A Year Of Memories
Rated M, BOYXBOY
Romance, Comedy, angst
Special For HunHan Indonesia Giveaway
.
.
.
Mengapa, mengapa orang-orang ini menatapku seperti itu?
Aku... bukan monster.
.
.
.
Sehun menyampirkan sebuah selimut pada tubuh bell, lalu menyodorkan segelas teh hangat. Bell tersenyum tipis, lalu menyesap tehnya secara perlahan. Sehun tersenyum lega mendapati luhan masih bernyawa tak terluka sedikitpun yang kini tengah duduk manis di hadapannya.
Sehun mengelus kepala luhan dengan lembut "jangan bermain-main sendirian dan tersesat lagi. Kalau kau menghilang tiba-tiba lagi seperti tadi, aku benar-benar akan menghukummu"ancam sehun sembari mencubit pipi luhan gemas.
Bell menatap sehun, wajah yang benar-benar terlukis sempurna itu. Persis seperti malaikat kematian, namun terlihat begitu indah. Jarak wajah sehun yang benar-benar dekat dengan jarak wajahnya benar-benar membuatnya menahan napas.
Tanpa sadar tangan bell terangkat dan mulai meraba wajah sehun. Siapa yang tidak akan tergoda dengan wajah tampan itu? Bahkan seorang monster sekalipun mampu di buatnya terpesona. Sehun menatap luhan tepat ke dalam matanya. Ada yang aneh, mata itu mata luhan namun tidak benar-benar mata luhan. Ada sesuatu yang terselip di balik kedua bola mata itu. Namun pikiran sehun terusik dan memaksanya beralih pada bibir mungil yang menggoda itu.
Tanpa pikir panjang lagi, sehun mendaratkan bibirnya di atas bibir luhan yang terasa begitu lembut. Ia memagutnya penuh cinta bercampur rasa yang menuntut akan sesuatu. Mata bell terpejam, merasakan nikmatnya bibir lembut sehun yang tengah mencumbui bibirnya saat ini.
Bell ingin lebih. Bell menginginkan sehun, bell tidak mau hidup sebagai sebuah penyakit lagi. Rasa serakah akan sehun dan tubuh luhan mulai menggerayangi bell, ia ingin hidup di dalam tubuh luhan. Bukan sebagai seorang penyakit, namun seorang manusia bernama bell.
Kedua bibir itu terlepas, luhan menatap sehun dengan matanya yang membulat.
"Sehunnie?"itu luhan, luhan yang memanggil sehun.
"heum?"Sehun tersenyum sambil membelai pipi luhan. Luhan mengerjap-ngerjapkan matanya dan mengambil kesimpulan cepat bahwa dirinya sudah selamat sampai di campsite dan terlebih lagi sehun baru saja menciumnya.
"Mengapa kau terlihat begitu terkejut?"tanya sehun sambil tersenyum geli.
Luhan tersenyum kaku "t-tidak"luhan menatap sehun agak canggung.
"Ya! Oh sehun! Xi luhan! Bersenang-senang berdua heum?"chanyeol berteriak sambil melangkah ke arah mereka menenteng satu plastik hitam berisi minuman kaleng dan beberapa makanan ringan, dan tak lama kemudian kyungsoo serta baekhyun ikut menyusul.
Luhan dan sehun hanya tersenyum, sedangkan chanyeol kini sudah masuk ke dalam tenda dan duduk dengan manis sembari mengeluarkan minuman dan makanan ringan dari plastik hitam tadi.
"Wuah cola!"teriak luhan berbinar melihat salah satu minuman kesukaannya. Tanpa pikir panjang lagi, ia langsung membukanya dan meneguknya sementara sehun terlihat ngeri dan takut karena melihat bagaimana cara luhan meneguk minuman berkarbonasi itu.
"Melihat kalian berciuman, aku juga jadi ingin!"gerutu chanyeol, sementara baekhyun dan kyungsoo baru saja mendaratkan bokongnya.
Luhan tersedak dan memuncratkan minumannya ke wajah chanyeol sedangkan sehun hanya diam mematung.
"Aishhh, tidak bisakah kau lebih berhati-hati?!"geruru chanyeol lagi sembari menatap luhan yang terbatuk-batuk dan membersihkan wajahnya.
Kyungsoo dan baekhyun saling bertatapan "kalian berciuman?"tanya baekhyun terlihat menyelidik. Baekhyun tentunya tidak boleh tahu tentang hal ini, jika tidak mau persoalan itu menyebar ke seluruh sekolah.
"A-ahh tidak, chanyeol salah melihat!"teriak luhan sambil tertawa canggung. Sehun terdiam, ada sedikit rasa tak suka ketika luhan mengatakan mereka tidak berciuman.
"Eiii jangan malu begitu! Aku melihatmu!"teriak chanyeol.
"Tidak sungguh tidak!"bantah luhan
"Lu, sepertinya kau harus ke rumah sakit, wajahmu memerah"celetuk kyungsoo yang sedari tadi hanya terkikik.
"Tidaaak wajahku tidak meraaaah"rengek luhan sambil menutupi pipinya yang merona dengan kedua tangannya.
"Kau tidak perlu malu, luhan. Kalian kan sepasang kekasih!"baekhyun mulai berisik.
"Sepasang kekasih? Tapi sehun tidak pernah memintaku menjadi kekasihnya"jawab luhan polos. Sehun merasa tertohok, jika di pikir-pikir memang benar kalau ia tidak pernah meminta luhan menjadi kekasihnya, atau bahkan sekedar mengatakan kata cinta.
Semua mata kini tertuju pada sehun. "Ya! Kau menciumnya tapi tidak menjadikannya pacarmu? Itu curang!"teriak chanyeol.
"Aishh apa yang kau lakukan pada adikku yang manis!"kini baekhyun yang berteriak sambil mendaratkan sebuah pukulan di kepala sehun. Sehun tersentak, itu pertama kalinya ia di pukul seseorang, bukan sebuah pukulan kasar dan menantang untuk berkelahi, namun sebuah pukulan sayang dan penuh rasa kekeluargaan serta pertemanan.
Sehun menatap baekhyun sedikit terkejut, tak lama setelah tangan baekhyun kini giliran tangan kyungsoo yang mendaratkan tangannya di kepala sehun. "Apa yang kau lakukan pada adikku yang manis ini?!"teriak kyungsoo dengan suara yang hampir mirip dengan bibi penjual ikan di pasar. Sehun kembali terkejut dan menatap kyungsoo dengan matanya yang penuh keterkejutan sekaligus bingung.
"Kenapa kalian memukulku?!"teriak sehun.
"Kau sudah menodai bibir adikku sekkiya!"balas baekhyun dan kyungsoo, lalu menjitak kepala sehun lagi secara bersamaan. Sehun kembali terkejut.
"Ppffft"suara tertawa luhan terdengar dari sisi lain, ia menertawai sehun yang sepertinya terlihat bingung. Sehun menatap luhan sejenak, lalu ikut tertawa meskipun hanya sebuah tawa kecil.
"Baekhyun sayang, kau belum memberiku jatah ciuman malam ini"rengek chanyeol sambil melakukan sedikit aegyo dan menyodorkan bibirnya ke arah wajah baekhyun. Baekhyun mendaratkan satu pukulan di kening chanyeol membuat si empunya kening terdorong ke belakang.
"Menjijikan"baekhyun menatap chanyeol datar sambil memakan keripik kentangnya.
"Ya! Kau mau ku hukum hum? Di ranjang selama 12 jam? Aku cukup kuat untuk itu"ucap chanyeol sambil memaju mundurkan bokongnya.
"Aiii park chanyeol kau menjijikan!"teriak sehun, luhan dan kyungsoo bersamaan sambil melemparkan kulit kacang ke arah chanyeol, lalu mereka tertawa bersama.
.
.
.
Niga nal sirheohae haneun geol ara
Naneun seounhae geureon nal wae neoneun mot ihaehae
You don't understand nan neoreul johahandago
Naega mwol jalmotaenneunde naege wae geureoneunde
Geureolsurok nan doege seopseophae oh i'm so sad
Geureonikka seulseul let me come into your maeum
Jungyohan geon maeum
Gyeolko ne eolgulman bogo johahaneun geo
Nal miwohaneun neoui nari seon maltukkajido
Saranghage doen geo ige nae
Neoe daehan geon sasohan geotdo gieokhae nan mania
Amuri nappi gureodo neon naege i sungan manhwaya
Sunjeongmanhwaya juingongeun maennal maennal ireoke bammada gidohae
Give love sarangeul jom juseyo
Give love sarangi mojarayo
Maeilmaeil jaraneun sarangeul geunyeoege juneundedo batjil anheuni
Give love sarangeul jom juseyo
Give love sarangi mojarayo
Maeilmaeil jaraneun sarangeul geunyeoege juneundedo batjil anheuni
Give love
Give love
Suara musik dari lapangan campsite berakhir dengan sempurna. Disana ada chanyeol tersenyum sambil menggenggam erat stik drumnya, lalu sehun dan luhan yang saling melihat satu sama lain, kyungsoo yang tersenyum di balik keyboard, dan baekhyun yang berdiri gugup dengan mic di tangannya menunggu reaksi dari para penonton.
Dan tanpa di duga, anak-anak sekolah yonsei bersorak ria melihat penampilan luar biasa mereka dan para pelatih di camp site yang tadi juga ikut menikmati penampilan musik mereka. Dan tentu saja sebuah lagu yang diciptakan sehun sepenuh hati dengan keinginannya menjadi seorang manusia. Benar-benar seorang manusia.
Anggota band tersenyum bangga, penampilan mereka yang tak pernah sukses dan selalu di anggap remeh oleh pihak sekolah dan siswa yonsei, hari ini menjadi penampilan yang sangat sukses karena kedatangan kedua manusia jenius itu. Dan tentu saja di tambah bumbu paling penting yang membuat semuanya luar biasa.
Friendship.
.
.
.
Luhan sibuk menyalami para siswa yang begitu menginginkan menyentuh tangan luhan. Sejak penampilannya itu ia menjadi idola semua orang mulai dari kalangan laki-laki sampai perempuan. Siapa yang tidak akan terpesona dengan rusa manis itu, semua orang menginginkannya menjadi kekasih mereka dan menjadi orang yang akan menghabiskan waktu dengan mereka.
Sehun tersenyum sambil menyodorkan tangannya meminta luhan menjabat tangannya juga. Luhan tertawa kecil lalu menjabat tangan sehun sambil menatap sehun tepat ke arah matanya. Sehun mendekatkan bibirnya ke telinga luhan. Tubuh luhan mengeras, ia dapat mendengar dan merasakan hembusan nafas sehun. Begitu dekat.
"Temui aku di jembatan danau dalan 10 menit"ujar sehun singkat, lalu tersenyum manis dan berlalu meninggalkan luhan yang masih mematung dengan jantung berdebar. Rasa-rasanya ia dapat menebak apa yang akan dikatakan sehun nantinya.
Give love sarangeul jom juseyo
Give love sarangi mojarayo
Maeilmaeil jaraneun sarangeul geunyeoege juneundedo batjil anheuni
Luhan langsung melesat menuju toilet sambil membawa beberapa baju spesial yang disiapkan untuk beberapa kepentingan. Ia membuka pintu toilet dengan terburu-buru dan hampir terpeleset namun ia hanya tertawa dan cepat-cepat memasang bajunya.
Give love sarangeul jom juseyo
Give love sarangi mojarayo
Maeilmaeil jaraneun sarangeul geunyeoege juneundedo batjil anheuni
Luhan keluar dari salah satu bilik toilet dengan sebuah sweater biru, celana jeans putih yang membalut tubuhnya dengan sempurna dan sneaker yang senada dengan warna sweaternya. Ia merapikan rambutnya lalu tersenyum manis ke arah cermin.
Baik, kau sudah sempurna luhan.
Give love sarangeul jom juseyo
Give love sarangi mojarayo
Maeilmaeil jaraneun sarangeul geunyeoege juneundedo batjil anheuni
Luhan segera melesat keluar dari toilet. Jantungnya berdebar kencang sedari tadi, darahnya berdesir, pipinya merona dan bibirnya tak henti-hentinya tersenyum. Ia berlari kencang menuju danau yang terletak tak jauh dari campsite. Dan terlihatlah sesosok pria tinggi dengan punggung bidang yang sedang berdiri di ujung jembatan sembari memandangi pemandangan danau disertai langit sore.
Give love sarangeul jom juseyo
Give love sarangi mojarayo
Maeilmaeil jaraneun sarangeul geunyeoege juneundedo batjil anheuni
Luhan tersenyum lebar, ia mulai berlari ke arah sehun, namun langkahnya Tiba-tiba terhenti. Bukan tanpa sebab, namun saat ini rasa sakit mendera kepalanya tanpa ampun. Luhan memegangi kepalanya, ia meringis dalam diam tak ingin sehun khawatir. Dan tak lama kemudian luhan kehilangan kesadaran, dan matanya yang hangat kembali menjadi mata seorang pembunuh.
Give love
Give love
Lagu ciptaan milik sehun itu mulai berhenti berputar di kepalanya.
Bell disana, berdiri dengan tampang datar. Matanya terarah pada sosok tinggi yang tengah berdiri di ujung jembatan. Ia menyeringai, keinginannya untuk memiliki sehun yang sangat kuat ternyata berpengaruh pada seringnya ia mengambil kesadaran luhan.
Ia mulai melangkah perlahan menghampiri sehun. "S-sehun"panggil bell memanggil sehun sedikit canggung. Ia tahu nama sehun sebab luhan selalu memanggil sehun di dalam hatinya, dan bell selalu mendengarnya. Sehun berbalik dan menatap bell dengan senyum hangat dan eyesmile yang manis.
Jantung bell berdetak kencang. Sehun mendekati bell, lalu menggenggam kedua tangannya dengan lembut dan penuh perasaan. Bell merasakan nafasnya tercekat, dan jantungnya berdentum. "Maaf, aku terlambat mengatakan ini"sehun memulai kata-kata yang sudah ia pikirkan semalaman sejak luhan mengatakan ia tak pernah meminta luhan menjadi kekasihnya malam itu.
Bell hanya diam dan menatap sehun. Sehun kembali merasa janggal dengan kedua bola mata itu, tidak seperti luhan pada biasanya. Namun sehun tak mau panjang-panjang memikirkan hal itu, momen saat itu adalah momen paling penting.
"Aku menyukaimu."sehun tersenyum malu sedangkan bell hanya membulatkan matanya, jantungnya semakin berdetak dan satu senyum tipis terselip di bibirnya. Ia menyukai bagaimana suara berat sehun mengatakan hal itu.
"Aku adalah orang yang tertutup dan tak bisa berteman, namun semenjak bertemu denganmu"sehun mengelus rambut bell dengan sayang. "Aku menjadi terbuka, dan hal yang paling tak kusangka adalah kini aku punya teman dan bahkan berpartisipasi dalam sebuah band, ini semua karenamu"sehun kembali menggenggam tangan bell.
"Maukah kau menjadi kekasihku?"ucap sehun dengan nada tulus dan mata yang penuh harap dan memancarkan ketulusan.
Bell menyadari betapa indahnya mata yang penuh ketulusan itu. Bell menelan ludahnya dan menarik nafasnya dalam mencoba menenangkan diri lalu menganggukkan kepalanya. Sehun tersenyum senang, ia memeluk bell dengan erat lalu mengecup keningnya cukup lama.
Bell tersenyum tipis menatap sehun, dan sehun balas menatapnya sambil tersenyum "aku mencintaimu" betapa bahagianya hati bell ketika sehun mengatakan hal itu, ada sesuatu yang berbunga di dalam dirinya.
"Xi luhan"lanjut sehun terdengar hangat.
Bell mencelos, ia lupa diri, ia lupa siapa dirinya. Bunga-bunga yang mekar tadi tiba-tiba saja layu dan mati, rasa hangat yang dirasakannya tadi berubah menjadi rasa dingin yang biasanya ia rasakan. Senyum di bibirnya tak terlihat lagi.
"Oh sehun!"panggil chanyeol.
Sehun menatap chanyeol sedikit kesal "ada apa?"
"Sebentar lagi hujan, kita harus memasukkan alat-alat band!"teriak chanyeol yang sepertinya terlihat terburu-buru.
Sehun mengangguk lalu tersenyum pada bell dan berlalu pergi. Ia lalu merangkul chanyeol "ya inma! Kau harus belajar membaca keadaan kau tau?"
"Ahh aku terpaksa, ini mendesak"kata chanyeol. Lalu suara keduanya menghilang.
Bell masih terdiam di ujung jembatan itu. Suasana menjadi hening, hanya ada suara riak air dan angin yang berhembus menerpa wajahnya dan membelai kulitnya. Matanya meredup, kedua bola mata pembunuh itu kembali lagi, kehangatan musim panas yang sempat singgah di dalam hatinya tiba-tiba digantikan oleh musim dingin yang selama ini selalu menyelimuti hatinya.
ia melangkah gontai tak tahu kemana arahnya, yang ia lakukan hanya terus melangkah. Ia mengutuk luhan di dalam hatinya, ia membenci luhan, anak itu begitu beruntung. Ia memiliki segalanya sedangkan dirinya hanyalah sebuah penyakit, seperti parasit yang menggunakan tubuh orang. Rasa amarah sudah sampai ke ubun-ubunnya. Bell mengepalkan tangannya.
Prangg. Suara piring pecah membuat bell tersentak dari lamunannya. Suara itu berasal dari restoran kecil yang berada di dekatnya. Terdengar seorang ajhumma yang sepertinya sedang marah-marah sembari membuang pecahan piring ke dalam tempat sampah di luar restoran. Bell menatap tempat sampah itu cukup lama. Ia lalu melangkah cepat menuju tempat sampah itu dan mengambil sebuah serpihan beling yang cukup tajam.
Aku akan membunuhmu xi luhan. Aku akan membunuhmu, aku akan membunuhmu.
Ia melangkah gontai kembali menuju campsite. Tangan kanannya mulai bergerak menyayat tangan kirinya. Tampangnya begitu datar, begitu kejinya ia terus menyayat tangan luhan dengan wajah yang berderai akan air mata. Itu pertama kalinya bell menangis. Ia tak peduli jika yang merasakan sakit adalah dirinya, yang dipikirkannnya hanya membunuh luhan, membunuh tubuh luhan.
Ia terus menyayat tangan luhan tanpa ampun, darah mengalir deras dan bertetesan di jalan seiring dengan langkah bell. Celananya yang putih kini menjadi merah penuh darah. Ia memasuki campsite dengan keaadannya yang begitu mengenaskan sekaligus membuat ngeri. Tatapan mata monsternya, disertai tangannya yang penuh darah dan sebuah serpihan beling yang cukup tajam.
Keberadaannya disana membuat para siswa berteriak ketakutan dan mulai menciptakan keriuhan. Guru pembimbing dan para pelatih campsite mulai berdatangan untuk melihat keadaan dan sangat terkejut mendapati keadaan luhan yang mulai lemas karena banyak kehilangan darah.
Seorang pelatih mencoba mendekat untuk menenangkan luhan. Namun tatapan mata luhan yang tajam mampu membuat si pelatih terdiam. "Jangan coba mendekat, atau aku akan membunuh diriku sendiri disini"suara bell terdengar pelan namun sangat mengerikan.
Sehun yang baru selesai memasukkan alat-alat band bermaksud untuk menemui luhan namun yang di dapatnya adalah sebuah keriuhan di tengah lapangan campsite. Sehun mencoba masuk ke tengah-tengah keriuhan dan detik berikutnya matanya terbelalak mendapati luhan dengan keadaan mengenaskan bersimbah darah dengan satu pecahan beling tajam di tangan kanannya.
Bell menemukan sehun, di satu titik mereka bertemu pandang. Sehun akhirnya menyadari bahwa memang ada keanehan di balik kedua mata luhan. Sesuatu yang mirip dengan matanya. Mata monster.
"Aku akan membunuh luhan-mu"bisik bell "oh - se - hun"bell menggerakkan bibirnya yang sangat jelas tertuju pada sehun. Tangan bell terangkat menuju leher luhan, dan detik ketika bell mendaratkan pecahan beling itu ke leher luhan, sebuah tangan menahannya. Tangan sehun.
"Sehunnie?"luhan terbangun dari tidur singkatnya dan bell menghilang entah kemana. Namun pandangannya tiba-tiba saja gelap.
.
.
.
Sehun memandangi ruang operasi berkali-kali. Berharap seseorang keluar dari sana dan mengatakan bahwa luhan baik-baik saja. Tubuhnya bergetar dan jantungnya bersikap tak tenang sedari tadi, kakinya pun terasa lemas. Ia menatap tangannya yang bersimbah darah karena ia memegangi tangan luhan ketika perjalanan ke rumah sakit di dalam ambulan.
Matanya memanas, seperti ada sesuatu yang mendidih di sana. Lalu setetes air mata yang tak pernah di teteskannya bahkan ketika ibunya meninggal pun jatuh tepat di atas telapak tangannya. Detik-detik ketika luhan akan mengerat lehernya pun masih terbayang jelas di dalam benaknya.
Tak lama seorang dokter keluar, sehun sontak berdiri dan menatap dokter tersebut penuh harap dengan tangan bergetar.
"Beruntung luka di lehernya tidak terlalu dalam, jadi ia akan baik-baik saja selama ia banyak beristirahat"
Rasanya tali yang mengikat kuat dadanya selama ini terlepas dan ia dapat bernafas lega. Air matanya kembali mengalir. Meskipun sehun menghentikan luhan, lehernya tetap terluka walaupun tak terlalu dalam, dan sehun merasa gagal melindungi luhan karena itu. Jika saja saat itu sehun tak memilih berada di tengah keributan itu, jika saja sehun terlambat menahan luhan...
Jika saja jika saja jika saja...
Aku akan membunuh diriku sendiri
"Aku bisa melihatnya kan?"tanya sehun.
"Setelah ia beristirahat dan-"belum sempat dokter menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba beberapa orang berpakaian hitam terlihat melangkah menghampiri dokter tersebut.
"Wejangnim"kata dokter tersebut lalu membungkuk pada seorang pria yang sepertinya adalah bos dari segerombolan bodyguard itu.
"Bagaimana putraku?"tanya pria tersebut. Sehun terdiam, ternyata pria itu adalah ayah luhan. Tak berbeda jauh dengan penampilan ayahnya. Tegas, dan sepertinya tidak memiliki belas kasihan sama sekali.
Sementara dokter tersebut bercakap-cakap dengan ayah luhan. Seorang pria berlesung pipit yang sepertinya asisten ayah sehun tampak menghampiri sehun.
"Annyeonghaseo, aku zhang yixing"ucap pria tersebut sambil memberikan kartu namanya.
Oh jadi mereka dari xi corporation?
Sehun menatap pria itu datar tanpa berniat mengambil kartu nama tersebut. Yixing hanya tersenyum canggung "kami berterima kasih pada anda karena anda sudah menyelamatkan tuan muda kami, jadi tuan xi berbaik hati memberikan ini padamu"yixing memberikan sebuah amplop berisikan cek uang.
Sehun tertawa sinis, inilah mengapa ia benci orang-orang seperti ayah luhan dan ayahnya sendiri. Mereka pikir segalanya dapat di selesaikan dengan uang. "Aku tidak butuh, aku hanya butuh melihat luhan"ujar sehun dingin.
"Ahh maaf kami tidak memperbolehkan kunjungan untuk saat ini. Jadi terima saja ini"
Sehun menghela nafasnya "sudah kubilang aku tidak butuh ini!"teriaknya sembari menepis amplop tersebut. Ayah sehun yang tadi sedang berbincang kini beralih menatap sehun, dan para bodyguard mulai maju untuk menangani sehun. Namun ayah sehun mengangkat tangannya memberi tanda untuk tak menyerang sehun.
Ia melangkah menghampiri sehun "apa maumu jika bukan uang anak muda? Bukankah remaja jaman sekarang selalu menginginkan imbalan?"tanya ayah luhan.
Sehun menatap pria itu tajam lalu menghembuskan nafasnya mencoba menenangkan dirinya "aku tidak butuh uangmu, aku bahkan sudah terlalu muak untuk melihat uang"jawab sehun sinis.
Mata ayah luhan beralih ke arah name tag sehun.
"Oh sehun?"ayah luhan tertawa "tentu saja kau muak akan uang, ternyata kau juga seorang tuan muda"
Yixing menatap tuannya sedikit bingung, lalu ikut melirik ke arah name tag sehun. Oh sehun? Oh sehun oh seh oh...
OH CORPORATION
teriak yixing dalam hatinya, pantas saja aura tuan muda dari anak itu sangat kuat. Pikir yixing.
"Lalu apa yang kau inginkan?"
"Aku ingin melihat luhan"ujar sehun dengan wajah memohon dan mata yang berkaca-kaca "aku mohon"lanjutnya.
Ayah luhan menghela nafasnya "maaf tuan oh, tapi permintaanmu di tolak"jawab tuan xi singkat, lalu berlalu meninggalkan sehun yang mematung disana.
Tak lama luhan yang terbaring tak sadarkan diri di bawa keluar dari ruang operasi oleh para perawat menuju ruangan perawatan intensif. Air mata sehun menetes melihat wajah luhan yang tak sadarkan diri, ia melangkah mendekati luhan namun tubuhnya di tahan oleh para bodyguard ayah luhan.
"Luhan! Luhan!"teriaknya, ia mencoba memberontak, air mata semakin mengalir deras membasahi pipinya. Percuma saja, kekuatan orang-orang itu lebih besar daripada dirinya. Mengapa setelah semua kebahagiaan itu hal ini terjadi? Sehun tidak ingin kehilangan luhan.
Semakin kuat orang-orang itu menahan sehun, semakin kuat juga pemberontakan sehun. Ia bahkan meninju salah seorang bodyguard. Ia merasa kesal, ia merasa frustasi.
"Luhan!"teriaknya frustasi, air mata masih setia mengalir di pipinya. Mengapa ia tidak boleh menemuinya? Apa yang terjadi? Apa yang di sembunyikan luhan? Anak itu begitu ceria tadi pagi lalu tiba-tiba di sore hari ia sudah bersimbah darah dan berusaha bunuh diri. Pasti ada sesuatu. Dan yang sehun tahu ia harus mencari tahu.
"Brengsek!"salah seorang bodyguard memukul sehun tepat di wajahnya. Sehun terpental kebelakang, satu pukulan tadi belum mampu membuatnya menyerah. Ia mencoba mengejar luhan kembali, namun bodyguard tersebut menghujani sehun dengan pukulan membuat pipinya membiru dan bibirnya berdarah.
Sehun sudah terkapar lemas, ia terbaring di atas dinginnya lantai rumah sakit. Matanya menatap lurus ke arah atap-atap rumah sakit, dan air mata mengalir dari ekor matanya.
Luhan, aku mohon kembali.
Kemarin sebuah ciuman menjadi penutup hariku. Tapi hari ini hanyalah sebuah tangisan di tengah gelapnya langit.
.
.
.
Luhan sudah sadarkan diri sejak pagi tadi. Ia menaikkan dagunya sambil menatap pemandangan kota seoul dari jendela kamar rumah sakitnya sesekali menyesap segelas teh yang tergantung di tangannya.
Bukan, ia bukan luhan. Yang bangun adalah bell. Matanya yang tak memiliki cahaya sama sekali dan aura pembunuhnya adalah ciri khasnya. Dari ekspresinya siapapun tak mampu menebak apa yang tengah di pikirkannya.
Tak lama pintu kamarnya terdengar bergeser. Derap langkah seseorang terdengar mendekatinya. Bell tersenyum sinis "selamat datang, ayah"bell lalu duduk di sofa di ruang tengah kamarnya.
Tuan xi menghela nafasnya, lalu ikut duduk di hadapan bell. "Jangan panggil aku ayah, kau bukan putraku. Mendengar pembunuh sepertimu memanggilku ayah benar-benar menjijikan"
Bell tertawa keras, lalu matanya menatap tajam ke arah tuan xi sambil menyeringai "ohh ayolah, bukankah aku tercipta karenamu. Ayah?"
Tuan xi memilih untuk tidak menanggapi perkataan bell barusan, karena ia tau akan ke arah mana perbincangan itu menuntunnya. "Kudengar dari dokter jung kalau luhan tidak bangun karena keinginanmu untuk hidup yang kuat"
Bell tersenyum"lalu?"
"Pergilah, kembalikan putraku. Kau hanya seorang penyakit, kau hanya seorang parasit!"kesal tuan xi.
Bell kembali tertawa, kali ini tawanya terdengar lebih keras.
"Kau menyuruhku pergi? Bukan salahku kalau aku disini. Seharusnya ini menjadi salahmu, ayah"
"Bell!"
"Kau yakin kau itu ayah bagi luhan?"nada bell terdengar sarkastik.
"Setelah kau menjual anakmu sendiri kepada seorang investor pedofil agar dia mau menanam saham di perusahaanmu?"
"Bell! Tutup mulutmu!"
"Dan bodohnya luhan mengira kau sama sekali tidak tahu ketika pria itu memperkosanya."
Bell tertawa.
"Keluarga yang sangat lucu"
TBC