|Complicated Love|

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: OOC, Alternatif Universe, Typo, etc.

Sorry kalo gak jelas.

Author : YukiSakura Kensei29

.

.

.

.

.

.

Enjoy & Happy Reading...


|Complicated Love|

.

.

.

Suasana riuh dan gaduh terdengar diseluruh area sekolah. Sesaat setelah seorang gadis cantik dan seorang pemuda keluar dari dalam mobil sport mewah. Wajah mereka datar dan hanya menunjukkan senyum tipis yang sebentar. Semua mata tertuju pada keduanya. Bagaikan keluarga kerajaan, semua murid menyingkir dari jalan dan memberi sang gadis berserta kakaknya itu jalan menuju gedung sekolah. Mereka hanya menatap lurus dan tidak memperdulikan desas desis dari para siswa siswi. Dan fokus itu terbuyar saat suara teriakan kompak terdengar untuk membuat suasana kembali menjadi ramai. Namun, kali ini hanya para siswi dan siswa yang kurang normal saja yg berteriak. Mereka meneriakan satu nama, 'SASUKE-SAMAAA!'

Saat itu juga emosi kakak sang gadis langsung tersulut. Dan seketika itu juga langsung berhenti karena ditinggalkan oleh sang adik yang sudah berjalan didepannya. "Saki, kenapa kau?" tanya sang kakak. "Sasori-nii.. jangan karena kepalamu yang merah itu kau jadi orang yang pemarah." Balas sang adik. "Tapi, kau tau betapa kesalnya diriku kan? Dia sudah melukaimu. Membuatmu tertidur lama dan membuat semua orang khawatir. Lalu kau mau membiarkannya?" Sasori membalas. "Kak. Sakuramu ini bukanlah gadis pendendam. Aku tidak seperti dia yang gila akan balas dendam dan kebencian. Jadi, biarkan saja dia mau melakukan apa. Jika aku mati ditangannya maka aku akan meminta kepada dewa supaya kematiannya berhubungan dengan kematianku."

"Terserah apa katamu imotou. Jika ini memang maumu baiklah. Tapi ini maumu ya, bukan mauku. Jadi, apapun yg kulakukan itu karena kemauanku." Sama-sama keras kepala. Itulah gambaran sifat kedua saudara kandung tersebut. Tetapi, percayalah. Kebaikan kakak-beradik itu tidak ada yang bisa mengalahkannya. Terutama tentang kata maaf dan hal-hal yang bersangkutan dengan kata tersebut. Jadi, jika salah satu dari keduanya sudah sulit memaafkan seseorang maka seseorang itu merupakan orang yang ingin disingkirkannya dari hidupnya.


.


Tok.. tok.. tok..

"Ya. Siapa?"

"Sasori dan Haruno Sakura." Ucap Sasori.

"Masuklah."

"Permisi Jiraiya-sama. Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu." Ucap Sasori lagi.

"Ya, silahkan kalian duduk."

"Begini. Aku ingin bilang bahwa adikku ini baru saja siuman. Aku tahu kau sudah tahu. Tapi, si pink ini menolak keras untuk tetap dirumah, padahal dia baru saja sadar 3 hari yang lalu."

"Sakura-chan. Kau yakin? Aku khawatir padamu. Tapi aku senang kau sudah sadar dan mulai baikan."

"Ya, aku yakin Jiraiya-jii.. kau tak usah khawatir. Aku bisa menjaga diriku. Aku sudah sehat. Tapi, si baka merah ini terlalu over kepadaku." Balas Sakura

"Haha.. maklumi lah. Lalu ada apa Sasori? Jangan pakai embel-embel itu.. aku ini teman dekat bibimu tahu."

"Ya baiklah. Jadi, aku ingin kau menjaga adikku disekolah ini. Terakhir kali dia lepas dari pengawasanku, dirinya malah berarkhir koma selama lima bulan. Apalagi kau tahu dia lumayan susah untuk diberitahu." Jelas Sasori. Jiraiyapun bergumam dalam hati, 'Kau sama saja Akasuna. Kau sama saja.. hhh'

"Biar aku beri tahu ya. Kemarin itu aku sedang ada rapat dengan para kepala sekolah seKonoha dan kau tahu itu. Orang-orang suruhanku itu juga mau tidak mau harus meninggalkan gadis ini. Dia menyogok dan mengancam bawahanku. Adikmu itu juga bisa jadi calon kriminal Sasori." Sakura memutar bola matanya. Ia lelah dan tak mau tahu tentang perbincangan kedua orang tersebut. Dan inilah sifat cueknya, dia bangkit dari kursi dan keliling ruangan Jiraiya. Lalu duduk disofa dan tidur diam-diam.

"Paman jangan asal ngomong. Yang harusnya dibilang begitu adalah Sasuke. Kerabat sahabat paman itu malahan sudah bisa dibilang penjahat. Apa ada perlakuannya yang wajar terhadap adikku selama ini? Kau jangan hanya sibuk dengan urusan sekolah saja. Seluruh murid dan bahkan para guru sudah tahu. Kalau kau tidak percaya, tanya Kakashi-sensei. Entah tembok apa yang menutupimu sehingga berita yang sudah lama ini tidak segera sampai ditelingamu." Jiraiya terdiam dan berkata. "Nak, bukannya ada tembok yang menghalangiku. Tetapi, memang begitulah keadaannya. Sebenarnya aku juga sudah tahu. Aku ingin memberitahu Orochimaru tetapi tidak sempat karena dia sibuk dengan percobaan anehnya. Dan aku juga ingin memberitahu keluarga Sasuke. Hanya saja, selama ini yang ada cuma kakak laki-lakinya dan kakaknya juga sudah tahu. "

"Lalu kenapa? Kenapa kakaknya itu diam saja paman? Apa dia juga sama seperti adiknya yang bajingan itu?!" Sasori kemudian bersandar dikursi. Dia mencoba
menurunkan tekanan emosinya.

"Kau belum apa-apa sudah mau marah. Kakaknya itu sibuk. Kau tahu keluarga Sasuke kan? Kakaknya itu harus mengurus semua perusahaan ayahnya yang berada di Jepang. Mengurus perusahannya saja sudah sulit apalagi ditambah dengan adikknya yang seperti itu?" Tiba-tiba Sakura berkimono muncul. Ia duduk disamping dirinya yang tertidur pulas itu. "Memang susah si Sasori baka itu. Kau juga harus merasakannya heh? Tapi kenapa kau dan Sasuke-kun tidak seperti itu? aku tak tahu apa yang menyebabkan Sasuke-kun masa kini itu menjadi begitu. Sasukeku saja tidak seperti itu. Tapi, memang semua berawal dari salahku yang menolak perjodohan itu. Sehingga takdir reinkarnasipun harus dimulai. Kau reinkarnasiku yang ketiga. Disaat umurmu ke tujuh belas nanti, kuharap kau tidak seperti pendahulumu yang lainnya."

Sakura berkimonopun kembali menghilang. Meninggalkan reinkarnasinya yang sekarang melanjutkan tidurnya. Memang Sakura sudah berada disekolah. Tapi ya begitu. Ia tidak bebas semejak si Sasuke terang-terangan melakukan pelampiasan kemarahannya kepada Sakura. Bodygruad sewaan sang kakak sudah ada dimana-mana saat Sakura turun dari mobil dan memasuki gedung sekolah. Ia mulai risih karena privasinya agak terganggu. Tetapi Sasori tidak akan mengerti. Dan soal kemarahan Sasuke terhadapnya yang tidak beralasan itu, sekarang mulai terkuak. Semejak Sakura memberi kalung yang Ino hadiahkan untuknya kepada pemuda dingin tersebut. Bahwa, ada sebuah alasan mengapa pemuda itu sangat membencinya.

"Baiklah. Kutitip Sakura."

"Ya. Kau tenang saja. Kali ini aku yang akan mengawasinya langsung. Jadi suruh libur saja bawahanmu itu."

.

.

.

.

.

.

.

.

"Permisi Jiraiya-sama. Ini aku Kakashi Hatake dan Uchiha Sasuke."

"Ya. Silahkan masuk Kakashi. Dan duduklah."

"Terima kasih. Begini, bukankah kau ingin mengadakan acara di gunung Myoboku? Dan kau bertanya tentang Orochimaru bukan?"

"Ah, ya. Jadi Sasuke. Bagaimana si pawang ular itu? apa dia bisa ikut denganmu?"

"Orochimaru sekarang masih melakukan percobaannya. Jadi, dia tidak bisa memastikan bahwa dia ikut atau tidak. Dan bolehkah aku keluar segera?" ucap Sasuke.

"Tunggu dulu. Ada apa memang?" tanya Jiraiya.

"Ah ya. Bukankah itu Sakura? Aku merindukan suaranya." Ujar Kakashi.

"Ya. Dia sepertinya kurang tidur karena debat dengan Sasori semalaman. Hehe, kedua anak itu memang benar-benar." ucap Jiraiya. Kakashipun menoleh kearah Sakura.

"Aku senang dia sudah sadar. Dan berarti tadi Sasori kemari?" tanya Kakashi.

"Ya, begitulah. Selalu sama, benar-benar siscon." Jawab Jiraiya.

"Bolehkah aku keluar sekarang?" sela Sasuke.

"Aku belum selesai menanyakan Orochimaru. Bagaimana kalau yang keluar Kakashi saja?"

"Oh iya. Aku juga harus mengurus beberapa hal untuk acara minggu depan. Nanti akan aku umumkan pada seluruh murid. Baiklah, aku permisi." Jiraiyapun mengangguk dan Kakashipun keluar dari ruangan tersebut. Sasuke makin merasa tidak suka. Dia ingin juga segera keluar. "Jadi Orochimaru masih sibuk?" Sasuke dengan malas menjawab, "Kau sudah tahu kebiasaannya bukan? Lalu mengapa kau tanyakan padaku lagi? harusnya kau tidak bertanya lagi. dan bisakah aku keluar dari sini? Maaf jika aku tidak sopan." Jiraiya tersenyum. "Tak apa. Ku maklumi sikapmu. Tetapi, tunggulah sebentar disini. Aku harus keruang Asuma sebentar. Jadi, tolong kau disini sebentar dan tolong selesaikan ini. Kau hanya perlu memberikan titik di kolom ketiga disetiap lembar. Aku tidak akan lama. Jika kau haus kau bisa memilih minuman di lemari pendingin itu. Atau kalau kau mengantuk kau bisa tidur disini. Aku tidak melarangmu. Tapi, kau jangan keluar atau lari setelah tugasmu selesai. Aku takut penjaga sekolah akan membuang berkas-berkas yang penting lagi karena ruangan ini kosong." Jelas Jiraiya panjang lebar.

"Tapi, diakan ada disini. Aku harus kembali kekelas." Ucap Sasuke singkat. "Kelasmu itu masih belum melakukan ulangan. Jadi, walaupun kelasmu melakukannya hari ini dan kau tertinggal, kau kan bisa menyusulnya. Bukankah kau sering begitu? Hehe, aku tahu kan?" Sasuke mengendus pelan. "Baiklah. Tapi jika kau telat. Maka aku akan segera kembali kekelas." Jiraiya tersenyum dan mengangguk. Tubuhnya yang sudah barada dibelakang pintu tersebut langsung keluar ketika ia membuka pintunya. Meninggalkan Sasuke sendirian bersama Sakura diruangannya.

Sungguh dia ingin membicarakan subuah hal kecil yang penting pada Asuma. Dan siapapun tidak tega membangunkan putri musim semi yang tidur diruangannya itu kecuali suara alarm dan gangguan dari Sasuke. Dan Sasukepun sekarang ini tidak akan mengganggunya. Karena Sakura juga tidak akan mengganggunya kecuali gadis manis itu mendengkur kencang.

.

.

.

.

.

.

.

"Sudah selesai. Aku akan kembali kekelas sekarang."

Srreeet...

Dilihatnya Sakura tertidur acak. Dia tertidur pulas dengan posisi yang sepertinya dirasanya tidak nyaman. Namun, rasa lelah tergambar diwajahnya. Jadi, rasa tidak nyaman yang ia rasakan ia singkirkan. Kepalanya merosot kekanan sofa dan roknya sedikit terangkat. Sasuke yang melihat itu merasa tidak perduli dan segera pergi meninggalkan Sakura. Tapi, keputusannya itu tidak ia laksanankan. Ketika ia membuka pintu untuk keluar, ia kembali masuk keruangan Jiraiya dan menghampiri tempat Sakura tertidur. Sasuke berdiri sebentar didepan gadis cantik tersebut. Dengkuran halus yang keluar dari bibir manisnya menambah kecantikan yang terpancar dari wajahnya. Entah apa yang ada dipikiran Sasuke. Ia kemudian menghampiri sebuah lemari tertutup yang ada diruangan tersebut. Dengan kunci yang menggantung, Sasuke membuka lemari tersebut dengan perlahan.

Sasuke mencari-cari sebuah kain panjang didalam lemari tersebut. Dan iapun menemukannya. Sebuah kain berwarna biru laut diambilnya. Ditutupnya kembali lemari tersebut dan Sasukepun kembali lagi menghampiri Sakura. Tidur tenangnya membuat Sasuke merasa tenang.

Dibetulkannya posisi rok Sakura. Dan juga posisi tidur Sakura. Lalu ia selimuti gadis cantik tersebut dengan kain yang ia ambil dari lemari tadi. Dari kaki, tangan, sampai bahu. Ia membuat perlakuan sehalus mungkin agar Sakura tidak terbangun. Rasa kesal atau benci yang Sasuke miliki terhadap Sakura sekejap menjadi hilang semua. Dari bahunya, lehernya, sampai wajahnya. Kulit putih bersih itu, mata hijau permata yang tersembunyi itu. Dan senyuman yang memudar dari wajah itu ketika Sakura berhadapan dengannya. Semuanya itu, tiba-tiba menimbulkan rasa benci Sasuke terhadapnya kembali secara perlahan. Namun, Sasuke merasa tidak ingin perasaan itu hadir untuk sekarang ini. Disingkirkannya anak-anak rambut Sakura yang menutupi wajah cantiknya. Diperhatikannya lagi wajah cantik sempurna yang diciptakan dewa untuk gadis itu.

"Sasuke-kun. Aku harap kita tidak akan berpisah untuk beberapa ratus tahun lagi."

"Ya. Dan aku berharap ini akan segera berakhir bahagia."

"Mari kita berjuang Sasuke-kun."

"Hn."

Dengan hati-hati Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura. Berhati-hati supaya gadis dihadapannya ini tidak terbangun dan mengamuk. Semakin dekat Sasuke mendekatkan wajahnya. Mengurangi banyak jarak antara dirinya dengan Sakura. Dipegangnya pipi kanan Sakura. Dan dengan lembut mencoba mencium gadis manis itu. Lalu CUP!

Bibir seksi itu dengan lembut sukses menempel. Dan pangeran yang mencium putri tidurnya itu menahan ciumannya selama beberapa detik. Sambil diperhatikannya wajah yang sangat dekat dengannya ini. Berharap supaya sang putri tidak terbangun. Lalu dilepasnya secara pelan oleh Sasuke. Sasukepun membetulkan selimut yang ia pakaikan kepada Sakura. Ia pergi keluar ruangan Jiraiya tanpa menoleh sedikitpun kebelakang. Mata dan pikirannya hanya fokus kejalan yang ia telusuri. Melupakan apa yang barusan ia lakukan didalam ruangan tersebut. 'Dan Sasuke. Apa yang membuatmu membenci gadis manis itu? Kuharap kalian cepat berdamai Sasuke, Sakura.' tukas Jiraiya dalam hati.


.


"Ya begitulah anak-anak. Jadi, minggu depan kita akan menginap di gunung Myoboku. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Kalau tahu-tahu nanti kalian tidak dapat ikut, kalian hubungi saja aku langsung. Atau kalian bisa hubungi guru Asuma. Sekian." Ucap Kakashi yang berada dikelasnya.

"Sensei! Apa kali ini semua diwajibkan ikut? Sepertinya kali ini berbeda dengan tahun lalu." Sahut Naruto. Kakashi tersenyum. "Sepertinya begitu. Akan ada reuni dadakan dari trio legendaris." Naruto seketika bersumringah. "Wah, nenek Tsunade dan Orochimaru juga bakalan ada kalau gini. Seru abis nih." Kakashi tertawa. Sudah dapat dibayangkan. Jika ketiganya berkumpul maka satu sekolah bisa dibuat tertawa lepas oleh kelakuan kecil dari ketiganya

"Oh iya. Tapi bagi Sakura tidak diharuskan ikut. Aku tahu kau baru saja baikan." Sakura yang melamunpun langsung tersadar sewaktu bahunya ditepuk oleh Hinata. "Ah iya.. ada apa?" sang Senseipun menggeleng pelan. "Kau kenapa? Dari tadi hanya melamun. Begini, untuk camping kali ini kau tidak diharuskan ikut. Istirahatlah dirumah." Sakura mengkerutkan dahinya. "Kenapa? apa karena aku baru saja siuman? Ini tidak adil. Bibiku akan ada disana. Dan aku, harus ikut menjahilinya. Iyakan Naruto?"

"Ya kau benar Sakura-chan! Aku tidak setuju kalau kau tidak ikut. Kita harus buat rencana untuk mengerjai mereka bertiga." Shikamaru sebagai ketua kelas hanya bisa mengendus. Ia tidak niat ikut camping kali ini karena Naruto akan berulah lagi. Bukannya ia biasanya tidak berulah. Hanya saja, kali ini pasti akan beda dari yang lainnya. "Naruto. Bisakah kau untuk tidak mengajak orang lain dalam rencanamu?" ucap Shikamaru. "Hei. Bukan aku yang mulai. Sakura-chan yang menanyakan duluan. Sebelumnya pikiranku masih kosong dan Sakura-chan tiba-tiba mengingatkannya." Shikamaru mengendus lagi. Benar dugaannya. Naruto tidak akan terima kalau rencananya dibatalkan. "Sakura-chan. Aku akan menemanimu terus bersama Hinata. Jadi kau tidak perlu khawatir." Sakura tersenyum bersamaan dengan keluarnya Kakashi dari kelas. "Ah, baiklah. Tapi kalau mau pacaran bilang-bilang ya. Biar aku bisa memisahkan diri. Gini-ginikan aku pengertian."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

[Seminggu kemudian]

"Sakura. kau jangan memisahkan diri dariku. Dan kalau kau ingin kemana-mana kau bisa aku temani." Tukas Tsunade. Sakura mengeluh, dia menggerutu kecil. "Kau reuni ya reuni saja. Tidak usah pikirkan aku. Aku bisa sendiri baa-san. Oh ya, kalau kau takut aku pergi sendiri, aku bisa menyuruh teman-temanku untuk menemaniku. Kau tak usah takut. Dan baiklah. Sekarang aku harus berkumpul. Kakashi-sensei sudah memanggilku." Sakura berdiri. Ia melirik Tsunade sebentar. "Ya, baiklah. Tapi jangan sendiri."

"Sakura sudah datang. Baiklah sekarang permainan akan dimulai."

"Sensei. Kitakan baru saja sampai." Ucap salah seorang murid.

"Kalian tahukan para senior itu membutuhkan privasi untuk mengenang masa lalu? Apalagi kepala sekolah kita. Dengan susah payah dia meminta sahabatnya Orochimaru untuk datang. Jadi, biarkan saja. Aku juga punya pekerjaan lain."

"Halah. Palingan buku Icha-icha keluaran terbaru. Muka alim otak mesum."

"Sudahlah. Kalian diam. Ini seperti 2 tahun yang lalu. Ya, kalian tentunya belum masuk kesekolah ini. Jadi, tutup mata kalian dengan penutup mata yang aku berikan. Ingat! Jangan sampai kalian mengintip. Nama kalian sudah tertulis disebuah kertas kecil yang telah digulung. Lalu Asuma akan mengocoknya dengan gelas ini. Seperti arisan. Ayolah, pasti kalian tahu. Nama pertama yang keluar akan berpasangan dengan nama kedua yang keluar. Nama ketiga dengan nama keempat. Dan begitu seterusnya. Ketika nama kalian sudah mendapat pasangan, Kurenai dan aku akan membawa kalian serta pasangan kalian kepintu masuk hutan dengan tangan kalian yang diborgol bersama. Setelah sepuluh langkah memasuki hutan, kalian boleh melepas penutup mata kalian." Jelas Kakashi.

"Oh iya, selama dihutan papan yang telah diberi tanda panah untuk menuntun kalian kembali kesini. Diperjalanan carilah beberapa potongan kertas karton hijau yang bertuliskan nama sekolah ini. Murid yang sampai lebih dulu dan mendapatkan banyak potongan kertas karton, maka dialah yang menang. Dan hadiahnya adalah... Makanan bagi sipemenang akan dijamin oleh kami. Jadi, mereka tidak perlu memasak makanan mereka. Ini baru permainan yang pertama. Masih banyak yang lain loh. Hoo.. ayo Chouji semangat!" Tambah Asuma.

"Yeeeee! Aku akan berusaha sekuat tenaga dan sebisaku!" seru Chouji dari sela-sela barisan.

"Baiklah. Sekarang silahkan tutup mata kalian." Suruh Kurenai. Semua muridpun menutup matanya dengan penutup mata yang telah Kakashi berikan. Dan Asumapun mulai mengocok gelas besar yang ada tangannya. Lalu satu persatu nama muridpun keluar. Pasangan sesuai urutan nama yang keluar. Jadi tidak perduli itu murid laki-laki ataukah perempuan. Satu persatu murid yang telah diborgol tangannyapun memasuki hutan.

Beberapa murid banyak yang mengikuti arahan Kakashi soal penutup mata mereka. Dan ada juga yang tidak. Ada murid yang senang ternyata pasangannya adalah pacarnya sendiri atau sang gebetan. Ada juga yang kesal karena itu musuhnya. Entah dalam pelajaran akademik ataupun non akademik. Dan ada juga yang biasa-biasa saja. Dan tanpa tahu. Si raven dan si pink ternyata terborgol bersama. Meski para guru sebenarnya takut ada hal yang tidak diinginkan, tapi tetap saja mereka tetap memborgol kedua murid itu bersama. Karena peraturan untuk permainan ini tidak bisa diganggu gugat. Jiraiyapun tidak bisa membantahnya. Karena peraturan itu dibuat oleh pendahulunya. Penyebabnya lainnya ialah, orang yang membuat peraturan itu merupakan buyutnya. Buyut dari buyut dari buyut dari buyut dari buyut dari.. Oke lupakan yang terakhir.

Sakura dan Sasuke masuk ke hutan setelah Tenten dan Neji. Mereka berdua terdiam. Sakura tidak berniat membuka penutup matanya padahal ia telah melangkah banyak. Begitu juga dengan Sasuke. Yang mengherankan adalah, mereka tidak menabrak satu pohonpun atau tersandung sesuatu. Apa jangan-jangan mereka punya pengelihatan batin? Jangankan kalian. Author juga tidak tahu. Hehe.. ok balik kecerita. -,-

Dan pada akhirnya setelah Sakura mulai pusing iapun membuka penutup matanya. Dan Sasukepun berhenti. Ia juga membuka penutup matanya. Merekapun melihat siapakah yang menjadi pasangan mereka. Setelah tahu, Sasuke langsung membuang wajahnya kearah lain dan Sakura tersenyum kecut. Kenapa ia harus dengan Sasuke. Itulah pertanyaan yang ada dalam hatinya sekarang ini. Sedangkan Sasuke hanya bisa meredam kesalnya dalam hati. Mereka tetap diam selama 5 menit. Tidak berbicara dan tidak meneruskan langkah mereka untuk kembali keperkemahan atau mencari potongan karton hijau. Mereka hanya terdiam membiarkan suara jangkrik dan beberapa burung saling bersautan mengisi malam yang semakin larut. 'Kamisama...' seru Sakura dalam hati.

"Umm, bisakah kita berjalan kembali? Kita harus segera sampai untuk melepas borgol ini." ucap Sakura. Sasukepun berjalan. Bukannya dia menurut pada kalimat yang barusan Sakura ucapkan. Namun, dia menurut karena ingin segera borgol yang membuatnya bersama gadis itu terlepas dengan cepat. Merekapun berjalan lurus kedepan. Mencari papan yang disediakan oleh sekolah untuk menuntun jalan kembali keperkemahan. Tapi sayang, beberapa menit terbuang dan mereka belum menemukan satupun papan. Sakura mulai panik. Dan Sasuke mulai berpikir. 'Ya ampun. Jangan bilang aku tersesat. Kamisama.. tolong aku agar cepat lepas dari pemuda ini.'

Merekapun kembali berjalan dengan tangan terborgol. Sasuke sudah terlalu kesal dalan hati. Ia jadi berjalan cepat dari membuat tangan Sakura sakit karena tertarik. "Ano, bisakah kau pelan-pelan?" ucap Sakura. "..." tidak ada jawaban. Sasuke pura-pura tidak mendengarnya. "Tanganku sakit. Jadi tolong bisakah kau memelankan sedikit jalanmu?" sekali lagi Sakura betanya. Dan Sasukepun juga tidak menjawabnya. Memang benar Sakura merasa sakit. Tangannya jadi sedikit biru karena Sasuke yang berjalan terlalu terburu-buru. "Sasuke. Tanganku sakit jadi tolonglah pelankan jalanmu." Tegas Sakura. Sasukepun berhenti dan menoleh kearah Sakura dengan tatapan dingin.

"Tanganmu Sakit? Kalau begitu lepaskan saja borgol ini. Kalau kau terlalu banyak mengeluh maka akan lebih lama untukku lepas darimu. Kau tidak tahukan kalau aku sedang mencari papan panuntun jalan? Jadi sudahlah. Kau diam saja dan ikuti aku." Sakura berjalan kecil kearah Sasuke. "Hey, kita sudah berjalan cukup lama. kau tidak lelah ya sudah. Aku lelah dan tanganku terborgol jadi tolonglah kau menegerti perasaanku." Sasuke menaikan alis matanya. "Mengerti perasaanmu? Heh, jangan harap. Jangan bilang kau lupa aku siapa kau siapa. Dan tadi kau bilang menyuruhku cepat, lalu menyuruhku pelan-pelan saja. Sebenarnya apa maumu Haruno?"

Sakura mengernyit. "Aku tidak lupa. Aku Haruno dan Kau Uchiha. Aku lelah dan kumohon istirahatlah sebentar. Dan itu mauku sekarang!" Sasuke terdiam dan ia malah meneruskan langkah kakinya yang dibuatnya cepat. Dengan pengetahuan-pengetahuan kecil yang ia ketahui iapun pergi mencari sebuah desa ataupun perkemahan mereka. Dan dengan tangan Sakura yang sudah membiru. Bukannya Sasuke tidak merasa sakit karena tangannya yang juga mulai membiru begitu, tetapi egonya lebih besar dan ia ingin segera lepas dari Sakura. "Bisakah kau berjalan dengan cepat? Kalau kau bisa mengimbangiku maka tanganmu itu juga tidak akan merasa sakit." Sakura lelah. Wajahnya juga mulai pucat akibat kedinginan. Ini salahnya juga lupa membawa jaketnya. "Kau buta dan tuli? Akukan sudah bilang aku lelah dan apa kau tidak lihat wajah pucatku?" Sasuke diam dan memperhatikan Sakura dari atas kebawah.

"Jangan mengada-ngada. Cepat jalan. Aku tahu didepan ada pedesaan. Disana terlihat terang." Sakurapun menurut dia diam dan berusaha mengimbangi langkah cepat Sasuke. 'Kalian semua bodoh sensei. Mengapa tidak memberi kami senter. Meskipun wilayah hutan yang digunakan untuk permainan ini krcildan dekat perkemahan. Aku tidak takut kegelapan dan hutan ataupun suara-suara yang ada didalamnya. Aku hanya butuh penerangan dan kalian lupa membawa penerangan itu. hhh...' Tiba-tiba saja Sakura terjatuh saat Sasuke memulai melanjutkan perjalanan. Ia pingsan dengan wajah pucat dan tubuh yang dingin. Badannya menggigil.

Sebenarnya gadis itu sudah menahan rasa dinginnya dan pusing yang ia alami sedari tadi. Ia tahu Uchiha itu terlalu benci padanya jadi Sakura berusaha terus diam dan tak mengeluh banyak. Tapi apa daya. Toh, dirinya jatuh juga. Akhirnya sang Uchiha juga sama-sama direpotkan. "Ngeeh...sshhh..."

Sasuke diam sebentar. Berpikir mencari cara gadis itu bangun dan agar borgol yang mengikat mereka cepat terlepas. "Nak, kalian sedang apa disini? Apa yang kalian lakukan larut malam begini?" tanya seorang lelaki paruh baya yang membawa ranting-ranting pohon. "Begini jii-san. Saya dan teman saya tersesat. Dan tangan kami terborgol. Dia kelelahan dan pingsan. Bisakah jii-san membantu kami?" dengan tatapan datar Sasuke memberitahu lelaki tersebut. "Oh jadi begitu. Baiklah, kalian tunggu disini sebentar. Paman akan memanggil teman-teman paman untuk menolong kalian dan membawa kalian ke desa paman." Sasuke mengangguk dan lelaki paruh baya tersebut pergi meninggalkan Sasuke dan Sakura untuk memanggil teman-temannya. Sasukepun hanya bisa sabar dengan hati kesal menunggu lelaki paruh baya tersebut. Sebenarnya, ia sudah lupa bagaimana dirinya bisa sangat membenci Sakura. Tetapi ia yakin kebenciannya ini bukan tanpa alasan.


.


"Jiraiya. Bagaimana ini?!"

"Tenanglah Tsunade. Kita pasti akan menemukan mereka berdua. Mereka pasti akan baik-baik saja."

"Orochimaru. Sudah kubilang berhentilah sejenak dari percobaan anehmu dan mulai memperhatikan kerabatmu itu. Sasuke yang sudah kau anggap seperti anakmu sendiri itu selalu menyiksa Sakura. Dan apa kau melupakan yang baru saja kubilang tadi? Dia membuat Sakuraku koma selama hampir setengah tahun dan membuat hidup gadis manis itu diambang kematian. Kau masih ingin menyuruhku tenang? Lagi, kenapa tidak ada yang memberitahuku dulu?"

"Maaf Tsunade-sama. Kami sebelumnya khawatir tapi kau tahu peraturan itukan." Ucap Kakashi menyela. "Hah! Aku tidak perduli sekarang cepat cari mereka. Ini salahku juga karena membiarkan gadis nakal itu ikut kesini. Salahku kah membawa anak itu bertemu dengan Sasuke dulu?" Perintah Tsunade.

Kakashi dan guru-guru yang lainpun mulai mencari. Semuanya dibagi menjadi 5 kelompok. Para siswi disuruh menunggu perkemahan bersama Kurenai dan Shizune selaku guru yang bertugas di uks. Sedangkan para siswa berpencar bersama para sensei. Kakashi dengan beberapa siswa mencari keutara. Asuma ke arah barat. Izumo dan Kotetsu yang merupakan guru magang ke arah timur. Dan Genma pergi keselatan. Serta ketiga senior legendaris yang pergi berkelompok memisahkan diri.

"Sudah kubilang lebih baik kalau para bocah ingusan itu tidak ikut dengan kita." Ujar Tsunade.

"Kau jangan banyak-banyak emosi dulu dan berkata yang tidak-tidak Tsunade. Kalau begitu kau sama saja membiarkan hal buruk akan terjadi." Sahut Jiraiya.

"Yang dikatakan Jiraiya benar Tsunade. Maafkan aku yang terlalu sibuk dan juga maafkan Sasuke." Sambung Orochimaru.

"Begini saja. Kau suruh beberapa bawahanmu untuk mencari keponakanku itu." titah Tsunade.

"Baiklah, tapi kuharap kau bisa lebih tenang." Terima Orochimaru.

.

.

.

.

.

.

.

"Guru. Ini sudah terlalu larut. Fisik kami tidak seperti kalian." Tukas salah seorang siswa.

"Ya benar Kakashi-sensei. Kami tidak sepertimu apalagi Guy-sensei. Jadi biarkan kami istirahat sebentar atau kembalilah keperkemahan." Ujar yang lain.

"Sensei sebaiknya kita lanjutkan saja mencarinya besok." Usul siswa yang lain.

"Bagaimana bisa begitu! Kalian kan sudah tahu bagaimana jika Sakura-chan dan teme bertemu bukan? Hah, lagian ada saja peraturan seperti ini. Menyusahkan saja." Tolak Naruto. Kakashi yang berjalan didepan berbalik. "Naruto, teman-temanmu sudah kelelahan. Kekuatan fisik setiap orang itu berbeda-beda. Jadi, aku setuju untuk meneruskan mencari mereka besok. Terlebih kitakan lupa membawa senter dan hanya mengandalkan obor. Mengertilah Naruto." Balas Kakashi. Naruto mengendus tidak terima. Dalam hati ia ingin kedua sahabatnya cepat ditemukan. Tetapi, ia juga tidak ingin teman-temannya yang lain merasa tersiksa karena dipaksa untuk mencari Sasuke dan Sakura. "Mereka berdua itu benar-benar menyusahkan. Kalau begini acara sekolah dan games-games lainnya kan tidak akan diteruskan. Lalu untuk apa aku ikut. Hhhh..." ucap seorang siswa bertubuh gemuk.

"Hey, Kau tidak boleh begitu. Jika kau yang hilang dan kau tahu bahwa salah satu dari temanmu berkata sepeti itu apa reaksimu hah? Kau marah bukan?" ujar Kakashi yang memberitahu muridnya itu. "Haa... iya..."

"Guru Kakashi. Sebaiknya jika ingin kembali keperkemahan lakukanlah sekarang. Karena sekarang langit mulai mendung dan gerimis." Sahut Naruto yang sebetulnya masih tidak terima. "Ya, kau benar. Ayo semua. Kita kembali keperkemahan. Ikuti tanda putih di batang-batang pohon besar yang sudah kubuat dengan kapur sewaktu kita berjalan tadi." Ucap Kakashi. Iapun berjalan kedepan memimpin para murid untuk kembali keperkemahan. Agar mereka dapat lebih fit esok hari ketika mencari Saskura dan Sasuke.

.

.

.

.

.

.

.

"Ah iya taruh saja disitu." Ucap seorang lelaki paruh baya.

"Terima kasih paman. Kalian sudah membatu kami."

"Tenang saja Sasuke. Sengan senang hati kami membantumu kok. Dan maaf ya. Yang tersisa hanya kamar ini."

"Tak apa paman. Lagipula paman sudah sangat baik mau menolong kami dan memberikan kami tempat untuk menginap. Penginapanmu ini sudah lebih dari cukup untuk kami."

"Haha.. tak usah begitu ini bukan apa-apa kok. Dan aku akan membawakanmu fuuton yang lain untuk tempatmu tidur."

"Sekali lagi terima kasih paman."

"Borgolnya kusimpan saja ya Sasuke?"

"Ya terserah kau paman."

"Baiklah. Akan kuambilkan fuuton yang lain untukmu."

Sasukepun melihat kamar penginapan yang ia akan pakai untuk beristirahat. Kamar yang nyaman dan menenangkan. Ini adalah penginapan milik lelaki paruh baya yang bertemu dengan dirinya dan menolongnya dihutan tadi. 'Kami? Aku dan dia? Sungguh tidak dapat dibayangkan. Heh.' Ucap Sasuke dalam hati.

"Nah.. ini dia nak Sasuke. Ini fuuton baru. Aku sengaja membeli banyak fuuton untuk berjaga-jaga seperti ini. Dan ya, jika kau merasa dingin nyalakan saja penghangat ruangan dipojok sana. Diluar hujan deras jadi memang sebaiknya kau nyalakan saja penghangatnya." Jelas sang pria paruh baya.

"Ya, aku mengerti. Terima kasih paman."

"Aduh.. Sasuke kau jangan begitu dong. Aku jadi bingung nih kamu kebanyakan bilang terima kasih padaku."

"Hn."

"Ya sudah, kau gelar saja fuutonmu. Dan istirahatlah. Agar besok kau lebih merasa segar. Aku akan pergi. Oh dan ya, tolong kau gantikan kompresan Sakura ya.. baiklah, aku pergi."

Sasukepun melihat wajah Sakura yang pucat dan dengan kain basah yang menempel dikening. Dilihatnya lagi dengan saksama tubuh gadis itu. Dari kaki sampai kekepala. Dan mata Sasuke yang tajam itu terhenti pada bibir sang gadis. Bibirnya entah mengapa mengingatkan Sasuke akan masa kecilnya. Dimana ada satu hari merupakan hari tersialnya. Disaat ia kehilangan kucing kesayangannya dan juga teman bermainnya. Sasukepun tidak tahu mengapa. Setiap ia melihat bibir manis Sakura iapun merasa ingin melampiaskan kemarahannya. Seakan teringat janji teman masa kecilnya. Tetapi, Sasuke juga tidak mengerti mengapa dirinya menghubungkan Sakura dengan teman masa kecilnya.

Jelas keduanya berbeda dimata Sasuke. Rambut keduanya yang menandakan bahwa mereka berbeda. Dan bola matanya, Sasuke merasa bola mata mereka sama namun ia juga merasa keduanya tidak memiliki kesamaan tentang warna bola mata mereka. Membingungkan memang. Tapi inilah pikiran Sasuke saat pertama kali bertemu Sakura di upacara mos dulu.


.


"Ngahhh..." keluh seorang gadis.

"Ngehh... sudah pagi?" sambungnya.

"Dan, dimana aku?.. Hah, Uchiha? Dia juga disini?" ucapnya pelan. Gadis itupun bangun dan mendudukan dirinya.

Plukk.

"Ahh.. kain kompres? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Srett.

"Sakura, kau sudah bangun? Syukurlah. Um.. ayo ikut aku." Ucap seorang wanita yang kira-kira berumur 20an yang menggeser pintu kamar. "Ano, tapi siapa kau? Dan kenapa aku dan orang ini berada disini?" tanya Sakura. "Ah ya. Aku lupa memperkenalkan diriku. Aku Guren. Anak pemilik penginapan ini. Ayo sebaiknya kau ikut aku atau pemuda itu akan terbangun dari tidur nyenyaknya." Jelas Guren. "Oh, baiklah. Terimakasin Guren-nee karena kau telah membiarkan aku dan dia menginap disini. Tapi, bolehkah aku memanggilmu begitu?"

"Dengan senang hati Sakura. Ayo cepat. Kalau dia bangun akukan juga bisa kena imbasnya."

"Ahaha.. baiklah. Tunggu sebentar ya.."

Gurenpun menutup pintu itu lagi dan menunggu diluar. Tak lama Sakurapun keluar. "Guren-nee. Apakah disini ada yang menjual pakaian?" tanya Sakura. Gurenpun mengernyit. "Untuk apa?" Sakura tersenyum tipis dan berkata, "Akukan tidak bawa tasku yang berisi pakaian dan semua keperluanku. Dan untungnya aku membawa uang. Jadi, aku ingin membeli pakaian untuk baju gantiku. Adakah didekat sini yang menjualnya?" Guren kemudian menangguk mengerti. "Jadi begitu, tapi sayangnya semua penjual ada dipasar dan lokasinya cukup jauh. Tapi, kalau kau mau kau bisa meminjam pakaianku kok. Lagipula banyak pakaian baruku yang belum aku pakai karena ukurannya beda. Haha, itu karena tou-san lupa mencatat ukuran bajuku. Jadi ia hanya mengira-ngira saja."

"Oh, begitukah? Kalau begitu terima kasih Guren-nee. Aku akan pinjam beberapa pakaian untuk sebentar. Dan sehabis itu baru aku akan membelinya. Tapi, tolong tuliskan jalan menuju pasarnya ya?" ucap Sakura. Gurenpun tertawa kecil. "Kau ini. Sudahlah. Pakaian yang belum aku pakai itu untukmu saja dan sepertinya cocok jika aku ingat-ingat. Tou-san juga baru membelinya seminggu yang lalu kok. Jadi untukmu saja. Dan Sakura, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Terima kasih Guren-nee tapi sebaiknya aku meminjam saja. Nee, bertanya apa?" tanya balik Sakura.

"Gak usah gitu. Aku ikhlas kok. Humm.. begini, apa kau dan Sasuke itu pacaran? Atau suami istri?" tanya Guren.

Sakurapun tiba-tiba tersedak air liurnya sendiri. "Uhuk.. uhuk.. Apa? Pacar? Pasutri?" Guren mengangguk. "Ya. Apa kalian merupakan pasangan kekasih?"

"Yang benar saja. Aku dan dia itu hanya sebatas teman satu sekolah. Tidak lebih tidak kurang." Guren menaikan alisnya tanda tak percaya. "Masa sih? Tangan kalian terborgol kok. Itukan pasti gara-gara permainan diperkemahan kalian. Dan aku yakin kalian itu pasangan kekasih. Lagipula kalian itu cocok kok." Sahut Guren penuh percaya diri. "A-a-aaa... jadi kau berpikir seperti itu? tapi, sayangnya aku dan dia hanya sebatas teman satu sekolah dan mengenal saja. Tidak lebih tidak kurang." Tiba-tiba Guren tersenyum lebar. "Wah, tapi masih ada kemungkinan dong." Sakurapun langsung tersenyum tipis dan menatap kosong lantai-lantai kayu yang ia lalui. 'Apanya yang masih ada kemungkinan? Kemungkinan aku mati ditangannya iya baru ada.'

"Tidak ada. Tidak ada satupun kemungkinan." Gurenpun langsung ikut tersenyum tipis. Seperti merasakan apa yang dirasakan oleh Sakura. "Aku mengerti. Ia tidak menyukaimu bukan? Dan sainganmu banyak yang lebih cantik darimu kan?" Sakura tertawa kecil dan Guren dibuat bingung oleh tawanya itu. "Sayangnya tak ada kata suka diantara aku dan dia. Hanya sebuah perasaan datar. Aku tidak perduli saingan untuk mendapatkannya banyak atau tidak. Kalau kau tau yang sebenarnya pasti tidak akan melanjutkan percakapan tentang ini lagi."

"Ah, maaf. Ini rumit ya? Gomen..." Senyum Guren yang dibalas anggukan kecil Sakura. Dan sampailah mereka berdua diruang dapur. Ternyata Guren mengajak Sakura ke dapur penginapan yang sebenarnya sedang berantakan. "Hey, hey.. ada apa ini?" tanya Guren lantang. "Ah, gomen Guren-san. Bahan makanan banyak yang tinggal sedikit. Jadinya agak bingung untuk membuat sarapan." Gurenpun menepuk jidatnya. "Ya ampun, otou-san pasti lupa membeli persediannya kemarin. Lalu, rencananya kalian akan membuat apa untuk sarapan kali ini dengan bahan yang hanya sedikit ini?"

"Aah,, kami juga kurang tahu.." jawab para staff dapur. "Hey, kalian bisa buat ramen kan?" seru Sakura tiba-tiba. "Oh, ada Sakura-san.. Pagi... begini sebenarnya kami bisa sih. Cuman ramen buatan kami tidak disukai oleh para pengunjung yang menginap disini." Sakura tersenyum. Dan melirik Guren yang memperhatikannya. "Apakah aku boleh?" tanya Sakura dan Gurenpun mengangguk. "Umm.. bolehkan aku yang memasaknya.. jadi kalian bisa membantuku. Sekarang bahan apa yang paling banyak persediaannya?" tanya Sakura. "Umm.. mie ramennya sih masih banyak karena kami jarang menggunakan mie. Terus ada rumput laut kering dan tomat." Sakura kemudian mengerti. "Lalu, apakah telur masih ada?" salah satu staffpun menjawab. "Telur masih ada beberapa. Tapi, inikan sarapan. Kenapa ramen Sakura-san?"

"Oh, gak kenapa-kenapa sih. Ya, ramen juga gak papa. Kalau nanti ada yang bilang ramennya gak enak sebelum mencicipinya maka biarkan saja. Toh nanti mereka akan makan juga kok. Dan, soal sarapan ramen.. hehe aku jadi keingat dengan sahabatku yang mukanya mirip rubah. Dia berisik dan tiap kali makannya hanya ramen. Kecuali saat pacarnya membawa bekal untuknya."

"Haha, sehat betul sahabatmu itu. Sudah ditakdirkan bahwa makanan pokoknya adalah ramen."

"Ya, mungkin begitulah. Umm tapi Guren-nee.. bisakah aku pinjam pakaianmu sekarang dan dimana tolietnya? Aku ingin membersihkan diri dulu sebentar."

"Hah, sudah kubilang. Jangan pinjam. Aku sudah bilang ingin memberikannya padamu jadi jangan kau kembalikan. Toiletnya ada disana, okay? Dekat karung-karung kentang dipojok kanan itu." Ucap Guren.

"Aa. Baiklah. Jadi, kalian periksa dan catat bahan apa sajakah yang jumlahnya masih lumayan. Nanti akan kuminta. Dan siapa cheffnya?"

"Semuanya cheff. Disini tidak ada yang khusus." Ucap Guren lagi.

"Oh, begitu. Baiklah, kalian mungkin bisa membuat sesuai dengan bahan-bahan lain yang masih tersisa."

"Ah, ya ada beberapa sisa bahan yang bisa kami buat. Kau tenang saja, nanti jika sudah selesai membersihkan diri baru kita akan mulai."

.

.

.

.

.

.

.

{30 menit kemudian]

"Jeng jeng jeng... jadi deh ramennya. Untung aku bisa mandi cepat sehingga tidak membuat para pengunjung semakin menunggu." Ujar Sakura.

"Nee, sebenarnya kau mandi lebih lama sedikit juga tak apa. Karna jam sarapan disini juga masih agak lama sedikit. Hehe.."

"Kalau begitu kenapa kalian tadi kayak orang frustasi?"

"Jelas mereka frustasi Sakura. Mereka tidak bisa membuat pengunjung sarapan dengan sangat sedikit karena tidak pandai membuat masakan apapun yang bahan dasarnya mie. Sementara kau tahu kan? Mienya saja masih sisa lumayan setelah kita masak." Jelas Guren.

"Sakura-nee? Apa Sakura-nee ada disini?" tanya seorang anak.

"Ya, aku Sakura.. Ada apa?"

"Ah, maaf Sakura-san aku memanggilmu dengan sebutan begitu secara tiba-tiba. Perkenalkan aku Yukimaru. Adiknya Guren-nee. Ah ya, tadi tou-san bilang padaku agar aku mencarimu dan mengatakan supaya kau membawa sarapan untuk temanmu."

"Bernahkan?" tanya Guren. "Ya, aneki. Tadi tou-san bilang begitu." Yukimaru mengangguk. "Baiklah. Aku akan ambilkan sarapannya. Kau tunggu ya Sakura." ucap salah seorang staff. "Ah, tidak. Nee-san tunggu saja disitu. Aku bisa mengambilnya sendiri." Balas Sakura. "Kau tunggu sini saja sebentar Sakura. biar dia yang menyajikan sarapannya dan kau tinggal membawanya ke Sasuke-san." Sakura mengangguk kecil lalu terdiam menunggu. "Ini. silahkan kau bawa pada temanmu."

"Arigatou.. " ucap Sakura tersenyum dan dibalas oleh senyuman para staff.


.


Sreet.

"Uchiha, makan ini. Paman pemilik penginapan ini menyuruhmu sarapan."

"Apa ini akal-akalanmu? Bilang bahwa paman menyuruhmu membawakanku sarapan. Padahal kau ingin melakukan sesuatu padaku dengan makanan itu." Tuduh Sasuke.

"Prasangkamu buruk sekali Uchiha. Diam dan makanlah. Kau kira aku sudi memberikan racun atau obat semacamnya kedalam makananmu?" balas Sakura.

"Ya, bisa saja kan? Siapa yang tau kalau kau memang tidak memasukan apa-apa kedalamnya. Lagi sikapmu jadi berubah lagi. Setelah kembali hidup kemarin kau jadi baik dan murah senyum. Lalu sekarang jadi jutek dan cuek. Sudah kuduga kau punya banyak wajah."

"Terserah apa katamu. Aku ingin kembali menemui Guren-nee. Kau makan ya sudah. Tidak ya tidak papa kok." Ujar Sakura. " Guren? Siapa dia?" tanya Sasuke. "Anaknya pemilik penginapan ini. Sudahlah, jika aku terus disini maka kau akan terus menuduh aku yang tidak-tidak." Sakurapun menaruh sarapan Sasuke dimeja. "Ramen? Tomat?" Sakura mengendus. "Hhh.. banyak tanya. Memangnya ada masalah?"

"Masalah karena kau yang membawanya. Cepat pergi." Sakurapun berjalan gontai meninggalkan Sasuke. "Kau tak suruh aku pergi saja aku memang ingin pergi. Pegal liat wajahmu yang datar terus dan bicaramu yang tak ramah. Terlebih yang selalu menuduhku yang tidak-tidak. Belum lagi kelakuanmu yang suka menyiksa." Sasuke mendelik. "Urusai. Cepat pergi." Sakurapun menggeser pintu bilik dan pergi kembali kedapur. "Ramen penuh dengan tomat? Mereka itu mengombinasikanku dengan si baka itu apa? Hhh... sampai kapan aku harus seperti ini. Dan sampai kapan aku lepas dari gangguan gadis itu?" ucap Sasuke pada dirinya sendiri lalu memakan sarapan yang Sakura bawa untuknya. "Kaa-san! Ini! I-ini kan ramen buatanmu kaa-san! Mengapa ini seperti buatan kaa-sanku? Aku harus tanya mengenai ini nanti!" Sasukepun melahap dengan cepat ramen tersebut sampai habis tak tersisa.

Sasuke dan Sakura masa lalu kemudian muncul didekat Sasuke. "Ah, Sasuke-kun berkah banget bisa terdampar disini." Ujar Sakura senang. "Hn," balas Sasuke singkatt. "Haa.. jangan balas begitu saja dong. Ayo kita melihat isi penginapan ini. mereka berdua kan jaraknya tidak jauh, jadi kita bisa bebas hanya berdua! Yeay..." Sakura dan Sasuke masa lalu itupun kemudian menghilang seperti biasanya.

.

.

.

.

.

.

"Permisi," ucap Sasuke. Dia benar-benar pergi kedapur langsung untuk menanyakan siapa yang membuat sarapan untuknya. "Ah, Sasuke-san. Ada apa kemari? Ada sesuatu kah? Sampai kau datang kedapur yang berantakan ini." Sasuke menggeleng pelan. "Tidak. Aku ingin bertanya." Semua staff dapur menoleh. "Bertanya apa Sasuke-san?" tanya salah seorang staff. "Aku ingin bertanya. Siapakah yang membuat sarapan hari ini?" tibat-iba Yukimaru keluar dari toilet. "Dia. Kakak cantik itu yang membuatnya. Ada apa onii-san? Apa tidak enak? Atau ada hal yang lain?" tanya Yukimaru. "Tidak. Terima kasih kalau begitu. Aku tinggalkan mangkuk dan yang lainnya disini. Terima kasih atas sarapannya." Yukimaru mengangguk kecil. "Umm."

"Aku bingung ada apa dengan temannya Sakura-nee. Aduhh!" Jitak Guren tiba-tiba. "Berhenti memikirkan itu. Kau lebih baik pergi kesekolah sana." Tukas Guren tegas. "Haa.. iya iya. Hah. Kapan tou-san membangun onsen sendiri sih. Hufft.." Yukimarupun pergi meninggalkan dapur sambil menggerutu kecil. "Eh, itukan onii-san yang tadi. Kenapa dia berdiri didepan pintu keluar?"

'Tidak mungkin. Kenapa? Mengapa? Aku membencinya dan anak kecil itu bilang bahwa yang memasak ramen adalah dia. Aku tak menerimanya. Dia tak mungkin yang membuat ramen itu. Itu adalah resep rahasia kaa-san, mengapa dia bisa membuat seperti yang kaa-san buat? Tidak mungkin gadis itu. Dia bukan siapa-siapa dan statusnya hanyalah orang asing dihidupku.' Renung Sasuke.

"Hoy!" sentak Yukimaru.

"Hn?" balas Sasuke.

"Haa? Gak kaget?" bingung Yukimaru.

"Kau anak yang tadi didapurkan?" tanya Sasuke.

"Hah, dia malah bertanya. Ya, aku yang tadi. Namaku Yukimaru. Adiknya Guren-nee. Anak bungsu pemilik penginapan ini." jelas Yukimaru.

"Oh."

"Eh? Hanya 'oh'? Hah, sudahlah. Hey, nii-san kau sedang apa berdiri disini?" tanya Yukimaru.

"Tidak ada. Aku hanya ingin melihat keluar sebentar." Yukimaru tak yakin. Alisnya terangkat sebelah.

"Masa sih? Bukannya sedang menatap kakak cantik itu? Dia cantik kan?"

"Tidak. Biasa saja." Jawab Sasuke. "Heee? Gadis secantik dia dibilang biasa saja? Standarmu tinggi sekali onii-san.. sudahlah jujur padaku kau sedang meperhatikannya kan? Kau sedang melihat senyumnya yang manis itu kan?" goda Yukimaru. "Urusai." Yukimaru lalu menekuk wajahnya. "Baiklah. Lagian aku hanya bertanya. Akukan cuman bertanya... Aku tahu kok kalian itu sudah menikah. Sudahlah aku pergi saja. Jujurlah onii-san dia itu sangat cantik." Balas Yukimaru datar meninggalkan Sasuke yang masih menatap Sakura. 'Baka. Cantik sebagai bahan percobaan pembunuhan baru aku setuju. Heh, apa-apan lagi senyumnya itu. Seakan hanya dia yang paling cantik. Dasar penjilat. Tapi aku harus tanyakan hal ini langsung kepadanya nanti.'


+ _Bersambung_ +


A/N :

Hohohoho... Yukei comeback setelah berhibernasi selama bbrp bulan (bodo). Yukei kali ini update ComLove chap 6.. Yukei tahu ini terlalu banyak dan padat untuk dibaca minna-san semua. Dan THX buat minna yg Review dan semangatin Yukei... Tapi Gomenn.. :'( Yukei tahu Yukei banyak salah.
Yah, Yukei akhirnya bisa update. Ini serius lbh dri 6rb words... hhhh

Yah. Yukei gak bisa berkata2 lagi. kalo minna-san ingin ff ini berenti karna lama nunggu Yukei update maka bilang ajah di review..
Yukei minta maaf banget ke minna semua (halah). Yasudah, Bye Byee :* (hoekk).. REVIEW YAAA! (hiks hiks T.T maafin Yukei minna) REVIEW! Terima Krisar ^^. REVIEW! :D

ASDGFHLJKILXX! Yukei kesel karna... #Avaikan

REVIEW. TINGGAL JEJAK. REVIEW!