Demon blood

Rate : T

Genre : Family/Supranatural/Romance/Tragedy

Chara : OC, Lucy H, Natsu D.

Fairy Tail murni milik Om Hiro Mashima, saya hanya meminjam beberapa karakternya saja tanpa mengambil keuntungan apapun.

A Fairy Tail Fanfic by Aimi Uchiha Dragneel

Warning ! Gaje? Iya, abal? iya, Flat, Diksi yang berantakan, mengandung unsur borring, dan kekurangan lainya.

Don't Like? Don't Read.

.

.

.

Happy Reading :) :)

.

.

.

.

.

Kilatan cahaya listrik berjuta volt menghiasi kubah hitam di malam itu. Suara ledakan Guntur kian menyahut menggetarkan bumi. Hujan deras disertai gemuruh angin kencang menerbangkan benda apapun yang bermassa ringan hingga sedang. Membuat siapapun kini enggan untuk keluar dari tempat perlindungan.

Suara tapak kaki besar beriringan dengan suara benda yang diseret terdengar menggema di sepanjang lorong batu yang gelap. Cahaya petir yang menelusup melalui mulut gua dapat membantu menerangi sementara, hingga terlihatlah bayangan seseorang-tidak-sesosok mahluk bertanduk dan bersayap sedang menyeret seekor sapi mati. Sekilas, tak ada yang tahu bahwa ia tengah memasang seringai tajam, menperlihatkan gigi-gigi runcing yang dapat mengkoyak habis daging mangsanya~

XIXIXIXIXI

Sementara itu di tempat yang berbeda. Suara Guntur diluar setia menemani teriakkan nyaring di dalam salah satu ruangan perawatan guild ternama se-Fiore.

"ARRRRGGGGGGHHHHHH….."

"Ayo, Bocah! Dorong lebih kuat!, Wendy, tetap konsentrasi!" interupsi seorang wanita tua di sela-sela penangananya.

"aku mengerti, Polyuchka-san!" sahut seorang gadis berambut biru tua panjang. Ia tetap fokus merapal salah satu mantra lost magic pada seorang wanita yang tengah berjuang mati-matian di hadapanya.

"Mira, segera siapkan air hangat dan handuk. Cepat!" perintahnya lagi pada seorang wanita berambut silver bergelombang. Mirajane.

"baik!" Mira bergegas sesuai yang di perintahkan.

"Levy, siapkan ramuan yang sudah kubuat!" kini ia memerintah pada seorang wanita berambut navy-blue.

"segera!" ujarnya bergegas pula.

"akh!" tiba-tiba terdengar pekikkan dari gadis berambut biru tua panjang. Ia tersentak.

Polyuchka segera menatap Wendy.

"kau juga merasakanya?" tanyanya.

"iya…i..ini… rasanya seperti sihir yang sangat kuat… itu berasal dari perut Lucy-san. Tidak hanya itu, bahkan sense-nya melebihi seekor monster dan mungkin akan membahayakan nyawanya. Polyuchka-san, bagaimana ini?" wajahnya menyiratkan kepanikan. Ia bertanya meminta solusi kepada penyihir tua itu.

"Tenang, tidak usah panik. Cukup tekan energinya dengan kekuatan sihirmu. Kalau bisa kerahkan semua kekuatan sihir yang kau miliki" Ucap Polyuchka kembali berkonsentrasi pada pasien.

Sementara teriakan demi teriakan pilu meluncur dari mulut wanita yang terbaring diatas ranjang. Kedua tanganya mencengkram erat kain sprai di sampingnya. Ia seperti tak kuasa menahan rasa sakit yang mendera terutama di bagian perut, nafasnya memburu, wajahnya pucat serta keringat meluncur deras dari pori-pori kulitnya.

"Lucy-san, bertahanlah!"

XIXIXIXIXI

Lidah mahluk itu menjilati jejak-jejak merah kental di tanganya. Perutnya telah terisi sekarang. Seekor sapi berukuran besar telah kandas di lahap, hanya menyisakan tulang belulang yang berlumuran darah. Mata merahnya menyala dan seringai kembali terukir mewakili rasa puas akan tangkapanya malam ini.

XIXIXIXIXI

Mira, Wendy dan Levy terus menyemangati Lucy, Polyuchka masih sibuk memberi instruksi-instruksi pengaturan nafas pada pasienya. Ruangan itu tampak sangat genting.

Sedangkan Master Erza dan seluruh anggota guild menunggu diluar. Ada yang sedang mondar-mandir tidak jelas, ada yang mengoceh, ada yang berbisik-bisik, ada yang sedang komat-kamit berdo'a, bahkan ada yang hanya duduk terdiam. Meskipun kegiatan mereka terlihat berbeda-beda tetapi pada dasarnya mereka sama-sama tengah mencemaskan salah satu nakamanya yang sedang berjuang di bilik persalinan.

.

.

.

Tanpa mereka sadari, seseorang berjubah hitam tengah mengintai di balik pintu guild.

.

.

Dua jam kemudian~

"HUWAAAAAAA….."

"oaaaa….oaaaaa" tangisan keras bayi mengiringi satu teriakan panjang. Semua sontak melihat kearah bayi mungil kemerahan dalam dekapan Polyuchka.

Lucy menghela nafas berat, tubuhnya terkulai lemas, namun rasa sakitnya kini telah tergantikan dengan kebahagiaan kala pertama kali mendengar suara malaikatnya, bukti cintanya bersama orang yang ia cintai pula. Ia meneteskan airmata haru.

"bayi perempuan yang sehat" ujar Polyuchka. Ia lekas membawa bayi itu untuk memandikanya.

.

.

Keanehan muncul secara tiba-tiba. Setengah kulit tubuh bayi itu berubah perlahan menjadi sisik berwarna merah, tanduk hitam kecil dengan tinggi dan diameter sekitar 1 cm tumbuh di kedua pelipisnya. Tetapi hal itu sama sekali tak mengejutkan Polyuchka. Ia hanya mendengus seraya tersenyum tipis.

'hmm…sepertinya ia mulai menunjukan tanda-tanda' memperhatikan pemandangan itu dengan seksama.

'Astaga, mereka berdua benar-benar nekat' ujarnya dalam hati. Ia sengaja menjauhkan bayi itu dari orang-orang supaya tak ada yang melihat perubahan yang terjadi.

'untunglah aku sudah mempersiapkanya' ia segera mencekoki si bayi dengan ramuan yang telah ia siapkan, kemudian merapal suatu mantra. Ajaib. seketika sisik dan tanduknya menghilang.

.

.

Wuushh…

Deg…

Polyuchka menyadari ada aura aneh yang mengguar dibelakangnya.

"siapa itu?" reflek ia menoleh. Matanya melotot, mulutnya tercekat. Ia sungguh terkejut mendapati seseorang berjubah hitam tengah berdiri memasang seringai mematikan di hadapanya. Tak lama kemudian matanya menggelap, kesadaranya menghilang.

.

.

"selamat ya Lucy, akhirnya..." ujar Mira tersenyum. Ia sedang membantu mengelap keringat di sekitar wajah Lucy. Sementara Wendy masih mentrasferkan sihirnya untuk pemulihan Lucy pasca melahirkan .

Lucy hanya tersenyum lirih. Mimik wajahnya berubah menjadi sendu.

"tumben diluar sepi sekali, biasanya mereka akan langsung ricuh jika bayinya sudah lahir. Apa mereka tidak mendengar suaranya ya?" ujar Levy terheran-heran. Pasalnya diluar ruangan yang tadinya gaduh sekarang jadi sepi senyap.

"hah… Levy-chan biarlah, aku ingin istirahat sejenak " ujar Lucy dengan nada yang lemah karena kelelahan, ia hendak menutup matanya untuk beristirahat jikalau tidak-

Brak!

"oaaaaa!..."

-Terganggu dengan suara yang ditimbulkan dari ruangan tempat Poluchka dan bayinya berada. Firasat buruk langsung menghampiri Lucy.

"APA ITU?" semua yang disana bereaksi sama, mata mereka membelalak kaget.

"sepertinya ada yang tidak beres" ujar Mira.

"tenang, Lu-chan! Kau tunggu dulu di sini, kami akan memeriksanya." Ujar Levy menenangkan Lucy.

Levy, Mira dan Wendy segera bergegas memeriksa ke ruangan sebelah. Meninggalkan Lucy sendiri menanti harap-harap cemas takut sesuatu terjadi pada buah hatinya.

"Kyaaaaaaa….."

"hahahahaha! Dasar peri-peri lemah!"

Kekhawatiran itupun kini terbukti nyata dengan adanya suara teriakan dari ketiga nakamanya, dan-

Suara tawa?

"HEY! SIAPA DISANA? " keningnya mengernyit, 'apa yang terjadi?' Lucy memaksakan diri untuk bangkit meski tubuhnya masih lemas. Kakinyapun masih kotor oleh darah. Ia mencoba menuruni ranjang. Tanganya ia julurkan menggapai-gapai pegangan yang dapat menopang tubuhnya. Namun usahanya gagal. Ia jatuh tepat di hadapan sepasang kaki. Refleks kepalanya ia angkat. Tubuhnya menegang seketika mendapati bayinya ada di genggaman pria betubuh tinggi dan berjubah hitam, wajahnya sedikit tertutup oleh kupluk jubahnya . Lucy langsung melempar tatapan tajam pada orang tersebut.

Orang itu hanya berjengit. "oh kenapa,honey?" ia memasang raut seolah melecehkan.

"BAYIKU… KEMBALIKAN BAYIKU! NAKAMAKU… APA YANG KAU LAKUKAN PADA MEREKA?" . Ia berteriak sekuat tenaga. Menggertak.

"aku hanya menidurkan mereka. itu saja" tanggapnya dengan mimik tak berdosa.

Gigi-gigi Lucy bergemeletuk, tanganya mengepal, ia mencoba bangkit lagi berniat merebut sang buah hati dari tangan si iblis itu. Namun apa daya, berapa kalipun mencoba ia tetap terjatuh lagi.

"ckckck… menyedihkan sekali… rupanya baru melahirkan ya? Haruskah aku mengucapkan selamat? " lagi-lagi dengan nada prihatin yang jelas dibuat-buat.

"sialan…SIAPA KAU SEBENARNYA? APA MAUMU?" kini amarahnya sudah mencapai ubun-ubun. Persetan dengan tubuhnya yang tak mau diajak kompromi.

"siapa aku? Heh, ayolaaah itu tidak penting. mauku? Hmmmm…apa ya?"

"cuih…HENTIKAN WAJAH MENJIJIKAN ITU! CEPAT JAWAB AKU! APA MAUMU HAH? KEMBALIKAN BAYIKU!"

"mauku adalah…" jeda sejenak.

"…Kau! LUCY HEARTFILIA" tukasnya. Ekspresinya berubah menjadi dingin.

Jgleeerrrrr…

Petir masih menyambar-nyambar diluar.

Lucy terkejut. Ia tak mengerti kenapa masih ada saja orang yang selalu berniat mengincarnya. Apa salahnya? Dan lagi, kenapa harus selalu melibatkan orang-orang yang berharga baginya?

"Dan, jika kau menginginkan anak manis ini selamat, maka kau harus mengikuti perintahku." Pria itu berkata dengan nada angkuh dan dingin.

"dan jika kau menolak… maka…."

Settt…

Dalam sekali tarikan, orang itu telah mengeluarkan sebuah pisau dari balik jubahnya, dan ia mengangkat pisaunya tinggi-tinggi, mengarahkan ujung mata pisau tepat keatas wajah bayi mungil tak berdosa itu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"BERSIAPLAH UNTUK MELIHAT POTONGAN TUBUH ANAKMU SENDIRI!" pisau itu melesat.

"TIDAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKkkkk….."

.

.To Be Continued.

o(T^T)o minna…maafkan akuu…. \(T_T)/ aku datang lagi dengan sebuah fic gaje bin abal lagi. Aku tak tahu apa yang kupikirkan… ʆ(T_T)ƪ Huwaaaa aku… aku selalu bermimpi bisa membuat fic2 yang bagus seperti author2 lain, padahal aku benar2 gak ada bakat dalam menulis.

Ini adalah fic keduaku, ceritanya mau bikin multichap tapi aku gak tau apakah ini akan berhasil atau tidak.

Jadi minna bersediakah kalian untuk memberikan kritik , saran, komentar, pertanyaan, maupun keluhan (?) anda di kotak review?

Terimakasih~