Hetalia Axis Power © Hidekaz Himaruya-sensei
Just an Absurd Story © AliceShotacon4Ever
Chapter 1 ― Rencananya sih Mau UN [Uji Nyali]
Warning(!): OOC, Typo(s), OCs, mengandung unsur humu, humor failed (emang humor yak genrenya?), human name AU, mengandung kata-kata kasar+gahol tak jelas, ejaan yang dihancurkan, dan petualangan gak jelas, dan laennya.
Hint: Melayucest;Singapore/Brunei
Note: -Tulisan Italic (dalam hati)
-"..." (dialog)
Rangga, pemuda asal Indonesia itu hanya bisa terdiam melihat sepupu-sepupunya yang sudah bersiap dengan tas ransel besar, perisai anti-dingin (jaket maksudnya), dan senter, juga beberapa snack. Bahkan sepupunya yang paling alim, Rahman, pemuda asal Brunei itu, juga sudah bersiap sama seperti sepupunya yang lain. Oke, apa yang terjadi disini? batin Rangga tak mengerti.
"Hei, kalian mau kemana?" dengan suara berat, Rangga bertanya. Sepupunya langsung mematung. Hanya Rahman yang menoleh dan menanggapi pertanyaannya, "Oh, hai Kak Rangga. Kami hanya ingin berjalan-jalan sebentar kok."
"Oh, benarkah itu, Razak..?" kini Rangga menoleh ke arah sepupunya yang berasal dari Malaysia, Razak. Aura ungu memancar dari tubuhnya dengan senyuman di wajahnya.
Dengan gugup, Razak menoleh ke arah kakaknya itu. "I-iya, k-kami hanya ingin berjalan-jalan sebentar."
"Lalu, ada apa dengan tas besar ini, dan senter ini?" tanya Rangga menghampiri Raihan, sepupunya yang berasal dari Singapura. Raihan menelan ludah gugup. "Tumben kau ikutan acara bodoh si Malon," lanjut Rangga menatap datar si pemuda berwajah Cina.
"HEH, SIAPA YANG LO BILANG―" teriakan Razak dipotong.
"Aku ikutan karena Rahman juga ikut! Aku ikut demi Rahman, suer!" Raihan memberikan tanda peace dengan kedua tangannya.
"Kenapa kau ikut demi aku, Rai? Kalau kau tidak mau ikut, ya tidak apa-apa," tanya Rahman bingung. Raihan tiba-tiba sudah berada di depan Rahman dan menggenggam tangan pemuda Brunei itu dengan kencang. Matanya menatap intens Rahman. Yang ditatap merasa risih dan bingung.
"Aku tentu saja tidak mau kau kenapa-napa, Rahman! Kalau kau sampai dijadikan tameng atau bahan pafpaf kayak mana!? Tentu saja aku khawatir, bodoh!" seru Raihan dramatis. Kacamatanya sedikit melorot.
Rangga mendelik tajam ke arah Razak yang masih kesal. "Apa!? Gue gak bakal ngelakuin hal nista itu! Gue tahu kalo Rahman itu diciptakan hanya untuk Raihan, gue tahu!" seru Razak kesal.
"Jadi, bisa dijelaskan apa yang terjadi disini, Razak? Aku yakin kau pelopor dari semua masalah ini," tanya Rangga berdehem.
"Bukan gue ya pelopornya! Yang ngajakin tuh―" Razak menjawab dengan nada tinggi.
Tiba-tiba muncul makhluk berambut kecoklatan yang berantakan di jendela dengan tampang cengengesan. "Woi, Razak, Rahman, Raihan, dah pada siap belum?" seru makhluk itu.
Quartet R itu langsung menoleh ke arah jendela. "Eh, Kak Rangga, met malam kak," makhluk itu masih cengengesan.
"―Makhluk itulah yang mengajakku, Rahman, dan Rai," lanjut Razak. Rangga langsung men-death glare-kan pemuda asal Laos tersebut. Sebut saja dia sepupu jauh Rangga.
"Lao, mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi disini? Ngapain kalian keluar malam-malam, hah!? Ngajakin Rahman lagi! Kalo yang pergi cuman Razak ataupun Rai aku tak masalah. Tapi sampai bawa-bawa Rahman, hati-hati jika kau masih sayang nyawa," Rangga melototi Lao yang langsung gemetaran.
Rahman bingung sendiri. Kenapa Rai dan Kak Rangga over banget sama aku, ya? Razak juga sih, tapi gak terlalu.
"Ampun Kak Rangga! Aku cuman ngajakin Razak untuk uji nyali ke sekolah malam-malam! Terus Rahman denger dan ngotot ngikut! Kami udah larang, tapi tetep aja dia ngotot!" Lao mengangkat kedua tangannya. Keringat dingin bercucuran dari pelipisnya.
"Rahman, ngapain elo ngotot ngikutin ajaran sesat mereka? Kalo lo diapa-apain sama mereka, atau orang lain, atau mungkin jin, setan, kunti, pocong, dan hantu laennya, gimana? Bukan cuman Rai aja yang bakal menggila, gue juga Man, gue juga…" kini Rangga melotot ke arah Rahman yang bergidik ngeri sambil nepuk-nepuk dadanya.
"Ha-habis aku 'kan penasaran di sekolah ada hantu atau enggak. Sesekali uji nyali gak papa, 'kan? Lagipula besok hari Minggu, sekolah libur."
Rangga langsung tersenyum kecut. "Aku yakin tadi melihat bangkai tikus disekitar rumah ini," katanya menekan kata 'bangkai' sambil melihat ke arah lain.
"Bangkai tikus?" Rahman bingung sendiri.
"Kenapa Kak Rangga malah jengkel gitu?" tanya Lao bingung.
"Besok hari Minggu yang berarti hari ini hari Sabtu. Dan memiliki arti bahwa malam ini adalah Sabtu malam atau malam Minggu alias MalMing! MalMing itu adalah salah satu dari tiga malam horor di dunia. Lalu, tujuan kalian adalah sekolah. Sedangkan jalan menuju sekolah kebanyakan memiliki spot yang dihampiri para manusia songong yang memiliki pacar. Jadi, ini benar-benar berbahaya," jelas Rangga menyampaikan teorinya.
"Bilang aja lo jones akut, Ndon," Razak menatap sang kakak datar.
"Bising lo Malon, mentang-mentang lagi deket ama cewek, jadi belagu lo!" Rangga menatap Razak sinis. Yang ditatap hanya menelan ludah dan menatap ke arah sepupunya yang menatapnya datar. Razak langsung memasang wajah, dia-yang-ngedekatin-gue-gue-berusaha-menjauh.
"Tapi aku pengen liat hantu, Kak Rangga! Boleh ya?" tanya Rahman memelas. Wajahnya yang tergolong imut nan polos membuat Rangga berdehem untuk mengendalikan nafsu-nya. Inget woi, sepupu lo yang satu itu polos dan alim, belum saatnya untuk mengajarkan paf-paf dan ikeh-ikeh kepadanya walaupun umurnya 16 tahun sekarang. Lagipula dia punya Rai seorang. Kalo sampe gue apa-apain kesucian si Rahman, gue bisa dicincang sama Rai, batin Rangga.
"Baiklah, aku bolehkan," semuanya bersorak, "tapi aku juga ikut," dan keadaan pun hening.
"Eh, Kak Rangga juga ikut!?" seru Lao histeris. Pasalnya, kakak mereka tercentah(?) dan gak kalah kawaeh(?)nya dari pria Brunei itu tak pernah menyetujui hal-hal seperti ini. Jika ingin melakukan hal-hal seperti itu, pada siang hari atau siang berikutnya. Jarang banget yang namanya keluar malam. Biasanya si keturunan Indonesia itu beralasan bahwa keluar malam itu berbahaya. Nanti disangka terong ma cabe(?). Yang lain tahu kalo Rangga cuman males liat couple-couple di jalan pas malem-malem karena jumlah hama―begitulah Rangga menyebutnya―malah makin melonjak. Karena semua tahu, kalo Rangga jones tingkat akut.
"Tapi 'kan elo itu sensitif, Ndon. Kalo lo liat couple lagi berduaan di tengah jalan, terus tiba-tiba serangan jantung gimana? Kan repot," Razak mendesah.
"Aku tahu Kak Rangga itu jonesnya gak ketulungan, tapi gak selebay itu juga, 'kan?" Rahman menatap datar Razak.
"Gak, gue serius. Gue pernah ngajak dia keluar malem buat nyari makanan, terus di tengah jalan kami ketemu sama couple lagi berduaan di taman. Tiba-tiba nih orang pingsan dan koma 2 bulan," jelas Razak menunjuk ke arah abangnya.
"Cuman dua hari, Malon bego!" seru Rangga kesal, " Oke, pokoknya tetep disini dan tungguin gue. Kalo kalian berani pergi sendiri, gue kutuk kalian jadi jones seumur hidup!" pemuda asal Indonesia itu menunjuk satu-satu ke arah sepupunya yang berada dalam jangkauan matanya dan menuju tangga. Yang di tunjuk hanya bisa merinding disko dan menunggu sang abang bersiap-siap.
Rangga mengaku punya sepupu dari seluruh negara ASEAN. Namun nyatanya, yang berhubungan darah dengannya hanya si Razak, Raihan, seorang gadis asal Filipina bernama Maria, dan adik laki-lakinya yang sekarang tinggal di Timur Leste, Martin. Sedangkan yang lainnya, seperti Rahman dan Lao, hanyalah sebatas teman masa kecil. Namun, Rangga selalu bilang, "Anggaplah sebagai sepupu. Kita semua ini saudara, karena sama-sama keturunan Adam dan Hawa."
Rangga yang sedang bersiap-siap sibuk mencari HP-nya. "Aduh, HP gue dimana!? Woi, tuyul! Balikin HP gue gak, atau gue cincang lo buat sarapan besok!"
.
#SKIP#
.
Naeem, pemuda asal Myanmar, yang bergabung dalam aliansi 'Sepupu ASEAN' milik Rangga mendecih kesal. Kaki kanannya tak bisa diam dan terus menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Ia melipat tangannya di depan dada. Di sebelahnya terdapat pemuda asal Kamboja, Ethan, sedang mengemut pocky-nya. Ia melirik ke arah Naeem yang kesal.
"Myan, mau pocky? Masih banyak sih, gue bawa banyak," tawar Ethan.
"Gak makasih," jawab Naeem ketus, "terus, jangan manggil gue 'Myan'! Nama gue Naeem! 'Myan' tuh kesannya cewek, tahu!"
"Lah, Naeem juga sama, kenapa sewot? Salahin aja orang tuamu kenapa ngasih nama Naeem."
"Karena Naeem nama cowok, bego," Naeem geram.
"Ya 'kan gue gak tahu, baper," balas Ethan kesal sambil mengemut tangkai pocky yang baru.
"SIAPA YANG BAPER, HAH!? SIAPA!?"
"Woi Myan, bising amet lu!" indra pendengaran Naeem menangkap suara yang familiar. Ia langsung menoleh ke belakang.
"Lama amet sih lu, Zak―" ucapannya terhenti ketika ia melihat sosok―bisa dibilang tenshi bisa dibilang shinigami―di dekat Razak, "ngapain Kak Rangga ikutan? Tumben. Biasanya langsung mencak-mencak kalo kita keluar malem."
"Kak Rangga galau kali di tinggal di rumah sendirian terus. 'Kan si Rahman juga ikut," tebak Ethan.
"Berisik lu. Suka-suka gue dong. Hidup, hidup gue, napa lo yang sibuk?" cibir Rangga kesal menghampiri Ethan dan mencomot satu pocky-nya, "kalo punya snack bagi-bagi, pelit."
"Lu gak minta kok tadi."
"Ya udah, ayo kita ke sekolah keburu larut," ajak Naeem, yang lain setuju saja. Perjalanan menuju sekolah tentu saja sangat tidak mengenakan bagi Rangga. Bagaimana tidak, coba? Jalan pintas menuju sekolah adalah sebuah taman kota. Dan, hari ini malam minggu, sehingga banyak banget orang pacaran disana. Selama melewati taman itu, Rangga memeluk lengan kiri Razak dan menempelkan dagunya di bahu si Malaysia.
"Ngapain lu gelayutan di tangan gue? Lepasin kagak," seru Razak menatap jengkel Rangga, walaupun di hati dia seneng sih. Habis abang tercentah(?), tersekseh(?), dan ter-kawaeh(?)nya itu deket-deket dengannya.
"Bentar doang Malon, bentar…gue gini biar gue gak kena serangan jantung. Lo gak mau 'kan abang lo yang so hot so handsome ini mati gegara liat orang pacaran?" jawab Rangga dengan nada sedatar mungkin.
"Narsis amet lu! Ketularan Gilbert ya?" Gilbert yang sedang main PS bareng Antonio dan Francis langsung bersin. Rangga tetep diam dan dengan posisi yang sama membuat Razak salting setengah mampus. Wajahnya merah padam dan keirngat dingin bercucuran dari pelipisnya.
Rangga yang melihat keanehan pada adiknya langsung bertanya, "Lo napa Malon? Demam?"
"Ng-nggak kok, mendadak haus aja," jawab Razak menoleh ke arah lain.
"Cepetan dong jalannya, woi, melayu humu!" seru Naeem kesal.
"Kak Rangga! Razak! Cepetan jalannya, Myan lagi baper nih," sambung Ethan lalu kembali mengemut pocky-nya.
"Haha, Myan baper!" tawa Lao.
"Berisik lu pada. Cepetan aja deh," sambil menghentakkan kaki, Naeem berjalan duluan. Merasa ada yang salah, ia melihat ke arah rombongannya lagi. "Nah lo, Rahman sama Rai mana!? Jangan bilang mereka malah mojok!"
"Impossible!" seru Rangga setengah berteriak yang langsung dihadiahi pukulan pelan di kepalanya oleh Razak.
"Budeg telinga gue, woi!" kata Razak kesal.
"Yeah, yeah, terserah," Rangga tak peduli, "apapun yang terjadi, mereka berdua gak bakalan mojok. Kenapa gue tahu? Karena si Rai bakal ngejagain kesucian gebetannya itu hingga cukup umur!"
Tiba-tiba, HP Naeem bergetar. Ia segera merogoh HP-nya dan mengangkat telepon. "Halo, Rai, lo dimana? Hah, dah sampe sekolah!? Cepet amet lu. Gak usah belagu lu jadi orang, kacamata. Ya, ya, tunggu aja bentar, siapa suruh jalan cepet-cepet. Gue kira kalian berdua bakal mojok. Ya, ya, bising deh, bye," Klik, Naeem memutuskan sambungan teleponnya.
"Gue yakin si Singa lagi ngutuk-ngutuk lo, Myan, hehe," Rangga tertawa nista.
"Jyaaahh, Myan dikutuk ama Singa Kacamata," Lao merangkul Naeem, "ya udah, ayo! Kak Rangga ama Razak cepetan jalannya! Ayo sini, Ethan."
Ethan mendekat dan langsung dirangkul oleh Lao. Ketiga serangkai―yang tengah bangkai(?)―itupun berjalan meninggalkan Razak dan Rangga. Kedua pemuda melayu itu tidak peduli dan tetap jalan dengan santainya.
"Ndon, lo berat tahu, susah jalannya," tutur Razak.
"Lo lebih berat lagi, Malon bego," seru Rangga tak senang.
.
#SKIP#
.
Oke, skip time ke sekolah. Raihan langsung mencak-mencak karena Naeem cs jalannya terlalu lama. Naeem yang lagi baper langsung kepancing emosinya dan alhasil mereka langsung jambak-jambakan. Untungnya senyum angelic nan polos milik Rahman dapat meredakan emosi keduanya.
Rangga juga sudah kembali sehat(?) yang membuat Razak sedikit bersedih karena tidak bisa dekat-dekat dengan sosok tercintanya. Saat ini, mereka bertujuh masih berada di luar gerbang sekolah. Rangga mendekati gerbang sambil menautkan kedua alisnya.
Lao yang menyadari tingkah aneh kakaknya langsung mendekat. "Ada apa Kak Rangga?" tanyanya berdiri di samping Rangga.
"Ssshh…diam deh, suruh yang lain diam," perintah Rangga.
"Woi diem, Kak Rangga lagi mau dengerin sesuatu!" Lao menyampaikan perintah Rangga. Keadaan menjadi sunyi. Terdengar suara serangga di malam hari. Rangga menajamkan pendengarannya. Ia semakin jelas mendengar suara itu. Ia menambahkan konsentrasinya.
"Aahhh…nnghh…mmhhm…"
Rangga mematung di tempat. Ia langsung melompat, mengambil jarak dari gerbang. Ke-6 sepupunya―anggaplah begitu, walaupun cuman dua yang berhubungan darah―langsung bingung melihat tingkah sang kakak.
"Kenapa kak?" tanya Rahman penasaran, ia berharap sang kakak mendengar suara hantu yang sedang tertawa.
Rangga masih dalam posisi siaga dengan mata melotot melihat ke arah sekolah. "Demi sempak bunga tulip milik Willem―" Razak langsung jengkel mendengar pujaan hatinya menyebutkan nama rival-nya.
"―Ada yang lagi ikeh-ikeh di dalam!" seru Rangga histeris.
"The F*ck!?"
"The Hell!?"
"Uhuk, uhuk..uh..pocky-nya nyangkut…seriusan kak!?"
"Hentongers lo Indon."
"Demi scone mematikan punya Arthur, lo seriusan, Rangga?"
"Ikeh-ikeh apaan?" tanya Rahman bingung sendiri.
TBC?
A/N: Yaakk~ akhirnya chap satu ini selesai, padahal rencananya cuman oneshot loh~ saia newbie di fandom ini, tapi tidak dengan FFn. Saia sudah mendekam(?) cukup lama di dunia per-FFn-an(?). Akun ini dibuat untuk pelarian saia dari fanfic2 tak jelas keberadaannya XD
Ngomong2 ada beberapa trivia dalam FF ini:
-Kenapa judulnya 'Just an Absurd Story'? Karena saia gak tau judulnya apa :v jadi saia pake judul itu aja.
-Lalu, nama Myanmar saia bikin Naeem soalnya saia pengen Myanmar dipanggil 'Myan', kebetulan nemu nama Naeem yang kalo dibalik pengucapannya Myan, kan? Myan itu cukup manly kok, wajahnya cukup handsome, cuman namanya aja yang bermasalah XD dan dia uke-nya Thailand (sosok yang sedang membuatnya Baper sekarang)
-Awalnya Kamboja gak punya nama, jadi saia pake nama '[siapalabodo]' XD dan hobinya makan snack.
-Saia buat Indonesia ini pemuda yang agak pendek, dengan wajah campuran kawaeh(?) dan ikemen(?). Indra-nya dapat bekerja dengan baik jika berhubungan dengan 'hal pervert' dan 'hal percintaan' (karena dia jones akut XD). Bisa melakukan black magic dan suka nakutin temen2nya dengan sihirnya, terutama Alfred dan Razak. Dan Indon ini kadang lemot, protective sama sepupu 'ASEAN'-nya, gak peka, dan memiliki jiwa psikopat.
-Lalu Brunei saia buat seperti Indonesia 2.0, tapi dia alim dan polos. Dia sama sekali tak tahu apa istilah dari 'ikeh-ikeh' dan 'paf-paf', dan gak bakal peka kalo ada orang yang ma 'nganuin' dia. Jadilah Raihan (yang ngakunya pacar Brunei padahal kagak :v) dan Indon sangat super duper overprotective sama pemuda satu ini.
.
Sekian dari saia, RnR please~