SAND LOVE
Disclaimer: Semua tokoh Naruto yang ada dalam cerita ini hanya milik Kisihimoto Masashi-sama. Saya hanya meminjam karakternya saja.
Pairing: Gaara dan Matsuri
Warning: gaje, typo (maybe), boros kata, agak OOC.
Setting: After Naruhina wedding (After The Last)
Chapter 1
Jenuh…itulah yang dirasakan oleh pemuda berambut merah pendek dengan tato yang bertuliskan kanji 'ai' di dahi sebelah kirinya. Semenjak dunia shinobi telah damai 2,5 tahun silam, kesehariannya hanyalah menandatangani tumpukan dokumen yang semakin hari semakin banyak bahkan menggunung. Selain itu, ia juga kerap menghadiri pertemuan dengan para kage dan para tetua yang semakin menyebalkan. Bagaimana tidak, ia selalu didesak untuk segera menikah dan memiliki keturunan. Padahal umurnya baru 20 tahun.
Tok…tok…tok. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangannya. Ia langsung mengucapkan 'masuk' kepada orang yang mengetuk pintunya. Pria paruh baya itu membungkukkan badannya kepada sang kazekage ini.
"Permisi Gaara-sama, ada hal yang ingin saya sampaikan kepada anda," ucap pria itu. Pemuda ini hanya menatapnya saja dengan tatapan penasaran.
"Saya ingin mengundurkan diri dari jabatan saya sebagai sekretaris anda," ucap pria itu lalu menyerahkan surat pengunduran diri kepada Gaara.
"Mengapa anda mengundurkan diri? Bukankah anda masih mampu untuk menulis dan lembur?" tanya Gaara datar.
"Karena saya harus mengawasi anak saya yang semakin nakal. Dia kerap berbuat kerusuhan hingga warga sekitar resah dengan kelakuannya. Sebagai seorang ayah, saya harus memberikan bimbingan moral kepadanya dengan selalu mengawasinya," ujar pria paruh baya itu.
"Mengawasinya? Bukankah kau memiliki istri?" tanya Gaara.
"Istri saya sedang sakit parah."
"Terus, siapa yang menggantikan posisi anda?"
"Tenang saja. Saya sudah menemukan sekretaris untuk anda. Dia seorang kunoichi tingkat chuunin. Dia memiliki tingkat etos kerja yang tinggi."
"Baiklah. Saya terima terima keputusan anda," ucap Gaara lalu menandatangani surat penguduran diri yang diajukan oleh pria paruh baya itu.
"Semoga kau berhasil merubah anakmu menjadi lebih baik dan titip salam untuk istri anda. Oh ya ini gaji terakhirmu," Gaara menyerahkan amplop yang berisi uang kepada mantan sekretarisnya.
"Terima kasih, Gaara-sama. Saya permisi dulu," pria paruh baya ini membungkukkan badannya lalu keluar dari ruangan ini.
Badai pasir sedang berlangsung. Kebanyakan dari penduduk Sunagakure memilih untuk berdiam diri di rumah sehingga suasana desa menjadi sepi. Namun, ada juga yang menunggu di rumah makan karena sedari tadi berada di tempat itu sebelum terjadinya badai pasir.
"Huuh badai pasir lagi," keluh gadis berambut coklat sebahu ini dengan menyangga wajahnya.
"Kau tampak gelisah hari ini," tebak gadis berambut coklat panjang ini.
"Iya. Soalnya aku harus ke kantor Gaara-sama tepat pada waktunya," ucap gadis bermata onyx ini.
"Tunggu, ngapain kau ke kantornya? Bukankah kau berusaha untuk melupakannya?"
"Mulai dari sekarang aku adalah sekretarisnya. Aku sengaja menerima tawaran dari tetanggaku untuk kehidupanku. Kau tahu sendiri 'kan kalau dunia shinobi sudah damai. Otomatis kita sudah jarang dikasih misi."
Gadis itu hanya menganggukan kepalanya. "Matsuri-chan, sampai sekarang kau tidak menjawab pertanyaanku sejak perang telah berakhir."
"Pertanyaan apa, Sari-chan?" tanya Matsuri.
"Ternyata kau sudah lupa. Alasanmu untuk melupakan mantan gurumu yang sudah kau cintai," jawab Sari.
Matsuri menghelakan nafasnya dengan berat. "Karena aku merasa kalau cintaku itu bertepuk sebelah tangan. Maka dari itu aku berusaha untuk melupakannya dan membuka hati untuk pria yang menyukaiku," jawab Matsuri.
"Hei jangan seperti itu. Kau masih ada peluang untuk meraih hatinya Gaara-sama. Apalagi kau sudah resmi menjadi sekretarisnya," kata Sari memegang pundak sahabatnya.
"Tapi tetap saja aku tidak akan bisa bersamanya. Sudahlah Sari-chan. Jangan memaksaku untuk merebut hatinya Gaara-sama. Aku sudah tidak tertarik lagi dengannya," kata Matsuri menundukkan kepalanya.
"Kau berbohong. Matamu menunjukkan kalau kau masih cinta dengannya. Janganlah membohongi perasaanmu sendiri," kata Sari.
Matsuri menatap jam dinding yang telah menunjukkan pukul 07.00 am. Ia panik setengah mati. Matsuri langsung berpamitan kepada Sari lalu keluar dari rumah makan meskipun badai pasir masih berlangsung.
"Semoga beruntung," ucap Sari dengan melambaikan tangannya.
Sampai di gedung kazekage, Matsuri melangkahkan kakinya yang mengenakan sepatu hak tinggi dengan berat menuju ke kantor Kazekage. Matsuri tampak cantik dan rapi dengan mengenakan atasan qipao tanpa lengan berwarna biru dongker, mengenakan syal berwarna putih di lehernya serta memakai rok pendek hitam. Ada perasaan canggung ketika ia akan berhadapan dengan pemuda yang sempat menjadi pujaan hatinya. Sampai di depan pintu kantor kazekage, perlahan-lahan ia mengetuk pintunya.
"Masuk," ucap Gaara setegah berteriak.
Matsuri membukakan pintunya lalu memasuki ruangannya dan menghadap kepada Gaara. Kemudian ia membungkukkan badannya sebagai bentuk hormat kepada sang kazekage.
"Jadi kau yang menjadi sekretarisku," kata Gaara.
"Iya Gaara-sama," jawab Matsuri lembut.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Gaara.
"Baik Tuan," jawab Matsuri singkat dengan wajah tanpa ekspresi.
Gaara hanya menganggukan kepalanya. Setelah itu, ia menyuruh Matsuri untuk membantunya dalam memberikan stempel kepada dokumen-dokumen yang menumpuk. Ia juga menyuruh Matsuri untuk menuliskan surat terbuka kepada para daimyou dari Konohagakure dan Iwagakure. Sembari menuliskan tanda tangan, sesekali Gaara mencuri pandang kepada Matsuri yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya. Sementara yang dilihat oleh Gaara hanya risih saja dilihat seperti itu meskipun jantungnya berdetak tak karuan.
"Matsuri."
"Iya?"
"Tolong bikinkan aku kopi dengan sedikit gula."
"Baik," Matsuri langsung bergegas untuk membuatkan kopi untuk majikannya. Setelah membuatkan kopi, Matsuri meletakkan kopinya di atas meja.
"Terima kasih," ucap Gaara. Matsuri hanya menganggukan kepalanya saja lalu kembali mengerjakan tugasnya.
"Matsuri, tolong pijat pundakku."
"Baik," gadis ini bagkit dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri Gaara. Kemudian ia memijatkan pundaknya Gaara dengan kencang tetapi membuat tubuh Gaara menjadi lebih rileks.
Setelah melakukan pekerjaan yang begitu berat, akhirnya Matsuri diizinkan pulang oleh Gaara. Ketika hendak membuka pintunya, Gaara memegang pundaknya hingga gadis itu membelalakkan matanya.
"Aku akan mengantarkanmu pulang. Sekarang sudah jam satu pagi. Seorang gadis sepertimu tidak boleh sendirian di jam segini," ucap Gaara.
"Tidak usah. Saya bisa menjaga diri saya sendiri," tolak Matsuri secara halus.
"Jangan menolakku!" ucap Gaara setengah membentak hingga Matsuri mengalah kepadanya.
Mereka berdua jalan bersama keluar dari gedung kazekage. Kemudian mereka berjalan menyusuri jalan menuju rumah Matsuri. Suasana di desa ini sangatlah sepi. Hanya hentakan kaki saja yang terdengar. Matsuri hendak menatap Gaara dan mengajaknya berbicara. Tetapi ia takut dikasih tatapan tajam oleh Gaara.
"Apakah rumahmu masih jauh?" tanya Gaara.
"Tidak terlalu," jawab Matsuri.
"Apa yang membuatmu jadi lebih pendiam dari biasanya?" tanya Gaara nyelekit.
"Saya merasa kalau saya ini seperti biasanya," ucap Matsuri.
"Sekarang kau tak norak ketika berdekatan denganku. Kau seperti menyembunyikan sesuatu dariku," kata Gaara.
"Emang aku norak?" tanya Matsuri sedikit kecewa.
"Kalau boleh jujur iya. Tapi aku maklumi itu. Di sisi lain, kau tampak lucu ketika bersikap seperti itu," jawab Gaara datar.
Matsuri memalingkan mukanya untuk tersenyum karena dibilang seperti itu oleh Gaara. Sampai di rumahnya, Matsuri berpamitan kepada Gaara lalu segera memasuki rumahnya. Sementara Gaara merubah tubuhnya menjadi butiran pasir lalu pasirnya berterbangan menuju ke rumahnya.
Semenjak bekerja sebagai sekretaris sang kazekage, Matsuri sudah jarang berkumpul dengan teman-temannya. Ketika dikasih waktu istirahat, itupun hanya dikasih waktu lima belas menit. Bagaimana ia bisa bercerita banyak kepada Sari? Matsuri mencoba meminta waktu kelonggaran untuk beristirahat dan bercengkerama bersama para sahabatnya. Tetapi Gaara tidak mau mengizinkannya. Gaara bilang kepada Matsuri bahwa menjadi sekretaris dirinya harus siap menjadi seorang yang anti-sosial. Matsuri menyesal mengambil pekerjaan ini. Tetapi mau bagaimana lagi? Ia membutuhkan pekerjaan ini demi membiayai kehidupannya. Mengandalkan uang dari misi saja tidak cukup. Itupun sekarang sudah jarang dikasih misi setelah dunia shinobi berdamai.
"Matsuri, apakah kau sudah membuatkan laporan keuangan untukku?" tanya Gaara.
"Ee..sudah," jawab Matsuri.
"Berikan kepadaku," ucap Gaara.
Matsuri bangkit dari tempat duduknya. Kemudian ia berjalan menghampiri Gaara lalu menyerahkan laporannya.
"Apa-apaan ini?!" bentak Gaara dengan memukul mejanya.
Matsuri langsung ketakutan melihat bosnya marah besar. "A-ada apa, Gaara-sama?" tanya Matsuri gemetaran.
"Mana mungkin negara kita bisa hutang sebanyak ini kepada Iwagakure?! Kau pasti salah menulisnya!" bentak Gaara.
"I-itu berdasarkan apa yang disampaikan oleh badan keuangan negara. Sebentar lagi anda harus menghadiri rapat bersama para dewan," kata Matsuri masih gemetaran.
Gaara menghelakan nafasnya dengan barat. Ia tak habis pikir mengapa negara yang dipimpin olehnya bisa memiliki hutang sebanyak ini. Gaara memijatkan pelipisnya karena pusing.
"Ma-maaf Tuan. Apakah anda butuh minum?" tawar Matsuri. Gaara hanya menggelengkan kepalanya.
"Yang sabar Tuan. Saya yakin anda mampu mengatasi masalah ini," ucap Matsuri memberikan dukungan kepada Gaara.
"Terima kasih," ucap Gaara datar.
Matsuri merasa iba dengan cobaan yang dialami oleh Gaara. Ia bingung harus berbuat apa supaya tuannya ini dapat kuat menghadapi masalah negara yang semakin lama semakin rumit. Selain terlilit hutang yang begitu banyak kepada Iwagakure, negara ini juga mengalami peningkatan penduduk yang tak terkendali setelah perang berakhir.
DI RUANG RAPAT…
"Dasar bodoh! Mengapa kalian tidak diskusi dulu denganku sebelum mengutang kepada Iwagakure?!" bentak Gaara dengan emosi yang tinggi.
"Maaf Kazekage-sama. Kita sudah beberapa kali meminta diskusi dengan anda tetapi anda malah mengabaikannya. Dengan terpaksa kami melakukan tindakan itu demi memenuhi kebutuhan penduduk Sunagakure. Ditambah lagi tingkat kependudukan Sunagakure semakin bertambah," ucap salah satu anggota badan keuangan negara.
Gaara semakin pusing setelah mendengarkan pernyataan dari wanita itu. "Tapi kalian tetap salah. Mana mungkin kami mengembalikan uang itu dengan nominal yang sangat banyak. Sekarang pemasukan dari tambang emas negara sedang menurun," kata Gaara.
"Kazekage-sama, bagaimana kalau kita membuat kebijakan untuk mengurangi pertumbuhan penduduk dengan cara kebijakan keluarga berencana dan membayar denda kepada sepasang suami-istri yang memiliki anak lebih dari dua dengan nominal yang cukup banyak?" saran salah satu dewan dan juga pernah menjadi gurunya Gaara, Baki.
"Apakah ada saran lain?" tanya Gaara.
"Bagaimana kalau kita menaikkan harga pajak untuk sementara demi melunasi hutang negara?" saran dewan lainnya.
"Saran yang menarik. Apa kalian semua setuju dengan kebijakan ini?" seluruh anggota yang hadir dalam pertemuan ini menganggukan kepalanya.
"Baiklah. Mulai minggu depan kebijakan ini dilaksanakan. Matsuri, segera catat hasil rapat hari ini," ucap Gaara lalu memerintahkan Matsuri untuk mencatat hasil rapat hari ini.
"Baik Tuan," ucap Matsuri lalu melaksanakan tugasnya.
Gaara menghelakan nafasnya dengan berat. Ia berharap semoga kebijakan ini dapat berjalan dengan baik serta diterima baik oleh masyarakat Sunagakure.
DI KANTOR KAZEKAGE…
"Ini tuan ramennya. Anda harus makan untuk menambah stamina anda," Matsuri meletakkan ramen di atas meja.
"Aku tidak lapar," ucap Gaara sembari menandatangani tumpukan kertas.
"Anda harus makan. Saya tidak ingin anda sakit," ucap Matsuri sedikit memaksa.
Dengan berat hati Gaara memberhentikan tugasnya lalu memakan ramen buatan Matsuri. Sementara Matsuri duduk di kursinya lalu memakan ramennya. Setelah memakan ramennya hingga habis, Gaara kembali mengerjakan tugasnya.
"Gaara-sama."
"Hmm."
"Sebentar lagi matahari akan tenggelam. Biasanya aku dan teman-temanku melihat sunset untuk melepaskan rasa penat kami. Bolehkah aku berkumpul dengan teman-temanku? Sudah seminggu ini aku tidak bertemu dengannya. Kalaupun bertemu hanya sekedar saling sapa saja," pinta Matsuri dengan basa-basi.
"Tidak boleh," ucap Gaara.
"Tapi…saya butuh bersosialisasi," kata Matsuri dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sekali tidak boleh tetap tidak boleh!" kata Gaara ketus hingga Matsuri menundukkan kepalanya karena sedih.
"Oh Kami-sama, bagaimana aku bisa melupakannya kalau aku terus bertemu dengannya?" batin Matsuri.
Gaara melepaskan jubah kazekagenya hingga ia hanya mengenakan atasan kemeja lengan panjang berkerah Chinese dan berwarna merah serta celana panjang berwarna merah. Sekilas Matsuri menatap tubuh Gaara. Bagi Matsuri, tubuh Gaara lebih tinggi dan gagah daripada sebelumnya. Ditambah lagi wajahnya Gaara yang menurutnya semakin dewasa dan tampan. Ketika Gaara hendak menatapnya, Matsuri segera memalingkan wajahnya dengan menatap tumpukan dokumen di depannya.
"Ikut aku," perintah Gaara.
"Kemana?" tanya Matsuri.
"Kau akan tahu sendiri," jawab Gaara lalu mengulurkan tangannya.
Matsuri bangkit dari tempat duduknya. Perlahan-lahan ia menggandeng tangan kekar Gaara. Dengan cepat Gaara langsung berjalan keluar dari ruangan ini dengan menggandeng tangan sekretarisnya.
"G-Gaara-sama, apa sebaiknya kau melepaskan tanganku? Bagaimana kalau mereka membicarakanmu?" tanya Matsuri.
Gaara hanya terdiam saja. Ia malah mempercepat jalannya hingga mereka keluar dari gedung ini. Matsuri menatap di sekelilingnya dengan perasaan takut. Ia hendak melepaskan tangannya tetapi Gaara malah mempererat genggamannya. Sekilas Matsuri menatap Sari yang tampak terkejut melihat dirinya digandeng oleh Gaara. Matsuri hendak menjelaskan yang sebenarnya kepada Sari. Tetapi Gaara malah menyeretnya ke suatu tempat. Sementara Sari hanya tersenyum saja dengan melambaikan tangannya kepada Matsuri. Gadis berambut coklat pendek ini menghelakan nafasnya dengan kesal.
"Mengapa kau menghelakan nafasmu seperti itu?" tanya Gaara.
"Ti..tidak apa-apa," jawab Matsuri.
Gaara hanya terdiam ia melompati beberapa atap rumah serta pepohonan hingga gadis itu terkejut. Gaara telah membawanya keluar dari desa. Kekhawatiran Matsuri semakin menjadi ketika Gaara membawanya keluar dari area gurun pasir dan membawanya ke suatu tempat yang begitu sejuk.
Matsuri hendak bertanya kepada Gaara tetapi ia takut dibentak olehnya. Gaara terus mempercepat larinya hingga ia sampai di atas bukit. Matsuri sangat terkesima sekali melihat pemandangan yang begitu indah ini. Ditambah lagi sebentar lagi matahari akan terbenam.
"Ma-Maaf Gaara-sama, mengapa anda membawa saya ke tempat ini?" tanya Matsuri.
"Bukankah kau ingin melihat sunset?" tanya Gaara hingga Matsuri membelalakkan matanya.
"Te-terima kasih sudah kasih saya kesempatan untuk melihat sunset," ucap Matsuri terharu. Gaara hanya menganggukan kepalanya.
Perlahan-lahan, matahari telah terbenam hingga langit mulai gelap dan menampakkan bulan purnama. Matsuri menyunggingkan senyumannya karena melihat pemandangan matahari terbenam yang begitu indah.
"Apakah kau menyukainya?" tanya Gaara.
"Iya. Sangat menyukainya," ucap Matsuri dengan menyatukan kedua tangannya.
Matsuri menatap wajah Gaara lalu berkata, "Mengapa anda berani sekali membawaku keluar dari Sunagakure? Anda adalah seorang Kazekage. Tak sepantasnya anda meninggalkan desa seenakmu sendiri," tanya Matsuri to the point.
"Bukan urusanmu!" ucap Gaara ketus hingga Matsuri menundukkan kepalanya.
Angin menembus dua pasang manusia berbeda jenis ini hingga rambut mereka bergoyangan. Gaara menatap Matsuri yang sedang melihat indahnya bulan purnama. Cantik…itulah yang dipikirkan oleh mantan dari Ichibi jinchuuriki. Ketika berdekatan dengan gadis itu, jantung pemuda ini selalu saja berdebar cukup kencang. Tak biasanya ia merasakan perasaan seperti ini. Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta?
"Tuan, kita harus secepatnya kembali ke Sunagakure," desak Matsuri.
"Aku tidak mau," kata Gaara.
"Mengapa? Anda tidak bisa terlalu lama di tempat ini. Bagaimana kalau anda dikasih kartu kuning oleh para dewan dan daimyou?" kata Matsuri khawatir.
"Jangankan dikasih kartu kuning. Dikasih kartu merah pun aku tidak takut," kata Gaara santai.
"Gaara-sama! Jangan mentang-mentang anda kazekage jadi seenaknya seperti ini!" bentak Matsuri sedikit membentak.
"Tenang saja. Mereka justru senang ketika aku berkencan dengan seorang gadis," ucap Gaara hingga Matsuri membelalakkan matanya.
"A-apa maksud anda?" tanya Matsuri masih kurang jelas.
"Lupakan itu!" kata Gaara tegas tetapi sedikit gugup.
Matsuri melangkahkan kakinya untuk menjauhi pemuda itu tetapi ia malah ditarik hingga ia dipeluk oleh Gaara.
"Mau kemana kau?" tanya Gaara.
"Saya ingin jalan-jalan," jawab Matsuri tanpa menatap wajah Gaara.
"Seharusnya kau bilang kepadaku. Ayo," Gaara melepaskan pelukannya lalu menggandeng tangan gadis itu untuk berjalan.
"Matsuri, jika diluar pekerjaan, berbicaralah kepadaku seperti kau berbicara dengan temanmu," perintah Gaara.
"Iya Gaara-sama," jawab Matsuri kaku.
"Bagus. Sekarang temani aku jalan-jalan," ucap Gaara lalu mempercepat langkahnya.
"Gaara-sama, kita mau kemana?" tanya Matsuri.
"Aku tidak tahu yang jelas kita jalan-jalan untuk melepaskan penat kita," ucap Gaara.
"Kalau kamu tidak tahu, alangkah baiknya jika kita jalan santai saja," saran Matsuri.
"Hmm baik," ucap Gaara lalu berjalan santai.
Matsuri hanya tersenyum saja melihat tingkah lucu Gaara. Di sisi lain, ia senang sekali akhirnya bisa berduaan dengan pria pujaan hatinya. Tiba-tiba ia teringat dengan kabar burung itu hingga ia kembali murung.
To Be Continue...
Yooosssh akhirnya kesampaian juga bikin fanfiction dengan tokoh utama si pengendali pasir yang tampan. Siapa lagi kalau bukan Sabaku no Gaara. Di fic ini aku aku menjadikan si murid kazekage (baca: Matsuri) sebagai lawan mainnya. Meskipun di cerita aslinya Gaara tidak diperlihatkan istrinya tetapi aku berharap semoga Matsuri menjadi istrinya (amin). Banyak yang suka dengan pair GaaHina ataupun GaaSaku tetapi aku lebih tertarik dengan GaaMatsu. Semoga kalian suka dengan ficku ini. Oh ya jangan lupa di review ya :)