Flower In The Dark Part 5
Disclaimer: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto. Saya hanya meminjam karakternya saja
Warning: gaje, typo (maybe), terlalu membosankan, craick pair, alur terlalu cepat.
Happy reading :)
Usia kandungan Sakura telah memasuki bulan ke lima. Itu berarti perutnya telah membesar dan Obito akan mengetahui kehamilannya. Selama ia hamil empat bulan, Obito sempat bertanya kepada dirinya mengapa akhir-akhir ini tubuhnya lebih berisi dari sebelumnya. Lalu, ia menjawab kalau akhir-akhir ini ia suka makan banyak. Obito langsung percaya kepada dirinya karena pria itu selalu menyaksikan istrinya yang selalu makan. Dan sekarang, ia tak dapat membohonginya karena perutnya sudah membuncit. Sakura mengumpulkan chakranya di tangan kanannya lalu meninju dinding bebatuan hingga hancur lebur. Setelah itu, ia langsung meninggalkan tempat ini dengan berjalan karena ia sudah tidak kuat berlari ala ninja. Jangankan berlari, dibuat jalan saja sudah ngos-ngosan. Itu karena semakin tua usia kandungannya, semakin banyak pula chakra yang diserap oleh janinnya. Dalam perjalanan, ia melihat sosok wanita berambut pirang panjang yang dikuncir dua dengan jaket berwarna hijau dengan lambang senju. Wanita itu tak sendirian. Ia ditemani oleh sosok wanita berambut hitam pendek dengan mengenakan kimono berwarna hitam. Sakura sangat mengenali dua sosok wanita itu. kemudian ia menghampiri dua wanita itu dengan berteriak, "Tsunade-shishou, Shizune-neechan!"
Sementara wanita berambut pirang itu menoleh kepada asistennya. "Shizune, apakah kau mendengar suara teriakan itu?"
"Ya. Aku mendengarnya, Tsunade-nee. Suara itu seperti suaranya Sakura-chan," jawab Shizune yang sedari tadi membawa babinya yang bernama TonTon.
Tsunade dan Shizune menoleh ke sumber suara tersebut. Mereka sangat terkejut sekali karena orang tersebut benar-benar Sakura. Kedua wanita itu langsung menghampiri Sakura yang berjalan dengan memegang perut buncitnya.
"Sakura-chan, akhirnya kami menemukanmu,"ucap Shizune lalu memeluk Sakura.
"Sakura, bagaimana kau bisa kabur dari Uchiha Obito?" tanya Tsunade lalu menatap perut buncit Sakura. "Lalu, kenapa perutmu bisa buncit seperti orang hamil?" lanjut Tsunade.
"Ceritanya panjang, Tsunade-shisou," jawab Sakura.
"Baiklah sekarang kami akan membawamu ke tempat penginapan kami," ucap Tsunade lalu berlari menuju ke penginapan dengan membawa Sakura yang dibantu oleh Shizune.
DI TEMPAT PENGINAPAN…
Tsunade memukul meja hingga hancur setelah mendengar cerita dari Sakura tentang penyerahan dirinya menjadi pelayan Obito demi Hinata dan Desa Konoha hingga ia menikah, mengandung anak pria itu dan disuruh menggugurkan kandungannya jika ia hamil. Tsunade sangat marah sekali dengan Obito karena telah menyuruh muridnya untuk menggugurkan kandungannya.
"Lalu, bagaimana kau bisa kabur darinya?" tanya Tsunade masih marah.
"Dia pergi sejak seminggu yang lalu. Waktu itu perutku masih belum terlihat meskipun aku terlihat berisi," jawab Sakura.
Tsunade menganggukan kepalanya. "Bolehkah aku memeriksa kandunganmu? Kau tampak terlihat lemah," tanya Tsunade.
"Iya Shishou silahkan. Aku ingin sekali memeriksa kandunganku karena janin ini selalu menyerap chakraku," jawab Sakura dengan senang hati. kemudian, ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Tsunade mengeluarkan chakra berwarna hijau dari kedua tangannya. Kemudian ia memeriksa janin yang berada di rahim Sakura. Betapa kagetnya Tsunade setelah memeriksa kandungan wanita bermata emerald itu.
"Tsunade-Shishou, apa yang terjadi dengan anakku?" tanya Sakura.
"Janin itu…berpotensi membahayakan nyawamu karena janin itu memiliki sel hashirama. Yang bisa mengandung janin yang memiliki sel hashirama hanyalah wanita yang berasal dari klan Senju dan Uchiha. Sementara kau bukanlah kunoichi dari klan senju maupun Uchiha. Janin itu dapat membahayakan nyawamu, Sakura. Sebaiknya kau harus…," belum selesai berbicara sudah dipotong oleh Sakura.
"Aku akan mempertahankan janin ini meskipun anak ini membahayakan nyawaku! Kumohon Shishou beritahu aku bagaimana caranya untuk bertahan hidup mengandung anak ini," ucap Sakura mantap dengan memegang perut buncitnya.
"Baiklah. Aku akan membuat ramuan untukmu. kau harus rutin meminumnya," ucap Tsunade lalu mempersiapkan bahan untuk membuat ramuan dari tasnya.
"Bolehkah aku mempelajari cara membuat ramuan itu?" pinta Sakura.
"Silahkan," jawab Tsunade.
Di teras rumah, Sakura sedang menikmati udara malam sembari meminum ramuan yang dibuatkan oleh Tsunade. Meskipun rasanya sangat tidak enak, namun ia rela meminum ramuan ini agar ia bisa bertahan hidup mengandung janin yang dapat membahayakan nyawanya. Ia tidak ingin anak ini lahir tanpa kehadiran seorang ibu jika ia harus mati karena anak ini. Sementara suaminya sendiri tidak akan mau menerima anak yang berada di dalam rahimnya. Tiba-tiba, ia merasakan firasat yang sangat buruk. Ia segera memasuki rumah dan menutup seluruh jendela dan pintu.
"Mengapa kau menyembunyikan kehamilanmu, Sakura?" Sakura langsung terkejut setelah Obito berada di depannya.
"Aku tidak ingin membunuh anakku sendiri. Pergilah dari sini!" ucap Sakura ketakutan lalu ia melemparkan kunai ke arah dadanya Obito.
Kunai yang dilemparkan oleh Sakura telah menembus tubuh Obito hingga kunai tersebut menancap di dinding.
"Aku akan menggugurkan kandunganmu," ucap Obito marah lalu ia mengeluarkan batang besi dari telapak tangan kanannya.
Dengan cepat Sakura menghindari serangan dari Obito. Sakura hendak melayangkan pukulan mautnya kepada Obito namun anak di dalam rahimnya ini menghalanginya sehingga tubuh Sakura merasa sakit semua.
"Kau tidak akan bisa lepas dariku, anata," ejek Obito dengan tersenyum. kemudian ia menyentuh batang besinya ke perut Sakura.
"Kau tidak akan bisa membunuh anakku!" Sakura langsung memegang batang besi dengan sekuat tenaga. "TOLONG!TOLONG!" Sakura berteriak meminta bantuan kepada Tsunade dan Shizune.
"JANGAN SAKITI MURIDKU, BRENGSEEK!" tiba-tiba Tsunade muncul dengan melayangkan tinjuannya kepada Obito. Namun, tinjuannya menembus tubuh Obito hingga meleset ke lantai dan tanahnya merekah.
Seluruh pengunjung yang menginap di tempat penginapan ini berhamburan keluar dari tempat ini untuk melindungi dirinya masing-masing.
"Hn, sannin bodoh," ejek Obito.
"Justru kau yang bodoh!" Tsunade meninju muka Obito hingga tubuh pria itu menabrak dinding lalu dindingnya roboh.
Tsunade dan Shizune segera membawa Sakura pergi dari sini. Kemudian, Shizune segera menghubungi Kakashi.
"Hokage-sama, kau harus menyuruh Naruto untuk menemui kita di Takigakure. Kami sedang membawa Sakura-chan yang sedang dikejar oleh Obito," bilang Shizune dengan nafas yang tak karuan.
"Baik. Kebetulan Naruto sedang bersama denganku di tengah perjalanan," ucap Kakashi.
"Terima kasih Tuan," ucap Shizune lalu menutup teleponnya.
"Shisou, Nee-chan, aku takut," ucap Sakura dengan suara pelan.
"Jangan khawatir, Nak. Kami pasti melindungimu. Sebentar lagi Naruto akan membawamu kembali ke Konoha," ucap Tsunade berusaha menenangkan muridnya.
Tiba-tiba, Naruto telah berada di depan Tsunade, Shizune dan Sakura dengan tampilan mode kyuubi.
"Akhirnya kau datang juga, Naruto," kata Tsunade lega.
"Di mana Obito? Aku akan menghajarnya," tanya Naruto dengan wajah serius.
"Kau harus secepatnya membawa Sakura ke Konoha. Sakura sedang dalam bahaya," perintah Tsunade.
Naruto menatap perut Sakura yang membuncit. "Sakura-chan, kau makan daging berapa banyak sampai perutmu membuncit seperti itu?!" tanya Naruto dengan tampang bodoh.
"Dia sedang hamil bodoh!" umpat Tsunade.
"Apa? Hamil?!" tanya Naruto kaget.
"Tenang Naruto aku sudah menikah. Sekarang bawalah aku!" kata Sakura.
"Baik," ucap Naruto lalu menggendong Sakura. Setelah itu ia melesat dengan kecepatan yang tinggi.
"Naruto, kau cepat sekali," ucap Sakura sembari memegang leher Naruto.
"Pegangan yang erat Sakura-chan! Aku akan membawamu pulang ke rumahmu," ucap Naruto lalu mempercepat larinya.
Sinar matahari telah menembus kaca jendela hingga Sakura terbangun dari tidurnya. Samar-samar, ia menatap kedua orang yang diduga adalah kedua orang tuanya, Kizashi dan Mebuki.
"Sakura-chan, akhirnya kau sadar juga Nak," wanita paruh baya berambut coklat muda itu langsung memeluk putri kandungnya dengan erat.
"Kaa-chan, jangan terlalu erat. Aku sedang mengandung calon cucu kalian," ucap Sakura hingga Mebuki melepaskan pelukannya.
"Apa? Kau hamil?" tanya Kizashi dan Mebuki secara bersamaan.
"Iya. Aku mengandung anak dari Uchiha Obito," jawab Sakura hingga Kizashi dan Mebuki membelalakkan matanya.
"Kenapa kau mau dihamili olehnya?! dia itu penjahat yang sangat keji, sayaaang!" tanya Mebuki marah.
"Maafkan aku Kaa-chan. Aku melakukan ini demi desa dan teman-temanku. Aku juga…sudah menikah dengan Obito," ucap Sakura menundukkan kepalanya.
"Lalu, kenapa kau baru sekarang bisa kabur darinya?!" tanya Kizashi.
"Karena dia akan menggugurkan kandunganku. Meskipun aku mengandung anaknya, tapi aku sangat menyayangi anak ini," jawab Sakura lalu memegang tangan kedua orang tuanya. "Kumohon Tou-chan, Kaa-chan, izinkanlah aku untuk membesarkan anak ini," pinta Sakura dengan mata yang berkaca.
"Hmm baiklah tapi syaratnya kau tidak boleh bertemu dengan suamimu lagi. Aku tidak ingin kau dan cucuku mati ditangannya," ucap Kizashi.
"Baik Tou-chan. Aku tidak akan mau menemuinya," kata Sakura meyakinkan kedua orang tuanya.
"Bagus. Sekarang kau harus mandi terlebih dahulu. Kemudian kau sarapan dan membantuku untuk membersihkan rumah," kata Mebuki.
"Apa? Membersihkan rumah?!" tanya Sakura membelalakkan matanya.
"Kenapa kau kaget seperti itu? kau 'kan sudah menjadi istri dan calon ibu. Itu berarti kau harus belajar untuk rajin membersihkan rumah," kata Mebuki dengan memegang pinggangnya.
"Kaa-chan aku 'kan sedang hamil besar. Tidak baik melakukan banyak aktivitas," keluh Sakura.
"Justru wanita hamil sepertimu harus melakukan banyak aktivitas. Jika kau merasa lelah, kau boleh izin kepadaku," kata Mebuki.
"Hmmm baiklah," kata Sakura dengan nada malas lalu beranjak dari tempat tidurnya.
Setelah membantu Ibunya membersihkan rumahnya, Sakura berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk berkumpul bersama teman-temannya di kedai yakiniku. Ketika hendak membuka pintu rumahnya, Mebuki menggandeng tangan anaknya.
"Tunggu Sakura-chan, Kaa-chan memberikan sesuatu untukmu," kata Mebuki.
"Apa Kaa-chan?" tanya Sakura.
Mebuki menatap Kizashi lalu berkata, "Anata, serahkan gelang itu kepadaku."
Kizashi mengambil gelang berwarna merah dari saku celananya. Kemudian ia menyerahkan gelang itu kepada istrinya. Setelah itu, Mebuki memasangkan gelangnya di pergelangan tangan kanan putrinya.
"Kaa-chan, gelang apa ini?" tanya Sakura menatap gelangnya.
"Itu adalah gelang yang dapat membuatmu hilang dari pandangan orang yang menjadi target gelang itu. kebetulan Ibu sudah menuliskan nama Uchiha Obito di gelang itu jadi Obito tidak dapat melihatmu. Bahkan dengan mata sharingan, rinnegan dan byakugan pun, ia tidak dapat melihatmu. Kau jangan melepaskan gelangmu disaat sedang keluar rumah," jelas Mebuki.
"Oh ya Kaa-chan, apakah targetnya hanya untuk satu orang saja?" tanya Sakura.
"Bisa lebih," jawab Mebuki.
"Ibu, tolong tambahkan nama Shiroi Zetsu dan Guruguru. Mereka berdua adalah anak buahnya Obito yang sangat ahli sekali dalam hal mengintai," pinta Sakura.
"Baik Sayang," Mebuki meraih tangan kanan anaknya lalu menambahkan nama Shiroi Zetsu dan Guruguru di gelang Sakura. "Sudah sayang," ucap Mebuki.
Sakura tersenyum kepada kedua orang tuanya lalu berkata, "Terima kasih, Tou-chan, Kaa-chan."
"Sekarang berkumpulah bersama dengan teman-temanmu dan bentuklah geng bumil hahahahaha," kata Kizashi tertawa keras.
"Tou-chan, bercandamu itu tidak lucu," kata Sakura. Kizashi hanya menggarukkan kepalanya dengan tersenyum.
DI KEDAI YAKINIKU…
"Sakura-chan, bagaimana kau bisa kabur dari pria brengsek itu?" tanya Ino.
"Karena aku dibantu oleh Tsunade-shishou, Shizune-neechan dan Naruto. Coba kalau aku kabur sendiri, bisa-bisa aku ditangkap lagi sama dia. Jangankan sendiri, waktu di tempat penginapannya Tsunade-shishou saja dia sempat menemukanku dan hendak menusuk perutku. Untung saja beliau menolongku dengan menghajarnya," jelas Sakura dengan mengepalkan tangannya. Setelah itu ia memakan yakiniku-nya dengan lahap.
"Apa? Obito mau menggugurkan kandunganmu? Kejam sekali," ucap Hinata dengan suara pelan.
"Kenapa si brengsek itu ingin menusuk perutmu? Apa jangan-jangan bayi yang kau kandung itu anaknya Sasuke-kun?" tanya Ino dengan tampang bodoh.
"Sembarangan kau!" bentak Sakura. "Aku hanya melakukan itu dengannya. Tidak dengan Sasuke-kun. Aku sangat yakin sekali kalau bayi ini adalah anaknya. Sampai sekarang aku tidak mengerti mengapa dia ingin sekali membunuh anaknya," kata Sakura lalu menunduk dan memegang perut buncitnya.
"Kalau tidak salah Obito yang dulu memakai topeng pernah menyandera Naruto-kun ketika masih bayi. Mungkin itulah yang membuatnya benci dengan bayi dan ingin membunuh anaknya," kata Hinata yang sedari tadi memegang perut buncitnya.
"Mungkin saja," kata Sakura.
Tenten menatap gelang berwarna merah di pergelangan tangan kanan Sakura. "Sakura-chan, gelangmu bagus sekali. Apakah gelang itu diberi oleh Obito?" tanya Tenten diselingi memuji.
"Tidak. Aku diberikan oleh kedua orang tuaku. Gelang ini merupakan gelang yang dapat membuatku hilang dari pandangan yang menjadi target dari gelang ini. Jika kalian tidak ingin ditemukan oleh orang yang kalian benci, tulis saja namanya di gelang ini. Kaa-chanku sudah menuliskan nama Obito dan kedua anak buahnya di gelang ini," jelas Sakura dengan menunjukkan gelangnya kepada ketiga temannya.
"Lalu apakah target yang mempunyai mata rinnegan, byakugan atau sharingan bisa melihat pengguna gelang itu?" tanya Tenten.
"Tidak bisa. Jadi gelang ini dijamin aman dari pandangan orang yang kita benci," kata Sakura tersenyum.
"Wow keren. Sakura-chan, apakah stok gelangnya masih ada?" tanya Tenten.
"Mungkin ada. Emang buat apa?"
"Aku ingin Lee-kun tidak akan menemuiku lagi. Aku sudah muak dengannya. semakin lama, sikap dan penampilannya makin norak saja," kata Tenten dengan melipatkan kedua tangannya.
"Tenten-chan, kau tidak boleh seperti itu. Walaupun tingkat kenorakannya makin parah, tapi dia tambah kuat dan keren loh," kata Sakura menasihati Tenten.
"Tapi tetap saja aku muak dengan sikap noraknya. Tenang saja Sakura-chan aku hanya memakai beberapa hari saja sampai Lee-kun minta maaf kepadaku," kata Tenten.
"Hehehe baiklah," kata Sakura tersenyum.
Tanpa sepengetahuan dari keempat wanita muda itu, ternyata Shiroi Zetsu dan Guruguru mengintai dan menguping pembicaraan antara Sakura dan kawan-kawan meskipun mereka tidak dapat melihat Sakura.
"Zetsu, mengapa mereka selalu berkata 'Sakura-chan'? padahal kita sama sekali tidak melihat Nona cantik itu," tanya Guruguru.
"Entahlah aku juga bingung. Aku juga tidak melihat Nona cantik. Lebih baik kita lapor kepada Tobi," kata Shiroi Zetsu lalu kedua Zetsu itu menembus tanah untuk menemui Obito yang bersembunyi di balik pohon dengan menggunakan jubah berwarna hitam. Mereka muncul dari pohon dan salah satu di antara mereka menepuk tangan Obito.
"Tobi, kau harus menggunakan mata sharingan untuk melihat Hinata-chan dan kawan-kawan keluar dari kedai itu," lapor Guruguru.
"Ada apa?" tanya Obito lalu mengaktifkan mata sharingan-nya.
"Mereka tampak berbicara dengan Nona cantik tapi kami sama sekali tidak melihatnya," jelas Shiroi Zetsu.
"Benarkah?" tanya Obito.
"Iya Tobi. Mungkin dengan mata sharingan-mu kau bisa melihat Nona cantik," jawab Shira Zetsu.
Ketika melihat Hinata dan kawan-kawan keluar dari kedai yakiniku, Obito sama sekali tidak melihat Sakura meskipun ia menggunakan mata sharingan-nya.
"Sial!" umpat Obito.
"Gimana Tobi, apakah kau menemukannya?" tanya Guruguru. Obito hanya menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana bisa?!" tanya Guruguru.
"kenyataannya seperti itu! Itu berarti Sakura tidak bersama dengan mereka. Kita harus mencarinya di ruang hokage atau klinik," kata Obito lalu melompati atap demi atap menuju ke markas hokage.
DI RUANG HOKAGE…
Kita sedang mencatat dokumen tentang kependudukan, Kakashi merasakan chakra Obito yang berada di ruangan ini. Pria berambut perak ini menghelakan nafasnya. Kemudian ia melanjutkan aktivitasnya. Tiba-tiba ada kunai yang meluncur ke tubuhnya. Dengan cepat ia menangkap kunai itu dan mengaktifkan mata sharingan-nya. Kakashi menatap ke depan. Rupanya Obito sudah berdiri di depannya dengan tegak dan menatap Kakashi penuh amarah.
"Obito, aku ingin berbicara denganmu secara baik-baik. Kuharap kau mau," kata Kakashi.
"Di mana Sakura? Kuharap kau memberitahuku. Aku bertanya denganmu secara baik-baik," tanya Obito dengan nada tegas.
"Aneh. Padahal Sakura sedang berkeliaran bersama dengan teman-temannya," batin Kakashi. Tiba-tiba ia baru ingat bahwa kedua orang tua Sakura memasangkan gelang tak tampak kepada Sakura. Di gelang itu tertulis nama Uchiha Obito, Shiroi Zetsu dan Guruguru. Berarti Obito bersama dengan kedua anak buahnya tidak dapat melihat Sakura.
Kakashi melipatkan kedua tangannya, "aku tidak akan menyerahkan Sakura kepadamu. Jika kau mendapatkan Sakura, kau pasti akan menggugurkan kandungannya. Suami macam apa kau ini. padahal bayi yang berada di kandungan Sakura adalah darah dagingmu sendiri," kata Kakashi mengejek.
Obito menarik jubah putih Kakashi dengan penuh amarah, "Bukan urusanmu! Dia adalah istriku dan aku berhak melakukan apa saja termasuk menggugurkan kandungannya!" bentak Obito. Kakashi hanya terdiam saja.
Obito melepaskan tangannya dari jubah Kakashi. "Apapun caranya aku pasti akan mendapatkan Sakura sebelum ia melahirkan. Kau tidak akan bisa mencegahku, Kakashi," Obito mengaktifkan mangekyou sharingannya lalu matanya mengeluarkan pusaran angin hitam hingga ia menghilang.
To be continue...
Holaaa maaf ya sudah membuat kalian menunggu lama kelanjutan fic ini. Semoga kalian puas dengan chapter ini. Oh ya jgn lupa direview ya:)