Hetalia Axis Power © Hidekaz Himaruya-sensei
Just an Absurd Story ©AliceShotacon4Ever
Chapter 4 ― Brother Complex
Warning(!): OOC, Typo(s), OCs, mengandung unsurhumu, humor failed(emang humor yak genrenya?), human name AU, mengandung kata-kata kasar+gahol tak jelas, ejaan yangdihancurkan, dan petualangan gak jelas, dan laennya.
Hints: Germancest | USUK | lainnya.
Feliciano (a) dan Kiku (b) POV
Note: -Tulisan Italic (dalam hati)
-"..." (dialog)
Orang bilang kalau Gilbert Beilschmidt dan Arthur Kirkland adalah dua sejoli yang mengidap penyakit brother complex akut. Tapi, bagi Feliciano dan Kiku, Ludwig Beilschmidt dan Alfred F. Jones memiliki penyakit brother complex tingkat dewa.
.
#1.a
.
Feliciano kenal dengan Gilbert sejak bersahabat dengan Ludwig. Dari pengamatan Feliciano, Gilbert itu orangnya narsis dan ngeselin. Dia suka sekali mengganggu dan membuat malu―maksudnya membuat blushing―Ludwig. Walaupun begitu, Gilbert adalah seorang pekerja keras, sayang adik―brother complex akut, dan kutu buku.
Ya, Gilbert Beilschmidt yang notabene narsis nan ngeselin ternyata kutu buku.
Feliciano awalnya gak percaya, tapi pas sering lihat Gilbert pergi ke perpustakaan pas sendirian, atau pergi main ke kantor OSIS nemuin Arthur, Feliciano Vargas menjadi percaya akan mitos tersebut.
Walaupun Ludwig sering marah-marah pada Gilbert, Feliciano tahu bahwa kecintaannya pada sang kakak itu sudah memasuki tahap posesif. Contohnya saat sosok raksasa bernama Ivan Braginski PDKT pada sang kakak.
Semua orang tahu siapa pemuda bernama Ivan Braginski itu. Keberadaannya saja sudah mengintimidasi, sadis, dan senyumannya psikopat. Tetapi, dia selalu menunjukkan sisi lembut dan sayang ketika bersama Gilbert.
Ludwig yang sayang kakak tentu saja langsung berubah menjadi Brocon mode.
Contoh Brocon mode saat Gilbert dan Ivan berdekatan adalah ketika Gilbert mengungkapkan bahwa dia dan Ivan akan pergi ke taman hiburan bersama.
"Apa? Bruder akan pergi kesana dengan Ivan!?" seru Ludwig, suaranya meninggi.
"I-iya.." Gilbert kelihatan sedikit takut, "emangnya kenapa?"
"Tidak boleh! Bruder tidak tahu bagaimana Ivan itu sebenarnya!? Dia itu sadis! Psikopat! Jika kau kenapa-napa, bagaimana!?"
Gilbert menggebrak meja, "Ivan itu tidak seperti itu! Dia itu baik! Dia hanya tidak tahu caranya bersosialisasi!" seru Gilbert marah, "pokoknya besok aku akan pergi dengan Ivan. Titik."
Dan Gilbert pergi ke kamarnya, dan membanting pintunya. "Hah," Ludwig kembali duduk, frustasi. Feliciano yang sedari tadi makan pastanya menatap iba Ludwig. Well, sebenarnya Feliciano mendukung Gilbert.
Bukannya mengkhianati Ludwig, hanya saja, Gilbert telah membuka sisi lembut dari sosok psikopat macam Ivan Braginski. Lagipula, Gilbert juga terlihat nyaman dengan Ivan. Dan, Elizavetha―sahabat masa kecil Gilbert―juga meng-OTP-kan keduanya.
"Feli," panggil Ludwig dengan suara beratnya.
Feliciano bergidik, "I-iya, ve?"
"Kau ikut aku ke taman hiburan besok."
"Ng-ngapain ve?"
"Mengawasi Braginski agar tidak macam-macam dengan bruder-ku," Ludwig mengeluarkan aura hitam pekat dari tubuhnya, yang membuat Feliciano merinding setengah mati.
"B-baik ve," Feliciano mengibarkan bendera putih.
Malamnya, Feliciano melaporkan hal ini kepada Elizavetha dan Kiku―sahabatnya satu lagi.
.
#1.b
.
Mendengar penuturan Feliciano, Kiku juga bercerita tentang sahabatnya atau ketua OSIS-nya, Arthur Kirkland, yang diajak ke taman hiburan besok oleh Francis Bonnefoy, seksi kesenian OSIS, dan Alfred F. Jones mulai mempelajari ilmu hitam dengan Rangga.
Arthur dan Alfred pernah menjadi saudara, namun sekarang tidak lagi. Kiku tidak punya penjelasan mengenai hal itu.
"Apa? Si kodok sialan berwajah pedo, mesum, pervert, hentongers mind, peng-raep, dan pedofilia itu mengajak Arthur ke taman hiburan!?" seru Alfred terdengar kesal ketika mendengar penuturan Kiku.
Kiku mengangguk, lalu menyantap bento-nya, "Mereka akan pergi hari Minggu nanti. Dua hari dari sekarang."
Alfred menatap burger-nya dengan tidak nafsu. Tetapi, mulai memakannya lagi dengan kasar, seolah burger itu adalah musuh abadinya yang berhasil ia tangkap. Setelah habis, dia menatap Kiku dengan tampang kesal, marah, dan sejenisnya. "Kau lihat tadi, Kiku!? Seperti itulah aku akan melenyapkan kodok sialan itu."
Kiku bergidik ngeri, "Itu sadis sekali, Alfred-kun," ujar Kiku, Brocon-nya mulai kumat.
"Tentu saja harus sadis!" aura hitam pekat mengelilingi tubuh Alfred, "siapa bilang si kodok sialan mesum itu boleh mengajak Arthur sembarangan, hah!? SIAPAPUN YANG INGIN MENGAJAK DIA PERGI HARUS IZIN DULU KE GUEE!"
Alfred berteriak hingga menjadi pusat perhatian. Kiku tersenyum masam. Kalau Alfred udah teriak-teriak, berarti kehidupan OSIS mulai terancam karena Alfred akan―sebisa mungkin―memonopoli ketua OSIS HetaGakuen.
"Bagaimana kalau kau berguru pada Rangga? Tapi, sebelumnya, minta izin dulu sama Razak," kata Kiku mengingat akhir-akhir ini Razak lebih protective terhadap Rangga.
"Hah? Ngapain sama dia? Nanti dia bakal nge-summon kuntilanak pula."
"Belajar black magic sama dia biar bisa ngancurin date―"
"Gak ada yang boleh nge-date bareng Arthur selain aku."
"―Oke, jalan bareng Francis."
Alfred terdiam sebentar. Otak berkaratnya diajak untuk berfungsi kembali. Akhirnya ia mengangguk-angguk, tersenyum, menyeringai, dan tertawa laknat.
"Hahaha.." tawa Alfred mereda, namun seringainya masih tertampang jelas di wajahnya, "ide yang bagus, Kiku. Sekarang, dimana Rangga dan Razak? Gue harus segera belajar black magic demi keperawanan Arthur, haha, haha, hahahahaha!" Alfred mulai tertawa lagi.
Kiku hanya bisa sweatdrop melihat tingkah sahabatnya, Tapi, Alfred, kau masih ingat kalau Arthur laki-laki, 'kan?...'Kan?
.
#2.a
.
Pernah sekali Feliciano bermain di rumah Ludwig. Mereka sedang bermain PS 3. Lalu, Gilbert pulang dengan cengiran bodohnya, namun dengan badan yang kotor dan sedikit luka.
Ludwig langsung panik dan histeris.
"Bruder! Kau darimana? Apa yang terjadi padamu? Siapa yang melakukan ini padamu? Apa si Braginski brengsek itu!?" seru Ludwig panik.
"Bukan Ivan, bodoh. Aku hanya tak sengaja terseret ke perkelahian dengan anak SMA N bareng Antonio dan Francis," ujar Gilbert menyengir dan Gilbird―burung peliharan Gilbert―berkicau, menyetujui ucapan Gilbert. "Kalo gitu, aku mandi dulu ya. Oh, hai Feli~"
"Hai ve~" sapa Feliciano menatap Gilbert yang pergi menuju kamar mandi. Lalu, kembali menoleh ke arah Ludwig yang tampangnya sudah sesangar singa.
"Awas saja kau, SMA N. I will find you, and I kill you. Tidak ada yang boleh menyakiti abangku lagi," tutur Ludwig dengan suara rendah.
Feliciano bergidik lagi. Dia jadi teringat kisah sedih tentang Gilbert yang pernah terlibat pertarungan antarsekolah yang mengakibatkan si surai silver mendekam di rumah sakit selama beberapa bulan. Wajar jika Ludwig jadi semarah itu.
Tapi membunuh…Feliciano pikir itu terlalu berlebihan.
.
#2.b
.
Sore itu, Kiku dan Alfred kebetulan melihat Arthur di jalan pulang. Ketika keduanya ingin menghampiri si Alis Tebal, tiba-tiba saja, ada sekumpulan anak cowok yang mengganggu―atau menggoda, mungkin―Arthur.
Alfred yang dari tadi pasang senyum paling bahagia di dunia berubah menjadi senyum paling mengerikan di dunia yang diajarkan oleh Ivan, sepertinya.
Melihat pipi Arthur yang memerah, alis yang bertautkan, dan sikap penolakannya membuat Alfred seketika maju tanpa berpikir.
"Eh..Alfred-kun," panggil Kiku untuk mencegah, tetapi tidak digubris oleh si surai kuning.
"Hei," suara berat Alfred terdengar. Semua yang ada disana langsung menoleh ke arah Alfred.
"A-Alfred!?" seru Arthur kaget.
"Hei, kuning, lo mau apa, hah?" seru salah satu dari mereka.
"Harusnya gue yang tanya," muka Alfred menggelap, menunjukkan muka tersangar yang pernah Kiku ketahui, "lo mau apa sama dia, hah!?"
Semua yang disana langsung bergidik. "Pergi sekarang, atau gue panggil jelangkung buat ngebunuh kalian semua," sambung Alfred yang men-death glare anak-anak cowok itu.
"Tch, kami akan ingat ini," dan mereka pun lari tak tentu arah.
"Alfred-kun! Asa-kun! Kalian tidak apa?" Kiku berlari mendekat.
"Kiku!?" seru Arthur kaget.
"Aku tidak apa," ekspresi Alfred masih dingin, tetapi ketika menoleh ke Arthur, ekspresinya melembut, "kau tidak apa, Arthur?"
Wajah Arthur memerah, "A-aku tidak apa. S-sedang apa kau disini, lagipula!? Jika mereka lebih memilih bertarung bagaimana!? Kau akan terluka parah, idiot!"
Alfred tertawa kecil, lalu menyentuh pipi kiri Arthur, memasang senyum paling indah yang di ketahui Kiku, "Aku tidak peduli pada diriku sendiri asal kau baik-baik saja Arthur."
Perkataan itu sukses membuat Arthur blushing berat dan meninju perut Alfred.
Kiku yang melihat adegan itu hanya bisa sweatdrop. "Tolong jangan bermesraan di depan umum," ucap Kiku, namun keduanya tidak mendengarkan.
.
#3.a
.
Feliciano dan Ludwig sedang dalam perjalanan sekolah saat itu. Tetapi, melihat Antonio, Lovino, Francis, Roderich, dan Elizavetha frustasi, keduanya berhenti dan bertanya.
"Kalian sedang apa, ve~?" tanya Feliciano.
Wajah Elizavetha yang dari frustasi berubah menjadi ceria, "Ah! Feli, Lud, kalian tahu dimana Gilbert?"
"Bruder?" alis Ludwig bertaut.
"Ada apa dengan Gilbert, ve~?" tanya Feliciano lagi.
"Dia menghilang dua jam yang lalu. Kami semua tidak dapat menemukannya," jawab Roderich menaikkan kacamatanya.
Feliciano mematung, lalu menoleh ke arah Ludwig yang terdiam sebentar sebelum meraih HP-nya.
"Kami sudah mencoba meneleponnya, tetapi dia tidak mengangkatnya terus," ujar Antonio yang menunjuk ke arah Francis yang mencoba menghubungi Gilbert.
"Kemana sih si bastard sialan itu!?" umpat Loviano, tetapi terdapat ekspresi khawatir di wajahnya.
"Aku tidak sedang menghubunginya," ujar Ludwig.
"Lalu, kau sedang apa, Lud?" tanya Francis bingung.
"Melacaknya melalui App Lover," Ludwig menunjukkan HP-nya, dan semuanya langsung cengo.
Ketika adik saking cintanya pada kakak, batin semuanya tanpa sadar.
.
#3.b
.
Alfred dengan Arthur tampak begitu bahagia, seperti seorang anak dengan mainan kesayangannya.
Alfred tanpa Arthur tampak begitu lifeless, seperti anak kecil kehilangan mainan kesayangannya.
Dan Kiku pernah sekali melihat Alfred yang lifeless, karena Arthur harus pergi ke Irlandia selama seminggu.
Selama seminggu, Alfred dari hari ke hari makin lifeless. Belajar gak niat, makan gak nafsu, main football gak bener. Hidup aja kayaknya gak niat.
Kiku dan kawan-kawan sudah mencoba segala cara. Bahkan Ivan yang paling dibencinya pun juga ikut membantu―atas paksaan Gilbert sebenarnya. Tetapi, Alfred masih tetap lifeless.
Dan, ketika Alfred melihat Arthur kembali setelah seminggu tidak berjumpa, nyawa Alfred langsung kembali ke tubuhnya dan dia melompat kegirangan. Alfred menerjang Arthur, memeluknya sangat erat.
Dan men-death glare siapa saja yang berani mengganggu acara kangen-kangenannya dengan Arthur.
Sejak itulah kalau Arthur pergi ke suatu tempat, pasti Alfred selalu mengekorinya. Karena, Alfred tak bisa hidup tanpa Arthur.
.
#4
.
Ludwig dan Alfred saling melempar death glare dan mendekap kedua abang mereka dengan erat.
Gilbert dan Arthur menyumpah dan kebingungan setengah mati.
Roderich dan Francis berusaha menenangkan namun tak mampu.
Elizavetha dan Lin Yi Ling fangirlingan dan mengabadikan momen itu.
Feliciano dan Kiku flashback kenapa hal ini bisa terjadi.
…
Saat itu, Feliciano sedang berjalan di lorong bersama Ludwig, Roderich, dan Elizavetha. Mereka membawa buku-buku yang disuruh untuk diletakkan di perpustakaan. Setelah meletakkan buku itu di perpustakaan, ke-4-nya berniat balik ke kelas.
Niat doang, karena tak sengaja Elizavetha melihat Gilbert sedang bercengkrama dengan Arthur. "Hei, sejak kapan si Gil itu dekat dengan Arthur?" tanya Elizavetha penasaran.
Yang lain langsung menoleh. Feliciano memerhatikan bagaimana Gilbert tertawa bersama Arthur, atau sesekali marah tapi hanya bercanda. Keduanya tampak sangat dekat. Lalu, dengan insting, Feliciano menoleh ke Ludwig.
Wajah Ludwig masam, memandangi kakaknya bercanda dengan Arthur. Feliciano yakin sahabatnya yang satu itu sedang mengucapkan mantra untuk membubarkan keduanya.
"Oh, Feliciano-kun," sapa Kiku yang tiba-tiba ada di samping Feliciano.
"Oh, hai Kiku~" sapa Feliciano, "kau sedang apa disini, ve?"
"Aku tadi sedang belajar bersama Alfred-kun, Francis-kun, dan Lin Yi-chan," jawab Kiku.
Feliciano dan Kiku melihat sekeliling. Francis sedang mengganggu Roderich. Elizavetha sedang ber-fangirling-an ria dengan Lin Yi Ling. Ludwig dan Alfred sedang men-death glare kedua abang mereka, dan tiba-tiab tergerak untuk maju.
"Eh, mereka mau ngapain, ve!?" seru Feliciano menyadari tanda-tanda bahaya.
"Eh, mereka mau ngapain!?" seru Kiku menyadari tanda-tanda bahaya juga.
"Makanya aku tanya, ve~" kata Feliciano. Keduanya pun mengawasi Ludwig dan Alfred.
Ludwig tiba-tiba menarik Gilbert ke dekapannya, begitu juga Alfred yang menarik Arthur ke dekapannya, lalu saling men-death glare.
"A-apansih, Lud!?" seru Gilbert kaget.
"Bloody git! Alfred! Apa yang kau lakukan!?" seru Arthur kaget juga.
"Jauh-jauh dari abangku, kalian," Ludwig men-death glare Alfred dan Arthur―yang membuat ketos serta abangnya bergidik.
"Ke-kenapa sih, Lud?" Gilbert tidak mengerti.
"Kau juga, jauh-jauh dari Arthur," balas Alfred tak kalah tajam.
"Kau juga, kenapa sih Alfred!?" tanya Arthur, "lagipula, aku dan Gilbert itu sepupuan, wajar kalo kami dekat."
"Tapi, aku gak suka," Alfred memberengut. Arthur masih penuh dengan tanda tanya.
"Biarpun sepupuan, atau apa, pokoknya aku gak suka," kata Ludwig.
"Napa lagi…?" Gilbert mengernyitkan dahi tidak mengerti, lalu menoleh ke arah Arthur meminta penjelasan. Yang ditatap juga tidak mengerti. Mereka lalu menoleh ke yang lain. Tapi yang lain hanya bisa mengangkat bahu.
Karena Ludwig dan Alfred seperti ingin berantem, Roderich dan Francis berusaha menenangkan keduanya. Elizavetha dan Lin Yi Ling menyiapkan HP mereka dan mulai memotret serta merekam kejadian ini. Feliciano dan Kiku speechless melihatnya.
"Kenapa mereka malah berantem, ya, ve~?" tanya Feliciano.
"Entahlah, aku juga tidak mengerti," jawab Kiku.
TBC?
Harusnya ini di publish awal Mei kemarin, malah ngaret sebulan TAT ah, biarkanlah, yang penting jadi :v/plak
kalo banyak typo/kesalahan maafkan ya, Alice gak ngedit, males XD/ditabok
mungkin ada yang mau req chap depan mau tentang apa? Apapun boleh deh~
makasih udah baca, follow, fav, dan review~