.
.
.
Enjoy
.
.
.
~ナルトはサスケへ~
For The One and Only. Journal, 14 March 2013
Aku hancur...
.
.
.
" Aku disini, menguatkanmu..."
~ナルトはサスケへ~
.
.
.
WHY MUST TWO?
Disclaimer :
Naruto, Masashi Kishimoto
Story :
Ada sedikit kemiripan plot dengan Dating Alone Park Chanyeol di chapter 1 dan 2.
Punya saya, semua karakter dipinjam dari punya om MK
Genre : Drama, Romance & Friendship
Rating : T
Main Pairing : SasuNaru [Sasuke x Naruto]
Side Pairing : Sai X Ino
Warning : AU, Multi chapters, Typos, OOC, Boys Love SasuNaru [Sasuke X Naruto], Don't like don't read! Feel free to leave this page if you don't like it. I've warned you already!
.
.
.
~ナルトはサスケへ~
Tidak ada yang memulai pembicaraan setelah pengakuan Naruto saat itu. Lidah Sasuke terlalu keluh untuk mengeluarkan sapatah kata, bernafas pun rasanya terasa sesak. Semua tingkah Naruto selama ini menjadi jelas hanya karena satu kalimat.
"Aku terkena kanker otak stadium akhir..."
Tapi bukan hanya itu masalahnya. Sasuke sedikit merasa kecewa saat Naruto berkata,
"Setelah pengakuanku ini, kau boleh pergi dan meninggalkanku..."
Tidak segampang itu...
Semuanya memang terasa rumit sekarang. Tapi, bukan berarti Sasuke akan mengiyakan dan meninggalkan Naruto begitu saja.
Sasuke diam seribu bahasa. Otaknya merasa berat untuk mencerna apa yang harus dilakukannya saat itu. Bagaimanapun menghilangkan rasa suka yang terlanjur membekas pada seseorang tidak segampang membalikan telapak tangan. Jadi, diam adalah pilihan terbaik.
Mereka tidak banyak berbincang setelahnya. Atmosfer canggung lebih menguasai dan yang datang memecah kecanggungan mereka adalah Sai dan Ino. Beruntung Ino datang menawarkan kue buatannya dan Sai yang terkadang menimpali dengan lelucon khasnya saat mereka menikmati kue tersebut. Hanya saja Naruto lebih sering berbicara dengan Sai ketimbang dengan Sasuke.
Bahkan saat pulang pun, Naruto bersikeras pulang tanpa diantar oleh Sasuke. Akhirnya Ino memilih pulang bersama Naruto.
Bukannya Sasuke tidak ingin lebih memaksa untuk mengantar pulang. Tapi, dilihat dari kondisi Naruto yang lebih banyak diam dan terkesan menghindar, membuat Sasuke memutuskan untuk membiarkan Naruto menenangkan diri terlebih dahulu.
Dua hari berselang, disinilah Sasuke kembali berada di rumah Naruto saat jam dipergelangan tangannya masih menunjukkan pukul 9.30 pagi.
"Paman Iruka... Kenapa tidak masuk saja dan malah menekan bell? Bukankah aku sudah membalas pesan jika pintu tidak dikun.-" Itu suara Naruto yang terdengar sedikit serak saat membuka pintu, tapi terdiam saat yang dilihatnya adalah Sasuke. Pemuda pirang itu memakai piyama dengan gambar rubah. Naruto juga sedang memegang cemilan.
Deja vu...
Ini seperti beberapa tahun lalu saat Sasuke pertama kali berkunjung ke rumah Naruto. Waktu itu Sasuke berkunjung karena Naruto absen dari perkuliahan dan kegiatan klub.
"-Sasuke?"
Bedanya, saat itu Naruto memekik kaget saat melihatnya. Sedangkan saat ini, suara Naruto terdengar berbisik saat menyebut nama Sasuke.
"Hai..." Sasuke menyapa Naruto dengan suara pelan.
"Um... Ha-hai...-" Kali ini suara Naruto terdengar gugup. "-Kau sendiri?" Tanya pemuda bersurai pirang itu lagi. Dilihat dari bibirnya bawahnya yang digigit, Sasuke tahu pertanyaan itu keluar begitu saja dan Naruto seperti merasa seperti pertanyaan bodoh.
"Apa kau melihat orang lain yang datang bersamaku?" Sasuke balik bertanya.
Naruto tertawa, alis Sasuke bertaut.
"Sasuke selalu seperti Sasuke yang ku kenal... Berbicara dengan nada datar menyerupai sindiran..."
"Dan Naruto selalu seperti Naruto yang kukenal... Tertawa dengan kata-kataku meski itu terdengar seperti sindiran..."
Tawa Naruto hilang. Mata biru itu menatap tepat kedalam hitamnya mata Sasuke.
Pandangan itu bertahan cukup lama sampai dengan langkah tergesa Sasuke mendekat ke arah Naruto. Mendekap erat tubuh yang terlihat lebih kurus itu.
"Ini seharusnya yang aku lakukan sejak beberapa hari yang lalu..." Bisiknya pelan saat pipinya menyentuh telinga Naruto. "Aku sangat merindukanmu... Naruto..."
"Maafkan aku, Sasuke..." Suara itu terdengar seperti menahan tangis.
~ナルトはサスケへ~
Naruto tidak tahu apa lagi yang harus dikatakannya selain maafkan aku. Naruto tidak bermaksud untuk melukai Sasuke, tapi tindakannya yang dikira demi kebaikan Sasuke, justru sebaliknya terlihat sangat melukai pemuda beriris kelam ini. Suara Sasuke saat mengatakan aku sangat merindukanmu sangat mengambarkan perasaannya.
Ayahnya dan Paman Iruka bercerita jika sejak ia pergi, Sasuke sering sekali berkunjung ke rumah ini. Kadang hanya sekedar bertukar cerita atau sesekali melihat kamar miliknya.
Naruto pikir Sasuke sangat bertahan.
"Maafkan aku..." Sekali lagi Naruto berbisik saat keduanya telah duduk diruang tamu. Duduk bersebelahan tapi berbeda sofa. Sofa yang membentuk huruf L.
"Maaf untuk apa?"
Suara itu sangat tenang, suara yang juga sangat dirindukannya.
Suara itu tenang yang membuat Naruto memilih bertahan.
"Maaf untuk banyak hal..." Bahkan untuk membuat suaranya terdengar tegas pun Naruto tidak sanggup.
"Aku pikir yang kau lakukan bukan sesuatu yang bisa dianggap kesalahan...-" Ujar Sasuke tetap tenang. Tangannya mengeluarkan sebungkus rokok dan pemantik. Baru saja tangan itu ingin menyalakan api, iris malamnya bertemu dengan iris biru milik Naruto. "-Ah benar... Abu rokok bisa membuat alergimu kambuh.." Pemantik dan rokok kembali dimasukan kedalam saku baju.
Bahkan hal sekecil ini...
Masih diingat Sasuke.
Jika Naruto adalah Sasuke, yang akan dilakukannya saat ini adalah pergi meninggalkan atau menghajar dulu sebelum benar-benar pergi.
Tapi kenyataan yang dilakukan Sasuke saat ini adalah tetap bersikap tenang.
Kamisama...
Naruto merasa seperti orang brengsek.
"Kau benar-benar merokok seperti ayah sekarang..." Akhirnya Naruto bersuara lagi.
Tidak ada jawaban. Sasuke hanya menatap sampai rasanya tatapan itu menusuk kulit.
Naruto buru-buru mengalihkan tatapannya, memilih menatap vas bunga yang terletak di meja ruang tamu.
"Apa kau ingin menghindariku lagi?"
Pertanyaan Sasuke yang mampu membuat Naruto mengangkat kepala dan kembali mempertemukan mata mereka.
"Tidak..." Jawab Naruto dengan suara lebih tegas dari sebelumnya.
Jika Naruto tidak salah melihat, sudut bibir Sasuke sedikit terangkat.
Tersenyum?
"Kau menjawab dengan yakin-"
Benar Sasuke memang tersenyum.
"-Jangan menghindar atau pergi tanpa memberitahuku lagi..." Lanjut Sasuke. Seperti biasa, tidak nada ragu disana.
Tatapan mata dan suara yang menenangkan.
Jantung Naruto berdebar kencang karena tatapan dan nada suara itu.
Debaran yang hanya dirasakan saat bersama Sasuke.
"Baiklah..." Naruto menarik satu senyuman paksa.
"Kau tahu? Aku bisa tahu jika saat ini senyuman yang kau gunakan adalah senyum paksa.-"
Naruto terdiam sejenak sebelum satu tawa lepas lolos begitu saja.
"-Nah, ini baru tawa alami..."
Naruto berdehem untuk menghilangkan tawanya sesaat setelah Sasuke menyelesaikan kalimatnya itu.
Lagi...
Naruto memperhatikan Sasuke dengan tatapan yang cukup lama. Mengamati pemuda berkulit putih bersih ini yang juga sedang menatapnya.
Tatapan itu...
"Aku menyukaimu..." Kata itu keluar dengan mudahnya. Naruto menunduk setelah menyempatkan diri melihat Sasuke dari bawah bulu matanya.
Bola mata malam itu melebar sesaat.
"Katakan sekali lagi..." Pintanya, nada itu seakan ingin memastikan jika yang dikatakan Naruto barusan bukan sekedar kesalahan pendengarnya.
"Aku...-" Naruto meragu, kepalanya makin tertunduk. Naruto hanya sanggup menatap Sasuke dari bawah bulu matanya. Tatapan Sasuke terasa menusuk kali ini.
"-Aku menyukaimu, Sasuke..." Satu tegukan terasa sakit melewati tenggorokan. Rasanya seperti menelan sesuatu yang besar. Naruto takut jika ia melakukan kesalahan saat mengucapkan kata 'menyukaimu' setelah dua tahun lamanya mereka berpisah.
"Apa kau yakin?"
Pertanyaan yang tidak diduga oleh Naruto, membuat keberanian yang sudah susah payah dikumpulkan seakan menguap.
"Seharusnya itu yang aku katakan sejak dua tahun lalu saat kita berada di kelas...-" Naruto berujar tanpa mempertemukan kedua mata mereka. Jika menatap Sasuke, Naruto takut keberaniannya benar-benar akan hilang lenyap.
"-Tidak maksudku... Seharusnya aku katakan saat kita berkunjung ke museum aquarium atau sebaiknya aku katakan saat kita berada di cafe atau saat kita foto bersama di kamarku?... Tidak! Seharusnya aku katakan saat kegiatan klub saat kau jadi mentor. Aku begitu ingin menyembunyikan rasa sukaku dan kuatir jika kau tidak merasakan hal yang sa-..."
Naruto menjeda ucapannya saat telinganya menangkap suara tawa. Mau tidak mau kepalanya terangkat untuk menatap Sasuke yang ternyata sedang tertawa.
Tawa Sasuke...
Seperti biasa terdengar sangat pelan.
Meski menyukai suara tawa itu, mata biru Naruto tetap menatap Sasuke keheranan.
"Apa sikapku padamu tidak menunjukkan ketertarikan yang sama seperti yang kau rasakan, hm?" Pertanyaan Sasuke ini semakin membuat Naruto kebingungan sampai-sampai kedua alis matanya ikut berkerut.
"Aku tidak mengerti..." Naruto menyuarakan kebingungannya.
"Dengarkan aku dengan seksama, Naruto...-" Sasuke menjeda ucapannya untuk membungkukan badannya. Kepala mendekat kearah Naruto. Naruto jadi ikut mendorong kepalanya untuk mendekat kearah Sasuke.
"-Aku awalnya tidak begitu tertarik, jujur saja. Rasa tertarikku mungkin berawal saat Sai memata-matai Yamanaka-san dan menyeret paksa aku untuk ikut dan tanpa sadar memperhatikanmu juga. Bahkan saat kita berfoto di kamarmu pun aku masih bimbang. Tapi bukan masalah sejak kapan ini semua dimulai...-" Tatapan Sasuke saat ini seolah memaksa Naruto untuk tidak melepaskan tatapannya juga.
"-Coba ingat lagi apa yang kau katakan saat pertama kali mengajakku keluar, saat kita berada di cafe... Jika punya kekasih, apa yang ingin kau lakukan?"
"Umm..." Sekali lagi alis Naruto bertaut, kali ini mencoba mengingat kembali yang diucapkan sewaktu di cafe dulu.
"Saat itu kau bilang aku dan kekasih masa depanku akan melakukan ...-" Itu kalimat pembuka percakapan yang diucapkan Sasuke. Seakan membantu Naruto untuk mengingat kejadian itu.
"-Aku ingin jalan-jalan diberbagai tempat seperti mengunjungi museum aquarium bersamanya?" Jawab Naruto ragu. Nada yang digunakan lebih pada nada pertanyaan untuk meminta pembenaran.
"Ya..." Jawab Sasuke.
"Aku ingin makan di cafe bersama calon kekasihku?..." Naruto masih meragu.
"Ya..." Nada yang digunakan Sasuke terdengar meyakinkan.
"Mengunjungi rumah masing-masing atau bertemu orang tua masing-masing?"
"Ya..." Rambut di kening Naruto dirapikan oleh Sasuke.
"Menghabiskan waktu bersama jika senang dan susah?" Suara Naruto terdengar lebih meyakinkan.
"Ya..."
"Rasanya lebih menyenangkan jika punya hobi yang sama. Lalu akan punya studio bersama, bukan?" Kali ini terdengar bersemangat.
"Ya..." Sasuke mengangguk membenarkan.
"Aku ingin kekasihku adalah pemilik ciuman pertamaku juga..." Awalnya nada itu terdengar bersemangat. Namun ujung kalimatnya, Naruto memilih untuk bergumam saja. Kepalanya menunduk menatap vas bunga di atas meja lagi. Rasa panas mulai menjalar diwajahnya.
Malu...
"Ya..."
Jawaban Sasuke justru membuat rasa panas berubah menjadi rasa terbakar karena malu. Naruto yakin, pipinya bahkan lebih merah dari warna merah tomat.
"Aku ingin bertanya lagi...-" Sekali lagi suara Sasuke mampu membuat Naruto mengangkat wajahnya. Tapi, Naruto tidak yakin ia berhasil menyembunyikan warna merah diwajahnya dengan baik.
"-Dari semua hal yang kau sebutkan itu, bukankah sebagian besar telah aku lakukan bersamamu?"
"Ya...-" Giliran Naruto yang mengatakan 'ya'. Sedetik kemudian tangannya menggosok tengkuk satu senyum tergaris dibibirnya "-Aku masih belum begitu paham..."
"Jadi bukankah yang dilakukan itu adalah usaha agar kau menganggap aku sebagai kekasihmu?-"
Mata biru itu seketika membola. Tangan yang menggosok tenguk berhenti seketika. Naruto sungguh tidak menyadari hal ini sebelumnya.
Benar, Sasuke yang mengajaknya ke cafe, ke museum aquarium, Sasuke sendiri diantara sekian banyak kenalan Naruto yang berkunjung ke rumahnya. Sasuke juga membawa Naruto ke rumahnya bahkan bertemu dengan ibunya, Sasuke juga yang tetap ada bersama meski Naruto mati-matian menolak perasaannya sendiri.
Sasuke juga orang pertama yang menciumnya.
Itu semua yang ingin Naruto lakukan bersama kekasihnya.
Mengingat itu Naruto merasa makin malu.
"Aku juga menyukaimu, Naruto..." Jelas Sasuke pada akhirnya. "Dan aku berusaha melakukan semuanya itu... Tapi ternyata kau tidak menyadari sampai saat aku jelaskan ini." Sasuke mendengus pelan, jemarinya kemudian mengetuk kening Naruto.
Sentuhan itu terasa pelan di kening Naruto.
Naruto pikir seharian ini, warna merah tidak akan hilang dari wajahnya.
~ナルトはサスケへ~
Awalnya Sasuke tidak merencanakan ada pernyataan suka masing-masing. Hal ini terjadi begitu saja.
Sasuke datang hanya untuk meyakinkan Naruto jika perasaannya tidak berubah meski Naruto lebih mempercayai jika Sasuke dengan mudahnya akan meninggalkan pemuda itu saat tahu penyakitnya.
Tapi lihat saat ini, wajah Naruto memerah meski pemuda berambut pirang itu terlihat mati-matian menyembunyikannya dengan memasang wajah tidak terjadi apa-apa.
Naruto seperti ini bagi Sasuke sangat manis.
Sasuke lega karena setidaknya Naruto mulai membuka diri, bahkan Naruto yang lebih dahulu mengatakan suka.
Aku menyukaimu, Sasuke...
Kenapa kalimat ini sangat membahagiakan jika yang mengatakannya adalah Naruto? Padahal selama ini kalimat itu terdengar biasa saja bagi Sasuke.
Ah... Sasuke memang menyukai Naruto. Mungkin inilah yang menyebabkan rasa bahagia berkembang didadanya saat mendengarkan kalimat itu dari orang yang disukainya.
Rasa sukanya berbalas.
Alasan sederhana yang membuatnya merasa bahagia.
Meski sebelumnya Sasuke terlebih dahulu harus menjelaskan dengan perlahan apa yang dilakukannya selama ini adalah untuk menyamakan dengan kekasih yang ingin dimiliki Naruto.
Naruto sedikit lamban juga dan lihat, warna merah diwajah itu bahkan belum memudar.
"Apa yang mambuatmu tersenyum?"
Pertanyaan itu sontak membuat fokus Sasuke kembali dari dunia yang menyelimutinya dengan awan bahagia.
"Entahlah..." Jawab Sasuke sambil mengangkat bahunya, tidak yakin juga jawaban apa yang harus diberikan untuk menjawab pertanyaan itu.
Bibir mungil itu mengerucut.
Naruto kembali menjadi Naruto yang mencibir jika merasa kesal atau tidak puas. Sasuke tidak tahan untuk mengusak kepala Naruto.
Kali ini tidak ada perlawanan sama sekali. Naruto memang kaget awalnya tapi, hanya sepersekian detik dan akhirnya barisan gigi putih dan rapih milik Naruto dipamerkan oleh pemiliknya.
Meski rambut itu pendek, rambut itu terasa halus ditangan Sasuke. Seperti dugaan awal Sasuke, saat bayangan Naruto selalu muncul dibenaknya.
Rambut yang halus.
Usakan dirambut berubah menjadi elusan perlahan dan hati-hati. Sasuke tidak ingin rambut Naruto rontok dan membuat pemiliknya kembali menarik diri.
Sayangnya meski Sasuke berhati-hati, senyuman diwajahnya Naruto tidak bertahan lama. Alisnya kembali berkerut tanda berpikir keras.
"Apa yang kau pikirkan, hm?" Tanya Sasuke.
Alis itu tetap berkerut, "Apa kau tidak merasa kesal terhadap aku?-"
Naruto dan perubahan mood-nya.
"-Kesal karena aku terkesan tarik ulur, karena aku menyembunyikan ini semua... Karena aku meninggalkanmu dua tahun lalu..."
Elusan di kepala Naruto terhenti hanya agar Sasuke dapat memfokuskan tatapannya pada Naruto.
"Well... Aku akan jujur bukan kesal lebih kepada bertanya-tanya. Aku bimbang apa hanya aku yang merasa suka padamu... Aku berpikir telah melakukan kesalahan sampai-sampai Minato-tousan, Paman Iruka bahkan Yamanaka-san terkesan tutup mulut."
"Bukan seperti itu, kau tidak melakukan kesalahan, Sasuke... Aku yang meminta mereka...-" Naruto mengucapkan kalimat ini sambil menunduk.
Sasuke diam, tidak paham dengan penjelasan Naruto.
"-Kau ingat saat penyakitku kambuh sewaktu di ruang kuliah dulu? Saat kau mengantarku ke taxi?-"
Sasuke mengangguk saat Naruto mengangkat wajah untuk menatap sekilas.
"Saat aku bilang, sebenarnya sejak aku dekat denganmu, saat itu juga aku berharap kita tidak pernah bertemu?...-"
Bagaimana mungkin Sasuke lupa dengan kalimat itu? Kalimat yang membuat dada Sasuke seperti teriris sebilah pisau tajam.
Sasuke tetap mengangguk meski Naruto sedang tidak menatapnya, tapi Sasuke tahu Naruro juga tahu kalau Sasuke menanti ucapan Naruto selanjutnya.
"-kalimat itu yang ingin aku katakan sejak awal, saat menyadari aku tertarik padamu...-" Ada desahan panjang saat Naruto menjeda ucapannya. "-Aku takut kau terluka seperti aku, seperti ayah yang merasa kehilangan kaa-san... Aku dan ayah sangat menyayangi kaa-san sampai rasanya kami kacau dan hilang arah saat kaa-san pergi...-"
Sasuke tidak suka arah percakapan ini, tapi Sasuke memilih diam untuk mendengarkan.
"-Aku terus berpikir, aku akan begitu sangat bergantung padamu? Aku anak tunggal dam sangat manja, Sasuke... Aku akan bergantung padamu seumur hidupku itu akan merepotkanmu, lalu apa kau bisa menerima aku dan penyakit-..."
"-Apa yang sedang kau bicarakan ini?" Potong Sasuke. Sungguh Sasuke benci Naruto yang merasa pesimis seperti ini. Naruto yang hanya berpikir dari sudut pandangnya saja. "Kau terlalu banyak berpikir..."
"Tapi-"
"-Dengar..." Sasuke memotong cepat perkataan Naruto. "Bagaimana jika aku bilang aku tidak mempedulikan hal itu? Kau tidak percaya padaku?"
Kepala Naruto terangkat, iris biru menatap Sasuke dengan tatapan tak percaya. "Awalnya bahkan sampai saat ini terkadang aku meragu." Nadanya pun terdengar sangat meyakinkan dan hampir membuat Sasuke melongo tidak percaya dengan apa yang didengarnya sendiri.
"Darimana kesimpulan itu muncul?" Sebelah alis Sasuke terangkat. Satu tawa miris pun meluncur begitu saja.
"Bukankah saat aku berada di taxi, kau mengatakan kabari aku jika kau sudah sehat dan aku menunggumu? Jadi aku berkesimpulan lebih baik aku berobat agar umurku lebih panjang agar kau mampu menerimaku..."
Jadi perkataannya sendiri yang membuat Naruto salah paham?
"Baka...-" Sasuke tidak bisa menahan tawanya.
Naruto menatap Sasuke bingung dan Sasuke mengetuk pelan kening Naruto dengan jari telunjuknya.
"Kau salah paham... Maksudku, kabari aku jika keadaanmu membaik saat itu juga. Aku merasa tidak sanggup jika kau merasa kesakitan, Naruto. Jadi aku minta kabar sehat darimu agar tahu kamu baik-baik saja. Bukan aku harus menunggu dulu selama dua tahun...-"
Bibir Naruto langsung mengerucut mendengar penjelasan Sasuke.
"-Coba ingat lagi sebelum di taxi, saat masih di kelas, kau meminta untuk meyakini perasaanku pada mu dengan cara menciummu?-"
Bibir yang mengerucut berganti dengan mulutnya yang terbuka lebar, iris biru yang membola dan warna merah yang dengan cepat kembali merambat diwajah itu.
Manis...
Sasuke jadi semakin ingin menggoda pemuda ini.
"-Aku juga mengatakan mencintaimu dan berusaha menyampaikan perasaanku saat itu... Apa tidak tersampaikan dari ciumank-..."
"-Arrgghh! Aku paham... Oke?! Aku yakin, sangat yakin dan tidak ragu lagi soal rasa sukamu, Sasuke! Jadi jangan bicara lagi soal permintaan bodohku waktu itu... Jangan bicara soal ci-... kamisama! Aku bahkan tidak bisa menyelesaikan kata itu!" Naruto berteriak kencang sambil menutup mata dan telinganya. Warna kulit wajahnya sudah menyamai kepiting rebus.
Sasuke tersenyum geli sendiri dengan tingkah yang tidak pernah ditunjukkan Naruto sebelumnya ini.
Perlahan Sasuke menangkup kedua tangan Naruto yang sedang menutup telinganya sendiri.
"Jadi sekarang kau sudah yakin? Aku benar-benar serius dengan rasa sukaku. Aku bukan tipe yang mengatakan hal itu secara gampang...-" Bisik Sasuke pelan.
Naruto mengangguk tapi kedua matanya masih tertutup erat. Saking eratnya kerutan dimata itu terlihat jelas.
"-Tidak akan berpikir sepihak dan ragu lagi?"
Naruto masih mengangguk saat menjawab.
"Bagus..." Nada puas terdengar jelas.
"Sasuke..." Panggil Naruto pelan dan sebelah matanya pun dibuka secara perlahan.
"Hmmm?" Jawab Sasuke.
"Maaf aku hanya ingin bertanya sekali lagi... Kau yakin? Sangat-sangaaattt yakin untuk tetap menyukaiku? Meski aku sempat menyembunyikan semua ini dan meninggalkanmu?"
Desahan halus Sasuke terdengar, "Bukan salahmu. Aku tahu kau juga berpikir masak-masak untuk mengambil keputusan itu dan tidak berkeinginan untuk melukai aku dan orang-orang sekelilingmu... Lagipula itu pilihanku untuk tetap menyukaimu dan bertahan.-" Genggaman tangan Sasuke dikedua punggung tangan Naruto terlepas hanya agar Sasuke dapat mengelus sebelah mata Naruto yang tertutup dengan jempolnya.
Semburat warna merah diwajah yang hampir menghilang itu kembali lagi memerah.
"Mood-ku sering berubah... Kau tidak apa-apa dengan itu?" Tanya Naruto lagi.
"Hmmm..."
"Aku juga akan sangat manja..."
"Hmmm... Aku tahu..."
"Aku akan bergantung padamu..."
"Hmm... Tidak keberatan... Aku malah kuatir jika aku yang akan terkesan dingin padamu. Mengingat aku tidak terlalu pandai menunjukkan secara langsung rasa peduliku..."
"Tidak apa-apa..." Jawab Naruto nyaris berbisik. "Kau saja yang tidak sadar, bagiku kau perhatian meski menurutmu kau tidak pandai menyampaikan secara langsung... Bahkan dengan bercakap-cakap seperti ini, itu perhatian bagiku..." Sekarang wajahnya kembali menyerupai kepiting rebus. Kepalanya tertunduk.
"Wajahmu memerah, Naruto..." Goda Sasuke.
Kepala Naruto langsung terangkat, menatap Sasuke. Pipinya sedikit dikembungkan. "Ini tidak adil! Aku tahu wajahku memerah dari rasa panas dikulit wajahku saat ini. Tapi, aku kesal sebab wajahmu tidak memerah setitik pun. Padahal kulitmu lebih putih dari punyaku!" Protes Naruto. "-Apa yang harus aku lakukan untuk membuat wajahmu juga memerah?"
Bahu Sasuke terangkat ringan. "Entahlah..."
"Kenapa jawabanmu entahlah lagi?" Dan Naruto meniru nada suara Sasuke saat mengatakan 'entahlah' dan mencibir setelahnya.
Naruto yang seperti ini bagi Sasuke terasa menggemaskan. Berbanding terbalik dengan usianya yang lebih tua dari Sasuke.
Dari dahulu, nada Naruto memang kadang terdengar manja.
Tapi nyatanya.
Sikapnya lebih manja lagi...
"Umm... Hei, Sasuke..." Panggil Naruto lagi saat bibirnya tidak lagi mengerucut tanda protes.
"Hmm?"
"Jadi apa sekarang kita sepasang kekasih?"
Sungguh ini pertanyaan tidak terduga bagi Sasuke dari Naruto dan Sasuke tidak bisa menahan garis bibirnya yang melebar begitu saja membentuk sebuah senyuman.
"Ya... Kita sepasang kekasih.."
Mendengar itu Naruto tersenyum sangat lebar sampai menunjukkan barisan gigi putihnya.
"Arigatou... Aku menyukaimu, Sasuke..." Katanya dengan suara tanpa keraguan. Sebelah tangannya menggosok tengguk plus menampilkan cenggiran khasnya.
Naruto dan kebiasaannya sewaktu kegiatan klub dulu.
Mengatakan suka dengan ringannya. Kali ini diperparah dengan menyebut nama Sasuke diujung kalimat.
Sasuke menjadi yakin jika rasa suka itu memang ditujukkan padanya.
Wajah Sasuke mendadak terasa panas. Sontak Sasuke berdehem dan memalingkan wajahnya.
Sial! Apa barusan wajahnya ikut memerah?!
.
.
.
Love is an unconditionally commitment to an imperfect person.
To love somebody, isn't just a strong feeling.
It is a decision, a judgement and a promise.
-Unknown-
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
Note
Why Must Two chapter 9 up... Meski lama baru di update lagi dengan word yang sangat singkat... Gomenn...
Chapter ini yua nggak mau buat yang mendayu-dayu, alasannya sederhana. Buat ngerayain ulang tahun Naruto "HAPPY BELATED BIRTHDAY, NARUTOOO! 10 OCTOBER 2017" Dan buat SasuNaru Day 2017 "HAPPY NARUSASU DAY 23 OCTOBER 2017" Oyeyyy!
Jadi chapter ini sengaja dibuat mereka jadi sepasang kekasih... OMEDETOU!
EVERLASTING FOR SASUNARUSASU!
.
.
.
Q & A
Q : Choi..
A : Yua belum memutuskan apa bakal angst atau tidak... *tabok*
Q : Akane Rihime
A : Chapter ini gak bikin sedih kok~ :3
Q : Viiinii
A : Pengennya sih bikin hurt gitu...
Q : Park RinHyun-Uchiha
A : Iya... Memang saya pengen Naruto seperti menyembunyikan penyakitnya diakhir chapter sebelumnya :/
Q : D
A : Sankyuu... Tetap diusahakan lanjut sampai tamat ^^ tapi ya memang nggak bisa cepat sih... Ch ini udah nyampain kecewa Sasuke karena Naruto salah paham. Mudah-mudahan tetap suka.
Q : michhazz
A : Yup! Tebakannya benar Naruto salah paham dan pergi lama buat berobat... Ah saya memang hobinya typo dan kurang huruf =w=;; Gak apa kalau cerewet, buat saran juga bagi saya! Ganbarimasu!
Q : snluv
A : Sebenarnya sih sudah dari awal saya berencana buat datar dan alurnya mulai menajak dibagian diakhir. Tapi rasanya ch ini malah turun (?) lagi alurnya. Saya berencana seperti itu. Cuma eksekusinya belum begitu yakin...
Q : Sena Yashiro
A : I'am sorry... But I've planned this from the first chapter. Hope you didn't feel disappointed... :/
Q : Amura
A : Saya pengen banget buat Naruto terkesan kuat tapi kadang terlihat rapuh dan manja.. Sankyuu sudah merasakan hal itu dengan deskripsi saya yang apa adanya ini. Untung saat ini saya memang belum berencana adanya perpisahan lagi.. Mau dibuat yang senang-senang dulu.
Q : Chisty
A : Chapter ini nggak dibuat yang ngenes, cuma buat agar salah paham mereka selesai & dibuat senang-senang. Sankyuu reviewnya... Mudah-mudahan chapter ini tetap disukai..
Q : Rini
A : Sudah dilanjutkan ^^
Q : Revhanaslowfujosh
A : Tidaakkk... Saya memang sudah punya plot ini dari awal... T.T Ch ini Naruto dibuat bahagia kok :3
Q : Sasunaru
A : Sudah dilanjut..
Q : ndaa. jaejoong
A : Dilanjut ^^
Q : minul
A : Sudah dilanjut... Lebih cepat dari update sebelumnya ^^ Mudah-mudahan ch ini menghilangkan rasa sedih di ch 8…
Q : Mizuumi Yoite
A : Sankyuu for waiting... Maap apdetan nggak bisa cepat-cepat dan selamat tebakannya benar~ Soal hepend saya masih bimbang. Ide awal ending udah ada tapi sampai pertengahan malah bimbang... =w=;;
Q : Ollanaru
A : Hay! Sankyuu sebelumnya buat review di fic ini dan fic saya yang lainnya ^^ iyap! Sikap Naruto yang berubah-ubah buat menyembunyikan sakitnya.. Saya nggak niat juga sih buat Sasuke ninggalin Naruto dan ch ini mudah-mudahan bisa sedikit menggambarkan rasa bahagia mereka :)
.
.
.
Special Thanks For Reviewers:
choi, Akane rihime, viiinii, Park RinHyun-Uchiha, D, michhazz, snluv, Sena Yashiro, amura, chisty, Rini, revhanaslowfujosh, sasunaru, ndaa. jaejoong , minul, Mizuumi Yoite dan Ollanaru.
Mudah-mudahan tidak ada yang terlewat...
Terima Kasih sekali lagi buat yang sudah me-review, follow dan favorite. Sampai jumpa di chapter selanjutnya~
And the least not the last...
Our Ship Doesn't Need A Canon For It To Sail!
~27/10/2017~
.
.
.
Best Regards.
- Yua -