A THOUSAND YEARS
Naruto©Masashi Kishimoto
Story©Ivyluppin
Warning : Shotacon, Vampic, Time Travel, AU, OOC, and many kinda…
Main pair : Sasunaru & Gaanaru(slight)
.
.
Chapter 1
.
'Kriet'
Derit pintu terdengar saat seseorang berpakaian serba putih membukanya perlahan. Wajahnya menampakkan senyum ramah ketika seorang wanita yang berada di ruangan tersebut memandangnya lesu.
"Selamat siang nyonya, saya akan mengecek keadaan Naruto hari ini."
Tanpa suara, hanya berupa anggukan pelan, wanita yang bernama Namikaze Kushina berdiri dan menyingkir sembari mengamati suster yang tengah memeriksa keadaan anaknya yang berbaring tak sadarkan diri di ranjang.
"Sudah satu tahun...Naruto belum juga membuka mata, ia bahkan melewatkan hari ulang tahunnya yang jatuh hari ini." Ujar Kushina dengan nada sedih.
Suster yang mendengarkan hal tersebut tersenyum miris dan membalikkan tubuhnya menghadap wanita cantik berambut merah di belakangnya. Ia bisa melihat wajah murung wanita tersebut dan mata kecoklatannya yang berkaca-kaca.
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Naruto adalah anak yang kuat. Anda harus tetap percaya padanya. Cepat atau lambat putra anda akan sadar kembali. Anda hanya perlu lebih bersabar, nyonya." Ujar suster berwajah oriental tersebut dengan suara kalem.
"Aku telah mencobanya, hanya saja...sampai kapan?" Kushina menatap wajah suster di depannya dengan pandangan putus asa.
"Di sini, banyak sekali yang mengalami kejadian semacam ini. Bahkan mereka yang koma bertahun-tahun lebih lama dari Naruto. Tapi, suatu ketika keajaiban datang pada mereka hingga mereka kembali sehat. Percayalah Nyonya, keajaiban datang untuk orang-orang yang teguh dan yakin." Ujar suster tersebut sembari memegang tangan ibu Naruto.
"Terimakasih suster, maaf selalu merepotkanmu." Ujar Kushina dengan suara bergetar.
"Ini memang tugas saya, kalau begitu saya permisi." Sang Suster melangkah pergi sebelumnya ia mencatat hasil pemeriksaannya pada kertas di papan dada yang ia bawa lalu keluar dan menutup pintu perlahan. Meninggalkan Kushina yang masih diam memandang buah hatinya dengan pandangan tak terbaca.
Waktu berjalan melambat di sekitar Kushina yang duduk diam sambil mengamati wajah buah hatinya tersebut. Tangannya sesekali mengusap dahi bocah kecil berumur 12 tahun yang sedang koma. Pikirannya kembali melayang ke satu tahun yang lalu saat dirinya dan Naruto ingin pergi ke pusat perbelanjaan Shibuya untuk membeli persediaan bahan makanan serta sepasang sepatu baru untuk Naruto yang akan berulang tahun hari itu. Mereka melangkah meninggalkan rumah dan memutuskan untuk pergi tanpa kendaraan pribadi. Namun saat ia mereka berjalan di trotoar ada sebuah mobil yang tiba-tiba melaju kencang tak terkendali menuju ke arah mereka. Namun sayang saat ingin menghindar mereka sudah tak punya banyak waktu lagi. Ajaibnya, Namikaze Kushina hanya mengalami luka-luka dan patah tulang kaki sedangkan Naruto yang masih berumur 11 tahun terpental sejauh 3 meter dengan genangan darah di bawah tubuhnya.
Seperti halnya mimpi buruk yang terus terulang, kejadian itu berputar-putar dalam benaknya, terus dan terus hingga ia merasakan perasaan bersalah hampir menghancurkan jiwanya. Ia merutuki dirinya sendiri sembari mencemooh bahwa dirinya telah gagal menjadi ibu yang baik untuk anak semata wayangnya. Kushina pernah mogok makan selama 2 hari dan ia berdalih anaknya belum sadar, ia hanya ingin makan bersama saat anaknya sadar nanti. Namikaze Minato, suaminya, hampir dibuat gila karena acara mogok makan yang ia lakukan tersebut.
" Mama, pulanglah aku akan menjaga Naruto malam ini." Suara dalam seorang laki-laki di belakangnya sama sekali tak mengalihkan perhatiaannya dari wajah Naruto. Matanya nampak kosong dan wajahnya sedikit pucat.
"Mama..." panggil Laki-laki bernama Namikaze Minato tersebut.
"Seharusnya, hari ini kita bisa merayakan ulang tahunnya dengan suka cita di rumah, atau di restoran sukiyaki favoritnya. Dengan sebuah cake dan lilin-lilin yang bersinar terang, dengan tumpukan kado yang mungkin akan membuatnya kelelahan sebelum semuannya dapat ia buka. Seharusnya hari ini kita bisa melihat wajah gembiranya dan suara tawanya. Seharusnya..." lelehan air mata turun membasahi pipi putih milik Kushina saat ia membayangkan hal-hal yang seharusnya terjadi hari ini andai musibah itu tak terjadi.
"Hentikan, Naruto bukanlah anak semacam itu. Bukankah ia tak pernah meminta apapun di hari ulang tahunnya? Ia bukan anak manja yang mengharapkan kado dan kue. Sekarang Naruto kita sedang berjuang melawan sakitnya dan kita sebagai orang tua seharusnya menyemangatinya bukannya bertindak seolah-olah tidak ada lagi harapan." Minato berujar dengan nada tegas. Wajahnya sedikit mengeras. Ia remas bahu istrinya kemudian ia menepuk puncak kepala Kushina dan membawanya dalam dekapan.
"Tenanglah, jika kau seperti ini. Bagaimana kita dapat memberikan spirit bagi Naruto? Sekarang pulanglah. Pikirkan juga kesehatanmu. Ayo, aku akan mengantarmu."
"...tidak, kau harus tetap disini menjaga Naruto, aku tak ingin saat ia sadar tidak ada siapapun di sampingnya. Aku bisa pulang sendiri." Kushina memandang wajah suaminya dan tanpa meminta persetujuan ia bangkit dari kursinya lalu mencium dahi Naruto sembali membisikkan sesuatu ke telingannya.
.
:: A Thousand Years ::
.
2 minggu kemudian.
Akhir minggu yang berjalan secepat siput. Tidak banyak perubahan dari kondisi Naruto, tidak bertambah buruk dan tidak juga bertambah baik. Semua sama saja seperti beberapa bulan yang lalu.
Hari ini hari libur nasional ketika nyonya Kushina tetap menjaga anaknya, duduk tepat di samping ranjang dengan wajah yang hampir begitu-begitu saja. Beberapa menit kemudian ia berdiri dan berjalan ke arah jendela. Menyibak tirainya dan membukanya untuk membiarkan angin segar yang meniupkan aroma musim semi masuk mengisi kamar pasien tersebut.
"Nah, dengan begini kau bisa ikut merasakan datangnya musim semi yang indah." Senyuman tersungging di bibirnya apalagi ketika ia melihat gulungan angin memainkan rambut orange Naruto yang membuatnya terlihat menari-nari dengan lembut.
Namikaze Kushina ingin berjalan menuju tempat Naruto yang berbaring saat sebuah suara pintu menghentikan langkahnya.
"Masuklah!"
"Sumimasen nyonya." Ujar beberapa anak kecil bersamaan.
Kushina tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya ketika pintu yang perlahan terbuka itu menampilkan beberapa sosok mungil. Ia tahu persis siapa mereka. Teman-teman Naruto. Hinata, Tenten, Rock Lee, dan Shino dan ah satu lagi Ino. Mereka semua adalah teman dekat Naruto.
"Ah, kalian. Ingin mengunjungi Naruto?" tanya Kushina dengan senyum ramah di wajahnya. Beberapa dari mereka tersipu, ibu Naruto adalah wanita yang cantik pikir mereka.
"Mmmh." Anggukan kecil dari salah seorang anak berambut orange panjang. "Kami ingin menjenguk Naruto-kun." Hinata berjalan ke arah ranjang Naruto dan kembali berkata "Selamat pagi Naruto-kun. Aku dan yang lain datang menjengukmu kembali."
Teman-teman Naruto yang lain mengikuti langkah Hinata dan mendekati ranjang Naruto.
"Kau tahu Naru, lusa kemarin Tenten mengikuti pertandingan karate antar distrik dan aku yakin kau pasti bisa menebak kelanjutan ceritaku...dia memenangkannya. Andai kau lihat wajahnya yang bahagia. Aku baru tahu jika dia sedikit cantik...hahaha." ujar Lee dengan tawa renyah dan langsung mendapatkan hantaman dikepalanya, ia berteriak dan meringis kesakitan.
"Sakit Ten, kau anak perempuan atau monster?" Lee memegang kepalanya yang mulai membengkak.
"Diam kau Lee, teriakanmu membuat Naruto terganggu bodoh."
"Jangan pukul aku, aku hanya memujimu saja. Jika kau tidak mau dibilang cantik oleh seorang laki-laki nanti tidak akan ada yang mau menikahimu di masa depan...kecuali Shino." Lirik Lee pada Shino yang hanya memandang mereka dengan tatapan 'kalian bicara apa? kecoak penganggu.'
Tanpa menunggu lama Tenten kembali memukul kepala Lee dengan kekuatan penuh. Lalu tak lama kemudian mereka berakhir dengan pertengkaran. Kushina melihatnya dengan tawa canggung sedangkan Hinata kesulitan mendamaikan mereka. Si sisi lain Shino yang namanya masih dibawa-bawa dalam ejekan Lee mengenai tema 'pernikahan masa depan Tenten' hanya mengendikan bahu. Sedangkan teman mereka yang bernama Ino 9 kali menggumamkan kata 'Idiot' untuk teman-temannya tersebut.
Sebenarnya bagi Namikaze Kushina, kunjungan teman-teman Naruto membuat hatinya senang walau setiap kali kunjungan selalu ada saja insiden kecil-kecilan semacam itu. Ia tak pernah merasa keberatan sama sekali, justru ia berharap Naruto dapat mendengarkan obrolan teman-temannya. Ia tahu dulu sebelum insiden kecelakaannya dulu. Naruto juga sering terlibat pertengkaran konyol semacam ini dengan teman-temannya, namun bukankah hal itu wajar adanya?
'Naruto, kau bisa mendengarnya? Teman-temanmu disini, mereka semua menanti kepulanganmu. Cepatlah sadar nak, cepatlah sadar.' Kata Kushina dalam hatinya.
Well, usai kunjungan singkat yang berlangsung 'damai' berakhir, teman-teman Naruto berpamitan saat mereka melihat jam mulai beranjak siang. Kushina mengantarkan mereka sampai depan pintu kamar anaknya dan mengucapkan terima kasih atas kunjungan yang mereka lakukan.
.
.
Malam hari pukul 20.00 waktu setempat.
Namikaze Kushina baru saja mengecek uang dalam dompetnya, ia bermaksud pergi ke apotek untuk membeli obat sakit kepala dan sebotol vitamin yang dianjurkan dokter padanya ketika seseorang mengetuk pintu dan masuk. Sejenak Kushina dibuat mematung saat ia mendapati sosok seorang pria yang sangat tampan berpakaian serba putih khas pakaian seorang dokter. Tubuhnya semampai dengan bahu tegap yang lebar, rambutnya hitamnya panjang melampaui bahu dengan satu ikatan rapi, kulit porselinnya terlihat sedikit pucat, garis wajah yang tegas, wajahnya bisa mengingatkan kita pada masa kejayaan sistem pemerintahan aristokrasi dan yang paling menarik perhatian adalah sepasang iris seindah permata Onyx yang memandang kalem.
"A..anda siapa?" tanya Kushina tergagap.
Sosok itu tersenyum ramah memandang wajah bingung milik Kushina "Nyonya, saya adalah dokter pengganti yang bertugas menangani pasien yang bernama Namikaze Naruto selama dokter Shisune tidak ada. Nama saya Uchiha Itachi."
"A..saya mengerti, dokter Shisune sempat mengatakan jika beliau akan pergi ke LA selama beberapa bulan ke depan. Maaf saya tidak tahu jika anda-lah pengganti beliau." Ujar Kushina sambil sedikit membunggukkan badan.
"Tidak masalah nyonya. Sekarang, ijinkan saya untuk melakukan check rutin pada putra anda." Ujar Itachi ramah.
"Iya silahkan dokter."
Itachi melangkahkan kakinya menuju ranjang tempat Naruto berbaring selama satu tahun terakhir. Ia mulai memeriksa keadaan Naruto namun tak berselang lama Kushina membuka suara "Maaf dokter, bisakah saya titip Naruto sebentar saja. Saya ingin pergi ke apotek di depan untuk membeli sesuatu." Ujarnya dengan nada canggung.
"Ah, tentu Nyonya Namikaze. Saya akan menjaga Naruto untuk anda." Lagi-lagi Itachi menampakkan senyuman ramah miliknya.
"Terimakasih dokter...Naruto, ibu akan segera kembali."
Uchiha Itachi masih bisa mendengar suara langkah kaki milik Namikaze Kushina bahkan ketika wanita tersebut berbelok di ujung koridor. Wajahnya yang sedari tadi menampilkan ekspresi lembut kini berganti dengan wajah sendu yang demikian kentara. Ia memperhatikan Naruto yang sedang koma dalam diam, di dekatinya bocah tersebut lalu diusapnya helaian pirang miliknya sembari berbisik. "Naruto...aku tak percaya seseorang dapat berenkarnasi, tapi kau membuatku sadar secara nyata. Bukankah sudah 1000 tahun sejak hari itu? Aku masih ingat kemarahan pada wajah Hunter itu saat ia tahu kau meninggal. Naruto..maaf, tapi kau harus mengalami ini untuk membebaskan jiwa adikku. Kembalilah ke masa lalu, pergilah dan selamatkanlah adikku. Aku berjanji padamu, aku akan membawamu pulang jika ini semua sudah selesai." Lalu dikecupnya dahi bocah laki-laki tersebut.
Setelahnya Itachi mengeluarkan sesuatu dari kantungnya, semacam jimat berbentuk pentagon dengan bentuk rumit di tengahnya. "Juken, aku memanggilmu."
Tiba-tiba sosok yang dipanggil muncul "Saya, my Lord." Ujar sosok tersebut sarat akan nada hormat.
"Mulai ritualnya sekarang, aku ingin kau kirim anak ini ke masa 1000 tahun yang lalu."
"Baik Master."
Seketika sebuah cahaya hijau berpendar, semakin lama semakin pekat menyelimuti pandangan mata.
.
.
.
Namikaze Kushina kembali dari apotek dengan membawa kantung kecil berisi obat setelah sekitar lima belas menit ia pergi. Ia membuka pintu dengan sedikit keras dan wajahnya terlihat khawatir. Ia takut ada apa-apa dengan Naruto meskipun ia tahu benar ada seorang dokter di samping anaknya.
"Dokter, bagaimana keadaan Naruto?" tanyanya dengan nada sedikit berharap.
"Tak apa, Jangan khawatir nyonya."
Kushina menghela nafas lega. Dipandanginya anak semata wayangnya dengan penuh kasih. Diusapnya kepala Naruto lalu pandangannya beralih pada Uchiha Itachi yang terdiam melihat memandangan di depannya.
"Terima kasih dokter." Senyum Kushina lantas membuat hati Itachi sedikit mencelos.
"Tentu nyonya, saya permisi dulu."
Itachi keluar kamar segera setelah Kushina sekali lagi mengucapkan terimakasih untuk yang kedua kali padanya. Sebelumnya ia sempat melirik Naruto yang masih memejamkan mata.
Di luar pintu, Itachi diam sejenak. Meresapi tindakan yang baru saja ia ambil. Matanya melirik ke belakang dan ia menghela nafas.
.
.
Itachi pov.
1000 tahun dan aku telah menghabiskan banyak kesabaranku untuk hari ini. Bahkan setelah 1000 tahun, wajahmu masih tidak berubah dan jika ramalan Margera benar maka semua hal yang kulakukan tidak sia-sia.
Naruto, kembalilah ke masa lalu. Demi darah dari darahku, selamatkan adikku. Kau bisa mengubah takdir mengerikan itu.
Semoga diriku di masalalu tetaplah sama. Semoga kau selamat, semoga adikku yang naïve tidak mengulang kebodohannya lagi.
.
.
Normal pov.
Suara langkah Itachi menggema di koridor yang sepi. Pandangannya menatap tajam ke depan sedangkan wajahnya menampilkan ekspresi yang tak bisa di jelaskan.
.
.
:: tbc ::
Hallooo Minna-san
Lagi-lagi aku bongkar-bongkar draft dan menemukan fanfic yang kubuat 2 tahun lalu. Fanfic ini pernah aku publish di FFN versi Grimmichi dengan bantuan akun teman. Dan sekarang aku akan mempublish dengan akun-ku sendiri.
Well, semoga kalian suka karena ini Vampic pertama-ku sekaligus mengangkat unsur Shotacon. Dan untuk definisi umur akan dilampirkan di next chap.
See ya in the next chap~
-with love Ivyluppin-