PENYEMU
KBBI: n orang yang menyemu (tampak seperti asli); penipu; pengkhianat
Anthony Lockwood, George Cubbins, dan Lucy Carlyle adalah kepunyaan Jonathan Stroud; sementara Severus Snape, Hermione Granger, dan Neville Longbottom adalah kepunyaan JK Rowling.
Friendship/Adventure, T
Dedikasi untuk psychochiatrist, selamat UKDI, lulus dengan gemilang dan menulis penpik lagi!
Belated birthday untuk Sanich Iyonni, selamat mengurangi umur!
LCHP
Kelelahan, aku nyaris meletakkan barang bawaanku sembarangan di lantai, kalau saja aku tidak melihat Lockwood melotot ke arahku. Iyaaa, iyaaa, baiklah, dan kuletakkan barang-barang bawaanku hati-hati. Sebenarnya inginnya sih langsung menggeletak dan bobo, tapi pelototan itu cukup untuk menunda menggeletak beberapa saat.
Kupilah-pilah barang-barang bawaanku. Suar magnesiumku habis. Rapier cadangan agak mletot bagian ujungnya, mungkin nanti bisa diperbaiki. Kubuka ikat pinggangku dan mengeluarkan satu-satu perlengkapan yang tergantung di situ: garam, potongan coklat dan minuman, dan entah apa lagi. Kusimpan satu-satu sesuai dengan klasifikasinya, lalu sisa makanan dan minuman bekal kusimpan di lemari makan. Rantai besi dan rapier kusimpan hati-hati.
"Lebih baik kau mandi dulu, lalu beli sarapan. Habis itu George bisa mulai menulis laporan—" Lockwood sudah mulai mengatur-ngatur lagi. Sebenarnya yang kuingin ialah melempar diri ke kasur lalu menutup mata, tetapi kupikir-pikir kami memang sudah lapar. Jadi aku beranjak ke lantai atas, menuju kamar mandi.
Segar ketika habis mandi memupus sedikit rasa ingin tidurku. Rasa lapar menggantikan. Kuambil dompetku, lalu berjalan keluar, menuju warung Arif. Berpapasan dengan George yang akan mandi, dan dengan sedikit lirikan kulihat Lockwood masih membereskan perlengkapan kami tadi. Ya, pasti dia kecewa dengan ujung rapier itu, tapi daripada jatuh korban jiwa, mending korban peralatan kan? Lagipula, rapier itu masih bisa diperbaiki.
Jadi aku meneruskan langkah ke warung. Bolu gulung sudah habis, jadi kubeli saja beberapa donat. Kulihat Arif sedang menumpukkan sandwich di atas meja, baru selesai dibuat, dan harum daging asapnya menggoda, jadi kubeli juga beberapa.
Berjalan perlahan kembali, aku melihat seorang wanita berhenti di depan rumah, sambil memperhatikan nomor-nomor rumah sekitar. Sambil melihat secarik kertas di genggamannya.
Belum sempat kusapa, ia sudah lebih dahulu bertanya.
"Maaf, Nak, ini benar Portland Row 35? Rumahnya nak Lockwood benar yang ini?"
Aku mengangguk. Belum sempat bertanya lagi, ia sudah mendahului.
"Kira-kira, nak Lockwood mau tidak yang mengurusi masalahku—" sahutnya pelan.
Aku tak bisa menjawab. Jadi kuminta ia masuk saja, menunggu di ruang tamu. Aku menuju ke ruang bawah tanah mencari Lockwood, tapi belum sampai, Lockwood sudah berjalan ke arahku.
"Kasus lagi ya?" tanyanya tanpa menunggu jawaban. Aku mengangguk. Aku berbelok ke dapur dan menata makanan yang kubeli, dalam hati bertanya-tanya kapan bisa sarapan sementara perut sudah keroncongan.
"Lucy, bawa saja sarapannya ke sini!" Lockwood berseru.
Aku membawa piring-piring donat dan sandwich, sementara George nampaknya sedang membuat sepoci teh.
Sebelum si ibu mulai memaparkan masalahnya, Lockwood dengan bijak menawarkan sarapan—sebenarnya agar kami bertiga juga bisa sarapan, soalnya kalau tidak, kapan dong waktunya, perut sudah keroncongan...
Tapi si ibu menolak dengan sopan, dan hanya menyecap sedikit tehnya, lalu meletakkan cangkirnya di meja. Tak sabar untuk segera memaparkan masalahnya.
Lockwood memasukkan sepotong sandwich sekaligus ke dalam mulutnya, sekali-dua kali mengunyah, dan menelannya. Mendorongnya dengan secangkir teh, lalu mengelap bibirnya dengan serbet.
"Jadi," Lockwood membuka pembicaraan, " apa masalah nyonya—"
"Hartmann. Panggil saja Louisa—"
"Louisa. Ada apa yang bisa kami bantu?"
Louisa tak langsung menjawab, tetapi membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop. Amplopnya sendiri tebal, tapi isinya tidak begitu tebal, nampaknya. Alamatnya ditulis dengan tulisan sambung meliuk-liuk. Cap pada perangkonya agak tidak jelas.
Ia menyerahkan surat itu pada Lockwood, yang langsung mengeluarkan isinya. Otomatis kami berdua pindah duduk ke sebelah kiri-kanannya, untuk turut membaca.
SEKOLAH SIHIR HOGWARTS
Kepala Sekolah: Albus Dumbledore
(Order of Merlin, Kelas Pertama; Penyihir Hebat; Kepala Penyihir; Konfederasi Sihir Internasional)
Mr Hartmann yang baik,
Dengan gembira kami mengabarkan bahwa kami menyediakan tempat utuk Anda di Sekolah Sihir Hogwarts. Terlampir daftar semua buku dan peralatan yang dibutuhkan.
Tahun ajaran baru mulai 1 November. Kami menunggu konfirmasi anda paling lambat 1 Oktober.
Hormat saya,
Minerva McCGonagall
Wakil Kepala Sekolah
Lockwood membacanya hati-hati dua kali, lalu mengangkat kepala dan bertanya, "Sekolah Sihir?"
Louisa mengangguk. "Thomas menerima surat ini, dan dia pergi ke King's Cross, tetapi dia menghilang—"
"Sebentar," George membetulkan kacamatanya, "apakah ini kasus anak hilang? Kenapa tidak dilaporkan pada polisi? Bawa-bawa sihir segala—"
Lockwood melipat suratnya dan memasukkannya ke dalam amplop, "Kurasa Anda harus menceritakannya dari awal, Louisa—"
Louisa menghapus airmatanya dengan sapu tangan, menghela napas, lalu mulai bercerita.
LCHP
Keluarga Hartmann tadinya hidup bahagia dan biasa-biasa saja. Lalu Theo Hartmann, sang suami, sakit dan tak lama kemudian meninggal. Louisa dan anak satu-satunya Thomas, terpaksa pindah ke rumah yang lebih kecil. Di lingkungan baru ini, Thomas berteman dengan Amy, seorang anak yang menurut Louisa agak aneh.
Bulan Juni kemarin, Amy menerima surat yang aneh, menurut Louisa. Sekolah Sihir? Tapi kedua orangtua Amy justru seperti bahagia, seperti bangga menerima surat itu. Suratnya persis seperti yang dipegang Lockwood, hanya saja dicantumkan di sana bahwa tahun ajaran baru dimulai 1 September.
1 September Amy diantar kedua orangtuanya ke King's Cross, karena konon perjalanan ke sekolahnya dilakukan dengan kereta api, dari setasiun itu. Selepas kepergian Amy, Thomas seperti lesu dan tak mau beraktivitas, malah sekolah saja ogah-ogahan. Dua minggu setelah kepergian Amy, Thomas menerima surat ini. Sepertinya ia menyembunyikan suratnya, karena Louisa baru tahu bahwa anaknya kemudian pergi ke King's Cross 1 November kemarin, dan ia menghilang.
Louisa bermaksud melaporkan pada polisi, akan tetapi ia merasa kata 'sihir' dalam surat itu akan membuat polisi meremehkannya, jadi ia mencari agen yang mungkin bisa membantunya. Ia tak tahu harus mencari agen apa, mungkin saja Lockwood bisa membantunya...
LCHP
"Mungkin kita harus bicara dulu dengan orangtua Amy," usulku, "nanti dari situ bisa kita telusuri ke mana kita harus mencari."
Lockwood menyetujui. Louisa mencatatkan nama dan alamat orangtua Amy, lalu alamat dan teleponnya sendiri.
"Terimakasih banyak," sahut Louisa hampir menangis lagi, "tapi saya tidak bisa membayar banyak—"
Lockwood menepuk-nepuk tangannya, "Sudahlah, itu bisa dibicarakan nanti. Yang penting, kita temukan Thomas dulu."
"Terimakasih banyak! Terimakasih banyak!" hampir saja Lockwood dipeluk Louisa kalau saja ia tidak cepat-cepat mengulurkan tangannya. Jadi mereka hanya berjabat tangan.
Selepas Louisa pergi—dan George kemudian menghabiskan sandwich tersisa—Lockwood langsung membagi tugas.
"Kau pergi bertanya-tanya pada orangtua Amy, sekaligus melihat-lihat keadaan lingkungan mereka bagaimana. Dari situ pergi ke King's Cross, periksa di mana dan bagaimana kemungkinan Thomas bisa hilang. George, seperti biasa riset, cari Hogwarts ini apa, dan aku akan membereskan hal-hal lain."
Kantukku hilang total, dan tanpa banyak bicara aku mencatat alamat orangtua Amy, dan berangkat.
LCHP
Hari sudah sore saat kami berkumpul lagi. George sudah memasak stew, ia menuangkan semangkok untuk dirinya sendiri, lalu menuju meja tempat ia meletakkan setumpukan kertas, buku, dan gulungan entah apa. Aku mengambil semangkok juga, dan duduk di seberangnya. Lockwood membawa setumpukan barang entah apa, menyimpannya di sudut, baru kemudian ingat mengambil makanan.
"Menurut orangtua Amy," aku menelan suapan terakhir stew-ku, "jadi masyarakat kita ini terbagi dua, Muggle dan penyihir." Aku melihat berkeliling menunggu respon negatif dari George maupun Lockwood, akan tetapi raut wajah keduanya biasa-biasa saja. "Amy dari kecil sudah terlihat kalau dia mempunyai—" aku mencari kata yang tepat, "—bakat penyihir. Jadi, setelah usianya 11, ia mendapat surat dari Hogwarts. Selain itu, karena kedua orangtuanya Muggle—non-penyihir, ada seorang guru penyihir yang datang dan menjelaskan apa itu Sekolah Sihir, apa saja yang harus disiapkan, apakah mereka masih akan bertemu lagi—"
"Tanggal 1 September mereka pergi ke King's Cross, dan peron keberangkatannya itu peron 9 ¾, tidak diketahui masyarakat biasa. Nanti ada libur Natal, libur musim panas, seperti biasanya sekolah berasrama. Setelah 7 tahun bersekolah, mereka lulus, dan terserah mau bekerja jadi apa—"
"Lalu aku tadi ke King's Cross, dan tidak menemukan apa yang disebut Peron 9 ¾. Peron 9 dan peron 10 biasa saja yang ada di sana. Thomas kemungkinan terbawa kereta dari salah satu dari kedua peron tersebut, tetapi kalau memang ia terbawa kereta, pasti sudah ada laporan anak ditemukan dari Jawatan Kereta Api, dan aku sudah menanyakannya, sama sekali tidak ada laporan."
"Oya," aku menambahkan, "surat undangan untuk Amy ternyata berbeda. Isinya memang sama, tetapi tak ada perangko—karena suratnya diantarkan spesial—"
"Spesial?" Lockwood mengerutkan kening."
"Diantar burung hantu."
"Sering mendengar surat diantar burung merpati, tapi ini burung hantu ya?" Lockwood menyahut, tapi dari raut wajahnya seperti sedang memikirkan sesuatu. "George, bagaimana penyelidikanmu?"
George meletakkan mangkoknya yang sudah kosong, dan mencari-cari selembar kertas di antara tumpukan kertas di hadapannya. "Ah, ini dia! Oke, benar apa kata Lucy, menurut pandangan para penyihir ini, masyarakat terbagi antara Muggle atau non-penyihir, dan penyihir. Mereka punya Undang-Undang Kerahasiaan Sihir, dan karenanya segala yang berbau sihir harus disembunyikan dari masyarakat non-penyihir. Tapi aku menemukan beberapa hal yang mungkin tak sengaja tercatat di luar komunitas mereka," George menunjukkan tumpukan kertas di hadapannya. Diambilnya selembar, sepertinya peta.
"Letak Hogwarts itu dirahasiakan. Walau aku sendiri sangsi, bisa tidak menyembunyikan sekian ratus murid agar tidak ketahuan masyarakat sekitar. Nah, ada murid yang kedua orangtuanya Muggle, hobi menulis, dan tanpa sengaja menyerempet-nyerempet keberadaan Hogwarts. Walaupun tidak disebutkan langsung di mana tempatnya, kita bisa memastikan bahwa kereta yang membawa mereka ke sekolah Hogwarts itu berangkat jam sebelas dari stasiun King's Cross ke Utara. Mereka berhenti setelah gelap. Bisa dipastikan mereka sudah memasuki wilayah Skotlandia."
"Dengan perhitungan tertentu, aku
memperhitungkan Hogwarts berada di Fort William atau sekitarnya 1). Dengan asumsi Thomas ingin menyusul Amy ke Hogwarts, mungkin kita bisa pergi ke sana dan mengumpulkan keterangan—"
Lockwood mengangguk, "Aku juga sudah memperkirakan, akan lebih mudah bila kita menyusuri perjalanan yang sekiranya akan dilakukan oleh George."
"Tapi, dari King's Cross menuju Fort William tidak ada kereta yang langsung. Kita harus berganti kereta, tergantung pakai yang mana. Ada yang satu kali ganti, ada malah yang tiga kali ganti—" celetukku sambil membuka-buka jadwal keberangkatan kereta.
Lockwood ikut membaca-baca jadwal keberangkatan. "Pakai yang ini saja.," ia menunjuk satu nama perusahaan kereta, "Berangkatnya dari King's Cross hampir sama dengan kereta ke Hogwarts, jam 11. Ganti sekali, dan kita sampai di Fort William sembilan-hampir sepuluh jam kemudian. Nyaris sama dengan perjalanan kereta ke Hogwarts itu, walau kita tak tahu rute mana yang mereka pakai."
Sip. George menuju King's Cross untuk beli karcis, aku menyusun perbekalan baik makanan maupun peralatan, dan Lockwood menyiapkan hal lainnya.
AKAN DISAMBUNG
AN:
1) Esai yang cakep tentang di mana Hogwarts kemungkinan berada bisa dilihat di: members dot madasafish dot com slash ~cj_whitehound slash Fanfic slash map_of_Hogwarts slash location dot htm