Married By Accident

Chapter 1.

Sinar matahari merengsek masuk melalui sekat-sekat yang tercipta antar celah benang. Suara burung gereja pun akan terdengar bersahutan kalau didengar dengan khidmat. Tapi Tetsuya terlalu nyenyak untuk sekedar memaksa telinga menangkap.

Badan mungil itu menggeliat pelan. Bad hair sudah terbentuk dengan indahnya di mahkota surai baby blue-nya. Entahlah, pagi ini Tetsuya malas bangun. Selimutnya terasa lebih hangat daripada biasanya. Ah, surga dunia meski baunya bukan vanilla. Eh? Bukan vanilla? Kalau otak Tetsuya belum terbentur, harusnya dia ingat kalau kamarnya beraroma vanilla.

Tak mau rasa penasaran menggerogoti dan membuat gelisah untuk mimpi indah di pagi hari, Tetsuya memutuskan untuk mengecek keadaan. Iris aquamarine itu membuka pelan. Menyesuaikan dengan kadar pencahayaan. Selimut disibak. Tapi anehnya Tetsuya masih merasakan kehangatan. Setelah beberapa saat, Loading Tetsuya komplit 100%. Dan saat itulah pemandangan mengerikan tersaji dikedua mata polosnya.

Disclaimer :

Kuroko No Basuke milik Fujimaki Tadatoshi

Original Story milik Gigi

Main Cast.:

Kuroko Tetsuya

Akashi Seijuro

Mayuzumi Chihiro

Kiseki No Sedai

Warn :

T+

Yaoi a.k.a Shounen Ai.

Romance, Family, Etc.

MPreg.

AU! Entertaint.

OOC.

Typo.

"Aaargh!" Tetsuya tidak tahu teriakannya itu kencang atau sekedar menjadi desahan. Yang pasti dirinya butuh pertolongan.

"Halo, sayang. Bagaimana tidurnya?"

Tetsuya memandang horror tubuhnya. Telanjang. Bercak merah sana-sini dan rasa nyeri di bagian punggung hingga selakangan. Demi Tuhan, Tetsuya itu polos, tapi tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui karena apa dan mengapa bisa nyeri serta arti seringaian dari lelaki bersurai merah didepannya.

"A-Apa yang Akashi-kun lakukan kepadaku?"

"Tetsuya lupa? Aku tidak keberatan kalau harus mengulanginya untukmu, sayang."

"Jawab pertanyaanku, Akashi-kun."

Akashi terkekeh tampan, "Kita melakukan ini." Kata Akashi sambil membuat lubang dari tangan kiri dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol serta menggerakan jari telunjuk tangan kanan untuk masuk kedalam lubang yang dibuat jari-jari tangan kirinya secara berulang-ulang.

"A-Aku tidak mengerti, Akashi-kun."

"Kita bercinta, sayang. Bersetubuh. Seks. Aku memasukka-"

"Stop, stop! dasar mesum!"

"Tetsuya sendiri yang meminta. Padahal tadi malam kau begitu menakjubkan."

"Kenapa kau tega melakukan ini, Akashi-kun?" Tanya Tetsuya lirih sambil memandang dirinya yang berantakan dan oh, bahkan Tetsuya mampu mencium bau cairan khas orang bercinta menguar kuat didalam selimutnya.

Tetsuya bisa merasakan perasaannya campur aduk. Malu, marah, kesal, jijik dan yang pasti dia sudah bisa di cap murahan. Bagaimana tidak murahan kalau kau tidur dengan orang yang bahkan bukan pasanganmu dan parahnya tidak terikat janji suci pernikahan yang selama ini dia idamkan?! Oke, stop. Dirinya mulai melantur. Tetsuya mencoba bangkit perlahan. Menahan rasa sakit yang mendera di daerah selakangannya. Persetan. Yang penting dia segera pergi dari sini. Lalu menenggelamkan diri.

Akashi menghela nafas perlahan. Seolah tahu apa yang tengah dipikirkan pemuda bersurai biru didepannya, kedua tangannya bergerak untuk menarik tangan dan punggung Tetsuya hingga terjatuh dalam dekapannya. Mengunci setiap gerakan perlawanan yang sedang dikumandangkan Tetsuya.

"Sayang, aku tahu kau pasti berpikir yang aneh-aneh." Ucap Akashi sambil membelai kepala biru itu pelan.

"Lepaskan!"

"Tidak sebelum Tetsuya tenang."

"Bagaimana aku bisa tenang kalau aku.." Tetsuya tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dia tak bisa tenang sekarang.

Akashi semakin mendekap erat pemuda mungil itu, "Aku senang, Tetsuya. Akhirnya aku bisa memiliki Tetsuya seutuhnya."

Tetsuya tidak menjawab. Otaknya sibuk mengutuk mengapa dirinya malah mengantuk.

Pukul 3 sore. Tetsuya mendapati jarum jam membentuk sudut sembilan puluh derajat saat dirinya terbangun. Berbeda saat bangun pagi tadi, dirinya sekarang sudah berpakaian dan bau khas orang bercinta yang tadi pagi menguar kuat juga sudah hilang. Matanya melirik mencari sosok seseorang namun tak didapati. Yang dia dapat malah secarik kertas dengan sebuah pesan didalamnya.

Dear Tetsuya.

Halo sayang, sudah bangun? Kau tidur nyenyak sekali bahkan saat aku membersihkan tubuhmu. Lain kali jangan seperti itu ya. Bahaya. Kau bisa diperkosa, meskipun kalau itu aku, tidak apa-apa. Maaf tidak berada disampingmu saat kau bangun. Aku ada pekerjaan.

Tetsuya jangan berpikiran yang aneh-aneh. Ini bukan sekedar seks. Aku mencintai Tetsuya. Tolong hubungi aku kalau hasil tes kehamilannya keluar. Aku akan sangat bahagia kalau jadi ayah dari anak Tetsuya. Nanti aku hubungi lagi ya, Sayang.

Seijuro A.

Note 1 : Cincinnya dipakai ya. Cincin untuk pernikahan kita.

Note 2 : Kau luar biasa semalam.

Tetsuya kembali melirik meja yang berada disamping tempat tidur dan menemukan cincin emas putih bertahtakan berlian biru dan merah. Di dalam lingkaran cincin itu juga terukir huruf inisial 'S&T' yang membuat muka Tetsuya menjadi merah padam.

Sadar dengan apa yang dipikirkannya, Tetsuya menepuk keras kedua pipi gembulnya.

'Sadar Tetsuya! kau itu baru saja diperkosa! Bagaimana mungkin hatimu malah berbunga-bunga?!' Rutuk Tetsuya dalam hatinya.

Hubungan Akashi dengan Tetsuya sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Meski terlibat dalam sebuah rivalitas dalam dominasi film Jepang, tapi diluar itu, semua baik-baik saja. Kelihatannya, tapi. Tapi realitanya, keduanya sering terlibat adu argumentasi yang selalu mengundang decak kagum hingga pernah ditayangkan dalam sebuah reality show yang menurut Tetsuya tidak bermutu sama sekali. Adu pendapatnya dengan Akashi murni karena perbedaan argumentasi, bukan sarana mengais rejeki.

Namun, bagaimana hubungan mereka sekarang? Maksudnya setelah peristiwa ini terjadi? Otak Tetsuya blank. Menghubungi Mayuzumi yang merupakan manager sekaligus sepupunya hanya akan membuat semua runyam.

Beberapa saat berpikir dan menimbang-nimbang, akhirnya Tetsuya memutuskan untuk melarikan diri ke luar negeri. Karirnya dipikirkan nanti saja. Bodo amat. Dia butuh menenangkan diri. Kekuasaan Akashi disini tidak main-main, sekalinya terjerat akan selamanya terikat.

Tangan mungilnya mengambil ponsel yang ditemukannya di saku jaketnya yang tergeletak di sofa. Menekan beberapa angka untuk sebuah reservasi.

"Moshi-moshi, selamat sore. Dengan Maskapai Penerbangan Kisedai. Ada yang bisa kami bantu?"

"Saya mau melakukan reservasi tiket pesawat dengan tujuan Inggris."

"Maaf, dengan siapa? Dan berapa tiket yang dipesan?"

"Kuroko Tetsuya, satu untuk minggu depan. Pembayaran melalui-"

"Ah, maaf. Tiketnya sudah habis, Tuan."

"Kalau untuk besok?"

"Sudah habis juga, Tuan."

"Yang masih tanggal berapa?"

"Tahun depan, Tuan."

"Kalau begitu ganti tujuan. Amerika?"

"Maaf, sudah habis juga, Tuan."

"Kalau begitu kemanapun yang bisa pergi dari Jepang."

"Maaf, Tuan. Semua tiket tujuan penerbangan luar negeri sudah dipesan untuk setahun kedepan."

Tetsuya mencoba bersabar. Dihubunginya tempat maskapai penerbangan yang lain dan mengerikannya, hasilnya sama. Dicobanya juga reservasi lewat sebuah website Travekoka* tapi juga selalu error setelah memasukkan nama Kuroko Tetsuya. Tak kehabisan akal, dicobanya nama Mayuzumi Chihiro, tetap saja gagal.

Braakk! Tetsuya membanting ponselnya ke meja. Rasanya dia ingin mengutuk siapapun yang memesan tiket ke luar negeri selama setahun.

Dilain tempat.

"Sudah, Tuan. Kami sudah menolak reservasi atas nama Kuroko Tetsuya."

"Kami juga, Tuan."

Seolah menjadi koor, setiap orang mengumandangkan kalimat yang sama.

"Bagus. Dan untuk kalian semua yang belum dihubunginya, jangan menerima reservasi tiket atas nama Kuroko Tetsuya dan Mayuzumi Chihiro." Ujar lelaki bersurai merah dengan seringai tampannya.

"Baik, Akashi-sama." Jawab mereka serentak.

"Jangan berharap bisa lari dariku, sayang." Kata Akashi sambil melihat foto seorang lelaki yang terlelap dalam dekapannya di wallpaper ponselnya.

Sudahlah. Daripada stress disini, Tetsuya memutuskan untuk pergi saja. Kalau dia tak bisa ke luar negeri, dirinya bisa menenggelamkan diri di apartment-nya sampai dia tenang. Namun, harapan tinggal harapan. Ruangan kamar hotel tempatnya bernaung terkunci. Mau berteriak rasanya percuma. Tetsuya tahu bahwa ruangan ini kedap suara. Akashi dan otaknya yang brengsek. Entahlah, sudah berapa kali Tetsuya mengumpat merutuki Akashi hari ini. Rasanya seluruh nama binatang pun masih lebih baik daripada lelaki bersurai merah itu. Badannya terasa sakit. Otaknya lelah menjerit.

Akashi membuka kunci pintu hotel bertuliskan nomor 411. Matanya memandang lembut lelaki didepannya yang sedang berdiri di balkon kamar. Akashi merasa bahagia melihat bercak-bercak merah masih menghiasi leher Tetsuya. Dia yang membuatnya, dia yang memilikinya.

Grep. Akashi melingkarkan kedua lengan kekarnya ke pinggang ramping Tetsuya. Memeluknya dari belakang. Hidungnya mengendus harum vanilla yang tak pernah lepas dari Tetsuya.

"Aku mencintaimu, Tetsuya."

"…" Tetsuya diam saja. Dirinya sudah lelah. Bahkan, untuk sekedar memberontak yang diperintahkan otak, tubuhnya tak merespon. Pasrah.

"Hei, kau ngambek?"

"Akashi-kun tega sekali kepadaku."

"Padahal Tetsuya yang memintanya loh."

"Bohong."

"Hm, Tetsuya mabuk saat itu jadi tidak ingat."

"Lalu kenapa Akashi-kun menuruti orang mabuk?"

"Mana ada orang yang tahan kalau digoda orang yang dicintai, Tetsuya?"

"Kita tidak dalam tahap mencintai, Akashi-kun."

"Bukannya tidak, tapi belum. Lihat bercak-bercak ini," ujar Akashi sambil menunjuk lehernya sendiri, " Ini hasil Tetsuya loh."

"Akashi-kun jangan berbohong."

"Aku tidak berbohong. Tadi malam setelah pesta perayaan tahun baru dari agensi mu, kau mabuk. Chihiro menyuruhku untuk mengantarmu karena dirinya masih melakukan negoisasi dengan pihak management."

"Lalu kenapa bisa berakhir disini?"

Akashi tersenyum dan mengecup bibir Tetsuya cepat sebelum sang empunya protes, "Karena Tetsuya menggodaku di mobil. Aku sudah mencoba menahan tapi Tetsuya agresif sekali. Jadi bukan salahku kalau aku tergoda kan?"

Muka Tetsuya memerah sempurna saat otaknya mulai berproses mengingat potongan-potongan memori yang berseliweran di otaknya. Dirinya yang mencium Akashi di mobil, dirinya yang memaksa untuk duduk di pangkuan Akashi, dan dirinya yang mendorong Akashi ke ranjang. Tuhan, bahkan level murahan masih terlalu baik untuknya. Diskon 99% pun masih tak pantas untuknya. Tetsuya merasa dirinya tak punya harga a.k.a gratis. Rasanya Tetsuya ingin menangis. Keperaw-keperjakaannya jebol hanya karena minum segelas wine.

"Sudah ingat, hm?" Ujar Akashi sambil memeluk Tetsuya lebih erat.

"Aku mau pulang." Putus Tetsuya. Tidak kuat mengingat potongan-potongan yang memalukan dan melihat wajah Akashi yang tamp- menyeringai menyebalkan.

"Baiklah, aku antar. Tetsuya sudah bisa jalan? Mau aku gendong?"

"Tidak usah. Tidak sakit." Tolak Tetsuya. Dirinya tidak ingin lebih lama bersama Akashi.

Akashi melihat jalan Tetsuya yang mengangkang. Bibirnya menyeringai. Tangannya bergerak untuk menepuk pantat kenyal Tetsuya.

"Arrgh! Ittai-desu."

Akashi terkekeh pelan dan menggendong Tetsuya dengan bridal style, "Nah, seperti ini lebih baik."

Tetsuya memang merasa lebih baik, tapi malunya itu loh! Padahal dirinya yakin kalau masih ada benda menggantung diantara kedua kakinya, lalu kenapa diperlakukan seperti punya dua bola di dada seperti ini?!

"Tenang, Sayang. Satu lantai hotel ini sudah aku sewa untuk kita berdua. Jadi tidak ada orang lain yang melihat kita."

Bohong kalau Tetsuya tidak kaget. Oke, dia tahu kalau Akashi itu sangat kaya, tapi apa tidak berlebihan dengan menyewa satu lantai hotel berbintang 6 seperti ini? Hell, gaji Tetsuya selama 6 bulan pun belum tentu mampu membayarnya.

Seolah mengetahui apa yang Tetsuya pikirkan, Akashi tersenyum, "Ini tidak berlebihan. Aku akan melakukan apapun untuk Tetsuya."

Tetsuya hanya diam dan berdoa agar Akashi tidak mendengar jantungnya yang berdegup cepat.

TBC?

A/N :

Haee, Gigi kembali bawa cerita baru! #nggak ada yang tanya. Padahal masih utang 3 cerita T^T

Sebenarnya ini cerita udah hampir selesai. Nggak nyampe 5 chapter kalau gak ada tambahan. Tapi saya lihat respon dulu, diminati apa enggak . Mainstream sih soalnyaa :D

Ah, ini special buat Kuroko Tetsuya yang nambah umur tapi nggak nambah tinggi #ignite pas kai!

Selamat ya Tetsuya, sayang. Happy Birthday, Semoga langgeng sama Sei-sama. Jangan lupa bikin anaknya!

Terimakasih sudah membaca! Review?

Sign,

Gigi.