Disclaimer
Nor even wish
Masashi Kishimoto-sama
COMIC
©LONGLIVE AUTHOR
Fic ini terinspirasi dari film COMIC 8 dari ANGGY UMBARA.
WARN : Penggunaan bahasa yang kasar dan kotor. Rated bisa berubah sewaktu-waktu.
CHAPTER 2
Guru Seksi dan sebuah transaksi
.
.
Apa kau percaya kalau agen rahasia itu ada?
.
.
Malam itu Sakura tidak kembali ke kamarnya, karena pada saat ia berada depan pintu kamarnya terdengar suara-suara mendesah yang aneh dari dalam. Itu sudah pasti Ino. Ia bersumpah akan membicarakan ini dengan Ino. Jadi malam itu ia memutuskan untuk pergi ke kamar Naruto. UntungNaruto sempat menunjukan kamarnya.
Tok, tok, tok!
"Naruto ini aku, Sakura!" ujar Sakura. Kemudian pintupun terbuka dan terlihat Sasuke yang membukakan pintu untuknya.
"Masuklah." Ujar Sasuke. Sakurapun masuk.
"Ya ampun! Sakura aku kira siapa!? Aku kira si Shion yang datang." Ujar Naruto. Dia sedang menutupi badannya yang telanjang dada dengan bantal disudut ruangan. Naruto melempar bantalnya. Ia hanya menggunakan celana pendek. Sedangkan Sasuke memakai celana panjang dan kaos berwarna gelap.
"Apa kau tidak kedinginan, tidak memakai memakai baju seperti itu?" tanya Sakura.
"Aku cuma malas saja. Aku memang selalu tidur seperti ini Sakura." Jawab Naruto yang sedang membongkar paket kiriman yang baru saja Sakura dan Sasuke ambil.
"...dan siapa itu Shion?" tanya Sakura.
"Dia itu jal*ng yang selalu bersama Sasuke." Jawabnya. Sedangkan Sakura hanya ber-oh ria. Gadis itu melirik Sasuke dari sudut matanya. Aneh, ia sama sekali tak tersinggung dengan ucapan Naruto. Apa sebenarnya Sasuke tidak benar-benar mencintai gadis itu? Entahlah.
"Kiriman kita sekarang lebih banyak dari sebelumnya." Kata Sasuke yang ikut bergabung dengan Naruto dan Sakura yang sedang membuka bungkusan-bukusan amunisi itu.
"Ada apa saja?" tanya Sakura.
"Masih amunisi yang sama. Tapi ada beberapa yang baru." Ujar Naruto membuka sebuah kotak berwarna hijau toska yang sangat manis. Didalamnya ada beberapa peluru bius dan juga alat suntikan itu sendiri.
"Apa mungkin kita membutuhkan ini?" tanya Naruto.
"Sepertinya begitu, dan lihat mereka mengirimkan cairan Adrenalin juga." Jawab Sasuke.
Cairan Adrenalin biasanya digunakan untuk memacu kecepatan, bertindak dan berpikir diluar kesadaran kita. Sangat berguna tapi efeknya membuat yang memakainya akan sangat kelelahan setelahnya.
"Lalu apa yang itu?" tanya Sakura menunjuk sebuah kotang berwarna hijau panjang dengan pita berwarna merah dan emas. Naruto meraihnya lalu membukanya.
"Wow!" pekik Naruto. Didalam kotak itu ada senapan laras panjang yang cukup ramping untuk sebuah senapan laras panjang. Masih baru dan sangat mengkilat.
"Aku tahu ini. Sniper SPR 2. Biasa digunakan untuk pasukan khusus negara dengan peluru kaliber 12,5 milimeter. Ini gila!" Sakura terpana.
"Maksudmu apa Sakura?" Tanya Naruto tak mengerti.
"Peluru dari senapan ini bisa menembus sebuah tank baja dan menimbulkan ledakan. Peluru sniper biasanya hanya 5,6 milimeter." Jawab Sakura.
"Whoaa...hebat..."
"Tunggu, ada sebuah pesan." Sasuke mengambil kartu ucapan kecil dari dalam kotak. Mereka membacanya bersama-sama.
"'Untuk Haruno Sakura'"
"Tentu saja, kau kan yang paling hebat dalam hal menembak diantara kita bertiga. Kau kan seorang sniper." Kata Naruto
Tok, tok, tok!
"Sial! Itu pasti Shion ayo cepat sembunyikan!" umpat Sasuke. Dengan segera mereka menyembunyikan senjata-senjata itu.
"Lalu bagaimana denganku?" tanya Sakura yang juga ikut panik. Mereka bertiga terdiam mencari celah untuk persembunyian Sakura.
"Sasuke apa kau didalam? Tolong buka pintunya." Ujar suara seorang gadis dari luar kamar.
"Bagaimana ini?" pekik Naruto.
"Diam! Kalian berdua masuk kedalam selimut!" Titah Sasuke. Narutopun melompat kedalam kasur dan menyelubungi tubuhnya sampai sebatas leher. Begitu juga dengan Sakura yang ikut masuk kedalam selimut yang sama dengan Naruto.
"Hey, Sakura apa yang kau lakukan?" tanya Naruto.
"Diam!"
"Cepat!" bentak Sasuke.
"Sasuke?"
Naruto berbalik menghadap ke dinding. Sedangkan Sakura ikut tidur membenamkan wajahnya dibalik tubuh Naruto serapat mungkin agar Shion tidak curiga.
"Hey, Sakura apa yang kau pegang itu? Geli tahu!" Tubuh Naruto bergetar geli.
"Diam Naruto!" bisik Sakura.
Ceklek!
"Ada apa Shion?" tanya Sasuke begitu membuka pintunya.
"Boleh aku masuk?' Tanya Shion.
"Tidak!" jawab Sasuke tegas.
"Kenapa? Ada yang mau aku bicarakan denganmu." Pinta gadis itu.
"Tidak bisakah kau menunggunya sampai besok."
"Tidak bisa. Ini penting." Sasuke melirik ranjang Naruto dengan cemas.
"Kenapa dia?" Tanya Shion melirik Naruto yang sedang meringkuk diranjangnya sambil bergetar hebat.
"Dia demam. Aku tidak bisa meninggalkannya." Kata Sasuke. Sebenarnya ia enggan berkata begitu. Karena kesannya dia seperti sedang menunggui pacarnya yang sakit.
Tapi pada kenyataan Naruto sedang bergetar hebat karena ia menahan geli karena Sakura terus merempet pada tubuhnya. Sekuat tenaga ia berusaha untuk tidak tertawa dan berteriak.
"S-Sakura k-kau menekan anu-ku !" cicit Naruto.
"Diam bodoh!" Sakura semakin menekannya.
"Ss-Sakura...—ahhhh" Ia mendesah. Entah karena kesakitan atau keenakan(?)
"Kau dengar, kan? Dia mengigau. Dia sedang demam tinggi."
"Tapi Sasuke—"
"Pergilah Shion. Jangan ganggu aku!"
BLAM!
Sasuke menutup pintunya dan setelah memastikan Shion sudah pergi dari depan pintu kamarnya Sakurapun keluar.
"Astaga! Aku bisa mati didalam sana." Pekik Sakura dengan wajah merah karena kepanasan.
"Astaga! Aku hampir saja kehilangan keperjakaan-ku." Ujar Naruto sambil memegangi pangkal pahanya. Sedangkan Sakura dan Sasuke saling pandang, keduanya tampak menahan tawa.
"Oke, sepertinya aku akan tidur disini malam ini." Kata Sakura.
"Lho, memang kenapa?" tanya Naruto.
"Ino membawa laki-laki ke kamar. Lagipula sudah lama kan kita tidak seperti ini?" Sakura berjalan ke tempat tidur Naruto dan berbaring disana.
"Lalu aku dimana?" tanya Naruto.
"Kau tidur saja dengan Sasuke." Jawabnya enteng.
"Apa? Tidur seranjang dengan Teme? Oh, aku benar-benar kehilangan keperjakaan-ku malam ini. Asal kau tahu si Teme itu seorang pedofil, penjahat kelamin,..."
DUAGH!
—dan malam itu berakhir dengan Naruto yang babak belur ditangan Sasuke.
PLAKK!
Hari masih pagi dan sebuah tamparan panas mendarat dipipi Sakura. Siapa lagi kalau bukan Shion? Naruto yang berada disebelahnya kaget dengan kejadian ini. Untunglah Sasuke tidak ada disini. Kalau tidak mungkin akan semakin kacau, pemuda itu sangat tempramental.
"Apa yang kau—"
"Naruto!" Sakura menghentikan Naruto yang hampir saja membalas Shion.
"Apa yang kau lakukan dengan Sasuke kemarin malam? Aku melihatmu pergi denganya." Tanya Shion tajam. Jadi karena itu rupanya. Sakura terdiam dan hanya membalas tatapan Shion. Naruto takut kalau tiba Sakura hilang kendali. Dengan tenaga monster yang dimiliki Sakura dia bisa menghajar dua puluh orang pelaut sekaligus. Hanya butuh satu pukulan untuk mengantar Shion kerumah sakit. Shion bukanlah tandingan untuk Sakura.
"Kami hanya pergi membeli sesuatu." Jawab Sakura ramah. Ini adalah sesuatu yang tak diduga.
"Kalian membeli apa?" tanya Shion.
"Itu bukan urusanmu." Jawab Sakura enteng.
"Itu urusanku! Aku kekasihnya!" Bentak Shion.
"Aku sahabatnya. Jauh sebelum kau mengenal Sasuke, kami sudah lebih dulu bersahabat. Lagipula aku tidak pernah mencampuri urusanmu." Sakura menjawabnya dengan sangat ringan seolah ini hanyalah percakapan biasa.
"Kau hanya sahabat kecilnya. Aku adalah kekasihnya. Semua urusan Sasuke, aku harus tahu!" Balasnya tajam. Sakura memperhatikan wajah jelita Shion. Sungguh tak ada celah. Tapi ia memandang gadis berambut pirang itu dengan tatapan kasihan.
"Apa kau sungguh-sungguh kekasihnya?" tanya sakura.
"Tentu saja!"
"Apa Sasuke mencintaimu?" tanya Sakura lagi. Sejenak Shion terdiam.
"Tentu saja! Tentu saja dia mencintaiku!" Katanya.
"Jika kau yakin dia mencintaimu, seharusnya kau percaya pada Sasuke. Bukankah Sasuke percaya padamu? Jika kau tidak percaya padanya berarti kau belum pantas untuknya. Aku kasihan padamu."
Shion tak sanggup berkata-kata. Sedangkan Naruto begitu terpesona dengan kata-kata yang barusan Sakura ucapkan.
"Ayo Naruto kelas sudah dimulai." Sakura menarik lengan Naruto.
"Whoa Sakura. Kau menakjubkan, aku seperti terlibat dalam telenovela. Kau seperti Rosalinda." Katanya.
"Sudahlah! Dia hanya anak kecil." Ujar Sakura.
Hari itu berjalan cukup baik setelahnya. Mereka tidak tahu apakah Sasuke tahu atau tidak tentang kejadian ini, tapi itu tidak penting. Karena hari ini seluruh siswa sedang membicarakan satu hal yang sama. Mereka punya trending topic baru. Dua orang guru baru.
"Apa kau tahu yang mana guru barunya?" tanya Sakura ketika mereka sedang istirahat.
"Hm...sebentar. Itu! Apa kau lihat kerumunan itu?" Naruto menunjuk sebuah kerumunan kecil tak jauh dari mereka. Para siswi sedang mengerubungi seorang pria berambut perak dan—tunggu dulu! Rambut perak?
"Aku melihatnya. Dia baru datang kemarin malam dengan temannya kurasa. Oh jadi dia guru barunya?" Ujar Sakura.
"Seorang guru baru di tengah semester seperti ini? Apa menurutmu tidak aneh?" tanya Naruto.
"Entahlah."
"Oh ya Sakura. Apa kau tahu kalau kemarin malam Konoha Jewelries Museum—Museum Perhiasan Konoha baru saja dicuri? Aku baru membacanya pagi ini. Sebuah permata dua ratus karat hilang. Mereka bilang pencurinya tidak sendirian dan para pencurinya menyamar menjadi petugas keamanan."
"Hm, aku tidak bisa berkomentar apa-apa. Itu bukan urusan kita."
"Yah, kau benar. Tapi aku hanya sedikit aneh saja, akhir-akhir ini banyak sekali pencurian yang terjadi di Konoha. Kalau begini keamanan akan semakin diperketat dan kita akan semakin susah melakukan tugas kita."
Sakura tidak ikut di jam pelajaran selanjutnya. Ia bosan dengan suasana kelas seperti itu. Jadi ia berdiam diri di tribun penonton untuk menyaksikan para pemandu sorak sedang berlatih. Membolos sambil ditemani jus jeruk sepertinya tidak buruk. Ia bisa melihat Tenten si ketua pemandu sorak itu sedang mengarahkan teman-temannya agar lebih semangat lagi dalam latihan. Namun, tiba-tiba saja ia merasakan seseorang duduk disebelahnya. Sakura menoleh dan mendapati seorang pria berambut perak. Dia guru baru itu.
"Apa kau sedang membolos?" tanyanya. Suaranya berat khas seorang pria dewasa. Bahkan dibalik kemeja itu Sakura bisa tahu kau badannya sangat tegap dan berotot. Mungkin insting wanita. Kedua bola mata hitamnya tampak sayu, tapi terlihat ramah. Di juga terlihat kelelahan dan juga tampan. Entah daya tarik apa tapi Sakura merasa kalau pria ini sangat tampan walaupun wajahnya tertutup masker. Sangat Seksi.
"Tidak Sensei, aku sedang tidak membolos. Aku menunggu temanku yang sedang latihan." Sakura menunjuk asal pada para pemandu sorak yang sedang berlatih. Akting yang bagus sekali Sakura.
"Oh begitu." Katanya. "Apa para siswi memang selalu seperti itu ketika ada guru baru?" tanyanya lagi.
"Ya, sepertinya memang seperti itu. Mereka sedikit agresif. Apa anda tahu kalau sekolah ini memberikan peluit anti-pemerkosaan? Seharusnya peluit itu diberikan pada laki-laki." jawab Sakura, mengingat kalau ia sudah memergoki Ino sedang bercinta dikamar mereka dua kali. Sedangkan sang guru baru itu hanya menatap sakura seolah berkata—benarkah?
"Apa anda guru baru yang ceritakan orang-orang?" tanya Sakura sopan.
"Ah, ya. Aku hanya guru bimbingan konserling. Namaku Kakashi Hatake."
"Senang mengenalmu Hatake Sensei. Nama Saya Sakura Haruno." Katanya. Sakura sedikit risih karena Kakashi menatapnya begitu lekat. Dalam hati Sakura ingin tahu, kenapa guru baru itu memakai masker? dan kenapa sekolah ini mengizinkannya memakai masker? tapi jika ia bertanya seperti itu pasti dia akan dianggap tidak sopan. Lagipula itu bukan urusannya. Ada tugas yang lebih penting yang harus ia kerjakan.
"Ah, aku ingat. Kau anak yang kemarin malam berada di gerbang, kan?" tanyanya.
"Itu benar, Sensei. Aku sedang akan keluar kemarin malam." Balas Sakura.
"Untunglah kau tidak seperti yang lain." Kakashi menegadahkan kepalanya menuju lapangan.
"Kenapa? Apa Sensei kecewa karena aku tidak mengejar-ngejar Sensei seperti yang lain?" tanya Sakura.
"Bukan begitu, aku malah merasa tertolong. Terima kasih ya." Si guru baru itu menyentuh puncak kepala Sakura. Tiba-tiba saja sebuah rona tipis muncul dipipi Sakura, gadis itu memalingkan wajahnya. Kakashi menyadari hal itu.
"Ada apa?" tanyanya. Belum sempat Sakura menjawab perhatiannya tertuju pada seorang siswa montok yang sedang berjalan melewati lapangan. Dia adalah Chouji. Jika dia berada disini pada jam pelajaran berarti dia juga sedang membolos. Benar kata Naruto, Chouji tidaklah sepolos penampilanya.
"Haruno ada apa?" tanya Kakashi sekali lagi.
"Tidak ada apa-apa Sensei, maaf tapi aku harus segera pergi. Saya mohon diri." Katanya beranjak dari kursi, namun belum sampai tiga langkah Sakura berbalik.
"...dan Sensei," Kakashi menoleh kearahnya "risleting anda terbuka." Ia berbalik pergi. Kini rona kemerahan itu muncul di pipi sang guru, dengan kikuk dia membenarkan risleting celananya. Sekarang ia tahu kenapa wajah Sakura tadi merona.
Sementara itu Sakura bergegas untuk mengikuti Chouji dengan perlahan. Ia tak mau kalau sampai ketahuan. Chouji berjalan dengan santai menuju gerbang sekolah sambil memakan keripik. Namun dia mengapit sebuah kotak kecil. Sakura penasaran dengan apa yang dibawa oleh Chouji. Begitu mereka hampir mendekati gerbang ternyata Chouji sama sekali tidak ke gerbang utama. Dia berbelok menuju taman bunga yang ada di bagian kiri sekolah. Oh ayolah, tidak mungkinkan Chouji akan memakan keripik kentangnya sambil menikmati sore hari di taman bunga? Itu sama sekali tidak lucu.
Maka Chouji terus berjalan melewati taman itu hingga ia menghilang di balik semak-semak. Sakura mengikutinya kesemak-semak itu sama sekali tanpa suara dan ia terkejut ketika ternyata disana ada sebuah gerbang besi kecil atau lebih tepatnya pintu yang langsung terhubung dengan bagian luar sekolah. Pintu itu tampak sudah berkarat, sepertinya sudah sangat tua dan tak terpakai. Terlebih lagi sama sekali tak ada kamera tersembunyi disini. Siapapun bisa keluar dan masuk tanpa ketahuan lewat pintu itu.
Disana sudah ada seorang laki-laki yang menunggu Chouji diluar pintu. Sakura tidak bisa melihatnya dengan jelas karena ia memakai topi. Sepertinya akan terjadi transaksi disini. Dengan segera Sakura mengambil ponselnya dan memotret semua kejadian yang terjadi. Benar saja, mereka berbincang sebentar dan Chouji menyerahkan kotak itu melewati sela-sela besi dan pria misterius itu memberikan sebuah amplop coklat tebal pada Chouji. Ketika Chouji membukanya Sakura bisa melihat uang yang sangat banyak. Hal lain yang membuat Sakura lebih kaget adalah ketika pria misterius itu membuka kotak tersebut, terlihat sebuah permata berwarna hitam yang mengkilat disana. Sakura langsung teringat berita yang disampaikan Naruto tentang permata yang dicuri semalam.
—Apa mungkin dia yang mencuri permata di Museum Perhiasan Konoha semalam?
A/N: Sebenarnya fic ini terinspirasi dari banyak film. Well, ambil yang baik, buang yang buruk. Jangan lupa Review ya guys..Keep fav & follow : ) Salam Author