Disclaimer Naruto belongs to Masashi Kishimoto
And High School DxD belongs to Ichiei Ishibumi
Story by shirayuki-su
Rate T (maybe)
Warning : Au, OOC, tipo dll
"The Slayer"
Chapter 5
"Apa kau tidak berlebihan dengan ucapanmu Naruto?"
Azazel bertanya dengan membuka kaleng bir ke duanya.
"Tidak"
"?"
"Karena dia membawa jiwa naga itu, kau pun harusnya sudah tahu apa yang aku masksudkan Azazel"
"Ah takdir pertarungan antar kedua naga surgawi itu ya"
"Hmm. Mereka akan bertarung cepat atau lambat dan entah kenapa aku ingin menolong anak itu"
"Jadi apa rencanamu sekarang"
"Aku akan melatih anak itu"
Naruto berkata
"Dan dimana kau akan melatihnya?"
"Ada sebuah tempat yang ingin aku datangi, dan aku tidak tahu tempat itu sudah berubah atau tidak. Tapi aku ingin kesana"
"Apa ini berarti aku tidak boleh tahu lokasi pasti tempat yang kau bicarakan"
"Maaf Azazel, aku tidak bisa memberitahumu"
"Aku tidak mempermasalahkannya, jadi berapa lama kau akan disana"
"Mungkin sebulan, atau bisa lebih lama. Aku tidak tahu"
"Begitukah"
Mereka berdua kembali terdiam menikmati kaleng bir ditangan dan melihat jauh kearah langit gelap tanpa bintang, angin dingin malam serasa mereka berdua hiraukan. Saat ini Naruto dan Azazel masih berada ditaman, Naruto sebenarnya ingin pulang tapi Da-Tenshi itu menyeretnya untuk menemani minum.
Tepat jam dua dini hari Naruto bisa pulang dan tidur, ia bahkan harus menunggu Azazel mabuk berat untuk bisa pergi. ia membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan mata berusaha untuk menyelam kealam mimpi.
Sebuah kepingan ingatan tanpa sadar menjadi salah satu mimpi nya malam itu.
Darah merah pekat kembali membasuh pedang yang ia bawa, pandangan mata itu melirik sekilas wajah musuh yang mati akibat pedangnya. Tidak ada seringai atau senyum kemenangan yang ada hanya wajah datar dengan mata shapire dingin. Ia mulai berlari menerjang musuh yang ada tidak peduli dengan jumlah mereka, belasan serangan sihir mengarah padanya yang dengan lihai ia hindari.
Teriakan teriakan dan seruan dalam bentrok antar senjata terdengar mengema dalam medan perang. Sejauh mata memandang mayat dari iblis, malaikat, malaikat jatuh dan makhluk lain bergelimpangan disana. Dengan raungan keras dari lima ekor naga berwarna hijau yang mulai membuka mulut mereka lebar-lebar, api panas dari mulut mereka membakar habis siapa saja yang terkena.
Nafas pemuda itu sudah mulai habis, ia mencengkram pedang ditangannya erat agar kesadaran milkinya tidak hilang. Baju besi yang ia kenakan sudah hancur disana-sini menandakan bagaimana kerasnya pertarungan yang dilalui nya. Mata shapire itu mendongak keatas, melihat lima naga dengan ganas nya mengeluarkan api panas. Ia menghembuskan nafas berat dan mulai berlari menerjang, angin penuh dengan aroma kematian menerpannya membawa rambut pirang bercampur darah itu berkibar.
Dengan tubuh yang sudah kelelahan itu ia membawa dirinya melompat tinggi ke udara, tujuannya hanya satu membunuh naga disana. Pedang ditangannya bagaikan kilat menebas dan menusuk punggung naga tersebut. Seakan tidak peduli dengan raungan rasa sakit dari naga itu, ia membawa pedangnya dan dengan keras menebas leher makhluk itu. Darah yang keluar membasahi dirinya, ia tidak pedulikan. Dia kembali mendongak untuk melihat empat naga yang meraung marah kearahnya, tanpa perasaan takut ia kembali menerjang.
Dan saat itu Naruto terbangun
The Slayer
Issei duduk merenung dimeja kelas, ia tidak mendengarkan pelajaran fisika yang diajarkan Kagami-sensei. Dirinya saat ini tengah memikirkan pilihan apa yang akan ia ambil, mengikuti pelatihan dengan Buchou nya dan anggota club Occult atau mengikuti pria bernama Naruto. Issei tidak tahu pilihan mana yang terbaik, tapi kata-kata yang diucapkan oleh Naruto sedikit membuatnya sadar bahkan apa yang dikatakan pria itu tidaklah salah.
Meskipun Issei tidaklah pintar tapi ia bisa melihat dan mengetahui bahwa jika ia mengikuti Naruto, kemungkian untuk bisa mengalahkan Raiser akan lebih besar. Tetapi ia juga harus mengambil konsekuensi dimana Issei harus tutup mulut mengenai masalah Naruto pada anggota club.
Dia lemah dan Issei sadar akan hal itu, ia dulu berpikir bahwa dengan dirinya saat ini tidak akan menjadi masalah. Tapi saat melihat Akeno yang dengan mudah mengeluarkan sihir petirnya, Kiba dengan keahlian berpedang dan bahkan Koneko memilki kekuatan yang lebih kuat darinya membuatnya sadar diri. Buchou-nya Rias Gremory berkata bahwa ia memiliki potensi yang besar karena menyerap delapan bidak pion, tapi kata-kata itu sekarang terasa kebohongan belaka.
Dirinya ingin menjadi kuat, ia tidak rela menjadi lemah seperti ini. Tetapi apa yang harus ia lakukan? Issei tidak tahu. Pikiran itu terus menghantui dirinya sendiri, sampai sebuah kebulatan tekad tercermin dimata Issei. Ia sudah memutuskan apa yang akan dirinya lakukan.
Dikelas yang sama Asia masih memikirkan apa yang dikatakan kakanya pagi tadi. Ia sedikit melirik Issei yang duduk disudut ruangan dan melihat remaja itu memiliki raut wajah berpikir keras. Asia memutar ingatannya tentang pagi tadi.
Asia duduk dan mengunyah roti tawar berselai coklat tanpa membuat suara. Disebarang nya Naruto duduk sambil dengan kopi ditangan, ia juga sedang membaca koran ditangan yang satunya.
"Asia malam ini kemasi barang-barangmu"
Naruto berkata sambil melipat koran ditanganya, ia memandang lurus kearah gadis itu yang melihatnya dengan bingung.
"Na-naruto-niichan, apa kita akan pulang?"
"Tidak. Aku menyuruhmu mengemasi barang-barang karena malam ini kita akan pergi kesuatu tempat"
"Ta-tapi, bukankah kita baru saja tinggal disini dan bagaimana dengan sekolah Nii-chan"
"Tenang saja. Aku sudah memikirkannya"
"Kemana kita akan pergi?"
"Kau akan melihatnya nanti dan juga kita akan melakukan pelatihan"
Asia yang mendengar kalimat itu merasakan hawa dingin tak terjelaskan.
"Pe-pelatihan? Nii-chan Maksudmu "
"Benar seperti waktu itu"
Naruto berkata dengan senyum diwajahnya. Tidak menyadari raut wajah yang berlawanan dibuat Asia, gadis itu mengerti pelatihan seperti apa yang kakak nya maksudkan. Karena setengah tahun yang lalu ia juga mengikuti pelatihan tersebut dan itu memberikan semacam rasa takut yang tak terjelaskan bagi Asia.
Tanpa sadar Asia yang saat ini dikelas merinding mengingat kembali sesuatu yang ingin ia lupakan. Dirinya hanya bisa berdoa agar kakak nya mengubah keputusannya, meski Asia tahu itu akan mustahil.
Bell istirahat pun berbunyi dengan nyaring membuat beberapa siswa bersorak ria, mereka mungkin tidak tahan dengan pelajaran yang membosankan atau karena merasa lapar, tidak ada yang tahu. Tapi karena itu ruang kelas dengan cepat menjadi kosong dan hanya beberapa siswa yang ada. Asia termasuk dalam beberapa siswa tersebut, karena ia dengan sigap mengeluarkan kotak makannya.
Issei yang masih dikelas mulai beranjak, ia bukan ingin membeli makanan di kantin sekolah tapi lebih untuk menjernihkan sedikit dari pikirannya. Di sepanjang jalan ia melihat siswa perempuan yang melihatnya dengan jijik, Issei yang telah terbiasa dengan tatapan mereka hanya menghiraukan saja. Issei melihat kedepan dan mendapati pria bernama Naruto berjalan kearah nya.
Naruto berjalan dengan sedikit terburu-buru, ia lupa membawa tugas yang tadi dikumpulkan dikelas 2-4. Mungkin karena sudah takdir ia berpapasan dengan Hyodou Issei di jalan, pandangan mata remaja itu sekarang sedikit berbeda. Naruto dapat melihat bahwa masih ada kebingunan disana, tapi kabut kebingungan itu perlahan menghilang. Saat ia tepat disamping remaja itu Naruto berkata.
"Ini keputusanmu jadi pikirkanlah Hyodou Issei"
Issei yang mendengar kata Naruto berhenti dengan segera, ia langsung melihat punggung pria tersebut. Ia akhirnya bisa membuat keputusan, Issei bahkan tidak menyadari dirinya membuat senyum diwajahnya.
'Benar ini adalah keputusanku'
"Terima kasih. Sensei"
Naruto tersenyum mendengar ucapan Issei. Dirinya hanya tinggal menunggu apakah remaja itu akan mengikutinya atau tidak.
Malam hari. Naruto duduk di kursi taman bersama dengan asia dan sebuah koper kecil berada disampingnya.
"Naruto-niichan apa masih lama kita untuk menunggu?"
"Tunggu saja sebentar lagi"
Asia mengangguk patuh.
Angin malam itu berhembus dengan kencangnya sembari membawa awan gelap yang menutupi cahaya bulan. Hyodou Issei merapatkan jaket coklatnya, ia saat ini sedang berjalan kearah tempat perjanjian dengan Naruto. Sebuah tas punggung juga ia bawa, menandakan dirinya sudah mengambil keputusan untuk mengikuti pria tersebut.
Mata coklat Issei dapat melihat Naruto yang sudah menunggunya dibangku taman yang sama. Ia juga mendapati Asia berada disana, dengan langkah yang dipercepatan Issei sampai dihadapan Naruto.
"Apa kau sudah siap?"
Issei menjawab dengan mengangguk.
"Baik ayo kita pergi"
Naruto menghentakkan tanah dengan kakinya pelan dan dalam sekejab lingkaran sihir dengan warna gelap tercipta. Naruto dan Asia yang sudah didalam lingkaran itu saat ini melihat tepat pada Issei yang dengan pasti melangkah masuk. Cahaya terang bersinar dan membawa ketiga nya pergi dari tempat tersebut.
Issei memandang jauh kearah Kuoh Academy dan dirinya menghilang bersama Naruto dan Asia. Sebelumnya. Dia berjalan masuk kedalam ruang club Occult dan mendapati Rias Gremory tertidur disofa. Dirinya sebenarnya ingin mengucapkan beberapa kata pada sang King-nya tapi melihat Rias yang tertidur, ia hanya bisa tersenyum.
"Buchou maafkah aku untuk menjadi egois saat ini, karena aku sadar dengan kekuatanku sekarang ini aku tidak akan bisa membantu banyak. Aku pastikan akan kembali dan menyelamatkanmu dari Raiser"
Issei mendekatkan tubuhnya dan mencium kening Rias lembut.
"Aku akan menjadi kuat, jadi sampai waktu itu tiba. Sampai jumpa"
Dengan ucapan itu Issei membawa dirinya ke tempat pertemuan.
Dua puluh menit sejak kepergian Issei, Rias terbangun dan tidak menyadari bahwa peerage pion miliknya saat ini telah pergi. Dan sebuah perasaan aneh terasa di dada Rias, ia merasakan sakit tak terjelaskan disana. Mata gadis iblis itu terpaku pada seberkas cahaya bulan yang masuk melewati jendela.
The Slayer
Sepasang sayap besar melewati awan dan tiba di sebuah pulau yang sangat besar. Sebuah pulau mengapung dilangit, pemiliki sayap besar itu mencengram batang pohon dan memekik keras. Ia yang memiliki tubuh seperti elang itu menatap jauh pada pulau tersebut, paruh besar dari burung pemangsa bernama Roc itu memekik kembali seakan memberikan pertanda.
Dari kejauhan dapat terlihat sebuah labirin yang terbuat dari batu. Dipusat dari labirin itu terdapat menara besar dengan banyak tumbuhan yang tumbuh. Di sekitar pulau tersebut hanya terlihat awan putih sejauh mata memandang.
Di padang rumput dengan perbukitan yang mengitari sebuah lingkaran sihir tercipta. Dari dalam lingkaran sihir tersebut tiga sosok perlahan-lahan mulai terlihat.
Naruto melangkah pelan dan berhenti, ia melihat kesekeliling berusaha menyatukan pemandangan yang ia lihat saat ini dengan ingatan yang ada. Naruto tersenyum menyadari hampir tidak ada perubahan berarti ditempat tersebut, ribuan tahun ternyata bukan lah waktu yang dapat mengubah pulau melayang ini.
"Naruto-niichan ini berada dimana?"
Asia bertanya dengan pandangan mata yang takjub melihat pemandangan memukau di sana.
"Sekarang kita berada dipulau langit Valias"
".."
Asia dan Issei dibuat membisu mendengar perkataan Naruto. Mereka dengan cepat melihat kesekeliling dan berusaha memastikan kebenarannya. Raut wajah mereka berdua akhirnya menunjunkan keterkejutan melihat tidak ada ujung dari awan yang mengitari pulau. Saat mereka berdua dengan fokus melihat-lihat sebuah suara mengalihkan perhatian mereka. Mata mereka melebar dan mulut yang mengangga melihat sesekor burung besar melewati kepala mereka berdua.
Burung yang melewati mereka seperti elang, tetapi ukurannya sangat besar. lebar sayap dan tubuhnya hampir lebih dari dua belas kali elang pada umumnya. Kedua cakar milik burung itu terlihat begitu kuat seakan dengan mudahnya mengangkut gajah. Burung dengan nama Roc itu kembali terbang dan menghilang dibalik awan.
"Na-naruto-san makhluk apa itu. Tubuhnya seperti burung elang tapi ukurannya"
"Itu adalah Roc salah satu burung penguasa langit. Sekarang mungkin burung itu hanya menjadi sebuah legenda dalam sebuah kisah, kalau kalian pernah membaca dongeng 1001 malam dari kisah Sinbad kalian akan mengetahui sedikit tentang Roc"
".."
Asia dan Issei hanya bisa terdiam memasukan setiap kata dari pria tersebut ke ingatan mereka.
"Karena kita sudah sampai. Ayo kita mulai saja pelatihannya"
"Naruto-niichan!"
"Asia jangan memasang wajah seperti itu, kau harusnya sudah tahu kondisi saat ini. Aku memang berkata akan melindungimu, tapi aku tidak bisa melakukannya setiap waktu. Karena itu kau harus bisa melindungi dirimu sendiri, sebelum aku bisa datang"
Asia mengangguk pelan.
"Dan Hyodou Issei apa kau sudah siap"
"Aku siap kapan saja Naruto-san"
"Bagus. Hehe karena kau sudah siap"
Naruto melepas coat-nya dan meperlihatkan sebuah kaos hitam disana. Ia membuka koper, mengambil sebuah pisau hitam ditangan kanan dan sebuah pita hitam ditangan yang satunya.
"Issei bersiaplah"
Issei dengan cepat membuka jaketnya. Ia saat ini mengenakan baju kaos dan celana training dengan warna sama. Jantung nya berdetak kencang, ia tidak sabar pelatihan seperti apa yang akan ia lakukan.
"Kalian berdua ambil posisi"
"?"
Issei bingung dengan perkataan Naruto, tapi melihat gadis bernama Asia itu mulai berjalan ke lahan luas dan memposisikan diri. Dia dengan cepat menirunya.
"Issei aku ingin melihat kemampuanmu, jadi kau akan melakukan pertarungan dengan Asia"
"Ta-tapi kan Asia-chan perempuan dan juga ia sangat lemah lembut. Tidak mungkinkan aku untuk memukulnya"
Naruto yang mendengar itu tersenyum, ia berjalan ke Asia dan memberikan pisau dan pita ditangannya.
"Nii-chan ini"
"Tunjukan padaku Asia"
"T-tapi Nii-"
"Aku ingin melihat adikku yang satunya"
".."
Asia mengangguk dan membawa pita hitam ditanganya kebelakang. Ia mengikat rambut pirang panjangnya menjadi ekor kuda dan dalam sekejab mata sikap Asia berubah. Wajah yang biasanya menunjukan kepolosan sekarang berubah menjadi serius dan mata hijau emerald itu menatap tajam.
"Apa kau siap"
"Siap Nii-sama"
Naruto berbalik dan berjalan kesamping menghindari dari menganggu pertarungan kedua nya.
"Issei aku memberimu sedikit nasehat. Jangan meremehkan Asia"
Meskipun Issei mengangguk, tapi ia masih tidak tahu apa yang harus dilakukan. Issei melihat gadis dihadapanya, mendapati gadis berpakaian sweater hitam dan rok diatas lutut dengan warna musim gugur sedang membuat posisi siap bertarung. Tangan kanan yang memengang pisau dan tubuh sedikit direndahkan. Issei merasakan aura yang berbeda dari Asia yang biasanya, ia juga dapat melihat keseriusan dari mata gadis itu.
"Kalian berdua sudah siap"
"Siap Naruto-san/Nii-sama"
"Mulai"
Tanpa membuang waktu Asia melesat ke arah Issei. Kecepatan yang ditunjukan saat ini benar-benar berbeda dari bayangan semua orang tentang gadis itu. Dalam sekejab saja Asia sudah memotong jarang antara mereka, ia yang saat ini berada dihadapan Issei mengepalkan tangan kiri dan menghantamkannya kearah wajah remaja tersebut.
Issei yang semua indra dan kekuatannya telah meningkat akibat berubah menjadi iblis masih mengalami kesulitan menghindari serangan Asia. Ia dengan reflek memblokir pukulan gadis itu dengan tangan, Uhhh ia mengerang sakit pada lengan dimana bertemu dengan pukulan Asia. Issei tidak menyangka kekuatan gadis yang menjadi lawannya begitu kuat.
"Uhuk!"
Suara rasa sakit kembali terdengar dari Issei, ia baru menyadari sekarang bahwa pukulan awal tadi hanya sebagai umpan dan serangan sebenarnya adalah sebuah tendangan dari samping. Issei mengetatkan giginya berusaha untuk fokus, ia sekarang berusaha menangkap pergerakan dari lawan dan hanya mendapati bahwa gadis itu sekarang telah menghilang dari bidang pandang nya. Sebuah perasaan tidak enak dengan cepat masuk ke dalam diri Issei, ia melihat kiri, kanan, dan atas untuk mencari keberadaan Asia. Saat dirinya tersadar, ia dengan reflek melihat kebawah dan mendapati Asia berada disana bersiap melancarkan serangan.
'Celaka'
Pergerakan Issei sangat terlambat dan akhirnya ia mendapatkan tendangan kaki kiri tepat mengenai dagu nya mengantarkan dirinya melayang mundur. Suara benda jatuh dan rasa sakit menjalar dipunggung remaja tersebut. Issei meludah saat merasakan rasa darah dimulutnya, dan menyadari bibir bawah nya sobek.
Issei berdiri dan melihat bahwa Asia masih ditempat dimana ia tadi berada dengan sikap siap bertarung. Ia tidak mengerti bagaimana gadis baik dan polos yang ia kenalnya sekarang menjadi seorang yang tega menyerang dan melukai orang lain. Pandangan Issei beralih pada pria yang berada tidak jauh disana tersenyum tipis kearah mereka berdua.
"Aku sudah bilangkan Issei jangan meremehkan Asia"
"D-dia bukan Asia-chan yang aku kenal. Asia-chan adalah gadis polos dan baik ta-tapi dia dia tidak sama sekali"
Naruto menghela nafas pelan mendengar ucapan Issei.
"Jadi apa kau menyerah, aku bisa mengembalikanmu sekarang juga"
"Tidak. Aku akan melanjutkannya"
"Kuberi satu nasehat lagi. Jangan lengah dan juga keluarkan Sacred Gear-mu sekarang, karena serangan yang barusan kau terima hanya sebagai pemanasan bagi Asia"
Issei menelan ludahnya. Jika serangan yang tadi hanya sebagai pemanasan, bagaimana serangan yang sesungguhnya. Pikiran itu membuat Issei sedikit takut, ia dengan cepat mengikuti saran dari Naruto untuk mengeluarkan Sacred Gear nya.
Sacred Gear ditangan kiri itu merespon keinginan dari Issei. Sebuah permata hijau keluar dari punggung tangan kiri Issei bersamaan dengan itu sebuah gauntlet berwarna merah tercipta. Dan di saat yang sama Issei merasakan kekuatan mengalir dalam tubuhnya.
"Heh jadi itu bentuk Sacred Gear dengan jiwa Ddraig didalamnya. Menarik"
Asia yang merasakan perubahan dari diri Issei menjadi lebih waspada. Benar saja, Issei langsung melesat ke arah nya dengan kecepatan luar biasa. Tapi bagi mata pemilik Twilight Healing itu kecepatan Issei masih bisa dengan mudah diikuti. Dan dalam pengamatan yang ia lakukan sebentar, bahwa lawan adalah jenis petarung jarak dekat yang hampir sama dengannya. Karena itu kemenangan pertarungan ini ditentukan oleh siapa yang akan bertahan dari serangan lawan.
Tubuh Asia dengan mudah menghindari pukulan Issei dari samping dan berikutnya ia dengan pisau ditangan kananya menghentikan hantaman gauntlet merah remaja tersebut. Kekuatan yang berbeda membuat gadis itu harus melompat mundur, ia melihat Issei dengan tatapan tidak juga saat menyadari sesuatu.
"Hyodou-san. Jika kau menyerangku hanya dengan niat setengah hati seperti itu aku benar-benar akan marah. Apa kau meremehkanku? Kukatakan Hyodou-san meski kau mengunakan seluruh kekuatanmu aku tidak akan mudah untuk dikalahkan"
Asia berkata tepat kearah Issei. Pisau ditangannya ia pegang makin erat, sikap yang tadi ia tunjukan sekarang sedikit berbeda. Meski terlihat bahwa gadis itu bersiap ditempat yang sama tapi bagi seseorang yang berpengalaman dalam bertarung pasti akan tahu perbedaanya. Asia melirik kakaknya dan berkata.
"Nii-sama apa aku boleh mengakhiri pertarungan ini"
Naruto mengangguk mengiyakan pertanyaan Asia.
Dengan persetujuan itu Asia dengan cepat menghilang dari posisinya. Kecepatan yang digunakan gadis itu saat ini jauh berbeda dengan diawal.
Issei yang melihat itu dibuat sangat terkejut. Dirinya dengan cepat menghindari sebuah tusukan dari belakang, dan saat dirinya menyerang tempat tersebut, ia hanya memukul udara kosong. Kecepatan Asia tidak bisa ia ikuti.
Sepuluh menit berlalu pelan bagi Issei, ia merasakan lengan kanannya tidak bisa bergerak dan sekujur tubuhnya sakit. Sepuluh menit yang harusnya waktu yang cepat menjadi sepuluh menit yang tidak akan pernah dilupakan oleh Issei. Dalam waktu itu ia menerima puluhan lebih serangan setiap menit dari Asia menyebabkan hampir seluruh tubuhnya terdapat luka.
Nafas Issei mulai tersendat-sendat dan staminanya hampir habis. Darah mengalir dari tangan, kaki dan tubuh Issei akibat pisau ditangan gadis itu. Luka dari sayatan dan tusukan dibuat oleh Asia hanya dalam waktu sepuluh menit. Dan fakta bahwa Issei hanya bisa bertahan membuat dirinya sadar meremehkan lawan akan membawa akhir yang menyakitkan.
Tangan Issei terkepal kuat dan ia memandang lurus pada lawannya. Ia saat ini tidak akan meremehkan gadis dihadapannya, dengan tekad nya Issei menerjang maju kearah Asia.
[BOOST!]
Suara mekanik terdengar mengema dari Sacred Gear ditangan Issei. Ia merasakan perubahan baru dalam tubuhnya.
[BOOST!]
Suara lain terdengar dari permata hijau tersebut memberikan kekuatan kepada Issei.
Issei maju dan meninjukan pukulannya dengan kekuatan baru tersebut.
JLEB
Kekuatan pukulan Issei menghilang bersamaan dengan kesadaran pemuda itu. Mungkin Issei tidak menyangka bahwa Asia akan dengan mudah menghindari dan melakukan serangan balik dengan menusuknya tepat diperut membuatnya hilang kesadaran.
"Naruto-niisama aku sudah mengalahkannya"
Asia yang telah melakukan tugasnya berlari kearah Naruto meninggalkan tubuh tergeletak Issei begitu saja.
"Kau tidak memberikannya luka yang fatal kan"
"Tidak Nii-sama"
"Bagus itulah adikku"
Naruto mengelus puncak kepala Asia lembut.
"Hehehehe"
"Asia ayo sekarang kau sembuhkan dia"
"Baik Nii-sama"
Naruto dan Asia berjalan kearah tubuh Issei. Dan saat tepat disana asia dengan cepat membalikkan tubuh Issei dan mulai mengalirkan energi Sacred Gear nya.
"Jadi hanya segini kemampuanmu Issei, aku sedikit kecewa. Tapi tenang saja Issei karena kau masih memiliki ruang untuk bertambah kuat"
The Slayer
Rias memengangi kepalanya lagi, ia merasakan pusing yang tidak tertahankan. Sudah dua hari Hyodou Issei menghilang tanpa kabar, keluarga dan teman-teman mesum nya tidak tahu kemana dia pergi. Rias yang saat ini berada diruang club mendesah pelan berusaha sedikit menenangkan pikirannya, dimeja nya saat ini terdapat jadwal pelatihan yang akan dilakukan besok.
"Issei pergi kemana kau?"
Rias berkata pelan, ia mengambil teh yang sudah dingin dan meminumnya. Ia sudah mengerahkan seluruh peerage-nya dan bahkan dirinya meminta tolong pada Souna untuk membantu. Tetapi jejak keberadaan Issei tetap tidak ditemukan dimanapun, Rias juga sudah mencoba mengunakan koneksi dirinya dan bidak pion didalam Issei tapi hasilnya nihil. Yang bisa ia rasakan adalah bahwa Issei masih hidup tapi tempat dimana remaja itu tidak bisa Rias ketahui.
Dengan keputusan berat yang ia ambil Rias memberitahukan para peerage-nya untuk tetap mengikuti jadwal pelatihan tanpa mengikut serta kan Issei. Meskipun Rias tidak tahu akan bagaimana Rating Game yang terjadi antara dirinya dan Raiser, tapi Rias masih yakin dengan kemampuan peerage-nya mereka bisa memenangkannya.
'Dia pasti kembali. Issei pasti kembali karena dia sudah berjanji padaku'
The Slayer
Deru nafas Issei terdengar jelas, ia melirik kesegala arah dari balik batu besar yang dia gunakan untuk bersembunyi. Disekitarnya terlihat banyak batu-batu hancur dan kawah besar, sebuah garis yang terpotong rapi juga berada disana. Sudah lima hari sejak mereka datang kepulau ini, dan pelatihan yang dijanjikan oleh Naruto telah berjalan. Ia ingin mengutuk pria itu karena membuatnya dalam kondisi saat ini, suara memekik keras membuat lamunan nya buyar. Issei mendongak keatas dan mendapati burung bernama Roc tengah meluncur kearahnya.
"Uwaaaaaah!"
Issei mati-matian menghindari terjangan dari burung raksaksa tersebut. Kedua tangan Issei reflek melindungi kepalanya dari lemparan batu akibat dari hantaman Roc. Sudah lima hari berlalu sejak ia diincar oleh Roc, dan lima hari juga ia ditinggalkan ditempat ini sendirian. Issei masih ingat apa yang diucapkan Naruto waktu itu.
"Hari aku akan memulai pelatihanmu Issei. Pertama kau sangat kekurangan dari segi stamina karena itu membangun staminamu sangat penting. Dan agar bisa melakukannya dengan cepat, kau akan bermain kejar-kejaran dengan Roc"
"Kejar-kejaran?"
"Benar dan itu adalah lawan mainmu"
Naruto dengan tersenyum menunjuk burung besar yang sedang bertenger dibatu.
"Hah hah hah... Kejar-kejaran apaan. Ini seperti seekor tikus yang sedang dikejar kucing dan aku tikusnya"
Issei mengerutu keras sambil melompat-lompat kesana kemari. Ia melihat sebuah kesempatan untuk bersembunyi dan berguling menuju semak-semak. Mata Issei mengintip mencari dimana keberadaan Roc, ia menghembuskan nafas lega melihat burung itu terbang menjauh.
"Hah hah kurasa dia mencari makan seperti biasa"
"Burung keparat itu pasti akan kembali dengan cepat, aku harus mencari makan juga"
Mata Issei berbinar saat melihat bungkusan ditempat biasa. Meski ia ditinggalkan sendirian disini, tapi Naruto tetap memberikannya makan atau lebih tepatnya bahan makanan. Ia dengan cepat mengambil bungkusan itu dan mencari tempat bersembunyi. Jika ia tidak melakukannya Roc akan mencuri jatah makanan Issei, dan itu sudah terjadi dihari pertama membuat Issei harus kelaparan seharian. Karena tidak ingin mengalami hal itu lagi, ia melakukan hal tersebut.
Issei mengunyah daging panggangnya dengan sekuat tenaga, ia tidak tahu daging hewan apa ini tapi rasanya sungguh enak. Saat ini ia sedang ditengah hutan dengan pohon-pohon besar yang melebihi pohon yang pernah Issei lihat. Melihat tingginya Issei dapat mengatakan bahwa pohon-pohon tersebut lebih dari lima puluh meter. Mata coklat Issei memperhatikan api dihadapanya sesekali ia melemparkan ranting kayu kering untuk menjaga api tersebut tidak padam.
Angin dingin malam hari Issei hiraukan, ia sekarang sudah mulai terbiasa menghadapi dengan keadaanya. Baju training yang ia pakai sudah hancur, Issei bahkan sekarang lebih memprihatinkan dari pada seorang gelandangan. Kelelahan tubuh dan pikiran Issei sudah mencapai puncaknya, ia tidak sadar telah tertidur didepan api yang ia buat.
"Tak kusangka dia bisa bertahan selama ini, tinggal dua hari dan kau akan menyelesaikan pelatihan tahap pertama Issei. Berjuanglah"
Naruto berkata pelan sembari memperhatikan bocah itu dari cabang pohon.
"Sekarang lebih baik aku melihat bagaimana kondisi Asia"
Dengan ucapanya ia menghilang dari sana.
Disisi lain dari tempat Issei berada, sebuah labirin berbatu terdengar raungan dari seekor monster. Ditempat itu terlihat seorang gadis berambut pirang yang dikuncir kuda berada, dikedua tangan gadis bernama Asia Argento mengengam pisau yang terlihat jelas ketajamannya.
Asia saat ini berhadapan dengan seekor monster yang memiliki bentuk seperti seekor harimau. Yang membenakan adalah ukuran monster tersebut begitu besar. Tingginya enam meter dan panjang tubuh keseluruhan lebih dari dua belas meter. Sebuah gigi taring menyerupai pedang juga dimiliki monster tersebut.
Monster bernama Aruugu itu kembali meraung keras, dan melompat kearah Asia. Gadis itu dengan cekatan membawa tubuhnya kesamping menghindari kaki depan Aruugu, ia juga tidak melewatkan kesempatan untuk melakukan serangan. Dia berlari vertikal didinding dan memanfaatkan momentumnya ia melompat lurus kearah Aruugu dengan pisau siap ditebaskan.
Roooooaaaar!
Raungan Aruugu makin menjadi saat ia merasakan rasa sakit dari serangan Asia. Monster itu meraung lagi dan berlari, melompat menjauh dari tempat tersebut.
"Bagus Asia. kau bisa membuat Aruugu mundur"
Asia yang mendengar suara kakaknya berlari kesumber suara, dan memeluk sosok pria tersebut dengan erat.
"Nii-sama... nii-sama"
Naruto menepuk dan mengelus lembut puncak kepala Asia membuat gadis itu mengeluarkan erangan senang. Gadis dihadapannya saat ini adalah sisi lain dari Asia Argento, atau lebih tepatnya kepribadian lain dari Asia. Meskipun Naruto menyebutnya sebagai kepribadian lain tapi mereka tidak benar-benar terpisah, mereka berdua sama-sama merasakan ingatan yang sama dalam waktu bersamaan. Dan yang membedakan hanya sikap ditunjukan keduanya.
Saat Asia mengikat rambutnya ia akan berubah menjadi dirinya yang serius dan sebaliknya jika ia membiarkan rambutnya terurai Asia menjadi gadis polos dan baik. Dua kepribadian tersebut hanya diketahui oleh Naruto, Teressa dan Maria. Dalam mode serius Asia dapat mengeluarkan kemampuan tempur yang mumpuni, karena hal itu lah Naruto melatih Asia.
Dalam pelatihan ini Naruto memberikan tugas yang sederhana pada Asia, yaitu ia harus bisa bertahan dalam labirin batu selama mungkin. Dan Naruto memperingatkan untuk tidak masuk lebih dalam, apalagi berpikir untuk menuju menara ditengah labirin karena Asia masih belum mampu. Saat ini saja mereka berada dipintu masuk dari labirin dan yang dihadapi adalah monster ganas bernama Aruugu. Karena itu Naruto memperingatkan dengan keras pada Asia.
Pelatihan tahap kedua bagi Issei sekarang mulai berjalan. Dimana Issei harus memindahkan satu batu berdiameter satu meter dari titik pertama yaitu tengah hutan ke titik kedua dipuncak bukit selama sepuluh putaran. Tapi selama pemindahan batu itu Sacred Gear milikinya harus tetap aktif, itu yang dikatakan Naruto pada nya.
Issei yang berpikir pelatihan tahan ini akan lebih mudah harus menelan pil pahit, karena ketika ia memindahkan batu tersebut dirinya harus menghindari serangan-serangan dari Roc. Tidak hanya itu saja, jika batu yang ia bawa hancur Issei harus mengulangnya lagi dari awal.
"Uwaaaaaahhhh!"
Kedua kaki Issei berlari dengan kencang menghindari terjangan dari Roc, ia harus melompat kekiri dan kanan dengan cepat berusaha untuk tidak terkena lemparan batu. Kedua tangan Issei memeluk batu besar itu dengan kuat seakan hidupnya tergantung dibatu tersebut.
Sebuah hempasan angin kencang dari sayap Roc membuat Issei tidak seimbang dan jatuh. Batu besar yang ia peluk dengan cepat meluncur menuruni bukit.
"Tidaaaaaaaakkkkk!"
Issei berteriak dengan kerasnya melihat batu tersebut harus hancur berkeping-keping saat tercengkram oleh Roc. Itu adalah batu keenam hari ini dan sudah empat hari ia melakukan pelatihan dari Naruto dan sampai saat ini Issei belum berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan.
"Burung keparat aku pasti akan menjadikanmu burung bakar nanti"
Seakan menjawab teriakan Issei, Roc memekik keras.
Issei yang melihat itu berkedut marah, karena ia seakan melihat burung besar itu mengejek dirinya. Gauntlet ditangan kirinya bersinar terang dan mengalirkan kekuatan kedalam diri issei. Ia yang merasakan kekuataannya meningkat tersenyum berbahaya kearah Roc.
"Hahaha... Burung bodoh sekarang saatnya membalasmu"
Dengan ucapan itu Issei mengejar Roc. Dan permainan kejar-kejaran diawal kembali dilanjutkan, tapi yang membedakan saat ini adalah posisi yang terbalik dan saat kekuatan dalam diri Issei melemah, ia kembali harus bersembunyi dari Roc. Karena saat itu yang menjadi kucing dan tikus bertukar lagi.
Di labirin batu. Suara raungan keras mengema dan akhirnya berhenti, diikuti dengan jatuhnya tubuh besar Aruugu ketahah. Darah mengalir deras dari luka di perut dan leher monster tersebut, pelaku dari hal tersebut menatap dengan tersenyum.
Asia mengibaskan kedua pisau ditanganya untuk menghilangkan darah yang menempel. Ia tersenyum senang melihat monster yang diburunya selama dua puluh hari lebih itu sudah jatuh tak bernyawa. Asia bahkan tidak memperdulikan tubuhnya yang kelelahan dan penuh luka.
"Akhirnya aku mengalahkannya. Nii-sama pasti akan memujiku"
Membayangkan dirinya dipuji oleh Naruto membuat Asia tertawa. Ia mendudukan dirinya ditanah dan menghembukan nafas berat. Dirinya sangat kelelahan, ia juga bahkan mengunakan nya untuk menjatuhkan monster tersebut mengakibatkan energi dalam dirinya terkuras dengan cepat.
Tapi meski begitu Asia tetap senang dengan pencapaiannya. Karena Aruugu bukanlah lawan yang mudah, monster itu memiliki taring dan cakar yang tajam selain itu Aruugu juga mempunyai serangan sihir yang membuatnya makin sulit untuk dikalahkan. Apalagi ditambah dengan kecepatan nya, itu akan menjadi kombinasi yang sangat mematikan.
Dihari dimana ia membuat Aruugu mundur saat itu mungkin karena monster tersebut merasakan keberadaan Naruto. Jika tidak maka Aruugu akan tetap menyerang dengan ganas kepada Asia, dan karena itulah ia sangat senang sekarang.
Disisi lain dimana Naruto berada, mata shapire sang Slayer itu menatap lurus pada bangunan dihadapannya. Bangunan seperti menara terbuat dari batu itu masih terlihat kokoh seperti dulu, ia melangkah masuk dan mencari sesuatu disana.
The Slayer
Sudah sebulan mereka berada dipulau langit Valias. Dan menghabiskan waktu mereka disana dengan melakukan pelatihan keras. Naruto saat ini memandang Issei dihadapannya dengan prihatin, bagaimana tidak. Remaja itu sekarang hanya memakai celana yang hancur dan baju yang sama hancurnya. Sekujur tubuh Issei juga penuh akan kotoran dan luka, ia benar-benar tampak seperti seorang yang terdampar dipulau bertahun-tahun lamanya.
"Ehem penampilan yang sangat liar Issei"
"Jangan menertawakan aku Naruto-san, ini karena salah dari burung bodoh itu aku jadi seperti ini"
"Tapi karena burung bodoh itu kau jadi sedikit lebih kuat"
".."
Issei menjawab dengan menganggukkan kepala, meskipun burung itu membuatnya seperti ini tapi Issei juga menyadari bahwa berkat Roc ia menjadi sedikit lebih kuat.
"Ah Issei apa kau sudah tahu bahwa, Sacred Gear-mu memiliki jiwa didalamnya"
"Jiwa?"
"Kupikir kau sudah mengetahuinya, dan mungkin selama pelatihan yang kau jalankan kau merasakan nya"
"Saat Naruto-san bilang seperti itu, kurasa aku memang merasakannya sesuatu kehadiran lain kurasa itu hanya perasaanku saja"
"Jadi dia sudah mulai bangun nya. Issei aku akan memberitahumu bahwa Sacred Gear milikmu Boosted Gear tersimpan jiwa naga didalamnya, dan naga itu bukan naga sembarangan karena dia adalah naga surgawi"
"Be-benarkah"
"Benar. Dan untuk pelatihan selanjutnya aku ingin kau menemui naga itu"
"Tapi bagaimana caranya Naruto-san"
"Itu mudah, kau tinggal masuk kebawah alam sadarmu dan menyapa naga tersebut"
"Bagaimana cara masuk kesana"
"Ada cara yang lebih mudah, yaitu kau harus mati"
"Heh?"
Dan saat itu Issei merasakan tekanan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Tekanan yang memberikan perasaan kematian yang dalam, dan saat itu juga Issei merasakan apa yang nama nya kematian.
The Slayer
Sosok itu berjalan pelan kearah area Kuoh Academy, jubah hitam yang ia kenakan berkibar tertiup angin malam. Ia melihat sekilas bangunan dihadapannya, dan tanpa sadar wajah pemuda itu menampilkan senyuman.
Pemuda bernama Hyodou Issei itu sekarang terlihat sangat berbeda dengan tatapan mata tajam dan wajah yang serius. Dapat dilihat sebuah plester besar dipipi kiri pemuda itu dan perban melingkari keningnya. Ditangan kanannya juga penuh akan perban mencapai lengan, sedangkan ditangan kiri sebuah Gauntlet merah dari Sacred Gear dengan jiwa Heavenly Dragon berada disana. Kristal hijau dari gauntlet itu bersinar.
[Apa yang kau tunggu]
"Tidak aku hanya sedikit melamun"
Dengan itu Issei melangkah kearah ruang club Occult.
"Maaf membuatmu menunggu Buchou"
TBC
Author Note :
Nikmati saja chapter ini. Kalau suka tolong tinggalkan review. Terima kasih