Hari sudah pagi, dimana matahari mulai menyembul dari balik awan dan bergerak semakin tinggi untuk menyinari seluruh kawasan Edo. Markas Shinsengumi pun termasuk salah satunya. Sang Wakil Komandan Iblis, Hijikata Toushirou, saat ini sedang berjalan menuju kamar milik Okita Sougo. Hari ini adalah jadwal mereka untuk berpatroli bersama. Namun setelah lama menunggu, sang Ketua Divisi Satu Shinsengumi itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Mau tak mau, Hijikata harus memeriksa pemuda itu di ruangannya, barangkali pemuda malas itu belum bangun dari tidurnya.
Menghela napas lelah, Hijikata menggeser pintu ruangan Sougo, kemudian memasukinya dengan santai.
"Oi, bangun, Bodoh." perintah Hijikata sambil menendang pelan tubuh yang masih bergelut dengan selimut tebal itu.
Bukannya bangun, dengkuran Sougo justru terdengar semakin keras. Tak mendapatkan respon yang berarti, membuat perempatan siku-siku muncul di dahi sang pria yang kini tak terdapat rokok di bibirnya. Hijikata yang kesal pun lantas menarik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh Sougo.
"Tsk, mau sampai kapan kau tertidur—WUAAAH!" Hijikata terlonjak kaget sampai terduduk, mengakibatkan pantatnya menghantam lantai kayu dengan keras. Pria itu mengaduh kesakitan, namun sesaat kemudian mata birunya beralih ke arah sosok yang sedang tertidur tadi.
Bukannya Sougo yang didapatinya, melainkan seorang gadis.
... Dia tidak salah lihat, 'kan?
'Astaga, apa Sougo membawa pelacur ke kamarnya?' Seketika pertanyaan nista itu memenuhi pikiran Hijikata. Namun pria itu segera menggeleng. Dia harus membaca situasi dengan tenang.
Oh, jika diperhatikan baik-baik, gadis ini mirip sekali dengan Sougo saat pemuda itu masih berwujud perempuan. Astaga, lelucon macam apa ini?! Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?
.
.
.
Satu detik kemudian, Hijikata berteriak seriosa sembari memegangi kedua pipinya.
Will You Notice Me?
Disclaimer:
Gintama © Om Sorachi Hideaki
Story © Yumisaki Shinju
.
Pair:
HijiOki ǀ HijikataxSouko
.
Genre(s):
Drama ǀ Romance ǀ Little bit Humor
.
Rate:
T+ for now
.
Warning(s):
Alternate Reality ǀ OOC ǀ Typo(s) ǀ Non EYD ǀ Multi-Chapter ǀ Gender bender ǀ Fem!Sougo
.
If you don't like, please don't read!
CHAPTER 1
"Kau berisik, Hijikata-san. Mengganggu tidurku saja," keluh Sougo—yang sekarang ini wujudnya menjadi Souko—yang baru saja terbangun karena tidur nyenyaknya terganggu.
"OI, OI, TEME. APA YANG TERJADI PADAMU?!" Hijikata langsung melontarkan kebingungannya pada gadis itu. Dirinya masih menolak untuk percaya.
"Huh? Apa maksudmu?" Souko memiringkan kepalanya, tanda bahwa dirinya tak memahami maksud dari pertanyaan Hijikata.
"Lihat tubuhmu, bodoh! Haruskah kutunjukkan cermin?!" geram Hijikata sambil menunjuk gadis itu. Sontak gadis itu memperhatikan tubuhnya sendiri. Kaki yang jenjang tanpa stocking panjang yang biasanya gadis itu gunakan, dilanjutkan dengan kimono mini berwarna kuning yang sebelumnya pernah gadis itu pakai. Bahkan kini rambut panjangnya yang terurai indah menutupi punggungnya.
"Kyaa~ Apa-apaan ini? Bagaimana hal ini bisa terjadi desukai?" tanya Souko pada Hijikata.
"Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu! Dekobokko Arc itu sudah selesai, bagaimana bisa tubuhmu masih dalam wujud seperti itu?" balas Hijikata.
"Kenapa kau sudah kembali ke wujud aslimu?" bukannya menjawab, Souko malah balas bertanya.
"Kau itu mengigau, ya?! Kita semua sudah berubah saat menyerang planet Chris itu kemarin!" jelas Hijikata dengan gak nyante.
"Aa, benar juga. Kalau aku belum berubah, seharusnya aku berada di Yoshiwara sekarang." Souko mengangguk menyetujui pendapat Hijikata. Kemudian, dirinya sibuk mengikat rambutnya dengan model ponytail kesamping kanan. Hal ini membuat Hijikata heran, bagaimana bisa gadis itu terlihat tenang-tenang saja?
"Tck, dasar bodoh. Bagaimana bisa hanya kau sendiri yang belum berubah? Kau pasti mengerjaiku, 'kan?!" tuduh Hijikata dengan nada kesal.
"Haah? Apa maksudmu Hijikata-san? Mana mungkin aku bercanda untuk soal begini~desaa." elak Souko sembari mengangkat bahunya tak acuh.
"Teme, hentikanlah lelucon ini. Jangan bermain-main denganku! Ini tidak lucu, bodoh!" ucap pemuda mayora itu sembari menggertakkan giginya.
"Sudah kubilang, aku tidak sedang bermain-main, Hijibaka!" Souko membantah ucapan pria tersebut. Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.
"Mana bisa aku percaya. Tunjukkan buktinya! Kau pasti memakai wig dan menyumpal dadamu, 'kan?!" tukas Hijikata yang keras kepala. Dia masih tak percaya pada Souko.
"Rambut dan dada ini asli, konoyarou!" Souko tidak terima dia dituduh yang tidak-tidak.
"Aku tidak percaya!" Hijikata melipat kedua tangannya di depan dada.
"Tch, sentuh saja kalau kau tidak percaya," ujar Souko sembari memalingkan wajahnya.
"... H-Hah?" Pria berponi-V itu melongo. Rona merah seketika menjalari kedua pipinya.
"Ooh, jadi sebenarnya kau hanya ingin menyentuhku, eh, Hijikata-san? Dasar mesum." ejek Souko dengan nada sarkastik.
"OI, OI, SIAPA JUGA YANG MAU MENYENTUHMU, BAKAYAROU!" Wajah Hijikata semakin memerah karena merasa malu dan marah di saat yang bersamaan.
"Asal kau tahu, Hijikata-san. Bahkan saat aku menjadi pelacur di Yoshiwara, belum ada seorang pun yang bisa menyentuhku. Kau harus bangga," terang Souko seraya memamerkan seringai mengejeknya ke arah Hijikata.
"Apa peduliku?! Sudahlah, hentikan lelucon ini, Sougo!" ucap Hijikata sembari memijat keningnya.
"Harus berapa kali kubilang kalau ini bukan lelucon! Haruskah aku telanjang di depanmu agar kau percaya?!" Mendengar tantangan Souko, rona merah semakin menjalari wajah Hijikata, bahkan sampai ke telinganya.
"... Aku akan memanggil Kondou-san." Pria penyuka mayones itu segera berbalik dan berjalan ke arah pintu geser, setelah sebelumnya dia mengusap wajahnya dengan tangan.
"Baiklah, aku akan melanjutkan tidur. Mungkin ini bagian dari mimpi buruk," balas Souko acuh tak acuh. Gadis itu kemudian menarik selimut tebalnya sampai ke leher. Hijikata segera menghentikan langkahnya dan berbalik menghampiri Souko.
"Dasar bodoh, jangan cari alasan untuk melanjutkan tidur! Kau punya jadwal patroli denganku hari ini. Cepat cuci muka dan ganti bajumu!" perintah Hijikata sekali lagi.
"... Mesum," gumam Souko pelan. Namun Hijikata masih bisa mendengarnya dengan jelas.
"OI, AKU MENGATAKAN KEBENARAN, BODOH!" bela Hijikata, namun Souko tak mengindahkannya.
"Tch, sepertinya kau senang sekali jika aku berada dalam wujud seperti ini~desaa." Souko berkata dengan nada jahil sambil menggembungkan bibirnya.
"Kenapa aku harus senang?! Aku tidak suka dengan tipe cabe-cabean sepertimu, kautahu!" elak Hijikata. Entah dia berdusta atau berkata jujur.
"Benarkah? Lalu mengapa tadi wajahmu memerah, Hijikata-san?" goda Souko lagi.
"Teme—"
"Toshi, ada apa? Kenapa ribut sekali?" tanya Kondou yang tiba-tiba melongokkan kepalanya ke dalam ruangan. Sepertinya dia baru saja selesai menguntit gorilla perempuan incarannya dan heran karena terdengar keributan dari kamar Sougo.
"Ohayou, Kondou-san~" sapa Souko dengan riang.
"Ohayou—SOUGO! APA YANG TERJADI PADAMU? APA KAU SEDANG COSPLAY?" seru Kondou shock. Dengan segera, pria itu berjalan menghampiri Souko yang masih terduduk di futonnya dan meraba-raba wajahnya.
"Tidak~desaa. Aku juga tak tahu apa yang terjadi padaku." jawab Souko dengan nada datar saat Kondou-san meraba-raba wajahnya.
"Kapan hal ini terjadi?" tanya Kondou cemas seraya menatap Souko dan Hijikata bergantian.
"Saat aku dibangunkan Hijikata-san pagi ini. Padahal tadi malam aku masih dalam wujud asliku." balas Souko sembari berusaha mengingat.
"Apa yang kau lakukan tadi malam sebelum tidur?" tanya Kondou lagi.
"Umm, menghitung mayat Hijikata-san." jawab Souko seraya memasang wajah polos.
"TEME!" bentak Hijikata kesal.
"Ada yang lain?"
"Rasanya tidak ada ... AH!" Iris merah Souko membulat, seolah dirinya baru saja mengingat sesuatu.
"A-Ada apa?" Kedua pria yang berada di ruangan itu bertanya bebarengan.
"... Bukan apa-apa, Kondou-san. Maaf, aku tidak ingat," ujar Souko sambil memegangi kepalanya sendiri. Mendengar perkataan Souko, Kondou dan Hijikata hanya bisa menghela napas pasrah.
"Yah, mau bagaimana lagi. Kalian bertugas saja seperti biasa, nanti aku carikan solusinya." putus Kondou kemudian.
"Bukankah akan lebih baik kalau aku kembali ke Yoshiwara desukai? Menjadi satu-satunya gadis di Shinsengumi entah kenapa terasa mengerikan bagiku. Apalagi jika ada seorang iblis yang sejak tadi terus memandangiku dengan tatapan seolah ingin memakanku—"
"Berhentilah bicara omong kosong, Sougo." potong Hijikata.
"Souko desu," ucap Souko membenarkan.
"Sougo—uh, maksudku Souko. Maaf, tapi untuk saat ini, akan lebih baik jika kau tetap di Shinsengumi dulu karena kita tidak tahu alasan mengapa kau bisa berubah wujud. Dan kita juga tidak tahu kapan kau akan kembali. Untuk itu, lebih baik jalani saja dulu. Sisanya serahkan padaku. Aku akan mencari jalannya." terang Kondou panjang lebar sembari mengacak rambut Souko.
"Baiklah, Kondou-san. Terima kasih." Souko tersenyum tipis. Hatinya tiba-tiba merasa senang dan terharu. Mau dirinya berwujud seperti apapun, Kondou tetap peduli dan mengkhawatirkannya.
"Ah, hari ini aku harus menemui Tot-san untuk menemani Shogun. Kalian berdua, jalan lupa berpatroli!" ucap Kondou mengingatkan.
"Siap, Kondou-san." sahut Hijikata dan Souko bersamaan. Kondou tersenyum puas.
"Kuserahkan pada kalian." Pria yang identik dengan gorilla itu kemudian berjalan cepat menuju pintu yang terbuka dan segera keluar dari ruangan itu.
Keheningan seketika menghinggapi mereka setelah pintu geser itu ditutup. Selang beberapa menit, karena merasa Kondou sudah tak berada di sekitar mereka lagi, Hijikata akhirnya membuka percakapan.
"... Oi, Sougo. Aku tak tahu apa rencanamu, tapi setidaknya, berhentilah menyusahkan dan membuat Kondou-san cemas." nasihat Hijikata.
"Tch, aku tidak merencanakan apapun." Souko menyangkal perkataan pria itu. Dia segera bangun dan membereskan futonnya.
"Sudahlah, cepat bersiap-siap. Kita harus bergegas." ucap Hijikata sambil berjalan menuju pintu geser.
"Ha'i, ha'i~" Souko mengiyakan dengan nada malas. Gadis itu kemudian mengangkat futonnya agar bisa dimasukkan ke dalam lemari.
"Oh ya, satu lagi, Souko." Hijikata tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Hm?" Souko menolehkan kepalanya ke arah Hijikata. Tangannya masih memegangi futon yang entah kenapa terasa lebih berat daripada biasanya. Ditatapnya Hijikata yang masih memunggunginya.
"Jangan jatuh cinta padaku," ucap Hijikata sembari mengerling ke arahnya.
"NAJIS!" teriak Souko dengan wajah horror. Seketika bulu kuduknya langsung berdiri seolah dirinya baru saja melihat hantu. Kakinya tak mampu menumpu badannya untuk berdiri sehingga futon yang seharusnya sudah terlipat rapi sampai terjatuh menimpa tubuhnya.
"Ittai~" Souko mengaduh kesakitan.
"Oi, aku sudah memperingatkanmu. Jangan grogi begitu~" ejek Hijikata dengan seringai jahil yang menghiasi bibirnya. Pria itu menghampiri Souko untuk membantunya melipat kembali futon yang menimpa gadis itu. Setelah selesai, Hijikata memasukkan futon itu ke dalam lemari.
"Jangan terlalu percaya diri, Hijikata-san. Bagaimanapun juga, kau adalah Hijikata yang selalu kubenci dan kukutuk dalam setiap napasku," ujar gadis itu beralasan seraya bangkit dari posisi jatuhnya.
"Aa, benar juga. Bagaimanapun juga, kau tetaplah Sougo yang selalu berusaha membunuhku ...," balas Hijikata sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Souko.
Souko membeku. Dirinya tidak bisa bergerak atau mengeluarkan sepatah kata pun tatkala wajah pria yang berdiri di depannya itu semakin mendekati wajahnya. Meneguk saliva pun rasanya begitu sulit baginya untuk dilakukan. Tanpa sadar Souko memejamkan mata.
"... namun dalam tubuh yang lebih indah." lanjut Hijikata dengan berbisik pelan di telinga Souko sembari melewati gadis yang masih berdiri membatu. Sontak kedua pipi gadis itu merona setelah mendengarnya.
"... HENTAIYAROU!" Souko yang merona berusaha memukuli punggung Hijikata. Melihat tingkahnya membuat pria bermanik biru tersebut tertawa pelan. Pria itu berbalik menghadap Souko sembari menahan tangan gadis beriris merah tersebut agar berhenti memukulnya.
"Hei." Hijikata berhasil menghentikan aksi pemukulan yang dilakukan Souko dengan menggenggam pergelangan tangan gadis yang rambutnya diikat kesamping itu. Souko yang kedua tangannya digenggam hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya. Entah kenapa, tiba-tiba gadis itu tak sanggup menatap mata biru milik Hijikata.
"Pastikan kau sudah siap untuk patroli. Aku akan menunggumu di luar," ucap Hijikata sambil tersenyum, mengingatkan gadis itu bahwa mereka masih memiliki kewajiban yang harus dijalankan. Apalagi, Kondou yang menugaskan mereka.
"Ha'i." jawab Souko sembari mengangguk. Hijikata menepuk kepala Souko pelan.
.
.
.
Lalu pemuda itu memutuskan untuk keluar dari kamar, tanpa menyadari bahwa Souko terus menatap punggungnya yang semakin lama semakin menjauh lalu menghilang di balik pintu geser.
.
.
.
TSUZUKU
Author's Note:
Hello, I'm back! Muu sudah lama sekali nggak nulis fanfic, rasanya seperti baru lahir kembali. /nangis terharu/
Dan ... sejujurnya aku ingin menulis deskripsi dengan lebih mengungkapkan perasaan lebih banyak, tapi nanti di-edit lagi aja deh hahahahaha /slapped/
Terima kasih sudah membaca!
.
.
.
Sign,
Yumisaki Shinju