Ini adalah cerita AU dengan ide cerita yang diambil dari komik karya Omyo yang berjudul The Stories of Those around Me dan sebuah movie barat yang saya lupa judulnya. Jika di webtoon ini berpairingkan straight, disini saya mengubahnya menjadi BL sesuai dengan imajinasi saya. Disclaimer character Naruto yaitu Masashi Kishimoto. Ketikan cerita ini milik saya. Maaf, POV dan timeline rancu dan beware dengan kata-kata yang agak kasar ya. Out Of Character. Alternatif Universe.
Timeline semacam flashback tidak ada pemberitahuan. Non edit. Berjuanglah untuk membedakan timeline ( ͡° ͜ʖ ͡°)
' talking ' = bicara dalam hati
" talking " = percakapan
" talking " = masa lalu
I'm waitin' here
Been waitin' here
-Mc Cartney-
.
.
"Apa tak ada sedikitpun rasa untukku dalam hatimu Sas?" tangan putihnya menggenggam erat pinggiran kursi taman, mengenyahkan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya.
"Bukankah sudah kukatakan? Kau tak lebih dari sekedar teman bagiku, Sakura." Wanita bernama Sakura itu menggigit bibir bawahnya —getir. Iris hijau miliknya menatap sendu kedepan "Sejak kecil, aku berjuang agar kau melihatku. Tak perduli akan sikapmu aku berusaha untuk menjadi yang terbaik agar bisa terlihat setara disisimu. Berharap kau akan memilihku diantara wanita-wanita yang menyukaimu." Pria yang duduk disebelahnya tak menjawab. Sakura mengerti bahwa dirinya tak memiliki kesempatan –kalah pada seseorang yang bahkan tak tahu jika pria yang disukainya menyukai orang tersebut.
Sakura hanya dapat menghela nafas dan kemudian menoleh pada Sasuke yang duduk disampingnya, tersenyum kecil "Kau akan menyesal telah menolak wanita sepertiku Sas!" wanita berambut bubble gum itu merasa bahwa tak ada lagi pembicaraan yang diperlukan memutuskan untuk segera meninggalkan taman, meninggalkan pria yang telah menolaknya sejak awal.
.
.
Naruto tak dapat lagi menghitung sudah berapa banyak janji yang terlewati, kata-kata yang berlalu dan kebersamaan yang seperti mimpi. Dirinya kini tak lagi menanti hanya berdiam diri dan menunggu seakan itu adalah rutinitas yang seharusnya. 'Aku terlihat seperti orang menyedihkan, memiliki kekasih akan tetapi tetap duduk di cafe sendiri. Apa bedanya dengan tak memiliki kekasih? Haha.' Tangannya mengaduk pelan jus jeruk dihadapannya sementara matanya menatap malas handphone yang tergeletak di meja. 'Apa yang lebih buruk dari Sai yang membatalkan janji?'
Naruto tak menyadari seseorang yang memanggilnya, ia terlalu fokus pada handphone yang bahkan tak berkedip sedikitpun membuat seseorang yang sudah berdiri di sebelah mejanya tersenyum kecil sebelum akhirnya mengibaskan tangan di depan wajah Naruto. Terkejut akan tangan dihadapannya membuat naruto menoleh sedikit cepat –
"Kau –" belum sempat Naruto berbicara, seseorang yang mengibaskan tangan langsung duduk dihadapannya. Sembari tersenyum "Apa kau menunggu seseorang? Kau melihat handphonemu dengan wajah penuh harap. Siapa yang kau tunggu hum?"
"A-ah, bukan siapa-siapa. Uh, apa— yang kau lakukan disini hm ...?"
"Sakura, bagaimana bisa kau lupa namaku Naru-chan?" tawanya renyah.
"Ah! Maafkan aku Sakura, aku hanya sedang melamun tadi.. Hehe."
"Kau sendiri? Jika ya, biarkan aku duduk disini menemanimu sembari menunggu temanku. Kau tak keberatan bukan?" senyum milik wanita bernama Sakura itu begitu indah pikir Naruto. "Tentu."
Sejujurnya Naruto merasa canggung duduk bersama Sakura 'Apa nama situasi yang pas ketika seorang rekan kerja menyatakan suka padaku kemudian disini aku duduk bersama dengan kekasihnya huh? kurasa ini ironi.' Naruto mengakui, wanita dihadapannya begitu pandai dalam bercakap. Suasana canggung yang tercipta menghilang ketika wanita dihadapannya berbicara. 'Si Teme benar-benar beruntung! Bagaimana bisa dia berselingkuh di belakang wanita ini?'
Tak lama seorang wanita datang. Cantik itulah yang dipikirkan Naruto ketika wanita ini berdiri di sebelah meja Naruto.
"Hai jidat!" senyumnya. 'Jidat?'
"Kau terlambat Ino-babi." Mata Naruto sedikit melebar oke, dirinya agak terkejut dengan panggilan nama yang terlontar dari mulut keduanya. Mata wanita berambut blonde panjang melihat ke arah Naruto. "Kau mengajak bertemu untuk memperkenalkan kekasih barumu padaku huh?" –cengirnya dan tanpa babibu, wanita blonde tersebut langsung menaruh pantatnya di bangku sebelah Naruto.
"Naru-chan, dia adalah temanku Ino. Ino, kenalkan sunshine." Perkenalan singkat yang diberikan Sakura menghentikan tatapan lapar Ino pada Naruto. "Apa? Sunshine?" matanya membola begitu mendengar Sakura menyebut nama sunshine dan menoleh pada Naruto.
"Kau Sunshine?" –ulangnya tak percaya. Naruto menggaruk pipinya yang tak gatal "Uh? Namaku Naruto, bukan sunshine."
Dengan tawa geli, "Jidat lebar! Pantas saja kau kalah dari sunshine. Kau tahu, aku membayangkan seperti apa sunshine sejak kau menyebut namanya! Hahaha." Naruto menatap kedua wanita yang duduk saling berhadapan dengan wajah bingung yang jelas.
"Kurasa kalian salah orang?" Ino yang mendengarnya tersenyum, tangannya terjulur, mencubit pipi Naruto "Kau imut sekali!" Sakura tertawa "Hei, jangan terlalu dekat atau ice prince akan membekukanmu."
.
.
.
"Kau tak bersama dengan uh— Uchiha, Sakura?" ketika pertanyaan itu terlontar keluar dari mulut Naruto, dirinya merasa seperti orang bodoh. 'Kenapa aku bertanya hal seperti itu?' tapi, jawaban seperti pertanyaan keluar dari mulut Sakura justru membuatnya terdiam. Sakura tersenyum lebar "Kenapa aku harus bersamanya?"
"Uh? Karena kau adalah kekasihnya?" Sakura tertawa renyah. Dengan pelan ia menyeruput cappucino miliknya, "Begitukah? Kau menanyakan Sasuke padaku hanya karena itu?" iris hijaunya menatap iris biru milik Naruto lurus. Naruto merasa tatapan yang diberikan Sakura sedikit menakutkan. "Tentu saja." Naruto tak yakin, benarkah ia bertanya karena itu? Hubungannya dengan Sasuke tak bisa dikatakan dekat jika bertemu pun, mereka akan bertengkar dan adu mulut. Oke, dirinya akui sudah sebulan ini mereka tak bertengkar dan Sasuke memperlakukannya dengan gentle?
"Aku melihatmu jalan bersama dengan Sasuke." ucapan Sakura membuatnya tegang dan menatp lurus pada Sakura. "Eh?" Naruto merasa kelu, iris birunya memperlihatkan ketakutan yang nyata. Sakura menyadarinya. "Kenapa kau begitu tegang?" senyumnya.
"Aku..." Ino menyela sebelum Naruto dapat berpikir lebih jauh untuk memberi alasan "Hei, kau jalan dengan Sasuke? Benarkah?" ada binar tak percaya di mata milik Ino. Dengan canggung "Begitulah, kami bertemu tak sengaja. Karena bosan kami memutuskan untuk pergi bersama." Naruto merasa jawabannya begitu ambigu. 'Jalan bersama? Apakah ini adalah jawaban yang benar?'
"Woah! Kau tahu, Sasuke bukanlah tipe yang mau diajak pergi keluar! Sasuke selalu menjawab bahwa pergi keluar bersama dengan kami –temannya tak ada untungnya! Bukankah itu menyebalkan?"
sebelum Naruto sempat membalas "Apa kau menyukai Sasuke. Naru?" pertanyaan Sakura membuatnya terdiam –terkejut. "A-apa? Eh? Suka? Uh.. Aku—"
"Aku menyukainya itu benar adanya dan ia juga menyukaiku tapi ia menyukai orang lain. Hubungan kami tak seperti yang kau pikirkan. Aku memang mengatakan bahwa aku adalah kekasihnya tetapi itu adalah keinginanku sendiri" mata Sakura menatap lembut pada Naruto. "Eh?"
Ino tertawa, "Sasuke memiliki banyak fans yang cukup ganas! Mereka bahkan tak segan untuk menguntit dan mengambil barang milik Sasuke. Reputasi Sakura saat kami sekolah dulu cukup mengerikan! Tak ada satupun perempuan yang berani mendekati Sasuke setelah Jidat lebar mendeklarasikan sebagai kekasihnya."
"Apa maksudmu mengerikan huh? Aku tak semengerikan itu Ino-babi!" mata Sakura menatap Ino tajam. "Lihat? Kau bahkan melotot padaku! Tinjumu itu yang membuat kami takut, kau tahu?!" Sakura dan Ino tertawa renyah membicarakan masa sekolah mereka.
Dengan lurus Sakura menatap Naruto "Kau harus memikirkannya dengan baik Naruto, beri Sasuke kesempatan lebih dan tanyakan pada hatimu, dimanakah kau meletakkan Sasuke?"
.
.
.
Cukup lama Naruto memikirkan perkataan Sakura 'Dimana aku meletakkan Sasuke didalam hatiku?' semenjak pertemuannya dengan Sakura di cafe, ia memutuskan untuk berhenti kerja sambilan. Dirinya kini lebih banyak berkutat pada tugas kuliah, menyibukkan diri berbulan-bulan agar bisa lari dari kenyataan sementara.
"Siapa kau? Dimana Naruto? Apa yang kau lakukan pada Naruto?" pria berambut merah menatap rambut pirang dihadapannya dengan pandangan menyelidik. "Apa?" beo pria bernama Naruto yang ditanya sembari mengerenyitkan dahi.
"Naruto yang kukenal tak pernah bertahan selama lima menit jika harus dihadapkan dengan buku."
"Hei! Aku tak seburuk itu Gaara!" Naruto mengerucutkan bibirnya.
Alis pria bernama Gaara yang tak terlihat ini naik beberapa milimeter "Benarkah?"
"Uh! Yeah, kuakui aku buruk jika harus berhadapan dengan tugas. Aku berusaha jadi lebih baik jika kau mau tahu." Cengir Naruto. "Lebih baik untuk menghindari kenyataan?"
"YA!" Naruto sedikit berteriak.
"Aku bercanda, kau tahu kan? Meski itu kenyataan." Naruto mendelikkan matanya pada Gaara, "Bisakah kau tak sejahat itu padaku Gaara?" Gaara hanya memberikan senyum kecil.
"Jadi, apa yang membuatmu lari? Sai? Atau pria bernama Teme?"
.
.
"Hey love! Kau tahu, galeriku akan dibuka di Paris! — " Naruto hanya menatap lurus pada pria yang memeluknya, berusaha mengingat wajah yang begitu disukainya. "Kau melamun. Apa kau mendengarku love?" tanyanya menatap Naruto.
Sembari tersenyum Naruto melihat pria dihadapannya "Tentu, selamat atas pembukaan galerimu Sai." Pria bernama Sai kemudian melepas pelukannya berputar dan membicarakan hal-hal yang sejujurnya tak Naruto mengerti.
"Sai, kita perlu bicara."
"Tentu, katakan love. Kau ingin bicara apa hm?" tangan milik Sai sibuk berkutat dengan barang-barang yang akan dibawanya ke Paris. Naruto berjalan ke arah Sai, menggenggam tangannya dengan perlahan dan membuat Sai menatapnya. "Tunggu dulu Naru, aku masih harus menyiapkan bebera— "
"Sai, aku ingin mengakhiri hubungan ini." Gerakan Sai terhenti, dirinya kini menatap Naruto lurus, "Kenapa? Aku mencintamu Naru. Kau tak lagi mencintaiku?" Jemari Sai menggenggam erat jemari Naruto.
Menggeleleng, Naruto menatap sendu "I do. Aku mencintaimu Sai."
"Lalu kenapa?"
"Aku tak bisa meneruskannya Sai. Kau terlalu sibuk akan pekerjaanmu, tak pernah ada waktu untukku."
"Tapi kau tahu, pekerjaan ini penting untukku Naru. Seni adalah diriku."
"Aku tahu dan aku mengerti Sai, tak ada yang berubah dari kita selama ini. Tapi hatiku tak lagi sama, aku tak lagi bisa menyamai langkahmu Sai. Maaf."
.
.
Loving can heal
Loving can mend your soul
And it's the only thing that i know
-ed sheeran-
.
.
.
"Jadi, apa yang membuatmu lari? Sai? Atau pria bernama Teme?" mata Gaara menatap lurus pada sahabatnya.
Naruto mengerenyit "Kenapa kau berfikir seperti itu huh?"
"Apa tidak seperti itu? Kau bahkan berhenti sambilan hanya untuk menghindari si Teme. Kau tak dapat membohongiku dan jangan mencoba untuk menghindar." Naruto mengedipkan matanya, menatap Gaara tak percaya. "Jika kau membuka stand peramal, kurasa standmu takkan pernah sepi Gar."
Gaara hanya memutar bola matanya bosan. Naruto tersenyum kecut dan akhirnya menceritakan pertemuannya dengan Sakura dan Ino. "Menurutmu, dimana aku meletakkan Sasuke?"
"Kau serius bertanya padaku?"
"Bukankah kau cenayang?"
Gaara memijat dahinya perlahan 'Kenapa sahabatku ini begitu bodoh?'
"Apa yang kau rasakan ketika bersama Sai? Bagaimana perasaanmu ketika kau bersama Teme? Mana yang membuatmu lebih bahagia? Sai? Teme? Ketika kau mencintai seseorang seharusnya bukan rasa sedih yang kau dapat. Kau bertahan dengan Sai karena kalian membangunnya sejak lama, aku mengerti akan presepsimu itu. Tapi kau tak boleh menutup mata akan satu hal Naru.."
"Satu hal?"
"Siapa yang bekerja keras untuk mempertahankan hubungan tersebut."
.
.
.
"Kau terlambat."
Pria yang baru saja datang menyengir, menggaruk kepalanya yang tak gatal –"Ah, tadi dijalan ada seekor kucing hitam melintas jadi aku putar balik untuk menghindari kesialan. Hehe.."
"Aku tak tahu kau percaya pada tahayul?"
"Tak ada salahnya aku sedikit mempercayai tahayul itu karena ini kencan pertama kita. Aku hanya ingin kencan ini lancar." Jawabnya sembari mengendikkan bahu.
"Kencan pertama? Kupikir kita sudah pernah berkencan sebelumnya?" alis sang penanya naik beberapa milimeter.
Senyum lebar tampak jelas memperlihatkan deretan gigi putih sang pria sebelum membalas —"Kencan pertama setelah kita resmi berpacaran."
.
.
.
.
[End]
Terima kasih untuk Michhazz, Deasy674, Meli Channie, Guest Aka-chan, Guest iiiiiii (ini i-nya ada 7 kan ya? Hahaha), Reieeka816, Guest Nara dan Guest Amura..
Timeline dan alur memang begitu cepat karena plot cerita ini dibuat seperti itu.. untuk prequel maupun sequel sama sekali tidak ada tapi jika ada yang ingin membuatnya based cerita ini, sangat dipersilahkan (ノ´ з `)ノ (dikarenakan situasi tidak mendukung dan takut jika cerita ini terlantar maka digunakan plot awal untuk mengakhirinya dengan paksa).
[QA]
Michhazz: yang pertama, iya kebalik dan itu juga typo.. yang kedua maksud dari tulisan, itu yang michhazz tanyakan deskripsinya atau tulisan [garis]? Kalau tulisannya itu cuma deskripsi biasa tapi kalau kata [garis] itu ngga sempet diedit karena habis publish kuota langsung habis, wwww (⁄ ⁄⁄ ▽ ⁄⁄ ⁄)
Kritik, saran di persilahkaan.. boleh flame asal pakai akun.. *
Bagi yang berpuasa esok dan sebulan penuh, selamat menjalani ibadah puasa