap pasrah ke arah Kyuhyun. Apapun perintah Kyuhyun, itu kewajiban untuknya.

"Pastikan Baekhyun baik-baik saja."

Changmin tidak jadi memaki walau Kyuhyun kembali menatap Sungmin dan mengabaikan kehadirannya untuk yang kesejuta kalinya.

Menenggelamkan dunianya disana.

Tapi yang Changmin tahu, Kyuhyun juga memikirkan keadaan Baekhyun.

Dan dia terlihat sedikit, err-

Manis.

.

.

.

~...~

.

.

.

Baekhyun mengabaikan laptop berlayar hitam dihadapannya dengan tatapan kosong, tangannya berada diatas keabord, namun tidak ada pergerakan berarti disana.

Layar laptop sudah menjadi hitam entah sejak kapan, lampu birunya berkelap-kelip tanda bahwa laptop itu lama tak tersentuh. Laki-laki manis dengan wajah pucat itu hanya menatap kosong pada jendela yang terbuka didepannya, membiarkan angin pagi dan malam menyapanya.

Entah sejak kapan dia duduk disana.

Ponsel Nakia lama miliknya bergetar, dengan enggan tangannya terulur untuk melihat sebuah pesan baru. Dan disana ada sebuah laporan dari Bank dengan nomor rekening miliknya.

Baekhyun membukanya dengan malas, namun matanya sontak mengerjap tidak percaya.

From : BNC

TRX. Rek 557225467-1534 : Transfer to BYUN BAEKHYUN sebesar 100.000.000 yen pada tanggal 23/07/15 pukul 07.15.08

Baekhyun mengerjap, menatap ponsel jadul miliknya dan jam weker dimeja belajarnya yang menunjukkan pukul tujuh pagi lebih lima belas menit.

"Hal aneh apalagi ini?"

Bibirnya mendesis, tangannya gemetar memegang ponsel ditangannya, matanya mengerjap gelisah menatap matahari pagi yang mulai bersinar.

"Kemana kau, Hyung?" Suaranya lantas bergetar, ada bayang-bayang air mata dimata bening miliknya. "Apalagi yang sekarang terjadi padamu?"

Dan tiba-tiba saja, Baekhyun menenggelamkan wajah manis miliknya disela kedua tangannya yang terlipat, terisak takut disana. Tubuhnya bergetar hebat, dan suara isakannya lantas teredam.

"Sekarang, jangan tinggalkan aku sendiri Hyung."

.

.

.

~...~

.

.

.

"Jangan menyentuhnya."

Donghae memutar kedua bola matanya, menatap Kyuhyun yang tengah menatap datar kearahnya. "Bagaimana bisa aku memeriksanya jika kau melarang stetoskopku menyentuhnya Kyu?"

Kyuhyun mengerjap datar, menjauhkan tangannya dan diam saat Donghae, Calon kakak ipar yang belum diterimanya untuk melakukan prosedur pemeriksaan terhadap Sungmin, calon kekasihnya yang sudah pasti diterima.

Kyuhyun masih diam, mengepalkan tangannya saat Donghae menyentuhkan benda bulat bernama stetoskop didada putih –oh milik Sungmin, menatap serius kesana lalu menjauhkan tangannya tepat saat emosi Kyuhyun mulai tidak normal.

"Detak jantungnya lemah namun gerakan nadinya normal."

"Apa artinya?"

Donghae menatap Kyuhyun yang masih menatap datar kearahnya, namun satu yang membuatnya bingung dari tadi, tangan Kyuhyun tidak lepas dari tangan laki-laki atau perempuan, entahlah. Yang diperiksanya, -sejak kedatangannya.

"Dia dalam masa Trans." Donghae mengangguk mengerti saat Kyuhyun menatapnya datar, namun dia tahu Kyuhyun sedang bertanya, ada kebingungan dan juga rasa takut disana. "Kau bisa menyebutnya seperti tidur yang panjang, dia tidur layaknya kita, namun ada kesakitan yang tetap saja tidak menganggunya."

"Koma?"

"Bukan." Donghae mendesah, menarik sebuah kursi dan duduk disana, berhadapan dengan Kyuhyun. "Ini berbeda dengan koma, koma membutuhkan perawatan intensif, tapi dia tidak." Donghae menatapnya ragu, jelas pemuda itu mengalami sebuah benturan keras dikepalanya, dan banyak luka-luka disekujur tubuhnya. "Dia seperti sudah 'biasa' mengalami ini, tubuhnya tidak merespon sakit ini secara berlebihan, jadi lebih terlihat bahwa dia sedang tidur panjang dan hanya menunggu waktu untuk bangun. Kau bisa menyebutnya 'Mati rasa' pada tubuhnya sendiri."

Kyuhyun mengerjap, ada kilatan khawatir dimata hitam miliknya, tanpa sadar tangannya mengelus lembut tangan milik Sungmin.

"Apa yang terjadi padanya?"

Kyuhyun menatap Donghae, namun dia menggeleng tetap dengan wajah super datar miliknya.

"Aku tidak tahu siapa dia, dan aku yakin Eunhyuk juga tidak tahu." Donghae diam saat Kyuhyun menatap sedikit dingin kearahnya, lelaki itu mendesah sebelum mengangguk. "Baik, aku hanya ingin kau menyiapkan nutrisi di infusnya, karena aku yakin itu yang sekarang dia butuhkan."

Kyuhyun mengangguk. "Kapan dia akan sadar?"

Donghae fikir Kyuhyun sariawan atau mungkin bisu mendadak, namun dia sontak menggeleng menghilangkan fikiran konyolnya dan mengangkat bahunya. "Tidak tahu pasti kapan dia akan bangun Kyu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor eksternal. Ada yang beberapa hari, tapi ada yang sampai berbulan-bulan."

"Tidak untuk sungmin kan, Hyung?"

Namanya Sungmin, Donghae mengangguk dan tersenyum lembut. "Kita berharap saja seperti itu, Kyu."

Kyuhyun sontak mendesah, matanya mengerjap pelan sebelum kembali menatap Sungmin, mengabaikan tatapan tertarik yang jelas-jelas dilayangkan Donghae kearahnya.

"Kau tidak akan menceritakannya pada siapapun kan?"

Donghae menatap Kyuhyun. "Termaksud Eunhyuk dan saudarimu?"

Kyuhyun mengangguk yakin.

"Baik, aku ikuti kemauan keluarga pasien." Dia tersenyum kecil, merapikan tas dokternya dan beranjak bangun. "Aku akan kembali ke rumah sakit, tapi aku akan tetap mengontrol Sungmin dan membawa obat yang dibutuhkannya."

Kyuhyun menatap Donghae, dan untuk pertama kalinya sejak Eunhyuk –Kakak laki-lakinya menerima Donghae. Kyuhyun benar-benar bersyukur mengenal Donghae.

"Hyung."

Donghae menghentikan tangannya yang hendak menutup pintu, berbalik dan menatap Kyuhyun yang tengah menatapnya dari sisi tempat tidur.

"Baru kali ini aku benar-benar bersyukur Eunhyuk Hyung memiliki kekasih sepertimu."

Donghae terpana, mengerjap pelan saat Kyuhyun kembali menatap Sungmin, meninggalkan Donghae yang terpaku dengan wajah bingung.

"Itu Cho Kyuhyun kan?" Dia berbisik tak percaya, menutup pintu kamar Kyuhyun dan tersenyum lebar tanpa di sadarinya. "Tinggal menunggu restu dari Eommamu saja Eunhyukie sayang."

.

.

.

~...~

.

.

.

Matanya mengerjap datar, mata beningnya yang berwarna coklat kebiruan menatap aktifitas dihadapannya dengan tatapan bosan, rambut panjangnya yang tebal tersanggul diatas kepalanya, menyisahkan beberapa helai yang jatuh sembarangan, memperlihatkan wajah manis khas Asia.

Tubuhnya tinggi untuk seorang wanita, baju kaos kebesaran berwarna putih bergradasi merah muda yang dikenakannya hanya mampu menutupi separuh paha putih miliknya yang tanpa cela, sesekali celana lepis hitam pendek miliknya terlihat saat dia melangkah dengan sebuah koper berwarna pink ada ditangan kanannya.

Mata dengan bulu mata panjang dan lentik miliknya sesekali mengerjap, matanya menyusuri area penjemput dibandara Incheon Airport dengan mata memicing, mencari seseorang yang mungkin dikenalnya.

Bibir tebalnya yang berwarna pink tertarik membantuk senyuman kecil, tangan kirinya ikut melambai saat orang yang dikenalnya melambai disana. Dia tersenyum manis dan mempercepat langkahnya, menghampiri sesosok laki-laki tampan yang kini tersenyum manis.

"Aku tidak berfikir akan melihatmu secantik ini Noona."

Gadis itu lantas terkekeh, membiarkan sosok tampan itu memeluknya dengan erat. "Aku juga tidak berfikir sepupuku yang dulu pendek dan jelek kini terlihat begitu tampan."

Dia mendengus, menggandeng lengan gadis cantik itu dengan tangan kanannya, dan membawa koper dengan tangan kirinya, mengabaikan beberapa penumpang yang jelas menatap mereka dengan tertarik.

Seperti pasangan muda yang terlihat begitu serasi.

"Bagaimana kabarmu Kyura Noona, puas bersenang-senang?"

Gadis cantik itu, Kyura. Cho Kyura, saudara kembar Cho Kyuhyun dan satu-satunya anak perempuan dikeluarga Cho. Sama jeniusnya seperti Kyuhyun, Sama rupawannya seperti Kyuhyun, dan sama 'uniknya' seperti Kyuhyun.

Kau bisa menyebutnya sebagai 'Cho Kyuhyun' versi wanita.

"Aku fikir aku bahagia, tapi tetap saja bukan itu yang aku mau."

Laki-laki tampan yang menggandeng Kyura tersenyum, memasukkan koper milik saudara sepupunya itu kedalam bagasi dan menyusul Kyura memasuki mobil audy hitam miliknya. Memposisikan dirinya disamping kemudi dan menjalankan mobil meninggalkan bandara.

"Noona akan menetap di Korea?"

Kyura mendesah, mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu. "Dan kau Park, aku tidak menyangka menemukan fotomu dimajalah Cice Magazine, sejak kapan kau berfikir untuk menjadi artis hah?"

Chanyeol, Park Chanyeol. Saudara sepupu keluarga Cho itu sontak terkekeh, mengemudikan mobilnya memasuki area jalan tol. "Aku tidak tahu, aku hanya bosan jika harus mengikuti seluruh keluarga kita yang terjun dibisnis. Aku bosan mendengar marga Cho dan Park menguasai industri Korea."

Kyura terkekeh, mengulurkan tangannya dan mengacak rambut Chanyeol dengan gemas. "Kau benar, keturunan kita mengerikan. Hingga rasanya untuk bernafas saja selalu ada orang yang ingin memperhatikan. Seperti kau hidup dalam sebuah kaca yang dipertontonkan."

Chanyeol tersenyum kecil, sebuah garis tipis dibibir merahnya yang digilai oleh seluruh penggemarnya. "Besok kau harus mau menemaniku datang diacara peluncuran film terbaruku. Dan kau tidak boleh menolaknya Cho Kyura."

"Untukmu, apa yang tidak sayang."

Dan Chanyeol semakin tertawa, menatap wajah cantik saudara perempuannya yang khas. Ada kesan dingin yang mengundang semua laki-laki untuk menyukainya, sekali lihat semua orang tahu satu-satunya wanita dalam keluarga Cho itu sangat menarik. Apalagi kesuksesannya dalam meraih Master manajemen hanya berjarak satu tahun dari si jenius Kyuhyun, saudara kembarnya.

"Kau ingin kemana Noona?"

Kyura mengerjap, menatap ponselnya dengan walpaper keluarganya. Ada ayah dan ibunya. Ada kakak laki-laki tertuanya, Cho HyukJae, ada dia dan saudara kembarnya Cho Kyuhyun. Mereka tengah tersenyum, namun senyum khas keluarga Cho.

"Kau tahu keberadaan Kyuhyun?"

Chanyeol menggeleng. "Kesibukanku bisa kau bilang sebanding dengan Kyuhyun Hyung, Noona." Dan dia lantas terkekeh, merasa lucu sendiri mendengar ucapannya. "Tapi terakhir kali aku dengar, Kyuhyun Hyung sedang mengurus ICBC di China."

Kyura mendesah, ada raut kecewa dimata indah miliknya. "Kenapa susah sekali menemui si pabo Cho itu, satu tahun aku tidak bertemu dengannya, dan dia sama sekali tidak pernah mencoba untuk menghubungiku. Dasar saudara menyebalkan dan Eunhyuk oppa juga sama sibuknya."

"Mereka sibuk, tentu saja." Chanyeol terkekeh, sesekali melirik gadis cantik disampingnya. "Mungkin kau yang harus menemuinya Noona, bahkan aku dengar dia tidak pernah pulang ke Mansion Cho dalam waktu yang lama. Dan percayalah, ummamu mengamuk Noona."

Kyura lantas tersenyum, ada raut rindu disana. "Aku jadi merindukan Umma, antar aku kesana ya."

Chanyeol mengangguk, membalas senyum yang dilemparkan Kyura kearahnya. Mungkin Kyura memang menarik, dan jelas menarik semua perhatian kaum laki-laki.

Namun entahlah, Chanyeol sama sekali tidak merasakan ketertarikan apapun untuk saudaranya yang lebih tua beberapa tahun darinya.

Dia hanya menyayanginya, dan tentu saja menghormatinya.

Tapi tidak ada getaran mendebarkan disana.

.

.

.

~...~

.

.

.

Tubuhnya terlapisi baju kaos berwarna putih, mencetak tubuhnya yang kini mulai berotot. Kaki jenjangnya terlapisi celana kain pendek berwarna coklat, tampilan sederhana yang membuatnya terlihat semakin tampan, tapi tetap saja Cho Kyuhyun memiliki aura yang berbeda.

Cho Kyuhyun menyandarkan tubuhnya pada kursi santai miliknya yang diposisikan berada diujung tempat tidur miliknya yang ditiduri Sungmin, sebuah lokasi yang memperlihatkan gambar paling sempurna untuk memperhatikan Sungmin.

Tangannya yang masih terhiaskan sebuah jam bermerk terlihat memegang secangkir Teh, dengan aroma camomile yang menghias udara, memberikan warna manis ditengah-tengah kamar mewah milik Kyuhyun.

Kyuhyun mengeluarkan ponsel canggihnya, menekan beberapa keaword sebelum mengirimkannya pada Changmin. Kembali meletakkan ponsel canggih itu kesaku celananya, dan matanya kembali tertuju pada Sungmin yang masih terlelap. Tidak tersentuh sama sekali.

Mungkin seseorang akan bosan, jenuh, dan berfikir untuk pergi daripada melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Kyuhyun, menatap Sungmin tanpa bergerak sama sekali.

Layaknya robot yang tidak membutuhkan gerakan, hanya tarikan nafas yang teratur dan mata yang mengerjap normal menandakan bahwa Kyuhyun tidak berubah menjadi patung.

Kyuhyun menoleh, menatap balkon kamarnya yang dia biarkan terbuka, membiarkan angin malam berhembus masuk secara perlahan. Mengantarkan angin musim semi yang mendekati akhir.

Kyuhyun mengerjap, tanpa sadar berdiri saat retina matanya menangkap gerakan tak nyaman dari Sungmin, ada keringat dingin diwajah pucatnya yang terlelap, dan tarikan nafasnya tidak senormal yang Kyuhyun lihat sejak tadi.

Dan itu membuatnya panik.

Kyuhyun mendekati Sungmin, menggenggam tangannya dengan lembut. Mencoba menenangkan walau Sungmin sama sekali tidak merespon apapun, hanya keringat yang semakin deras dan tarikan nafas yang tidak normal, seolah ada hal yang mengganggunya dalam tidur.

Hal yang membuat Cho Kyuhyun kebingungan.

Tangannya bergerak cepat, menghubungi nomor Donghae yang sama sekali tidak mendapat respon. Tangannya mengepal erat, mencoba mengirim pesan kemudian.

Sungmin masih gelisah, tubuhnya seolah bergerak walau tidak ada gerakan yang jelas. Namun Kyuhyun tahu, bahwa Sungmin tidak nyaman dalam tidurnya, dan kali ini Kyuhyun benar-benar merasa panik.

Dia berdiri, menatap kamar mewahnya dengan tatapan bingung, tidak ada kata yang atau komentar yang keluar dari bibir sexynya, namun matanya mengerjap gelisah. Menarik nafas berat saat mendapati Sungmin masih dalam keadaan sama.

Kyuhyun benci kebingungan, apalagi jika kebingungan itu membahayakan Lee Sungmin.

Kakinya tanpa sadar melangkah menuju kamar mandi dikamar mewahnya, mengambil sebuah handuk putih bersih dan menyiramnya dengan air dingin dari wastafel. Tangannya memeras handuk putih itu dengan telaten sebelum gerakannya terhenti, matanya mengerjap menatap pantulan wajahnya didepan cermin.

Disana, seorang laki-laki tampan tengah terdiam. Raut tampannya yang biasa datar kini menyiratkan rasa khawatir yang terpancar dari kedua bola matanya, rambutnya terlihat lebih acak-acakan dari biasanya, namun memperlihat keseksian seorang cho Kyuhyun disana.

Kyuhyun mendesah, mengalihkan pandangannya dan melangkah cepat menuju tempat tidur yang ditiduri Sungmin, membawa handuk basah ditangannya mendekati wajah pucat milik Sungmin, menempelkannya dengan lembut disana.

Seseorang mungkin tidak akan percaya, bahwa seorang Cho Kyuhyun yang terkenal begitu dingin, kini tengah merawat seorang Lee Sungmin, yang notebanenya seorang pemuda yang baru ditemuinya dengan begitu lembut, mengusap leher Sungmin yang tereskpos dengan gerakan begitu sabar, seolah tidak ingin menyakiti kulit putih yang menurutnya sangat rapuh.

Layaknya seorang manusia sehat yang mengerti ketulusan seseorang, getaran di tubuh Sungmin perlahan berkurang, hal sederhana yang membuat seorang Cho Kyuhyun tersenyum tanpa sadar, tangan kanannya terulur dan menyentuh pipi Sungmin dengan lembut.

Membiarkan getaran sensasi itu dinikmati oleh tubuhnya.

"Kau membuatku khawatir, sayang."

Kyuhyun berbisik parau, mengelus pipi pucat milik Sungmin dengan begitu lembut, sesekali memejamkan matanya tanpa sadar.

Menikmati getaran aneh yang memabukkan.

'Ting'

Kyuhyun mengerjap, menatap sebuah pesan baru yang memasuki ponselnya, dirinya tanpa sadar mendesah lega saat melihat nama Donghae disana.

From : Lee Donghae.

Maaf membuatmu khawatir, Kyu. Tadi ada operasi yang memaksaku terlambat membalas pesanmu.

Itu bukan sesuatu hal yang harus kau khawatirkan, itu respon positif yang menandakan Sungmin perlahan menemukan kesadarannya, namun jika itu tidak membuatmu nyaman. Usahan lakukan sesuatu yang akan menghentikan getarannya, ada banyak hal yang bisa kau lakukan. Dan aku tahu kau tidak membutuhkan saran dariku.

Kyuhyun menatap ponsel itu dengan wajah datar, namun tanpa sadar kedua sudut bibirnya tertarik.

Membentuk senyuman yang sulit diartikan.

.

.

.

~...~

.

.

.

"Aku heran bagaimana bisa aku begitu sabar menghadapimu, aku bukan pembantumu, tapi sekarang aku terlihat seperti pembantumu. Dan kau sama sekali terlihat tidak menyesal."

Kyuhyun menatap Changmin, membuat Changmin semakin mendesah frustasi saat mendapati tatapan itu sama sekali tidak menunjukkan respon apapun.

Datar, lagi- sedatar papan seluncuran.

"Setelah melihat Kyura-"

Kyuhyun menatap Changmin, menghentikan gerakan tangannya mengambil kantung belanjaan ditangan Changmin dan meminta penjelasan melalui tatapannya. "Kyura?"

Changmin mendecih sinis, hampir melempar puluhan kantung belanjaan ditangannya kewajah datar menyebalkan milik Kyuhyun. "Kau seolah terisolasi dari dunia nyata Kyu, kau bahkan tidak tahu saudari kembarmu, calon kekasihku baru kembali dari Barcelona."

"Kapan dia datang?"

"Tadi, dan menyebalkannya dia jemput oleh sepupumu yang sangat jangkung itu. Bagaimana tega dia tidak memintaku untuk menjemputnya."

"Kau juga jangkung, Shim."

Dan Changmin terdiam, menatap tidak percaya ke arah Kyuhyun. Changmin sudah bilang kan? Bahwa Kyuhyun benar-benar seperti iblis.

"Kau tidak menemuinya kan?"

"Kenapa?" Changmin mendesis. "Kau ingin melarangku menemui calon kekasih hatiku?"

Wajah Kyuhyun masih datar. "Aku tidak ingin Kyura tahu aku ada diKorea, apalagi jika dia sampai melihat Sungmin. Kau tahu dia begitu posesiv terhadapku."

Changmin memutar bola matanya malas, merasa cemburu saat Kyuhyun lagi-lagi mengingatkannya pada keposesifan Kyura terhadap saudara kembarnya yang seperti seorang iblis.

"Percayalah, Kyu." Changmin mendesah tidak bertenaga, menyerahkan sisa terakhir belanjaan milik Kyuhyun yang dipesankan untuk Sungmin yang mana Kyuhyun memerintahkannya hanya melalui sebuah pesan, dan tentu saja ada ancaman yang membuatnya harus bergerak cepat. Mengingatnya Changmin semakin mendesah frustasi. "Percayalah, kau jauh lebih posesiv terhadap Sungmin dibanding Kyura."

"Benarkah?"

Changmin ingin membenturkan kepalanya ke dinding, Kyuhyun bertanya namun wajahnya tetap datar. Dia manusia atau papan seluncuran?

"Kau bisa melihatnya sendiri nanti, aku lelah untuk menjelaskan."

Kyuhyun menahan senyumnya, dirinya tahu Changmin terlalu lelah karena tingkahnya hari ini. Mereka baru mendarat dari China tadi shubuh, dia sama sekali tidak memberi Changmin waktu istirahat karena tanpa sadar, dia menyerahkan semua urusan Sungmin kepadanya. Bahkan untuk urusan Baekhyun sekalipun.

"Maaf Changmin-ah." Kyuhyun berujar tulus, memasang wajah tampannya untuk terlihat lebih normal.

"Aku tidak memiliki stok terkejut lagi Kyu. Maafmu aku terima."

Kyuhyun mengangguk, membiarkan Changmin menyandar disofa empuk miliknya. "Ada satu hal lagi yang aku ingin kau lakukan, Shim."

"Lagi?" Changmin bertanya tanpa tenaga.

Kyuhyun mengangguk, menyerahkan selembar amplop yang ada dikantung celananya dan meletakannya diatas meja.

"Sogokan apalagi ini." Changmin mendesah, mengambil amplop itu dengan malas sebelum matanya berbinar tanpa disadarinya. "Apalagi sekarang?"

Kyuhyun terdiam, tangannya mengepal tanpa disadarinya.

"Pastikan aku tahu siapa yang mengancam hidup Sungmin. Bukan hanya penyebab kecelakannya."

Changmin tanpa sadar terbangun, tangannya menggenggam amplop yang berisikan tiket berlibur seminggu penuh dipantai Miami dengan erat, matanya menatap Kyuhyun yang terlihat begitu terganggu.

"Tanpa kau perintahpun, aku akan mencari pelakunya."

Kyuhyun diam, menahan kepalan tangannya.

.

.

.

~...~

.

.

.

Kyuhyun melangkah masuk, hanya temaram lampu ditempat tidur mewahnya yang mengeluarkan cahaya, menerangi kamar mewahnya yang gelap gulita. Disana, diatas tempat tidur Sungmin masih terlelap dengan damai.

Kyuhyun mendesah, melangkah kakinya mendekati tempat tidur Sungmin, mendudukkan dirinya disamping tempat tidur.

"Aku lelah, Ming."

Kyuhyun berbisik parau, menatap pintu balkon kamarnya yang sesekali mengantarkan angin malam. Matanya mengerjap lelah, dan tangannya terulur menyentuh tangan Sungmin yang dingin dan berkeringat.

Kyuhyun menggenggamnya lembut, mengangkat tangan lembut milik Sungmin begitu perlahan dan mendekatkan kearah bibirnya, menyatukan dua kulit berbeda itu dan menciumnya.

Membiarkan bibirnya menyentuh kulit Sungmin untuk pertama kalinya, dan tanpa sadar kedua matanya terpejam, dengan setetes air mata menetes disana.

"Aku merasa, bahwa aku benar-benar sangat menyayangimu."

Kyuhyun berujar parau, masih mencium tangan Sungmin dengan lembut, matanya terpejam dan tanpa sadar menikmati kehangatan yang seolah melingkupinya.

Memberikan rasa nyaman pada tubuhnya.

Kyuhyun tidak tahu seberapa lama dia mencium tangan Sungmin, matanya mengerjap saat mendapati jam di dinding kamarnya yang kini menunjukkan pukul tiga dinihari, baru satu jam yang lalu Changmin meninggalkan rumahnya.

Sahabatnya itu,

Tanpa sadar Kyuhyun tersenyum.

Kyuhyun mengerjap, menatap tubuh Sungmin yang masih terbungkus piama, tidak ada getaran halus ataupun tarikan nafas yang tidak normal, namun Kyuhyun menyadari tubuh Sungmin terlihat berkeringat.

Usahan lakukan sesuatu yang akan menghentikan getarannya, ada banyak hal yang bisa kau lakukan. Dan aku tahu kau tidak membutuhkan saran dariku.

Mata onix Kyuhyun seolah bersinar ditengah gelapnya kamar. Bibirnya tanpa sadar mendesah, dan matanya mengerjap. Menatap tubuh Sungmin yang tertidur dengan balutan sebuah piyama.

"Aku tidak tahu apa ini kemauanku atau ini satu-satunya cara untuk membuatmu nyaman." Kyuhyun berbicara yang nyaris terdengar seperti bisikan erotis ditengah keremangan malam, matanya lagi-lagi menatap wajah Sungmin yang tertidur sebelum disadarinya bahwa tangannya bergerak menuju kancing piyama Sungmin.

Jantungnya berdetak lembut, seolah ada kupu-kupu yang baru belajar terbang didadanya, menyentaknya dan memberi kesan aneh disana, kesan aneh yang mendebarkan.

Satu kancing terlepas disusul kancing lainnya, dan Kyuhyun tanpa sadar menarik nafas. Membiarkan kedua mata onixnya merekam tubuh atas Sungmin yang terlihat begitu bercahaya, ranum dan oh- mengundang.

Semua kancing terlepas, dan Kyuhyun terdiam saat kedua benda mungil yang menonjol disana lantas mengeras karena sapuan angin malam, berwarna merah muda seolah mengundang api gairah dimata Kyuhyun.

Kyuhyun menggelengkan kepalanya, menyentuh pundak Sungmin dengan begitu lembut, sentuhan yang sialnya membuat tubuhnya bergetar tanpa disadarinya, seolah ada sengatan listrik yang mengantarkan getaran pada tubuhnya.

Kyuhyun tidak tahu bagaimana dia begitu sabar melepas pakaian Sungmin secara utuh tanpa berakhir dengan meninggalkan jejak kepemilikan ditubuh Sungmin yang seolah menggoda untuk disentuh.

Matanya mengerjap gelisah, menghilangkan gairah yang seolah terpancar begitu jelas dikedua bola matanya. Matanya seolah menyelidiki setiap inci tubuh Sungmin yang polos, benar-benar polos yang kini terbaring dihadapannya.

Polos tanpa sehelai benang pun.

Mengundangnya, dan tanpa sadar membuatnya benar-benar bergetar. Ingin menyatukan tubuh Sungmin dna tubuhnya dalam sebuah permainan panjang.

Permainan yang membuatnya sadar, bahwa dia butuh Sungmin membuka kedua matanya.

Kyuhyun melangkah pelan, menatap tonjolan diantara kedua paha Sungmin yang tidak sebesar miliknya, tubuh poolosnya yang terlihat begitu rapuh namun menggoda kini menjadi hiasan yang sialnya tidak ingin Kyuhyun tutupi. Seolah-olah dia tidak akan pernah bosan menatapnya, menyentuhnya, dan meletakkan hak kepemilikannya disana.

"Cepat sembuh, sayang."

Kyuhyun tidak tahu suaranya yang bergetar dikarenakan angin malam atau karena gairahnya yang tiba-tiba memuncak, celannya yang tiba-tiba mengetat menandakan bahwa miliknya kini benar-benar bangun.

Kyuhyun menggelengkan kepalanya, menarik selimut putih tebal miliknya dan membawa selimut itu membungkus hingga dada putih milik Sungmin, menutupi kedua tonjolan yang ingin Kyuhyun kecup, cium dan memanjakannya hingga Sungmin berteriak puas.

Kyuhyun tersenyum kecil, memposisikan dirinya disamping Sungmin dan menatap wajah cantik Sungmin yang tertidur dengan tatapan lembut, mengabaikan kebutuhan adik kecilnya dan menyelami kepolosan Sungmin saat tidur, terlihat begitu damai dan tidak terganggu. Seolah-olah keputusan sepihak Kyuhyun, juga membuat Sungmin nyaman.

Kyuhyun menyeringai, membaringkan tubuhnya dan membiarkan tangan kanannya memeluk Pinggang Sungmin, hanya meletakkannya disana tanpa berniat membawa Sungmin dalam kehangatan yang sama dengannya.

Hanya bersabar, karena Kyuhyun tahu sebentar lagi dia akan berbagi kehangatan yang sama dengan Sungmin.

Hanya bersabar.

Kyuhyun tersenyum manis, menjulurkan wajah tampannya, dan mencium bibir Sungmin untuk pertama kalinya.

Ciuman selamat tidur yang manis.

.

.

.

TBC

.

.

.

Pojok FF :

Yang bergaris miring itu, you know that. Dika gak mau dibilang ngiklan. Haha XD

Soal Liuwen eonni, Dika sengaja. Dika nggak mau menunjukkan bahwa itu sebenarnya dia, makanya Dika pake nama Li Yu Wen, tapi sepertinya Joyer emang pada pinter.

Oh ya, sebenarnya Siwon itu orang Korea, maaf ya dichapter satu salah ketik. Dia orang korea namun bangun bisnisnya di China.

Buat nama twitter, dika jarang main twitter, kalau mau bikin hastag buat SJ aja baru kesana *nyengirmanis

Dan please, Dika perempuan bukan laki-laki *Hag

KYAAAA. TERIMA KASIH. 100 REVIEW, ASTAGA. BAHKAN DIKA NGGAK KEPIKIRAN SAMPAI SEBANYAK ITU. READER CANTIK TERIMA KASIIIH XD. REVIEW KALIAN GAK BISA BIKIN DIKA BERENTI SENYUM, ITS SO, AMAZING XD

Oke, Dika gak tahu harus bilang apa, terima kasih buat semuanya. Dika hanya bisa bilang bahwa Dika akan mengusahakan yang terbaik buat Kyuhyun dan Sungmin *eh

Karena ada yang bilang bagusnya di update sebelum waktu sekolah dimulai jadi Dika mengiyakan *lagi bahagia XD. Takutnya besok gak bisa update, jadi sekarang diusahakan update, jika masih ada typo anggap saja bonus yaa. Selamat membaca readers sayang XD

Berniat meninggalkan jejak lagi, Joy? *eh XD