"George, kau temani Tonks menjaga anak-anak ini. Sisanya ikut aku untuk mengubur jasadnya." kata Lupin.
Saat dia, Kingsley, Fred dan Mr. Weasley mengangkat jasad Il Kook, Daehan berkata sambil mengulurkan tangannya.
"Jangan ambil Appa, ahjussiii!" raung Daehan.
"Aku mau Appa!" susul Manse sambil menangis, diikuti Minguk.
Lupin seketika luluh, kemudian mendekati anak-anak itu. Setelah ia (juga Tonks, Mr. Weasley dan Kingsley) menelan pil pemberian Fred, Lupin berkata, "Kalian mau mengucapkan salam perpisahan kepada ayahmu?"
Ketiganya mengangguk kuat-kuat.
"Mereka sepertinya anak-anak pemberani, Remus." kata Tonks.
"Tonks benar. Nanti kami temani saat kalian menguburnya." kata Fred.
Mereka berjalan beriringan, dilalap kesunyian malam pekat. Anak-anak itu masih menangis, namun tak lagi meraung-raung. Namun tak sedikitpun pandangan mereka beralih dari Il Kook, berharap sang ayah hanya pingsan atau tertidur.
"Appa selalu menidurkan kami setiap malam.." ujar Minguk sambil memandang wajah Il Kook yang kini terlihat tenang setelah matanya dipejamkan Kingsley.
"Kami ingin mengucapkan selamat malam kepada Appa.." kata Daehan.
"Bagaimana denganmu, Manse? Mau mengucapkan selamat malam pada ayahmu?" tanya George. Manse hanya terisak sambil merebahkan kepala di dada George sambil mengangguk dan memakan permennya, yang untungnya rasa vanilla.
Sesampainya di tanah lapang, tak jauh dari Knockturn Alley, mereka menguburkan jenazah Il Kook. Di atas gundukan tanah, terukir sebuah tulisan:
Tidur yang Nyenyak, Park Il Kook.
Auror, Suami dan Ayah.
Daehan maju sambil menggandeng Minguk dan Manse menuju batu nisan Il Kook.
"Selamat malam, Appa." ujar Daehan parau sambil mencium batu nisan.
Minguk masih terisak sambil melambaikan tangannya ke nisan. "Anyyeong, Appa. Selamat tidur." isaknya sambil membungkuk. Diantara mereka bertiga, hanya Minguk yang paling menaati etika yang selama ini diajarkan oleh ayah-ibunya.
Manse tidak berkata apa-apa selain meletakkan dua buah permen di atas nisan sambil terisak. "Untuk Appa dan Eomma.."
Melihat ketegaran ketiga bocah kembar itu, Tonks tak kuasa menahan air matanya sembari merebahkan kepala di bahu Lupin, yang kini teringat ke masa lalu saat mengurus pemakaman James dan Lily seorang diri. Kemudian, sebuah tangan kecil menggenggam jemari Tonks.
"Noona, jangan menangis..." ujar Manse, air mata masih basah di kedua pipinya. Lalu Tonks berlutut dan Manse menghapus air mata dari wajahnya dan menggendong Manse. "Ayo kita pulang, kalian pasti butuh tidur." ujar Lupin, lalu Daehan digendongnya. Mungkin ini yang kurasakan jika aku berhasil menyelamatkan Harry, batinnya sambil mengelus-elus rambut Daehan. Maafkan aku, Prongs, Lily...andai saja aku bisa melindunginya ketika itu... Air matanya menetes. Kemudian ia merasakan sentuhan tangan kecil menepuk-nepuk punggungnya. "Ahjussi, jangan nangis..." ujar Daehan lirih. Lupin pun mengeratkan gendongannya, seketika merasa nyaman walau ini kali pertama ia menggendong balita.
Melihat kedua saudaranya digendong, Minguk menoleh ke sana kemari, melihat kira-kira siapa yang mau menggendongnya. Rupanya Kingsley. Walau tidak terbiasa menggendong balita apalagi bayi, Minguk merasa cukup nyaman di bahunya. Terang saja, Kingsley terlanjur kepincut dengan tatapan imut Minguk. "Ayo, kita kembali ke markas." ujar Kingsley sambil mengangkat tubuh Minguk. Sambil berjalan kembali ke Grimmauld Place, Fred dan George sesekali memijit bahu Mr. Weasley, yang tentu sangat lelah setelah mengalami hari yang panjang. Sesekali Fred dan George merasa bersyukur kedua orang tua mereka masih ada.
Seketika, ritme keseharian para anggota Orde Phoenix berubah. Yang tadinya hanya bangun-sarapan-rapat-tidur, kini harus mengurus tiga balita yatim piatu mulai dari memandikan, bermain, menyuapi makanan, sampai meninabobokan mereka, bergantian. Untung saja di kantong jaket Il Kook diberikan mantra perluasan sehingga segala keperluan si kembar terpenuhi. Seperti saat ini, Daehan, Minguk dan Manse baru saja selesai mandi setelah puas terbahak saat bermain Bom Kotoran bersama Fred dan George ketika Mr. Weasley harus kembali ke The Burrow, Kingsley ke Kementerian dan pasangan Lupin pulang ke rumah ibunda Tonks, Andromeda. Tak diragukan lagi, pigura berisi lukisan Mrs. Black kembali mengomel menyaksikan rumahnya makin amburadul diacak-acak lima anak badung-kembar semua lagi! Karena mereka belum makan,si kembar sudah duduk manis di kursi masing-masing ditemani Fred dan George, namun tak menyentuh piring berisi makanan.
"Kok, kalian tidak makan?" tanya Fred.
"Nyanyi, nyanyi, nyanyi!" sorak ketiganya. "Nyanyi apa? Kami tak bisa nyanyi, tahu!" kata George, disambut tawa renyah ketiganya.
"Lagu aligator!"
Fred dan George berpandangan. "Mum pernah nyanyi ini tidak, sih?" tanya George.
"Kurasa, ya. Waktu kita masih kecil bersama Ron dan Ginny. Lagunya kira-kira begini:
Ayo, ayo, pergi ke hutan,
ayo pergi dengan merayap,
saat kamu sampai ke rawa,
buayanya keluar, buaya! **
ujar Fred, lalu ia dan George bernyanyi sambil menirukan buaya. Sementara Daehan, Minguk dan Manse asyik berjoget sambil memakan makanannya. Si kembar tiga berkata, "Lagi, ahjussi, lagiii!"
"Kalian makan dulu, baru nyanyi lagi!"
"Ahjussi, Mande sudah selesai makan.." ujar Manse sambil menyorongkan piring dan celemeknya.
Menyadari mulut Manse masih belepotan, Minguk mengelapnya. Begitupun saat ia masih lapar, Daehan masih sempat menyuapkan makanannya kepada Minguk dan Manse.
"George, kenapa kita tidak seperti itu ya waktu seumur mereka?" tanya Fred, setengah takjub menyaksikan tiga balita yang saling membantu merapikan setelah makan selesai, beberapa saat kemudian. "Kita lebih sering bercanda sampai Mum harus membereskannya, Freddie. Mereka benar-benar anak manis." kata George.
"Yeah, tapi dulu kita sama imutnya dengan mereka,kan?"
Si kembar tiga hanya tertawa geli, seolah mengerti isi pembicaraan Fred dan George.
Tiba-tiba, seisi rumah menjadi gelap.
"Lumos!" George menyalakan tongkat sihirnya sambil menggendong Minguk dan mencari penyebab kegelapan di sana. Fred, bersama Daehan dan Manse berjalan menaiki tangga, menuju ke kamar anak-anak itu.
"Ahjussi, awas, ada pemakan Baut!" pekik Minguk sambil menunjuk sekelebat bayangan hitam di belakang George, yang kemudian mewujud menjadi Rowle, salah satu Pelahap Maut.
"Kau pikir kau mau ke mana, darah-pengkhianat?"ucapnya dengan nada suara dingin sehingga Minguk mengompoli baju George. George tak peduli dan berkata, "Kami tidak ke mana-mana, kok. Tidak bawa makanan?"
"Yeah, kami punya tiga balita yang gemar makan! Betul, Daehan, Manse?" sahut Fred dari atas, disusul sorakan Daehan dan Manse.
"Kurang ajar! Kemari kau!" kata Rowle sambil mengejar George dan Minguk ke sekeliling rumah. Sementara itu, Fred sedang menyiapkan sekarung Bom Kotoran dan meletakkan karung di sampingnya.
"Ahjussi, kita main Bom Kotoran lagi?" tanya Daehan bersemangat.
"Apa? Asyiiiiiik! Nanti mandi lagi! Mande suka mandiii!" pekik Manse kegirangan.
"Tentu saja! Lihat aku. Georgie, Mingukkie, serangan datang!" kata Fred sambil melempar satu Bom Kotoran ke arah Rowle. Daehan dan Manse bersorak kegirangan walau tembakannya meleset.
"Ahjussi, aku ngompol.." kata Minguk saat ia dan George melintas ruang keluarga Black. "Tak apa-apa, Minguk! Dengan begitu dia tak akan berani menangkap kita!" kata George. Wajah Minguk yang tadinya khawatir berubah senang seketika.
"Benarkah? Asyiiik!"
"Avada Kedav-KENTUT MERLIN!"
Berkat Bom Kotoran yang Fred, Daehan dan Manse lempar tepat sasaran, aksi Rowle pun gagal. Tak ketinggalan, Minguk melambaikan tongkat sihir George ke arah Rowley. "Expellialmus!"
Tak disangka, Rowle pun pingsan.
Takjub menyaksikan aksi Minguk, George ternganga. "Whoa, Minguk, kalau sudah besar kau bisa jadi Auror yang hebat!" kata George sambil mencubit pipi Minguk, yang hanya memasang wajah datar sambil melihat sosok Rowle, takut dia akan bangun lagi.
"Hey, Fred, kurasa kita telah menemukan generasi baru Orde Phoenix!" ujar George saat ia dan Minguk sampai di atas dan disambut gembira oleh Fred, Daehan dan Manse, yang kemudian bersama Minguk langsung menuju ke kamar mandi.
"George, kau ganti parfum berbau pipis?" ujar Fred setelah menyalakan lampu. "Itulah yang terjadi saat kau berada dalam bahaya dengan balita. Kau harumkan rumah ini, aku mandi dengan anak-anak. Kalau tidak, bisa-bisa hidung Mrs. Black makin ciut."
"Baiklah, George. Er...ngomong-ngomong kenapa kita jadi seperti Mum dan Dad, sih?"
"Entahlah. Sudah, aku siapkan baju mereka dulu."
"Aduh, Georgina, kau ibu yang sangat baik, tahu. Sebentar lagi kau akan dipanggil eomma oleh mereka." ledek Fred sambil melambai-lambaikan tongkatnya.
"AHJUSSIIII AYO MANDIIII!" teriakan si kembar menggema dari kamar mandi, diiringi bunyi kecipak air. George, disusul Fred segera memasuki kamar mandi dan kembali bermain dengan Daehan, Minguk dan Manse. Begitu riangnya sampai ketika Lupin, Tonks dan Kingsley kembali penat mereka langsung hilang mendengar tawa lepas dan nyaring yang terdengar dari kamar mandi.
Rowle? Mumpung masih pingsan, Lupin dan Kingsley menggotong tubuhnya ke luar rumah.
** buat yang suka nonton RoS, pasti tau triplet suka banget nyanyi lagu "Algute" alias "aligator" ini. Lumejen, kalo nyanyi kan Grimmauld Place lebih gembira, gitu, nggak surem melulu.