A/N : Hoe, akhirnya keinginan saya untuk membuat crossover Kekkaishi dan Harry Potter terwujud. Sesuatu yah! Dan, sebenarnya ini saya terinspirasi dari author barat bernama CalcBoy91 . dia author pertama yang bikin xover HPXKekkaishi. So, let's give him a tribute!

And, ini saya membuat versi saya sendiri, murni tanpa ada unsur plagiatisme. So, if you have any question just let me know. I'll do my best xx

WolfShad'z

.

.

.

Disclaimer : Kekkaishi hanya milik mbak Yellow Tanabe seorang. Harry Potter kepunyaan Bunda JKR.

Title : The Other Dimension

Genre : Adventure, Fantasy, Supranatural, Drama and a bit Romance.

Rating : T

Summary : Masamori mencoba menerobos masuk kedalam Shinkai untuk membebaskan Yoshimori dan Sen. Disisi lain, ikatan antara Yoshimori dan Tokine dan kekuatan Zekkai Masamori membawa mereka semua kedalam sebuah dimensi lain yang didalamnya terdapat kehidupan para penyihir. Apakah yang akan terjadi kepada Masamori, Yoshimori, Tokine dan Sen? Bisakah mereka kembali ke tempat mereka berasal?

Warning : Karakter yang mungkin OOC, Typo dan tata bahasa yang berantakan. Read with your own risk.

Setting : Saat pertempuran akhir di Kokuboro.

-Pikiran-

'Bahasa Jepang'

Flashback

Bahasa Inggris

Normal

.

.

.

Langit dimensi Kokuboro nampak berguncang beberapa kali, ada sebagian yang mulai membentuk pusaran-pusaran aneh. Yoshimori berhasil mengalahka Kaguro, dan memporak-porandakan Kokuboro dengan kekuatan luar biasa—Shinkai yang keluar dari dalam dirinya. Satu masalah terselesaikan, dan masalah lain muncul. Yoshimori dan Sen Kagemiya masih terperangkap didalam bola biru bercahaya terang. Shinkai tersebut benar-benar sangat kuat, mengingat Yoshimori masih belum bisa mengendalikan kekuatan yang meluap-luap didalam dirinya. Energi yang berasal dari Shinkai itu, membuat rombongan Shigemori, Masamori dan beberapa anggota Yagyo dapat ikut merasakan getarannya.

-Getaran apa ini? kuat sekali- Masamori membatin sambil memandang sekitar.

"Cepat, Mukade!" Masamori memerintah salah satu anggotanya yang dapat mengeluarkan makhluk hitam bermata hijau tunggal seperti hasil kawin silang antara kalajengking dan udang.

Pintu masuk yang dibuat oleh Tokiko semakin melemah, para anggota Yagyo harus mempercepat gerakan mereka sebelum mereka tertelan sebelum melihat Kokuboro. Shigemori nampak menyembunyikan kegusarannya, begitupula dengan Masamori. Ia memikirkan segala kemungkinan, termasuk jika Yoshimori mungkin telah terbunuh oleh Kaguro. Tapi, setelah merasakan getaran positif yang menghempas rombongan kecilnya ini, kepanikan akan terbunuhnya Yoshimori menghilang. Ia bisa merasakan kekuatan besar yang tidak dimilikinya, kekuatan yang jauh lebih besar dari teknik Zekkai miliknya. Apapun itu, Masamori harus memastikan jika saudara, teman masa kecil, dan salah satu anggotanya baik-baik. Ia masih belum bisa mengasumsikannya.

"Apa itu?" Tokine bertanya kepada siapapun yang bisa menjawab, namun tidak ada satupun orang disekitarnya. Ia memandang bola besar bercahaya itu dengan pupil mata membesar. Ia tidak pernah melihat sesuatu yang seperti ini sebelumnya. ia bisa merasakan energi luar biasa kuat yang tersirat; berhasil membuat bulu roma nya merinding. Tokine benar-benar tidak percaya dengan apa yang dillihatnya.

Kagemiya benar-benar panik saat menyadari dirinya berada didalam Shinkai yang dibuat Yoshimori. Didepan matanya, ia melihat Ayakashi sekuat Kaguro lenyap tanpa bekas sedikitpun. Bahkan, pedang yang digunakan Kagemiya untuk menahan Kaguro juga ikut lenyap. Namun, satu yang membuat Kagemiya tidak paham, yakni kenpapa ia tidak ikut lenyap seperti Kaguro. Ia malah berada didalamnya bersama Yoshimori yang masih diam. Ia tidak tahu jika Yoshimori pingsan, yang ia tahu, ia lagi-lagi diselamatkan oleh seseorang. Sen tidak paham.

Satu persatu benteng Kokuboro mulai runtuh, langit-lagitnya mulai bergoyang, menandakan jika dalam hitungan beberapa puluh menit lagi, Kokuboro akan porak poranda. Sen, dan Tokine tahu jika Yoshimori tidak kunjung sadar, dan tidak segera keluar dari dimensi itu, maka mereka juga akan lenyap. Sen juga meragukan, jika Shinkai yang dibuat oleh Yoshimori mungkin juga tidak akan bisa menyelamatkan mereka berdua dari kehancuran dimensi ini. Sen dan Tokine harus mencari cara untuk membuat Yoshimori bangun.

Rombongan Masamori dan Yagyo tiba, mereka semua terbelalak melihat apa yang ada dihadapan mereka. Masamori bangkit dari duduknya, ia berdiri untuk bisa melihat lebih jelas benda aneh apa yang mengelilingi Yoshimori dan Sen. Ia tidak bisa berkata apapun, antara kaget, terkesan, dan tidak percaya. Bahkan, Shigemori yang tahu lebih banyak juga ikut diam seribu bahasa, tidak percaya jika cucu yang selalu bertengkar dengannya ini memiliki kekuatan sebesar ini. Ia memang tahu Yoshimori memiliki kekuatan besar, tetapi ia tidak menyangka ia memiliki kekuatan sejenis Shinkai. Shigemori menduga, pastilah Yoshimori sudah berada disebuah titik dimana ia sudah mencapai puncak dan mengeluarkan semua emosi yang ada didalam dirinya.

"Itu..." Masamori bersuara dengan terbata-bata, wajahnya tak berekspresi. –Itukah sumber getaran luar biasa tadi?- Masamori membatin, ia menggertakkan gigi-giginya untuk menahan gejolak tidak percaya yang menjalar didalam jiwanya.

"Masamori-san!" Masamori bisa mendengar suara seorang gadis yang familiar ditelinganya, memamnggil namanya dengan lantang. Sontak, langsung membuat Masamori menoleh kebawah, melihat seorang gadis berpakaian putih dengan sedikit warna merah jambu, berambut panjang yang dikuncir seperti ekor kuda. Gadis berada di atap salah satu benteng Kokuboro, sedang melambai kearahnya, bermaksud untuk memberitahukan kepada mereka—para rombongan dari Karasumori, jika dirinya baik-baik saja.

"Mukade!" panggil Masamori kepada pria muda yang kira-kira seusianya, dengan rambut panjang acak-acakan.

"Baik," ucapnya. Ia paham dengan maksud ketua-nya. Lantas, ia membuka masker yang menutupi mulut dan hidungnya, meniupkan makhluk berupa kalajengking, dengan ukuran lebih kecil dari yang ia tumpangi dengan Masamori.

Makhluk itu menjemput Tokine, gadis itu dengan sigap langsung melompat keatasnya. Ia langsung dibawa naik kearah Masamori dan rombongannya tanpa Tokine minta sedikitpun. "Syukurlah, Tokine-chan!" Masamori berseru, ia lega karena Tokine baik-baik saja.

Tokine mengangguk, ia kembali menoleh kearah Shinkai tersebut. "Yoshimori dan Sen berada disana," ujarnya, memberi tahu para rombongan dari Yagyo dan Shigemori.

"APA?" terdengar suara kakek Shige. Ia nampak kaget, tidak percaya.

Masamori mengangkat alisnya, tidak jelas ekspresi apa yang ditunjukkan oleh pria ini. Namun, yang ia tahu, ia hanya memerintah bawahannya untuk bergerak lebih dekat. Ia ingin memastikan Sen, dan Yoshimori baik-baik saja. Jarak mereka semakin dekat, Masamori bisa melihat dengan jelas melalui penglihatan jarak jauhnya yang sangat baik. Mulutnya terbuka lebih lebar, tidak percaya.

-Apa ini? Apa—Apa dia yang melakukannya? Mengagumkan!- Batinnya, sembari tidak bisa melepaskan matanya dari shinkai. Mulutnya setengah terbuka dengan giginya masih menggertak.

"SEN!" Masamori mencoba berteriak, ia tidak tahu apakah Sen bisa mendengarnya atau tidak, namun tidak ada salahnya mencoba.

Mendengar suara ketua-nya, Sen merasa lega. Paling tidak, ada harapan jika ia dan Yoshimori bisa selamat. "Ketua!" panggilnya. Ia tidak bisa melihat dengan jelas, cahaya dari shinkai Yoshimori terlalu silau. Cahaya putih kebiruan yang membutakan mata.

"Tokine-chan, apa Yoshimori yang melakukan ini?" Ia kali ini bertanya kepada Tokine.

Tokine nampak ragu untuk menjawab, namun ia tahu jika shinkai tidak muncul dengan sendirinya. Ia yakin, dan benar-benar yakin jika pasti Yoshimori yang melakukan ini. Tidak ada energi negatif, yang ada hanya energi positif yang benar-benar kuat. "Mungkin," Tokine menjawab. Ia kembali memandang Sen dan Yoshimori melalui Shinkai itu. "Tapi apa itu? itu tidak seperti Kekkai," ujar Tokine. Ia sama bingungnya dengan Masamori.

"Baru kali ini aku melihat yang seperti itu," Shigemori menyahut.

Dimensi Kokuboro semakin berguncang, namun Yoshimori tidak kunjung sadar. Sen semakin panik, dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia tidak pernah bertarung ataupun dihadapkan dengan situasi seperti ini sebelumnya, dan pengalaman pertama berada didalam Shinkai tidak akan pernah ia lupakan sepanjang hidupnya. "Hei! Aku harus bagaimana? Dia pingsan!" Sen berteriak, memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepada Masamori dan yang lainnya.

"Apa? Pingsan?" Tokine kaget mendengarnya. Ia sudah akan meloncat untuk menyusul Sen untuk membangunkan Yoshimori.

"Jangan!"

Belum ia meloncat, Shigemori melarangnya. Tokine memprotes, namun sudah disahut oleh Masamori. "Itu terlalu berbahaya," peringatnya. Ia tidak memandang lawan bicaranya sedikitpun.

"Dia menggunakan terlalu banyak tenaga, mungkin karena itu dia pingsan," Shigemori menyahut. "Yoshimori tidak apa-apa," sambungnya. Tokine mendengar keyakinan di suara Shigemori, namun itu tidak membuatnya merasa lega sedikitpun. Demi Tuhan! Bagaimana bisa ia dikatakan baik kalau mereka saja belum pernah melihat energi se-mengerikan ini dalam hidup mereka?

-Energi tebal ini... Inikah energi Yoshimori? Tempat ini bahkan bukan Karasumori.- Masamori bergumam pada dirinya sendiri. ia memandang Shinkai itu tanpa sedikitpun berekspresi. Ia juga sedang mencari cara untuk menembus pertahanan shinkai itu tanpa menyentuhnya. Lagi, ia masih tidak bisa berkata apapun tentang apa yang ia lihat. Ini adalah energi terkuat yang pernah ia lihat dalam hidupnya. Hal ini membuat Masamori semakin yakin jika adiknya nomor 2 ini merupakan pewaris sah dari Karasumori. Dengan ini, Masamori yakin jika suatu saat Yoshimori pasti berhasil mewujudkan ambisinya; menyegel Karasumori.

"Ketua! Aku harus bagaimana?" Sen berteriak lagi, ia duduk disamping Yoshimori yang terbaring didalam Shinkai; tidak sadarkan diri. Teriakkannya, mengganggu Masamori yang nampak sedang berpikir—tepatnya melamun.

Ia memerintahkan Mukade untuk mengeluarkan kalajengkingnya lagi, yang tanpa basa-basi langsung ia turuti. Ia—Masamori langsung melompat, dan mendarat diatas kalajengking milik Mukade. Masamori nekat untuk bergerak mendekati Shinkai. Ia terjun tanpa memberitahukan rencananya kepada siapapun. "Masamori, Tunggu!"

"Harus ada yang melakukan sesuatu!" ujar Masamori, ia tidak pernah mengindahkan perintah kakeknya. Entah apa yang ingin dibuktikan Masamori kepada Kakeknya, yang jelas ia selalu hidup dengan menantang bahaya. Ia nampak sama sekali tidak peduli dengan hidupnya. Seraya bergerak mendekat, ia memerintahkan Hakudo melemparkan pedang sabit kearah shinkai itu. Hakudo—seorang biksu bertalenta khusus yang dapat membuat pedang sabit, melemparkan sebuah cahaya berbentuk bulan sabit namun memiliki ketajaman yang luar biasa. Dua bilah pedang cahaya itu meluncur dengan cepat menuju shinkai, melewati sisi kanan dan kiri Masamori. Saat mencoba menerobos masuk, bukan celah yang mereka dapat tetapi pedang sabit milik Hakudo malah menghilang seperti asap.

"APA? Pedang sabitku tidak menggores sama sekali?" ia memekik kaget, saudaranya, Ohdo juga ikut kaget. Ia tidak menyangka jika pedang sabit yang bisa membelah apapun itu, sama sekali tidak menggores shinkai Yoshimori.

-Aku tahu itu, itu akan menghancurkan apapun yang mencoba menerobos masuk. Ini sama seperti Zekkai.- ia berhenti membatin, seakan sedang mengolah kata-kata yang tepat untuk menjelaskan situasi macam apa yang sedang ia hadapi. -Tapi, ada orang lain didalamnya, tentu itu bukan Zekkai. Zekkai hanya bisa menghancurkan. Kami juga masih bisa berkomunikasi, itu berarti belum sepenuhnya tertutup.- ia menambahkan. Ia bergerak semakin mendekat, melihat getaran shinkai sedikit tidak stabil.

Dugaannya benar, jika shinkai Yoshimori belum sempurna. Ia berpikir lagi, jika ini bentuk sempurnanya saja seperti ini, pasti bentuk sempurnanya jauh lebih besar dan jauh lebih kuat. Tetapi, Masamori tidak mempunyai pilihan lain. –Kemungkinannya kecil. Tapi, pasti ada celah yang terbuka untuk menerobos,- batinnya. Ia tidak bisa membiarkan adik dan anggotanya berada didalam bola itu selamanya. Ia harus melakukan sesuatu, walaupun itu berarti ia harus mengorbankan nyawanya. Ditambah, dimensi Kokuboro semakin melemah dan jalan yang dibuat Tokiko juga semakin tidak stabil. Ia harus bertindak.

"Sen! Lakukan apapun untuk membangunkan Yoshimori!" Sen mendengar Masamori berteriak, anak berusia 14 tahun itu menoleh kearah Masamori. "Coba bangunkan dia!" Masamori memerintah lagi.

"Hee?" ia bertanya dalam keraguan, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan ketuanya. Tapi ia bisa menduga jika Masamori pasti akan melakukan hal yang keren yang membahayakan nyawanya. Sen tidak punya pilihan lain, selain mencoba membangunkan Yoshimori dengan berbagai cara. Ia tidak tahu apakah mereka bisa menerobos keluar shinkai itu, namun ia terlalu pengecut untuk mengambil resiko. Ia sudah hampir mati ditangan Kaguro tadi, dan ia tidak akan mati ditangan Yoshimori. Ia tidak boleh mati.

"Aku akan buka paksa dari luar," sambung Masamori. Pandangan Masamori menjadi lebih tajam, lebih mengerikan dari sebelum-sebelumnya. Pandangan mata yang belum pernah dilihat oleh Sen sepanjang hidupnya, walaupun samar-samar. Ia juga bisa melihat Masamori sudah mengulurkan tangan kanannya, seakan sedang akan melakukan sesuatu.

Dua detik kemudian, cahaya hitam keunguan mulai keluar dari tubuh Masamori. Aura yang kuat, penuh amarah dan kebencian bisa dirasakan siapapun yang berada disana. Masamori menggunakan Zekkai-nya untuk menerobos shinkai Yoshimori. Tokine terkesan lagi, ia belum pernah melihat Zekkai dalam hidupnya. Dan ini adalah sebuah kebetulan yang menguntungkan untuk melihat orang sekuat dan setangguh Masamori menggunakan Zekkai. -Apa itu Zekkai milik Masamori-san?- Tokine membatin.

Tokine menduga, Zekkai milik Masamori pasti sangat kuat, mengingat penggunanya saja memiliki teknik dan akurasi yang luar biasa. Tokine sejenak bisa melihat jika Masamori pastilah juga memiliki ambisi untuk menjadi pewaris sah, namun Tokine tahu jjika Masamori tidak memiliki tanda Hoin. –Masamori-san jelas bukan orang sembarangan. Walaupun ia bukan pewaris sah, tapi kekuatan dan kecakapannya dapat diandalkan. Apakah ia berlatih sendiri ketika berada di Yagyo?- Tokine berpikir, sembari melihat Zekkai Masamori beradu dengan Shinkai Yoshimori.

Ia kemudian memandang kakek Shige, ia nampak mengkhawatirkan kedua cucu-nya ini. Tokine tidak tahu apa yang terjadi diantara mereka bertiga, namun ia bisa melihat jika mereka sebenarnya masih saling melindungi. Terutama kakek Shige. Ia terlihat membenci Masamori, dan merendahkan kemampuan Yoshimori, namun didalam hatinya, Tokine tahu jika sebenarnya kakek Shige bangga dengan kedua cucu mereka ini. ia hanya terlalu gengsi untuk mengungkapkannya. Kakek tua keras kepala, itulah yang sering diucapkan nenek Toki kepada Shigemori.

Sebuah suara gesekan luar biasa kuat terjadi antara shinkai Yoshimori dengan Zekkai milik Masamori. Masamori mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa menerobos masuk, namun shinkai Yoshimori malah menyerap semua kekuatan Zekkai-nya. Masamori tahu, rasanya seperti semua kebencian yang ada didalam Zekkai-nya nampak diserap dan dilenyapkan. Apapun namanya teknik Yoshimori ini, jelas lebih kuat dari pada Zekkai. Ia menyadari jika dirinya sudah terlambat untuk mundur, karena Shinkai Yoshimori sudah mengenali aura negatif Zekkai Masamori. Jadi, jika ia mundur, yang ada Masamori malah terhisap dan lenyap oleh shinkai Yoshimori. Ia tidak punya pilihan selain terus mencoba menerobos masuk.

-Akan ku buat lubang dengan zekkai-ku. Jika diperlukan, akan kuhancurkan benda itu dan membangunkannya. Tapi, waktu kita tinggal sedikit- batinnya. Ia masih fokus dengan teknik-nya. Nampak keringat mulai bercucuran disekujur tubuhnya, tangannya yang besar juga sedikit bergetar mengingat kuatnya shinkai Yoshimori bukanlah tandingan untuk Zekkainya. "Sialan!" gumamnya, mengangkat bibir atasnya, menandakan ia sedang geram.

Masamori tidak terlalu paham, Zekkai dan Shinkai adalah juga merupakan senjata seorang Kekkaishi, dan diciptakan juga oleh Kekkaishi. Namun, kenapa Zekkai dan Shinkai nampak begitu berlawanan, seakan-akan Shinkai berusaha melenyapkan semua aura yang berasal dari Zekkai. Masamori terus berpikir, tanpa sedikitpun menghancurkan konsentrasinya terhadap apa yang ia lakukan. Pertanyaanny adalah, kenapa Zekkai-nya seakan tidak ada tandingannya dengan Shinkai Yoshimori?

Jubah Yagyo miliknya melambai-lambai, akibat dari angin hasil dari gesekan kedua benda tersebut. seluruh otot-otot ditubuhnya nampak begitu tegang. Ia harus bisa menahan hisapan dari shinkai itu. Samar-samar, ia bisa mendengar Sen membangunkan Yoshimori dengan berbagai cara. Sen juga menusuk kening Yoshimori dengan kukunya yang setajam pedang. ia mengguncang-guncangkan tubuh Yoshimori dengan kuat. Untuk hari ini, tekatnya hanyalah membangunkan Yoshimori dari pingsannya. Lalu keluar dari dimensi terkutuk ini secepat mungkin.

"Sial! Jika aku tahan balik, malah aku yang terhisap. Aku tidak boleh berhenti," gumamnya.

"Zekkai Masamori bukan tandingan Zekkai Yoshimori," ucap Shigemori dari atas, bersama anggota Yagyo dan Tokine yang melihat aksi mengagumkan tapi juga mengerikan itu dengan nafas tertahan. Ia bisa melihat Masamori tengah kualahan, namun ia tidak berhenti mencoba.

Tokine tidak tahan lagi. ia harus melakukan sesuatu untuk membantu Masamori, atau mereka semua akan mati. Ia harus melakukan sesuatu, tapi ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia tidak bisa menggunakan Zekkai seperti Masamori, ataupun shinkai seperti Yoshimori. Jelas, teknik kekkai-nya tidak akan berguna hari ini. Tapi ia tidak bisa berdiam diri.

"Yukimura! Apa yang kau lakukan!" Shigemori berteriak. Ia geram melihat remaja-remaja begitu gegabah, seakan-akan tidak mempedulikan nyawa mereka. Shigemori juga tahu diirinya tidak bisa melakukan apapun, selain berharap mereka akan baik-baik saja.

Ia melompat, membuat tangga-tangga dari Kekkai warna hijau miliknya. Tangga udara kekkai miliknya berhenti agak jauh dari Zekkai Masamori. Pria dalam Zekkai, Masamori merasa ada yang datang. Ia menolehkan kepalanya, melihat Tokine sudah berada disampingnya, berlututu di kekkai nya sendiri.

"Tokine-chan!" panggilnya, "Apa yang kau lakukan?" tanya-nya kepada Tokine. Namun, gadis itu tidak menjawab begitu ia melhat Masamori hampir kehilangan konsentrasinya. Ia bisa merasakan Zekaki-nya terhisap. "Sial!" Pekiknya.

Tokine melihat betapa besar perjuangan Masamori untuk bisa menembus shinkai Yoshimori. Nafasnya juga tertahan saat ia melihat Masamori hampir tertelan shinkai-nya. Tokine harus melakukan sesuatu, atau Masamori akan mati. Ia tidak ingin kehilangan orang lain lagi setelah kehilangan Gen. Ia akhirnya bisa mengerti apa yang dirasakan Yoshimori saat kehilangan orang-orang terdekatnya. Termasuk Masamori. Ia harus berhenti egois, dan mulai untuk memikirkan orang lain. Paling tidak, ia harus berhenti egois unuk hari ini.

"Aku harus melakukan sesuatu!" Teriak Tokine, kemudian melompatlah ia menuju shinkai Yoshimori.

"Apa yang kau lakukan!" Teriak Shigemori lagi.

Bersamaan dengan Tokine memanggil nama Yoshimori, ia melompat turun dengan telapak tangan kanan lebih dulu. ia nampak siap untuk menghadapi kemungkinan apapun yang akan diterimanya, meskipun ia harus mati. Paling tidak, lebih baik ia mati berusaha dari pada hidup tidak melakukan apa-apa. Paling tidak, jika ia mati saat mencoba menyelamatkan Yoshimori dan yang lainnya, ia bisa mati dengan tenang dan tidak dihantui oleh rasa bersalah karena membiarkan Yoshimori dan yang lainnya mati.

Selama ini, Yoshimori selalu mendahulukan dirinya—Tokine diatas segalanya. Namun gadis 16 tahun itu tidak pernah melihat kelembutan didalam hati Yoshimori sebenarnya. Yoshimori selalu siap untuk mati kapanpun demi melindungi orang-orang yang ia cintai—termasuk Tokine. Ia—Yoshimori selalu berusaha yang terbaik untuk tidak membuat orang lain terluka, walaupun itu berarti ia harus menyakiti dirinya sendiri. Dan hari ini, Tokine sadar jika ini adalah gilirannya untuk menyelamatkan anak laki-laki yang ceroboh itu.

"YOSHIMORI!" Tokine berteriak, sementara Sen masih mengguncang-guncangkan tubuh Yoshimori agar ia segera sadar dan menghentikan apapun yang ia lakukan. Ia memejamkan matanya, merasakan gesekan udara menerpa wajahnya. ia berkonsentrasi dengan apa yang akan ia lakukan. "Yoshimori, sadarlah," ia berbisik pelan, seakan-akan berharap Yoshimori bisa mendengarnya.

Ia semakin dekat dengan Shinkai Yoshimori. Dari jarak 20 meter, ia bisa merasakan kekuatan dan energi Yoshimori bercampur dengan kekuatan yang penuh kebencian dari Masamori. – Masamori-san tidak boleh melakukan ini sendiri. Pertama, aku harus tahu irama dari teknik ini, kemudian merasakan getarannya,- batin Tokine seraya ia semakin terjun kebawah mendekat kearah Shinkai.

Tangannya berhasil menyentuh shinkai Yoshimori tanpa tergores sedikitpun. Perlahan-lahan, Tokine terhisap masuk kedalam shinkai itu. ia sendiri kaget bisa masuk kedalam benda dengan energi yang luar biasa ini. Saat seluruh tubuhnya sudah berada didalam shinkai, ia memanggil Yoshimori lagi. Dalam ketidak sadaran Yoshimori, ia bisa merasaka kekhawatiran Tokine membuat Yoshimori perlahan-lahan sadar. "YOSHIMORI!" Ia memanggil nama Yoshimori lagi.

Sen terkejut saat melihat Tokine bisa masuk dengan selamat kedalam shinkai. Padahal, beberapa menit lalu ia melihat Kaguro lenyap dihadapannya. Rasanya begitu aneh, begitu mustahil dan mustahal tatkala menyadari itu. –Apakah ini yang disebut...- batin Sen. Ia tak bisa berhenti memandang kekuatan yang mengikat mereka berdua, sesuatu yang lebih kuat dari apapun.

"Tokine..." panggil Yoshimori sambil mengulurkan tangannya. Ia begitu lemah, tak berdaya. Lalu, tangan Tokine dan tangannyya bersatu dalam sebuah genggaman. Tak bisa dipungkiri, genggaman itu begitu erat. Dan, yang membuat aneh lagi, saat tangan Tokine dan Yoshimori bersatu, muncul sebuah getaran luar biasa hebat yang bisa dirasakan oleh Masamori dan Sen.

Getaran itu begitu kuat, hingga shinkai Yoshimori semakin membesar dan bisa ikut menghisap Masamori kedalamnya. Masamori sudah kehabisan tenaga, ia tidak bisa melawan lagi mengingat ia sudah mencapai batas maksimalnya. Ia bukanlah pewaris sah, jadi kekuatannya terbatas. Tidak seperti Yoshimori. Masamori terhisap kedalam shinkai itu, namun ia tidak merasakan apapun selain angin beraura positif yang menabrak tubuhnya yang lunglai. Ia berpikir, mungkin inilah akhirnya; mati ditangan adiknya sendiri. Namun itu lebih baik, paling tidak ia tidak mati sia-sia.

Tangan Yoshimori dan Tokine masih saling menggenggam, dan nampak Yoshimori enggan untuk melepas tangan Tokine yang datang bagaikan malaikat penolong. Sen dan Masamori, yang berada diluar kontak antara Yoshimori dan Tokine bisa merasakan sesuatu. Sesuatu yang aneh yang membuat mereka berdua seakan berada dalam sebuah perisai yang membawa perlindungan. Ia tidak merasakan energi negatif, sama sekali tidak. Yang ada, Masamori merasakan kedamaian didalam jiwanya, yang membawa dirinya kedalam sesuatu yang indah dan bercahaya. –Inikah akhirku?- ia membatin, seraya membiarkan dirinya terjun tanpa daya dalam sebuah cahaya putih yang membutakan. Tangan kanannya patah karena berada terlalu dekat dengan Shinkai Yoshimori.

Hal serupa juga terjadi kepada Sen. Ia merasakan persis seperti yang dirasakan Masamori; kematiannya sudah dekat. Namun, melihat kekuatan yang mengikat Yoshimori dan Tokine membuatnya berpikir, dan merasakan jika kekuatan itu tidak pernah bermaksud untuk membunuh. Ia tidak tahu kenapa ia berpikir demikian, tetapi instingnya yang tajam mengatakan hal itu. Ia kembali teringat misi pertama-nya dengan Gen. Ia ingat betul saat itu ia lagi-lagi diselamatkan oleh anak itu. Lalu ingatannya berubah lagi, kali ini kepada Masamori sebagai ketua dan orang terbaik yang pernah ia temui. Ia ingat betul saat Yagyo merekrutnya, hanya sedikit orang Yagyo yang mau memperhatikannya. Masamori seakan seperti ayah baginya, yang mengayomi dan mendidiknya dengan baik. Sen tahu, rasa terima kasih saja tidak akan cukup untuk Masamori.

Cahaya putih yang luar biasa terangnya muncul, menghisap Masamori. Hisapan cahaya putih yang luar biasa kuatnya ini membuat Mukade menjauhkan monster dan orang-orang diatasnya ke radius aman. Hakota, bocah yang memiliki mata super tidak bisa mempercayai apa yang ia lihat didalam sana. Ia masih belum menceritakannya kepada siapapun tentang apa yang ia lihat, namun cahaya putih yang membutakan tersebut membuat anggota Yagyo dan Shigemori memejamkan matanya. Cahaya putih itu kemudian menghilang dengan sekejap, dan saat mereka menyadari cahaya itu menghilang, anggota Yagyo dan Shigemori menyadari ada yang salah.

Masamori, Yoshimori, Tokine, dan Kagemiya tidak ada disana.

"APA? Kemana mereka?" Teriak Shigemori dengan Hakudo hampir bersamaan. "Hakota-san, kau bisa melihat dimana mereka sekarang?" Shigemori bertanya kepada anak aneh dengan kantung kertas dikepalanya.

"T—Tidak mungkin," jawab Hakota. Shigemori tidak tahu apa maksud dari ucapan Hakota.

"Apa maksudmu tidak mungkin?" Shigemori bersuara, kali ini nadanya lebih kasar.

Hakota, matanya masih tidak berekspresi. Ia seakan telah melihat sesuatu yang tidak pernah ia lihat. Masamori dan yang lannya menghilang begitu saja, jelas ada sesuatu yang tidak beres. "A-aku melihat ereka t—terhisap ke dimensi lain, Shigemori-sama," jawab Hakota terbata-bata.

"APA KAU BILANG?"

-K-E-K-K-A-I-S-H-I-H-A-R-R-Y-P-O-T-T-E-R

Mereka masih terjun bebas didalam cahaya putih yang menyilaukan, Masamori melihat tak jauh darinya jika Tokine masih menggenggam tangan Yoshimori erat dengan kondisi sama lunglainya seperti dirinya. Sementara Sen, ia juga lemah tak berdaya, terjun mengikuti arus. Jutaan ingatan yang tidak perlu muncul didalam kepalanya, dan membuatnya berpikir jika ini mungkin kematian bagi mereka berempat. Tetapi, sesuatu didalam dirinya menyadarkan Masamori jika kematian tidak seperti ini. Kematian tidak akan membawa mereka kesatu tempat secara bersama-sama seperti ini.

-Dimana aku? Tokine, Yoshimori dan Sen, mereka juga disini, apa yang terjadi?- Masamori membatin.

Memang, cahaya menyilaukan yang keluar tadi berhasil menyelamatkan mereka semua, tapi yang menjadi pertanyaan didalam pikiran Masamori yang kacau, kemana cahaya ini akan membawa mereka? Apakah ini akan membawa mereka ke Karasumori? Tetapi, dengan aura yang ia rasakan saat ini, ini bukan Karasumori. Ini merupakan jalan yang membawanya menuju dimensi yang lebih baik dari Kokuboro. Pikirannya memang kacau, tapi mentalnya tidak. ia masih bisa berpikir dengan jelas, dan mengingat semuanya. Namun ia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya, seakan portal ini menahan semua gerakannya menggunakan Nenshi.

-Perasaan ini, seperti akan membawa kami kesuatu tempat. Yoshimori, kemana kau akan membawa kita?- Masamori membatin lagi, ia melihat Yoshimori yang enggan melepaskan tangan Tokine. Ia kemudian melemparkan pandangan kearah Tokine, ia nampak sedang mengalami kekacauan mental seperti Sen. Yoshimori pernah terjun ke dunia para dewa, jadi ia tidak berimbas apapun dan sudah sedikit terbiasa. Namun ia masih tidak sadarkan diri. Sen juga sedang menahan air matanya, merasakan mentalnya benar-benar dipermainkan.

"T—Tokine-chan." Masamori memanggil siapapun yang terlintas dibenaknya.

Tidak ada jawaban.

"Sen? Yoshimori?" ia memanggil lagi.

Masih tidak ada jawaban.

Disini nampak, hanya dirinya yang sadar. Ia sudah berkali-kali menghadapi ujian yang berat bersama Organisasi Bayangan, yang mayoritas berisi monster daripada manusia. Perasaan mengerikan dari monster, yang sering mengacaukan mental Masamori dengan energi negatif mereka, memang tidak ada apa-apanya dibanding dengan portal ini, namun paling tidak Masamori memiliki modal yang cukup untuk mempertahankan mentalnya dan terus menjaga agar dirinya tetap sadar. Ia tidak boleh kehilangan fokus, atau ia akan kehilangan bocah-bocah ini. ia tidak tahu kemana portal ini akan membawa mereka tapi Masamori tahu satu hal; ia harus menjaga mereka tetap didalam pengawasannya.

Sementara didalam pikiran Tokine, terlintas ingatan dimana ia sedang bermain bersama Yoshimori dan Masamori saat masa kecil dulu. Ia ingat betul jika ia dan Masamori dulu sering mempermainkan dan menggoda Yoshimori kadang sampai menangis. Pada saat itu pula, ia mengingat Masamori mengajarinya teknik Kekkai yang bagus, seperti menjadikan Kekkai sebagai pijakan diudara dan eskalator yang membawanya naik. Ia—Masamori juga mengajarkannya untuk memperkuat Kekkai dengan meletakkan benda-benda berat diatasnya, berfungsi sebagai pelatihan jika sewaktu-waktu musuh yang berat menyerang mereka.

Dan yang paling diingat Tokine adalah enam tahun lalu, pada suatu malam tanpa Yoshimori. Malam dimana Yoshimori sedang tidak dapat melakukan tugasnya di Karasumori karena sedang diajak ibunya pergi kesuatu tempat. Hanya Masamori dan Tokine yang bekerja malam itu, namun beruntung tidak ada Ayakashi yang kuat muncul, jadi tugas mereka malam itu begitu santai. Mereka hanya berjalan mengelilingi sekolah Karasumori bermandikan cahaya bulan yang indah berdua. Tak bisa dipungkiri, Tokine sebenarnya sangat mengagumi Masamori sejak ia kecil.

Saat itu Tokine berusia sebelas tahun dan Masamori berusia lima belas tahun. Usia dimana remaja memasuki tahap awal kehidupan mereka, mulai bisa merasakan pergolakan batin didalam diri mereka. 'Tokine-chan, bukankah malam ini indah?'

Tokine tersenyum kepada Masamori, harus diakui jika Masamori memiliki senyum yang indah. Sayangnya, ia jarang sekali tersenyum dengan senyum sebenarnya. Tapi malam itu, Masamori tersenyum kepada Tokine dengan senyumnya yang sebenarnya. Senyuman teduh yang menggetarkan jiwa Tokine kecil. 'Benar sekali, Masamori-san," Tokine menjawab dengan sumringah. Masamori tidak mengerti apa nama perasaannya kepada Tokine, namun ia terus mencoba mengabaiakan perasaan anehnya ini. ia tidak ingin menjadi penghalang antar kedekatan Yoshimori dan Tokine. Ia tidak ingin adiknya terluka.

Hingga, tanpa terasa, diatas gedung tertinggi Karasumori, dibawah sinar rembulan yang indah itu, mereka berdua berciuman. Ciuman pertama, baik bagi Tokine maupun Masamori. Mereka berdua sama sekali lupa jika Hakubi dan Madarao mungkin bisa kembali sewaktu-waktu dan memergoki dua remaja yang tidak tahu apa yang tengah dilakukannya. Masamori tidak tahu kenapa ia bisa-bisanya mencium Tokine, itu terjadi begitu saja.

Yang terjadi adalah, Tokine mencium Masamori lebih dulu, karena sore sebelumnya ia melihat acara TV barat yang memperlihatkan sepasang kekasih berciuman. Ia menirunya, karena ia memang menyukai Masamori. Tokine melakukan itu dengan polosnya, yang berhasil membuat Masamori memberku beberapa saat. Tapi bagaimanapun, Masamori tetaplah Masamori. Ia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya dengan Tokine sebelum ia pergi dari rumah. Bisa dikatakan, ciuman itu adalah ciuman selamat tinggal antara Tokine dan Masamori untuk lima tahun kedepan.

-Bodoh! Kenapa aku malah mengingat hal itu sekarang?- Suara didalam kepala Tokine membuyarkan lamunannya. Ia masih belum sadar.

Sebuah cahaya, ujung dari portal yang membawa mereka kesuatu tempat nampak berakhir. Masamori bisa melihatnya dengan jelas, dan perlahan-lahan ia bisa merasakan otot-otonya mulai bisa digerakkan. Ia membuat menoleh, melihat remaja-remaja yang bersamanya masih sadar juga. Kecuali Yoshimori yang langsung bergegas membuka matanya, ia terbangun setelah menyadari ia pingsan cukup lama. Ia kaget saat menyadari dirinya bersama sang kakak, Sen, dan Tokine berada didalam portal. Ia juga menyadari Tokine masih menggenggam tangannya "Tokine? Yoshimori memanggil Tokine.

Masamori berhasil mendengar suara Yoshimori memanggil Tokine, ia sudah akan bersuara untuk menyahut. Namun, mereka telah sampai diujung portal, hingga mereka terpental keluar, terjun bebas dari langit menuju ke daratan yang keras. Baik Tokine dan Sen, dan Masamori masih merasakan sedikit kekacauan didalam kepala mereka. Masamori masih mencoba untuk sadar, "Yoshimori, buatlah Kekkai pantul," perintah kakaknya. Ia masih tidak bisa menggerakkan tangan kanannya, akibat Zekkai yang bertabrakan dengan shinkai milik Yoshimori. Yoshimori tidak membantah, karena ia tahu jika mereka semua pasti membutuhkan waktu untuk mengatur ulang pikiran mereka yang kacau akibat berpindah lebih dari satu dimensi dalam waktu singkat.

"Ketsu!" teriak Yoshimori.

Sebuah Kekkai besar sudah berada beberapa meter diatas tanah. Mereka mendarat dengan rasa sakit, namun akibat kekkai yang elastis itu rasa sakitnya tidak separah terkena kekkai normal. Masamori mendarat dengan kakinya, lalu mencoba berdiri, ia memegangi tangan kanannya yang terasa mati rasa. Ia berpikir, tangan kanannya mungkin mengalami patah tulang, tepat dibahunya. Ia hampir tidak bisa menggerakkan tangan kanannya. Ia melihat Sen dan Tokine perlahan-lahan bangun. Mereka bangun dengan tangisan yang luar biasa. Keduanya memeluk Yoshimori yang ada tepat dihadapan mereka begitu saja, Masamori hanya diam menggelengkan kepalanya. Ia tahu jika itu normal karena orang yang belum pernah merasakan kegoyahan mental akan menangis.

Yoshimori merasa kaget menerima dua pelukan sekaligus dari Sen dan Tokine. Ia hampir tidak bisa bernafas, rasanya Tokine dan Sen ingin mematahkan tulang-tulangnya saat itu juga. Tapi Yoshimori tahu bagaimana rasanya, ia tahu bagaimana mentalnya menjadi kacau saat berada di alam dewa—Tuan Uro. Lantas, Yoshimori memeluk mereka balik, berbisik seperti yang dilakukan Kakek Shige padanya dulu. "Tidak apa-apa," ucap Yoshimori. Ia meletakkan tangan kanannya di atas kepala Tokine, dan tangan kirinya dikepala Sen.

"Syukurlah kalian semua baik-baik saja," ujar Masamori, membuyarkan drama yang terjadi antara Tokine, Yoshimori dan Sen. Tokine yang menyadari dirinya memeluk Yoshimori membuat sebuah kekkai yang menghantam kepala Yoshimori. Sen juga melemparkan dirinya setelah menyadari apa yang telah terjadi.

"Kenapa kau menyerangku, Tokine?" Yoshimori bersuara, memegangi kepalanya yang sakit akibat hantaman dari Kekkai Tokine yang cukup kuat.

"Karena kau memanfaatkan keadaan, Yoshimori!" Pekik Tokine, ia melemparkan wajahnya dari Yoshimori kearah Masamori. Pria itu hanya tersenyum kecut melihat kelucuan itu.

Pandangan Yoshimori menjadi berubah serius, seakan melihat sesuatu yang aneh. Sontak membuat Sen dan Tokine ikut memandang kesekitar mereka. Masamori berjalan menjauhi mereka, melihat keadaan sekitar. Ia terkejut saat mendapati dirinya dan yang lainnya tidak sedang berada di Kokuboro maupun Karasumori. Ia terkejut saat melihat kastil besar dengan cahaya remang-remang, menjulang tinggi melebihi gedung pencakar langit. Masamori berpikir, dari bangunannya, ini bukanlah seperti bangunan Jepang. Mereka pasti terkirim ke dimensi lain diluar Jepang. Dan masalahnya, mereka semua tidak punya ide dimana mereka berada.

Satu persatu mereka berjalan mendekati Masamori, sama terkejutnya ketika melihat kastil tersebut. kastil tersebut terbuat dari batu, yang berdiri dengan kokohnya. Disekitarnya terdapat danau yang berwarna hitam. Kastil itu hampir sama besarnya seperti Kokuboro. Sen menjadi bingung, sementara Masamori hanya diam memandang sekitar. "Ketua, kau tahu kita berada dimana?' Sen bertanya. Masamori hanya diam, ia tidak tahu mereka berada dimana, dan bagaimana bisa mereka sampai kemari. Ia menerka, pasti ada hubungannya dengan kejadian di Kokuboro beberapa jam lalu.

"Hei, kenapa kau diam saja?" pekik Yoshimori kepada kakaknya. Masamori masih memegangi tangan dan lengannya yang sakit.

"Aku tidak tahu kita berada dimana," jawabnya singkat.

"Lihatlah, Yoshimori! Gara-gara kecerobohanmu kita menjadi—" ucapan Tokine terpotong saat sosok raksasa muncul. Tokine langsung mengambil posisi siap menyerang, sementara Masamori berusaha menggerakkan tangannya. Namun sia-sia, tulangnya benar-benar patah.

"Siapa kalian?" Tanya raksasa yang belum menampakkan diri tersebut. ia kemudian berjalan mendekat kearah Yoshimori dan yang lainnya. Tokine membuat Kekkai untuk melingkup mereka semua, berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ia menyerang. "Apa yang kalian lakukan di Hogwarts?"

"Ho-Hogwarts?" Masamori berbisik kepada dirinya sendiri.

BERSAMBUNG

A/N : Hoh! Bagaimana? Apakah chapter ini menarik? Yah, semoga saja yhaa.

By the way, saya mau mengajukan vote. Pertanyaannya adalah, enaknya setting waktu Hogwarts pas kapan?

1, Setelah Voldemort tewas

2, Sebelum Voldemort tewas

3,) Tahun ke lima, enam atau tujuh? (Sebutkan)

4,) Tanpa Voldemort (Voldemort gak pernah ada)

5,) Era Marauders

Silakan diisi melalui kolom review, vote terbanyak akan segera ditampilkan di chapter ketiga.

Dan untuk cerita saya yang The Contract dan Wait for ME II, saya mau minta maaf karena belum bisa update. Soalnya, lagi kena writer blcok. :( Doakan saya sembuh dari writer block yha

As always, kritik dan saran selalu diterima.

WolfShad'z xx