COMIC
©LONGLIVE AUTHOR
Fic ini terinspirasi dari film COMIC 8 dari ANGGY UMBARA.
WARN : Penggunaan bahasa yang kasar dan kotor. Rated bisa berubah sewaktu-waktu.
Aneh dan semakin aneh
.
.
Apa kau percaya kalau agen rahasia itu ada?
.
.
Sore harinya Sakura berlarian menuju asrama mencari Naruto atau Sasuke. Dia harus memberitahukan ini pada mereka. Ini benar-benar tidak terjadi secara kebetulan. Untuk apa seorang siswa SMA menjual sebuah permata. Ini benar-benar tidak beres. Ia berlari dengan mata yang mencari-cari salah satu dari sahabatnya.
BRUKK!
Sakura menabrak seseorang dan orang itu menangkap tubuh Sakura yang hampir saja terjatuh. Sepasang mata obsidian sayu itu bertemu pandang dengan sepasang mata musim semi milik Sakura.
Hatake Kakashi
Keduanya memancarkan keterkejutan yang sama. Seketika dunia mereka berhenti berputar dan hanya degup jantung mereka yang terdengar. Entah apa yang terjadi pada Sakura namun pesona dari mata milik Kakashi begitu menjerat dan memabukkan disaat yang bersamaan. Gadis itu yakin kalau pria yang sedang merengkuhnya sekarang merasakan hal yang sama. Mungkin dalam beberapa detik bibir mereka berdua akan beradu.
-Music Played-
Heart beat fast colors and promises
How to be brave how can I love when I'm afraid
To fall
...
ZREETTT—
Maaf.
Tapi bukan itu yang terjadi.
"Hatake Sensei?!" Pekik Sakura kaget.
"Haruno?" guru itu bertanya balik. Dengan Segera Sakura melepaskan diri dari rengkuhan Kakashi.
"Maaf, aku tidak melihat anda." Katanya.
"Sepertinya kau buru-buru sekali." Balas Kakashi. Ada sedikit rona kemerahan di pipi guru seksi itu, sepertinya ia masih ingat dengan kejadian tadi siang tentang risletingnya yang terbuka didepan Sakura.
"Siapa dia Kakashi?" tanya seorang pria dengan rambut ala Bruce Lee disebelahnya. Dia adalah orang yang datang dengan Kakashi.
"Dia Sakura Haruno. Haruno ini temanku namanya—"
"Maaf Sensei, maaf sekali tapi aku benar-benar sedang buru-buru." Tanpa menunggu jawaban dari kedua pria itu ia meninggalkan mereka.
"Kakashi, apakah aku sebegitu jeleknya sampai dia tak mau berkenalkan denganku?" tanya temannya itu putus asa.
"Kau sudah dengar, kan? Dia itu sedang buru-buru."
Sakura masih terus berlari hingga ia sampai didepan asrama siswa laki-laki dan menemukan Naruto hendak masuk kesana.
"Naruto!" Panggilnya. Pemuda itu berbalik dan terlihat heran melihat Sakura yang datang sambil berlari.
"Ada apa Sakura? Kenapa kau berlari dan kenapa kau tadi bolos dari kelas? Dari mana saja kau? Dan kenapa—"
"Berhenti memarahiku seperti ibu-ibu Naruto. Ada hal yang harus kubicarakan denganmu." Sakura menarik lengannya menjauh dari sana sampai tak ada yang bisa mendengar mereka.
"Ada apa Sakura?" tanya Naruto.
"Kau benar, Chouji tidak sepolos yang kita kira. Aku melihatnya melakukan transaksi dengan seseorang." Bisik Sakura.
"Apa maksudmu?" tanya Naruto bingung.
"Aku tidak bisa memberitahunya disini." Ujar Sakura.
"Kalau begitu kita harus mencari Sasuke dulu. Kita bicarakan dikamar." Balas Naruto. Mereka berdua langsung bergegas namun baru beberapa langkah mereka berlari Sakura merasa kalau sedari tadi ada yang sedang memperhatikan mereka. Maka dari itu ia berbalik.
"Ada apa?" tanya Naruto.
"Kurasa ada yang—lupakan! Ayo!"
Kemudian mereka mulai mencari Sasuke. Mereka bergegas ketaman belakang, menurut penuturan Naruto biasanya ia menemukan Sasuke ditaman belakang. Benar saja Sasuke sedang berada disana bersama Shion. Melihat mereka berdua ada sedikit rasa panas dihati Sakura, tapi ia berusaha untuk mengabaikanya.
"Oi! Sasuke!" Teriak Naruto. Sasuke menoleh dan terlihat ketika Sasuke hendak mengahampiri mereka Shion menahannya dan sepertinya ada sedikit perdebatan disana. Namun tak lama kemudian Sasuke menghampiri mereka dan meninggalkan Shion yang tampak sebal sekali.
"Kita perlu bicara." Ujar Naruto.
Akhirnya mereka bertiga menuju kamar Naruto dan Sasuke, karena tidak mungkin membicarakan hal sepenting ini dikamar Sakura. Gadis itu menceritakan semua yang ia lihat dan menunjukkan foto-foto yang ia ambil ketika Chouji sedang melakukan transaksi itu.
"Benar,kan? Apa yang kubilang." Tegas Naruto.
"Tunggu, sebelum itu kita juga harus tahu permata seperti apa yang telah dicuri dari museum itu." Ujar Sasuke.
"Oh, untuk itu aku sudah memastikannya. Permata itu sama persis dengan yang diberikan oleh Chouji pada pria itu." Naruto membuka laman baru pada laptopnya dan mencari informasi tentang permata yang telah dicuri tersebut dan memang gambar yang keluar permata itu memang sama persis dengan yang dibawa oleh Chouji.
"Tidak bisa dipercaya." Komentar Sasuke. Ruangan itu hening seketika. Tiba-tiba saja Naruto sadar kalau sejak tadi Sakura tidak mengeluarkan suaranya. Naruto berbalik dan mendapati Sakura tampak tengah berpikir dibelakang mereka.
"Sakura ada apa?" tanya Naruto, Sasuke juga ikut berbalik.
"Tidak, hanya saja semua ini terasa aneh. Apa kalian menyadarinya?" tanya Sakura. Sasuke dan Naruto juga ikut berpikir untuk sejenak. Namun kemudian Naruto angkat bicara.
"Ah, mungkin itu hanya perasaanmu saja. Kau merasa aneh karena kau tidak tahu rencana ini dari awal. Kau kan baru datang Sakura." Jawab Naruto.
"Jadi sebenarnya tugas apa yang diberikan kepada kita?" tanya Sakura tegas.
"Mungkin saatnya kau tahu." Sasuke mengambil alih pembicaraan. Gadis itu memperhatikan Sasuke dengan seksama.
"Tujuan kita sebenarnya adalah untuk mencuri permata Ocean's Star." Jawab Sasuke.
"Ocean's Star? Kukira permata itu hanya sebuah mitos." Balas Sakura.
"Tidak, permata itu bukan mitos. Ocean's Star ditemukan di pertambangan berlian di Tebing Agung diperbatasan Konoha dan Amegakure. Tebing itu berada ditengah laut lepas diantara dua negara dan sebenarnya Ocean's Star sudah ditemukan sekitar tahun1997 tapi ada oknum pemerintah menyembunyikannya menyelundupkannya untuk kepentingan mereka sendiri dan kini Amegakure yang menyimpan permata itu. Karena mareka percaya kalau permata itu memang masih berada dalam wilayah teritorial Amegakure. Konoha dan Amegakure sudah memperdebatkan masalah itu selama bertahun-tahun tanpa sepengetahuan masyarakat. Jika hal ini diketahui maka pasti akan banyak yang berusaha untuk mendapatkannya juga."
Mau tak mau Sakura ikut berpikir. Dia memang pernah mendengar rumor tentang permata itu. Tapi ia tidak menyangka kalau permata itu benar-benar ada.
"Sebuah berlian lima ratus karat. Kau bisa membeli sebuah negara dengan berlian itu." Ujar Naruto ambisius.
"Dan kita akan mencurinya." Sambung Sasuke tak kalah ambisius.
"Jadi apa rencana kita?" tanya Sakura.
Tiba-tiba Sasuke merogoh sesuatu dari laci mejanya dan mengeluarkan sebuah kertas. Sakura mengambil kertas itu dan ketika ia membukanya ia mendapati sebuah kartu undangan untuk sebuah pesta pertunangan. Sebuah kartu undangan atas nama Tuan dan Nyonya Rei.
"Besok malam!" Kata Sasuke.
Keesokan harinya Sakura bangun sengaja agak terlambat karena hari ini adalah akhir pekan. Tidak ada jam pelajaran hari ini. Ia melihat Ino sedang berdandan dimejanya.
"Selamat pagi." Sapanya.
"Pagi!" Bala Sakura.
"Kau bangun agak siang."
"Yeah kemarin malam aku harus mnegerjakan tugas kelompok." Jawab Sakura asal.
"Dengan Naruto?" tanya Ino.
"Ya. Sebenarnya dengan Sasuke juga sih." Jawab Sakura. Ino berbalik dan sepertinya mulai tertarik untuk mengobrol dengan Sakura.
"Apa kalian mengerjakan tugas kelompok kalian di kamar Sasuke dan Naruto?" Tanyanya.
"Ya, memang kenapa?" Tanya Sakura setelah melihat keterkejutan diwajah Ino.
"Pantas saja!" Pekiknya. "Shion mengamuk terus akhir-akhir ini. Dia menindas semua orang yang berbicara padanya. Mood-nya sangat buruk akhir-akhir ini."
"Kenapa? Apa kau satu geng dengannya? Apa kau akan menindasku juga?" selidik Sakura.
"Aku tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu. Sangat tidak berguna menurutku. Kekuasaan disekolah harusnya ditiadakan, kan? Maksudku—bagaimana orang bisa belajar dengan tenang kalau mereka terus dihantui rasa takut pada orang-orang seperti Shion?" balas Ino sambil menggerak-gerakkan tangannya.
"Yah, aku juga berpikir begitu." Balas Sakura.
"Memang kau punya hubungan apa sih dengan si Uchiha itu? Apa kau tidak tahu Shion itu sangat protektif?" tanya Ino penasaran.
"Sasuke juga sahabatku. Aku, Naruto, dan Sasuke sudah bersahabat sejak sangat lama dan kami berpisah beberapa tahun lalu dan baru bertemu dengan mereka tepat seminggu yang lalu. Jadi seharusnya tidak aneh kalau kami begitu dekat."
"Jadi rumor kalau malam itu kau pergi dengan Sasuke itu benar ya?" tanya Ino sambil berbisik seolah pembicaraan itu membahayakan nyawa mereka.
"Iya, itu benar." Jawab Sakura enteng. Sedangkan Ino terlonjak kaget.
"Jadi kau tidur dengannya?" tanyanya. Sakura merengut heran.
"Tentu saja tidak, kami hanya belanja. Tadinya aku minta antar Naruto, tapi karena dia tidak bisa jadi Sasuke yang mengantarku. Ya ampun! Jadi semua orang berpikir kalau aku selingkuhannya Sasuke? Memang Sasuke itu sepopuler apa sih?"
"Sasuke itu memang sangat populer disini." Dalam hati Sakura merutuki Sasuke karena berani-benarinya dia menjadi murid populer dikala ia sedang menyamar seperti ini.
"Oh begitu." Ujar Sakura singkat. Ruangan itu hening.
"Umm, Sakura...memangnya kau sama sekali tidak punya perasaan pada Sasuke?" tanyanya ragu-ragu. Sama seperti Ino, sakura sendiri ragu dengan perasaannya saat ini. Apakah dia mencintai Sasuke? Ya! Apakah Sasuke mencintainya? Ia tidak tahu.
"Sampai kapanpun Sasuke dan Naruto akan menjadi laki-laki nomor satu dihatiku, dan tak akan ada yang bisa menggantikan itu. Apapun yang terjadi." Jawabnya.
Ino terpana melihat sikap Sakura yang sangat dewasa. Ia tidak menyangka kalau Sakura akan menjawab pertanyaan seperti itu.
"Whoa, Sakura! Kau terdengar sangat dewasa. Kau seperti tokoh wanita tegar yang ada didalam novel romance favoritku." Ujar Ino.
Sedangkan Sakura mengutuk dirinya sendiri. Seharusnya dia bersikap seperti remaja labil pada umumnya. Jangan sampai ada yang tahu kalau ia bukan anak SMA.
"Ya, kau juga sangat berani dengan membawa banyak laki-laki ke kamar kita. Kau tahu? Seperti wanita dewasa." Balas Sakura.
"Be-benarkah?" Ino sedikit gelagapan.
"Ya, seringkali aku tidak bisa masuk karena kau membawa laki-laki. Maaf tapi bisakah kau tidak membawa laki-laki kemari, terutama pada malam hari." Pinta Sakura sesopan mungkin.
"Err—yah..kurasa aku bisa melakukan itu." Balas Ino. Selama beberapa detik mereka saling berpandangan dan tak lama kemudian mereka tertawa bersama.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Ino yang sebenarnya ia juga masih tertawa.
"Tidak, hanya saja aku ini tertawa. Jadi, apa kau masih..." kalimatnya menggantung.
"Wow...wow jangan salah sangka dulu. Aku memang tidur dengan banyak laki-laki. Tapi aku masih perawan. Tulen!" Ujarnya. Kemudian mereka tertawa lagi, dan itulah awal pertemanan mereka.
Hari ini sepertinya akan berlalu dengan cepat mengingat tak ada pelajaran sama sekali. Sungguh surga. Ino mengajak Sakura untuk jalan-jalan nanti siang tapi sampai jam segini ia sama sekali belum keluar dari tempat tidurnya. Maka iapun mulai bangkit dan bergegas untuk mandi.
Sakura mengambil handuk dan memakai kimono mandinya lalu pergi ke kamar mandir putri yang terletak tak jauh dari kamarnya dan Ino. Semua siswi mandi disana. Kamar mandi itu terdiri dari ruangan besar dengan banyak bilik berjajar yang diberi sekat oleh tirai semi-transparan. Hal itu dibuat agar tidak terjadi penumpukan dikamar mandi saat pagi hari. Sakurapun masuk kedalam kamar mandi yang sepi. Tentu saja karena ini sudah hampir siang.
SREET!
Sakura membuka tirainya, sesekali ia bersenandung kecil. Ia menutupnya kembali dan mulai memutar keran shower.
ZRASSSH!
"Aku selalu mencintai akhir pekan. Seharusnya aku mengambil libur. Tapi pekerjaan ini sangat menyenangkan. Aku cinta pekerjaanku!" Ia berbicara pada dirinya sendiri.
Deg!
Tiba-tiba saja Sakura merasa kalau ada orang lain disana. Tepatnya dikamar mandi itu. Bahkan tubuhnya yang sudah telanjang bulat belum basah sama sekali. Dengan segera ia mematikan keran dan mendengarkan dengan seksama. Hening. Tak ada suara apapun disana.
"Mungkin hanya perasaanku saja. Semua ini mulai membuatku tegang. Sepertinya aku butuh hiburan. Apa sebaiknya aku bergabung dengan regu pemandu sorak? Ha..ha ya! Sepertinya aku harus bergabung dengan regu pemandu sorak." Ia bercanda dengan dirinya sendiri.
SREET!
"Apa kau serius?"
"Arrgh!"
Tiba-tiba saja ada yang membuka tirai biliknya dan dengan ajaib Sakura menemukan seorang perempuan berambut coklat panjang tanpa sehelai benangpun di tubuhnya. Baca! Dia telanjang! Dan keadaannya saat ini adalah dua orang perempuan telanjang sedang berdiri berhadapan menatapi satu sama lain.
"Tenten?! Astaga!" Sakura berusaha mencari apapun yang bisa menutupi tubuhnya, jadi ia menarik tirai dan menutupi tubuhnya dengan tirai semi-transparan itu.
"Oh ayolah! Apa kau serius mau bergabung dengan regu pemandu sorak?" tanya Tenten seraya menarik tirai yang menutupi tubuh Sakura hingga tubuhnya terekspos sempurna.
"Oh! Ya ampun!" Gadis bersurai merah muda itu segera berbalik dan merapat kedinding.
"Kebetulan kami sedang membutuhkan anggota baru. Kau harus bergabung dengan kami!" Ujar Tenten percaya diri. Bahkan dalam imajinasinya yang paling liar, Sakura tidak pernah bisa membayangkan kalau akan ada perempuan yang menggerebeg-nya yang sedang mandi.
"Tidak! Pergi!" Teriak Sakura tegas.
"Aku tidak akan pergi sebelum kau berjanji kalau kau akan bergabung denganku." Katanya.
"Aku telanjang! Ugh menjijikan!" Hening kemudian. Sepertinya Tenten benar-benar keras kepala. Sakura sama sekali tidak bisa berpikir jernih saat ini. Ia bisa meihat Tenten sedang berkacak pinggang saat ini. Akhirnya Sakura menyerah dan berbalik. Ia sudah tidak peduli kalau mereka berdua tanpa busana. Toh, mereka sama-sama perempuan. Sakura memperhatikan tubuh ramping Tenten.
"Yah, aku cukup percaya diri dengan ini." Tenten memandangi tubuhnya sendiri.
"Oke. Baiklah. Aku akan bergabung dengan pemandu sorak." Ujar Sakura.
"Kau janji?" tanya Tenten.
"Ya. Aku janji." Sekarang keheningan menyelimuti mereka lagi. Keduanya tampak salah tingkah.
"Oh. Maaf sudah menganggumu." Tenten mengambil handuk milik Sakura dan memberikannya hingga Sakura bisa menutupi tubuhnya. Gadis berambut coklat itu tersenyum dan Sakura membalasnya.
"Apa kau sudah selesai sayang?" Ujar sebuah suara baritone berat.
Tiba-tiba saja muncul seorang laki-laki tampan dengan rambut coklat panjang dan mata indigo dari balik tirai. Sakura tidak bisa melihat keseluruhan tubuhnya karena ia hanya menampakkan diri sampai sebatas pinggang. Laki-laki itu tersenyum pada Sakura lalu mengerling menggoda pada Tenten. Sakura bertaruh untuk semua uangnya kalau laki-laki itu sama sekali tidak memakai pakian.
"Ya ampun!" umpat Sakura.
"Ou, ya! Aku sudah selesai Neji. Sampai ketemu hari senin." Tenten pergi keluar lalu menutup kembali tirai yang ia buka, meninggalkan Sakura yang masih mematung.
Sekolah macam apa ini?!
Pukul satu siang dan Sakura sudah berada didepan cafe yang terletak dikeramaian kota. Ino bilang dia akan menemuinya disana.
"Sakura!"
"Hai!"
Terlihat Ino sedang berlari kearahnya dengan memakai dress selutut berwarna abu-abu. Gadis itu tersenyum riang.
"Maaf aku tadi harus membeli sesuatu dulu." Katanya.
"Tidak masalah. Aku juga baru sampai." Balas Sakura. Tak lama kemudian muncul dua orang laki-laki dari balik punggung Ino. Yang satu laki-laki gemuk yang sedang memakan makanan ringan dan yang satu lagi aki-laki dengan tampang malas yang sedikit memuakkan. Ya, mereka adalah Chouji dan Shikamaru. Mata Sakura menyipit, ia tidak tahu sama sekali kalau Shikamaru dan Chouji ikut dan entah kenapa Sakura juga merasa kalau Shikamaru dan Chouji melihatnya dengan pandangan yang sama.
"Aku tidak tahu kalau kau mengajak orang lain." Kata Shikamaru dingin.
"Sudahlah Shikamaru, dia kan temanku juga. Kau jangan marah-marah terus nanti kau cepat tua." Balas Ino.
"Ah, sepertinya aku menganggu kalian. Aku akan pergi saja." Kata Sakura berpura-pura segan.
"Jangan Sakura! Kau sudah ada disini. Jangan dianggap serius, Shikamaru memang seperti itu orangnya." Kata Ino.
"Uh..Sudah-sudah jangan bertengkar, ini kan sedang dipinggir jalan. Lebih baik kita ajak Sakura makan siang bersama kita." Ujar Chouji agak canggung.
"Oke! Sudah diputuskan! Ayo kita makan!" pekik Ino.
Merekapun masuk kedalam sebuah cafe yang tak terlalu besar dan memesan beberapa makanan berat. Suasana sedikit canggung karena sepertinya Shikamaru kurang nyaman dengan kehadiran Sakura. Ketika Sakura dan Ino mengobrol ia terus memandanginya seolah-olah ia takut kalau Sakura tiba-tiba menodongkan senjata padanya. Sementara itu Chouji dengan riang menyantap makan siangnya. Meski ia terus mengobrol dengan Ino, tapi ia tetap memperhatikan keadaan sekitar. Tidak akan ada yang menyangka kalau Chouji kemarin sore barusaja menjual sebuah berlian senilai dua ratus karat pada orang tak dikenal. Wajahnya benar-benar polos dan sama sekali tak ada tampang penjahat.
Shikamaru mulai membuka laptopnya dan mengerjakan sesuatu disana. Sakura tidak tahu apa.
"Shikamaru, bisakah kau bersantai sedikit?" tanya Ino malas.
"Tidak. Aku harus mengerjakannya." Balasnya. Sakura menatap heran tak mengerti.
"Kau lihat sendiri kan Sakura. Dia itu terlau serius. Dia sering tidak tidur karena mengerjakan ini. Itu membuatnya menjadi pemarah. Tapi jauh didalam dirinya dia itu pria yang baik sekali." Jelas Ino.
Mengerjakan apa? Sakura sama sekali tidak mengerti. Ia sangat penasaran. Inilah saatnya untuk mencari informasi.
"Memangnya membuat apa? Apa tugas sekolah? Sepertinya penting sekali?" tanya Sakura memmberanikan diri. Lalu hening seketika. Terlihat kalau Shikamaru melemparkan pandangan dingin pada Ino.
"Tidak, ini hanya hobiku. Aku memang sering mengotak-atik komputer. Kau tau lah..." Pemuda berambut nanas itu berusaha mencairkan suasana. Tapi Sakura tak kehibisan akal.
"Keren! Apa itu? Boleh aku melihatnya? Aku juga sering melakukan hal-hal seperti itu. Mungkin kita bisa bertukar pikiran?"
—Skak Matt
Piip...Piip...Piip
Tiba-tiba saja ponsel Sakura bergetar meminta untuk segera diangkat. Ia mengutuk siapapun yang meneleponnya saat ia sedang berusaha mengorek informasi dari Shikamaru.
"Maaf!" Sakura meninggalkan mereka.
"Halo?"
"Sakura ini aku, Naruto! Dimana kau? Ingat kita akan pergi malam ini, apapun yang kau lakukan kau harus segera pulang!"
"Aku tahu! Tapi kau baru saja merusak bisnisku." Ujar Sakura kesal.
"Bisnis apa?"
"Sudahlah! Aku akan pulang sekarang." Balas Sakura lalu menutup teleponya.
Gadis itu menghampiri meja mereka dan mengambil tasnya.
"Maaf semuanya. Aku harus segera kembali. Aku lupa kalau aku ada banyak sekali tugas yang harus ku kerjakan." Kata Sakura.
"Tapi, kita baru saja makan." Tukas Ino.
"Maaf, aku harus pergi. Terima kasih atas makan siangnya. Sangat menyenangkan." Ia berlalu pergi.
Sakura keluar dari cafe itu dan berjalan beberapa langkah dari sana untuk mencari taxi. Namun sesuatu menarik perhatian Sakura hingga ia tak jadi menghentikan taxi. Seorang pria tinggi dengan rambut bob yang khas sedang menelepon seseorang ditrotoar tak jauh darinya. Dia kan guru baru yang datang bersama Kakashi Hatake malam itu. Ia berbicara keras sekali hingga ia menjadi pusat perhatian. Dengan segera Sakura bersembunyi dibalik telepon umum. Rambut merah mudanya sangat mudah sekali dikenali.
"Kau sudah telat satu jam kakashi! Aku sudah mati berdiri karena menunggumu." bentaknya.
—Kakashi? Sakura semakin menajamkan pendengarannya. Sayang sekali ia tidak bisa mendengar Kakashi. Apa mereka sedang janjian? Tapi untuk apa? Tidak mungkin mereka janjian untuk berkencan. Ayolah!
"Apa? Wanita itu mengganggumu? Ya ampun dia itu kan guru harusnya bisa profesional. Yugao sudah ada disini." Katanya.
Wanita? Ada wanita yang mengganggu Kakashi dan wanita itu adalah guru. Lalu Yugao. Apa yang mereka maksud adalah Yugao-sensei? Yugao sensei kan guru sejarah mereka. Apa mereka sedang ada janji dengan Yugao sensei?
"Dia sedang berada direstoran tepat didepanku. Dia sepertinya sedang menunggu seseorang." Katanya.
Ia mengikuti pandangan pria itu. Memang benar, tepat didepannya ada sebuah restoran disana. Restoran itu cukup ramai tapi Sakura bisa melihat seorang wanita berambut ungu sepunggung sedang duduk manis sambil memainkan ponselnya. Tunggu, kalau begitu ini bukanlah sebuah janji. Mereka sedang berusaha untuk mengikuti Yugao sensei.
"Aku tidak tahu dia sedang apa. Tapi lebih baik kau cepat selesaikan urusanmu dengan wanita itu lalu datang kasini. Untuk sekarang biar aku yang mengikuti Yugao." Katanya serius.
Piip...Piip..piip
Ponsel Sakura kembali bergetar.
Dari:
Baka Naruto
PULANG SEKARANG! KALAU TIDAK AKU AKAN MENCULIKMU!
Bodoh dan semakin bodoh. Sakura memutar bola matanya. Sebaiknya ia segera kembali ke asrama.
A/N : If you mind please review...Salam hangat dari pengidap Tabestry Syndrom : ) Longlive Author.