Joker Game © Koji Yanagi
This Place Called D-House © AliceShotacon4Ever
.
Warning(!): OOC, Typo(s), Dorm AU, Sakuma keponakan Yuuki, Kumpulan Drabble, CHARA DISINI OOC PARAH XP, mungkin lebih menonjol ke TazaKami? Ndak taulah, yang pasti ada mereka, MiyoSaku, sama HataJitsu, dan lain-lainnya~
Di Author's Note entar mau aku jabarin (kira2) karakter di fanfic ini biar gak melenceng banget XP baru empat, MiyoSaku dan TazaKami
Eniwe, happy reading~
[5]
Kaminaga dan Sakuma berjalan menuju tempat kerja Kaminaga setelah bersiap. Well, harusnya sih cuman berdua…
"Kenapa kalian ikut?" tanya Sakuma menatap tiga bocah SMA di belakang mereka.
"Karena kami bosan, Sakuma-san," jawab Hatano melipat dua tangannya di belakang kepala.
"Kami juga sedang libur," sambung Jitsui yang sedang memegang buku.
"Lagipula, jika hanya Kaminaga yang menemanimu keliling kota, dia akan kerepotan," jawab Miyoshi sambil mengibaskan rambut.
Mata Sakuma berkedut, tersenyum miris, tertawa tak ikhlas. Sakuma penasaran apa yang diidam ibu si Miyoshi ini ketika hamil, kok anaknya bisa narsis parah gitu?
Kaminaga menatap sinis pria di samping kirinya, "Terus, kau ngapain ikutan?"
Pria itu―Tazaki―hanya tersenyum kepada Kaminaga sambil bermain dengan merpati-merpatinya, "Tentu saja untuk menunjukkan cantiknya merpatiku daripada hewan-hewan di tokomu, Kaminaga."
Kaminaga menatapnya jijik, "Mati sana."
"Jangan mendoakan Tazaki-san seperti itu Kaminaga-san," kata Miyoshi.
"Kalo dia mati, bahan untuk paf-paf Kaminaga-san nanti malah gak ada," sambung Hatano menyeringai. Miyoshi ikutan menyeringai.
"Sialan kalian bocah," Kaminaga menyekik Hatano dengan lengannya, sedangkan Miyoshi berhasil kabur, "sini kau, Miyoshi!"
"Tidak mau, rambutku yang indah nan menawan nanti malah rusak karena kau Kaminaga-san! Butuh waktu tiga jam untuk menatanya!" seru Miyoshi.
"Sudahlah, jangan berantem di jalan, ini masih pagi," kata Jitsui menenangkan Kaminaga.
Sakuma terkesan, Ternyata dia bijak juga.
"Huh, baiklah," Kaminaga mendecih kesal, melepaskan Hatano.
Uwaaahh…bahkan Kaminaga-san nurut, bocah ini luar biasa, batin Sakuma.
Tazaki menyipitkan matanya yang sudah sipit sambil memandang bolak-balik antara Sakuma dan Jitsui. Ada perasaan yang mengganggunya. Ia menyadarinya dan mendekat ke Sakuma, membisikkan sesuatu, "Jangan berpikir kalau Jitsui itu maji tenshi karena dia itu sebenarnya shinigami."
Sakuma langsung bergidik, lalu menoleh ke Tazaki, "Shinigami?"
"Kau akan tahu nanti," jawab Tazaki mengedipkan matanya, merpati yang berada di bahunya mengepakkan sayap.
Sakuma mengernyitkan dahi, penasaran dengan apa yang dibilang Tazaki benar atau tidaknya. Namun, rasa penasaran itu ia urungkan dan mengikuti Kaminaga yang sudah jalan duluan sambil menggerutu.
Mereka akhirnya sampai di tempat kerja Kaminaga. "Ohayou, Tenchou!" sapa Kaminaga kepada seorang laki-laki berkacamata.
"Oh, ohayou Kaminaga-kun," kata laki-laki itu, si Tenchou, "kau membawa rombongan?"
"Sebenarnya aku hanya mengajak Sakuma-san, penghuni baru di tempat kos-kosanku," kata Kaminaga menunjuk ke arah Sakuma, "yang lain cuman ngekor."
"Emangnya kau kira kami bebek apa pake 'ngekor-ngekor'?" wajah Miyoshi masam, "jangan samakan aku dengan makhluk penunggu danau itu."
"Emangnya makhluk astral…?" komentar Sakuma lirih.
"Oh, jadi kau penghuni baru ya," kata Tenchou menjabat tangan Sakuma, "aku Tenchou disini."
"S-Sakuma," Sakuma menggosok-gosok kepalanya, gugup.
"Baiklah!" seru Tenchou tiba-tiba, menyatukan kedua telapak tangannya, membuat Sakuma sedikit kaget, "Kaminaga-kun, kau beri makan anjing-anjing sana!"
"Oke," Kaminaga segera menuju ke belakang.
"Aku juga ikut~" Hatano mengekor.
"Tazaki-kun, simpan semua merpatimu," kata Tenchou, "mereka mengganggu hewan-hewan yang lain."
"Tenchou, merpati-merpatiku bukanlah merpati sembarangan. Mereka telah dididik, diajarkan tata krama ala bangsawan Inggris, dan selalu kubersihkan bulu-bulu mereka dengan―" Tazaki mulai mengoceh tentang merpati.
"Tazaki, stop, aku tidak mau mendengar ocehan tentang merpati-merpati bodohmu," kata Kaminaga yang balik bersama Hatano dengan makanan anjing.
"Hei, merpati-merpatiku tidak bodoh!" seru Tazaki marah.
"Oke, oke, Tazaki-kun, merpati-merpatimu pintar, jadi tolong simpan mereka, oke?" pinta Tenchou menenangkan. Tazaki mendengus kesal sambil menatap tajam Kaminaga, namun menurut.
Sakuma cuman bisa tersenyum canggung, Tazaki-san benar-benar cinta merpatinya ya…kasihan Kaminaga-san.
[6]
Sekarang Sakuma sedang berada di suatu café dekat taman, hanya berduaan dengan Miyoshi yang sedari-tadi tersenyum―senyum-senyum menjengkelkan―kepadanya, membuat Sakuma risih.
Sebenarnya terjadi kekacauan di toko hewan tempat Kaminaga bekerja. Singkat cerita, Tazaki dan Kaminaga berantem hanya gara-gara soal 'merpati' itu dan membuat toko hewan berantakan. Sebagai teman yang baik, Miyoshi, Jitsui, dan Hatano kabur dari TKP. Sakuma berniat melerai keduanya, namun sudah diseret oleh Miyoshi.
"Bukankah kita seharusnya menghentikan mereka?" tanya Sakuma.
"Tak ada gunanya, Sakuma-san," jawab Hatano, "mereka selalu begitu."
"Tingkat cemburu Kaminaga-san memang sudah termasuk parah," lanjut Jitsui.
"Tapi obsesi Tazaki-san kepada merpati juga sudah melebihi kata 'parah'," sambung Miyoshi tersenyum―menyeringai?―kepada Sakuma.
"O…ke…" Sakuma hanya bisa mengiyakan tindakan tiga bocah SMA ini. Pada akhirnya, Jitsui dan Hatano memilih untuk mencar, dan karena Sakuma tidak tahu jalan, akhirnya dia diseret ke café terdekat, yang letaknya dekat dengan taman.
"Miyoshi," panggil Sakuma setelah menyesap kopinya.
"Ya, Sakuma-san?" tanya Miyoshi.
"Apa Tazaki-san dan Kaminaga-san memang sering seperti itu?"
"Jika beradu mulut, mereka memang sering. Kalau main fisik…sering juga sih," jawab Miyoshi, "ah, tapi, apa kau tahu, Kaminaga adalah seorang fotografer di waktu senggangnya?"
"Tidak," Sakuma menggeleng.
"Kaminaga seorang fotografer yang handal sebenarnya, tapi dia memilihnya sebagai hobi. Dan, kau mau tahu apa objek fotonya?"
Sakuma diam, menunggu Miyoshi melanjutkan kalimatnya. Namun, pemuda bersurai coklat marun itu tidak kunjung berbicara dan hanya menatapnya dengan senyumannya yang menjengkelkan.
"Apa?" akhirnya Sakuma bertanya.
Miyoshi terlihat puas, "Tazaki."
Sakuma mengernyitkan dahinya, "Apa?"
"Objek foto Kaminaga adalah Tazaki," jawab Miyoshi, "biasanya ketika sore hari, Kaminaga dan Tazaki akan pergi ke taman, atau bareng yang lain, sekedar refreshing. Kaminaga selalu membawa kameranya. Dan dia akan memotret setiap objek yang menarik perhatiannya. Termasuk Tazaki."
Sakuma terdiam, lalu manggut-manggut mengerti. Kaminaga pasti sangat mencintai Tazaki hingga seperti itu. Tapi, sebagian dirinya merasa kasihan karena Tazaki yang hanya terobsesi dengan merpati.
"Entah kenapa aku merasa kasihan dengan Kaminaga-san tiba-tiba," kata Sakuma menyesap kopinya.
Miyoshi tertawa kecil, "Yeah, tapi menurutku, mereka saling suka. Tinggal tunggu waktu saja hingga mereka jadian."
Sakuma meminum kopinya sambil berpikir. Semakin lama memikirkan kedua insan itu, semakin ia merasa kasihan kepada Kaminaga. Entah kenapa cerita cintanya na'as sekali. Semoga dia kuat. Amin.
"Setelah ini ayo kita ke mall."
"Hah!?"
[7]
Jitsui dan Hatano memisahkan diri dari Miyoshi dan Sakuma karena merasakan feeling-feeling sesuatu tentang keduanya. Siapa tahu ending-nya mereka jadian terus bisa di palak-kan, pemikiran sesat Hatano, yang tertawa nista dalam hati.
Tapi, sayangnya ia harus berakhir dengan sosok Jitsui berwajah angelic, dengan aura maji tenshi-nya. Hatano menyadari banyak orang yang memerhatikan mereka―lebih tepatnya Jitsui―dan sepertinya mereka tengah fangirling-an karena wajah polos sosok di sebelahnya.
"Ne, Hatano, kau mau beli es krim?" tawar Jitsui, menunjuk ke arah kedai es krim.
"Huh? Tentu," Hatano mengangguk, kedua tangannya ia silangkan di belakang kepala. Ia mengikuti Jitsui ke kedai es krim itu.
Bukannya takut Jitsui kenapa-napa. Dia takut Jitsui malah berbuat apa-apa.
Semakin polos senyumannya, semakin berbahaya keadaannya. Satu fakta tentang Jitsui yang Hatano sangat pahami. Bagaimanapun, dia adalah orang yang paling sering menjadi korban sosok angelic itu.
"Kau mau es krim apa?" tanya Jitsui.
"Hmm…" Hatano melihat-lihat rasa yang tersedia, "coklat."
"Kalo gitu, es krim vanila satu, coklat satu," pinta Jitsui kepada penjualnya.
"Yang bayar siapa…?" Hatano ingin memastikan.
"Kenapa kau masih bertanya?" Jitsui tersenyum kepadanya, "tentu saja kau."
"Sudah kuduga," Hatano mengumpat dalam hati. Kalo dia terus yang ngebayar bisa-bisa kanker dia.
[8]
Hari sudah sore, langit berwarna jingga. Entah bagaimana Kaminaga dan Tazaki berakhir di taman dimana mereka biasa menghabiskan waktu di sore hari. Mereka habis berantem tadi pagi hanya karena hal sepele.
Mata Kaminaga berkedut kesal mengingatnya, Sepele? Merpati adalah hal sepele? Jika ada yang mengatakannya, akan kupenggal kepalanya.
Siapapun yang mengenal merpati, dan Tazaki, dan perasaan Kaminaga―what!? Abaikan yang terakhir―pasti akan mengerti bahwa 'merpati' bukanlah hal sepele.
Coo…coo…
Argh, damn, suara sialan itu lagi. Kaminaga menatap sinis pria yang duduk tak jauh di sebelahnya, dengan seekor merpati di tangannya, tersenyum seperti tidak ada beban di dunia. Mata Kaminaga berkedut lagi. Dia ingin meminta Fukumoto untuk membuat roasted pigeon buat makan malam.
"Tak bisakah kau menyingkirkan merpati busukmu itu? Aku sedang muak dengan merpati," ujar Kaminaga sinis.
"Apa masalahmu dengan merpati-merpatiku? Setahuku merpati-merpatiku tidak pernah mengganggumu―well, kecuali kalo aku suruh," tanya Tazaki bingung.
"KEHADIRAN mereka aja udah mengganggu banget," Kaminaga menekankan kata 'kehadiran' di ucapannya.
"Baiklah, baiklah," Tazaki berbicara kepada merpatinya dan merpati itu terbang pergi. Kini hanya ada Kaminaga dan Tazaki, berdua, di taman yang sepi. Hanya ada suara kendaraan yang melintas tak jauh di belakang mereka. Udaranya sudah lumayan hangat, lagipula sekarang akhir bulan Maret.
"Jadi…apa kita sudah baikan?" tanya Tazaki tiba-tiba.
Kaminaga melirik ke Tazaki, lalu lebih memilih memandang apa yang ada di depannya, "Menurutmu?"
Tazaki terkekeh, "Kita anggap itu sebagai iya." Kaminaga tak membalas apapun. Suasana menjadi hening kembali.
"Tapi serius, kenapa kau membenci merpati-merpatiku?"
"Dasar bodoh."
"Ha?"
[9]
Fukumoto dan Amari baru pulang dari tempat kerja mereka. Fukumoto bilang bahwa dia ingin mampir ke minimarket sebentar, ada beberapa barang yang sudah habis. Berakhirlah mereka di minimarket. Selagi Fukumoto mencari barang-barang yang ingin dibelinya, Amari mondar-mandir dari rak satu ke rak lain.
Hingga dia berhenti di satu rak yang membuat matanya melebar. Ia segera mencari eksistensi Fukumoto, "Fuku-chan! Fuku-chan!" panggilnya setengah berteriak.
Fukumoto menoleh. Amari mengisyaratkat untuk segera mendatanginya. Fukumoto menghampiri Amari, "Ada apa?"
Amari mengambil satu bungkus makanan dari rak dan menunjukkannya ke Fukumoto. Fukumoto membaca mereknya, matanya melebar sedikit, lalu menatap Amari.
Amari menyeringai, "Kita akan membelinya, sepuluh bungkus."
"Jangan membuat kekacauan di rumah lagi, Amari. Menangkan sisi big bro-mu."
"Kaminaga akan menyukainya."
"Dan rumah akan berantakan. Jadi tidak."
"Oh ayolah Fuku-chan, sekali ini aja. Aku janji rumah tak akan jadi kapal pecah."
"Kau berjanji?"
"Ya! Sesekali kita harus membuat senang Kaminaga. Kasian dia."
"Terserahmu, masukkan saja lima bungkus ke keranjang."
"Tapi―"
"Lima atau tidak sama sekali."
"Baik," Amari pun mengalah dan hanya memasukkan lima bungkus makanan itu ke keranjang.
[10]
Hatano dan Kaminaga sedang kumpul kecil-kecilan di ruang tengah. Jitsui berada di kamarnya, berkutat dengan buku. Katanya Senin ada ujian fisika. Tazaki sedang di atap, main dengan merpati-merpati-nya. Sakuma sedang mengobrol dengan Odagiri. Miyoshi berdandan. Yuuki masih gaib―Hatano dan Kaminaga tidak tahu keberadaannya dimana. Fukumoto dan Amari belum balik. Daripada gak ada kerjaan, kedua insan itu saling curhat.
Biarlah kata out of character karena sering adu fisik mulu, mereka gak ada kerjaan.
"Uangku habis coba gegara Jitsui. Mondar-mandir sana-seni, beli ini-itu. Uang jajan aku…ludes semua," curhat Hatano yang lagi galau.
"Yah, uangku juga habis gegara harus ganti semua perabotan yang kami rusak tadi," Kaminaga tersenyum masam.
"Siapa suruh berantem sama Tazaki. Gegara merpati doang."
"Bilang gitu sekali lagi, aku pinjem alat keramatnya Jitsui buat ngepenggal kepala-mu," Kaminaga menatap Hatano tajam.
"Oh ya? Kukirim pasukan merpati biar kau tidak bisa menyentuh kepalaku!"
"We're home~" tiba-tiba terdengar suara yang familiar.
"Oh, okaeri, Amari, Fukumoto," Kaminaga menoleh ke pintu.
"Okaeri, Fuku-chan, Amari," Hatano juga menoleh ke pintu.
"Tak bisakah kau tambahkan '-san' di belakang namaku? Aku lebih tua darimu tahu," kata Amari mendekati Hatano dan Kaminaga.
"Ogah," Hatano menolak mentah-mentah.
"Aku akan membuat makan malam," Fukumoto langsung pergi ke dapur.
"Lalu, kenapa kau masih disini?" tanya Kaminaga.
"Aku punya sesuatu yang akan membuatmu senang, Kaminaga," Amari mengobrak-abrik plastik yang ia bawa.
"Apa itu?" Hatano dan Kaminaga mengintip ke balik plastik. Amari lalu mengeluarkan sebuah bungkus makanan dan menyerahkannya ke Kaminaga.
Kaminaga dan Hatano mengerutkan kening lalu menatap Amari, "Mie instan?"
"Baca mereknya," kata Amari tersenyum penuh kemenangan.
"Hmm…" keduanya membaca mereknya, "Mie Burung Dara…?" gumam Kaminaga.
Mata Hatano melebar, "Burung dara―merpati."
Mata Kaminaga membulat, tersenyum kagum, lalu terpasang evil smirk di wajahnya. Hatano juga memasang evil smirk.
Kaminaga langsung bangkit dan berlari ke dapur, "FUKU-CHAANN~ MASAKKAN AKU MIE INI!"
Hatano dan Amari saling pandang, masih memasang senyum khas mereka. "Seharusnya Fuku-chan tidak membiarkanmu membeli itu," kata Hatano.
"Aku sudah berjanji bahwa hari ini tidak ada kapal pecah."
"Yeah, karena hari ini kita punya Gunung Krakatau, Amari."
"Oh ayolah, tidak akan seburuk itu."
"Seberapa kau yakin?"
"Seluruh jatah ngemilku selama sebulan."
"Sip, kita liat nanti."
[11]
"TAZAKI!" Kaminaga mendobrak pintu menuju atap dengan senyum sumringah sambil membawa sepiring mie.
Tazaki yang sedang bermain dengan merpati-merpatinya langsung memasang wajah masam, karena semua merpatinya langsung pergi ketika Kaminaga datang. "Ada apa?" tanyanya.
"Fuku-chan membuat ini," Kaminaga berjalan mendekati Tazaki dan menyodorkan piring di tangannya.
"Huh, mie apa ini?" Tazaki menatap piring itu.
"Coba aja deh," kata Kaminaga tersenyum lebar.
Tazaki tidak yakin karena Kaminaga tiba-tiba gak ilfeel lagi sama dia. Pasti ada apa-apanya. Siapa tahu si Kaminaga masukin molto atau sianida ke dalam mie itu. Siapa tahu. Tapi, pada akhirnya, Tazaki mencoba mie itu.
Setelah terkunyah, ia telan, lalu menatap Kaminaga, "Enak."
"Benarkah? Karena ini Mie Burung Dara," Kaminaga menyeringai.
"APA!?" Tazaki melongo.
[12]
Semua orang―minus Yuuki―sedang berkumpul di ruang tengah untuk menikmati makan malam. "Huh? Dimana Kaminaga-san dan Tazaki-san?" tanya Sakuma menyadari absennya kedua insan itu. Tiba-tiba terdengar suara-suara asing.
BRAK! BRUK! KRAK! DUM! TAS! BUUUMMM!
Semuanya mendongak karena sumber suaranya dari atas. "Jangan bilang itu Tazaki-san dan Kaminaga-san," Sakuma berasumsi, sambil speechless berat.
"Sepertinya begitu," Miyoshi mengendikkan bahu.
Fukumoto melotot ke arah Amari. Amari melirik Hatano yang menyeringai. Amari menghela napas, "Aku tidak tahu Tazaki punya bom."
"Sudah kubilang, Gunung Krakatau~" Hatano menyeringai semakin lebar.
"Kali ini apa?" tanya Jitsui.
"Mie Burung Dara," jawab Fukumoto menghela napas.
Ha? batin Sakuma kaget.
Pantes…batin yang lain minus Amari, Hatano, dan Fukumoto.
BRAK! BRUK! KRAK! DUM! TAS! MEEEOOWW! COOOO COOO! BUUUUMMM!
"Cuman merek mie loh," Sakuma geleng-geleng kepala sambil mendongakkan kepalanya.
"Ketahuilah Sakuma-san kalau Tazaki seorang fanatik merpati," kata Odagiri.
"Apapun yang melecehkan merpati pasti akan langsung dia habisi," sambung Jitsui.
Itu memang kelewat parah, kenapa gak dibawa ke dokter psikolog? batin Sakuma.
"Karena nanti dokternya dipatokin sampe gundul sama merpati-merpatinya," Hatano menyeringai lebar.
Sakuma diam, tidak berkata apa-apa lagi.
"Tadi aku mendengar suara kucing," gumam Miyoshi lirih, tapi kedengaran oleh Sakuma.
"Ada apa dengan kucing?"
"Tidak ada," Miyoshi langsung menoleh dengan cepat dan mengibaskan tangannya, "kucing ya kucing."
Sakuma manggut-manggut aja.
[END LAGI YA ALLAH! ABSURD BANGET XD]
[Wait, ada Omake]
[13]
"Bukankah kita sudah baikan?"
"Amari memberikanku itu."
"Dan sekarang kau menyalahkan Amari?"
"C'mon, Tazaki, itu hanya merek!"
"..." Tazaki menatap Kaminaga tanpa ekspresi.
"..." Kaminaga speechless, "Jangan bilang kau mengira mie itu mengandung merpati?"
"..." Tazaki menatap Kaminaga tanpa ekspresi, lalu memalingkan wajah, "aku tidak berpikir seperti itu."
"ITU JELAS-JELAS IYA!"
[Omake selese, End beneran]
A/N: Sip, ancur, absurd, otak saya abstrak/?/bodo amet deh, ah XD
sebenarnya udah di post di AO3, disini kenapa telat? Tanyalah kerang ajaib/plak/oke, seperti di awal, aku akan menjabarkan karakter karena aku tau cerita ini OOC parah, dan biar gak melenceng dari karakter yang sudah ditetapkan, aku akan membuat pengingat dan memberitahu para readers.
Aku tahu Kaminaga disini ngenes banget, trus Tazaki yang...ah sudahlah, mereka kan pairing super XD/plak/lanjut jabarin chara, oke:
Sakuma: chap kemarin dia bolot-bolot gimana gitu yak XD yah, anggaplah dia itu bolot/lemot/dan kawan2nya kalo setengah-sadar. Kalo sepenuhnya sadar ya dia jadi...lumayan serius, tegas, bijak, baik hati, rajin menabung, dan tidak sombong/loh.../dan Sakuma disini idiot-idiot-polos(?)-bego gimana gitu...dense itu pengartiannya kek mana sih? Gak peka ya? Oke deh, Sakuma itu gak peka :v/hoi
Miyoshi: cowok narsis poni cetar membahana badai membelah laut merah/plak/oke, dia suka ngegoda Sakuma (tertarik dengan ponakan si boss), memandang rendah orang lain, kalo bicara kadang sarkastik, harga diri yang setinggi , golongan Trio Tjebol/plak/bersama Hatano dan Jitsui, modis banget...yah, anggaplah dia anaknya Aprhodite (atau Venus, serah deh) yang luar binasa-epic-istimewa-langka-badai :"v
Kaminaga: sebenarnya dia playboy handal yang bisa ngegaet cewek satu angkatan sewaktu kelas enam, tapi dia malah jatuh cinta sama Tazaki, makanya cerita cintanya ngenes banget XD/dilempar lemari/dia punya harga diri yang tinggi dan bertanggung jawab. Dia ANTI-merpati. Dia bekerja di toko hewan, dan fotografer di waktu senggangnya. Dia dan Hatano memiliki hubungan broship/bestie yang suka berantem-tapi-becanda. Dia bersama dengan Hatano dan Miyoshi termasuk golongan Anak Jail―kadang Jitsui juga ikutan.
Tazaki: terobsesi/fanatik/maniak sama merpati. Jika menyangkut apapun tentang merpati, sifatnya akan berubah 720 derajat, fase ini dinamakan fanatik-mode. Di luar fanatik-modenya, Tazaki seseorang yang tenang dan gentle sebenarnya, dan pandai bermain trik sulap. Dia sering dikira lebih tua dari umurnya. Merpati favorit-nya bernama Gabriel. Dia sebenarnya suka sama Kaminaga, tapi gak sadar. Fanatik-modenya mirip dengan Nozaki dan Gekkan Shoujo Nozaki-kun.
Yah, kira-kira gitu ajah, yang lain lanjut kapan2 :v/plak
Makasih buat yang udah nge read, follow, fav, dan review~ eniwe, karena besok mau lebaran, aku minta maaf ya kalau ada salah~ Happy Eid Mubarak~